DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.
Pendidikan
Olahraga Dalam Pendidikan Jasmani........................................ 2
B.
Perbedaan
Antara Pendidikan Olahraga dan Pendidikan Jasmani.............. 2
C.
Model
Kurikulum Dalam Pendidikan Jasmani............................................. 3
BAB III PENUTUP............................................................................................. 10
A.
Kesimpulan................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan jasmani
merupakan bagian yang peling penting dan komponen integral dari pendidikan.
Keuletan pendidikan jasmani dibuktikan oleh sumbangannya yang unikterhadap
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Thomas, Lee dan Thomas (1988: 5)
menyatakan bahwa pendidikan jasmani menyumbangkan dua tujuan yang khas, yaitu
1) mengembangkan dan memelihara tingkat kebugaran jasmani sesuai untuk
kesehatan dan mengajarkan mengapa kebugaran merupakan ssuatu yang penting serta
bagaimana kebugaran dipengaruhi oleh latihan, 2) mengembangkan keterampilan
gerak yang layak, diawali oleh keterampilan grak dasar , kemudian menuju
keterampilan oalahraga tertentu, dana akhirnya menekankan pada berolahraga
sepanjang hayat.
Walaupun tujuan utama
program pendidikan jasmani adal mengembangkan keterampilan gerak dan kebugaran
jasmani (ranah psikomotor), tetapi pengembangkan ranah kognitif dan afektif
bisa pula ditingkatkan melalui perencanaan yang hati-hati. Posisi pendidikan
jasmani yang sedemikian strategis menuntunya harus memiliki program yang
terencana dan terukur.
Untuk membuat
pengorganisasian rencana progaaram pendidikan jasmani demikian, dewasa ini telah
berkembang beberapa model kurikulum. Model kurikulum aadalah suatu pola umum
untuk menciptakan atau membentuk desain program (Jewett, Bain dan ennis,
1994:15). Ditambahkan oleh Wuest dan Lombardo (1994:62) bahwa model kurikulum
merupakan suatu metode untuk mengintegrasikan atau menyatukan proses
pembelajaran dan hasilnya, memperguanakan suatu sistem nilai atau teori belajar
tertentu sebagai alat pemersatunya. Ada berapa model kurikulum pendidikan
jasmani yang berkembang saat ini? Model kurikulum apa yang paling baik antara
model yang ada? Itulah pertanyaan yang timbul dan akan berusaha dibahas dalam
tulisan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan Olahraga Dalam Pendidikan Jasmani
Pendidikan olahraga
bukan berarti mengambil alih pendidikan jasmani. Pendidikan olahraga bukan
berarti untuk mengurangi perhatian pada kebugaran jasmani, orang dewasa,
penggunaan waktu senggang dan pendidikan petualangan. Pendidikan olahraga
sebagai salah satu
bagian program pendidikan jasmani. Saya tidak setuju secara
menyeluruh dengan ide-ide bahwa olahraga sebaiknya bukan bagian dari kurikulum
pendidikan jasmani. Saya telah mendengar ini dan mempertentangkan melalui guru
pendidikan jasmani bahwa olahraga sebaiknya bukan bagian dari kurikulum sebab
olahraga terlalu kompetitif, olahraga mengabaikan sebagian yang kurang memiliki
keterampilan. Olahraga adalah tanggung jawab masyarakat, olahraga mempromosikan
orang- orang elit atau disebabkan keaneka ragaman dari kebanyakan kelas
pendidikan jasmani membuat olahraga
terlalu rumit untuk diajarkan.
B.
Perbedaan Antara Pendidikan Olahraga dan Pendidikan
Jasmani
Pendidikan olahraga
tumbuh dari rasa ketidak puasan saya dengan melihat olahraga diajarkan tidak
lengkap dan tidak tepat didalam banyak kelas pendidikan jasmani, Misalnya bola
voli, saya telah melihat service, pass atas, dan teknik lainnya diajarkan
secara terpisah dari keterampilan. Aturan dasar dikenalkan dan para pelajar
disatukan ke dalam tim supaya permainan dapat dimainkan. Strategi secara nyata
dilupakan. Keterampilan dipelajari dengan tidak lengkap dan secara terpisah dan
jarang diperankan dengan tepat didalam konteks permainan.
Permainan para murid
sering terlihat lucu karena mereka tidak pernah diajar keterampilan yang
melibatkan strategi yang tepat. Olahraga
didalam pendidikan jasmani mempunyai tipe yang tidak berhubungan dengan konteks
keterampilan yang diajarkan secara terpisah daripada sebagai bagian dari
konteks strategi didalam permainan seperti situasi sebenarnya. Ritual,
nilai-nilai agama tidak disebutkan dengan anggapan bahwa hal tersebut dapat
diperoleh melalui pengalaman.
Pendidikan olahraga
tunbuh dari observasi dan kepedulian. Olahraga tumbuh dari keingginan untuk
membuat pengalaman pendidikan olahraga untuk anak-anak laki-laki dan perempuan
dalam pendidikan jasmani lebih autentik dan komplit. Arah pndidikan olahraga
menjadi jelas ketika cara-cara olahraga yang diorganisir secara khusus
diimplementasikan di olahraga anak muda, olahraga sekolah, dan klub atau
organisasi olahraga rekreasi.
C.
Model Kurikulum Dalam Pendidikan Jasmani
Jewett, Bin dan Ennis
(1993:44) menyatakan bahwa berdasarkan hasil identifikasi lewat penelaahan
pelaksanaan pendidikan jasmani, baik di masa yang lalu maupun masa seakarang
terdapat lima macam model kurikulum yang berkembang dan dipergunakan oleh para
praktisi dan ahli pendidikan asmani. Kelima model kurikulu dimaksud adalah
pendidikan olahraga, pendidikan kebugaran, analisis gerak, perkembangan
(pendidikan lewat jasmani ), dan ”personal meaning”.
- Model pendidikan
olahraga
Model ini dikembangkan
oleh sidentop berdasarkan atas asumsu bahwa (1) olahraha adalah bentuk lanjut
dari bermain, (2) olahraga merupakan bagian penting dari kebudayaan, (3)
peserta didik harus berolahraga lewat pendidikan jasmani lewat asumsi kedua dan
(4) keikutsertaan peserta didik dalam olahraga harus deduai dengan
perkambangannya. Sidentop (1994:3) bahwa model pendidikan olahraga merupakan
suatu model kurikulum pengajaran yang dike,namgkan untuk program pendidikan
jasmani demana peserta didik tidak hanya belajar secara lengkap bagaimana cara
berolahraga, tetapi juga belajajr mengkoordinir dan mengatur kegiatan olahraga.
Peserta didik, juga belajar bertanggung jawab secaa pribadi dna keterampilan
sebagi anggota kelompok secara efektif.
Dengan pelaksanaan
model ini, memungkinakan peserta mempunyai pengetahuan pemahaman dan
keterampilan yang diperlukan untuk ikut srta dalam kegiatan olahraga. Syarat
penting yang perlu diperhatikan adlah olahhraga harus dimofidifikasi sesuai
dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta didik, sehingga meraka bisa
berpartisipasi secara individu maupun secaara tim dan kelompok . tujuan yang
ingin dicapai oleh model kurikulum ini adalah: peserta didk belajr
berpartisipasi dalam kegiatan bermain dan berolahragayang dilakasanskan di dalam
suatu lingkungan yang kondusif. Semua peserta didik memperoleh kesempatan untuk
mengikuti kompetisi yang dilaksanakan di dalam sekolah.
- Model pendikan
kebugaran
William andarson
mengembangkan model ini. Pemelliharaan dan peningkatan status kebugaran jasmani
peserta didik merupakan fokus utama programnya.perencanaan model ini berasumsi
bahwa aktivitas jasmani merupapkan inti gaya idup yang sehat, dan bahwa
perkembangan gaya hidup yang sedemikian mememrlukan pengetahuan mengenai
kebugaran jasmani yang meliputi hubungan aktivitas dan kesehatn, keterampilan
jasmani yang menyehatkan, dan komitmen terhadap keutamaan latihan menutut
Melograno (1996:19) meliputi : prinsip dan pengaruh latihan, desain program
latihan individu berdasarkan prinsip-prinsip kebugaran, bentuk aktivitas
jasmani mengembangkan kebugaran, dan kesaddaran akan pemeliharaan kebugaran
jasmani.
Rose yang dikutip oleh
Pate dan Hohn (1994: 61-63) membuat tujuan program bertingkat, seperti anak
tangga. Tujuan terdiri dari 5 tahapan yang selalu selaras dengan perkembangan
dan prtumbuhan peserta didik. Pertama, melaksanakan latihans ecara teratur: a)
mempelajari kebiasaan pribadi, dan b) belajar berlatih secara teratur dan
menikamatinya. Kedua, memperoleh kebugaran jasmani: a) memperoleh kriteria bugar
untuk komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, b) belajar
membuat tujuan kebugaran jasmani pribadi yang realistik. Ketiga, pola kebugaran
jasmani: a) memilih aktivita pribadi, dan b) mengevaluasi program latihan dan
olahraga. Keempat, evaluasi diri: a) menguji kebugaran sendiri, dan b)
menterjemahkan hasil tes. Kelima, memecahkan masalah dan membuat keputusan: a)
merencankan program, dan b) menjadi seorang pelaku yang berpengetahuan.
Menitik beratkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, program kegiatan yang berkelanjutan, dan
pengujian reguler serta penilaian individual adalah karakteristik program yang
ada dalam model ini.
- Model analisis
gerakan
Model analisis gerakan
mulai berkembang tahun 1920-an dan 1930-an. Kini, telah dikembangkan ke dalam
suatu kurikulum pendidikan jasmani yang menekankan keutamaan akan pemahaman
gerakan dari sudut pandang biomekanik dan estetik. Model ini berdasarkan atas
penekatan penguasaan dan keahlian dalam mengembangkan programnya. Aktualisasi
diri dan proses belajar ditemukan pula dalam model ini. Penguasaan keahlian
telihat dari programnya yang mengarahkan peserta didik agar bisa bergerak
secara terampil. Jewett, bain dan Ennis(1994: 222-224) menyatakan bahwa model
analisis gerakan, peserta didik belajar menganalisis gerakan berdasarkan konsep
badan (apa yang akan dilakukan badan), usaha (bagaimana badan bergerak), ruang
(simana badan bergerak), dan hubungannya( hubungan apap yang terjadi). Juga,
mereka menerapkan konsep tersebut untuk berbagai macam kegiatan olahraga dan
manusia. Peserta didik meningkatkan kemampuan untuk mencapai tingkat gerak yang
terampil. Mereka mengidentifikasi dan menerapkan konsep gerak yang terampil ke
dalam prestasi dirinya sendiri dan teman sekelasnya.
Nichols (1994:8)
menatkan bahwa agar penyiapan peserta didik mnjadi seseorang yang giat berlatih
sepanjang hayat, maka pnengajaran pendidikan jasmani harus menghasilkan hal-hal
sebagai berikut: 1) perkembangan pemahaman tentang belajar gerak manusia, 2)
pencapaian keterampilan gerak dasar dan keterampilan olahraga yang lebih tinggi
dan memahami kegunaannya untuk berbagi kegiatan jasmani di masa kini dan masa
depan. 3) perkembangan pemahaman tantang komponen kebugaran jasmani yang
berkaitan dengan kesehatan, 4)perkembangan sikap sesuai dan keterampilan sosial
yang penting agar berhasil dalam berolahraga.Karakteristik program yang
dikembangkan dalam model ini adalah pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan
keterampilan gerakan yang terintegrasi dalam satu kesatuan, ruang lingkup dan
tahapan isi pelajaran atas tema atau konsep gerak, menekankan pada kemampuan
memecahkan masalah.
model perkembangan
(endidikan lewat jasmani)pendidikan berkewajiban menciptakan suatu lingkungan
belajra yang mengetahiui dan memanjukan potensi anak didik. Melograno (1996:
19-200 menyatakan bahwa karena peserta mengalami perubahan tahapan perkembangan
dan pola pertumbuhan selama belajar, maka pendidikan meningkatka ranah
kognitif, psikomotor, dan afektif. Setiap anak memiliki ”trimong” dan pola
pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Program pendidikan jasmani harus
sesuai dengan tahap perkembangan dan tingkat belajar anak. Sumbangan pendidikan
jasmani terhadap dan tingkat dimaksud merupakan inti dari pendidikan lewat
jasmani (”education through-the-physical”). Hal ini berarti bahwa keterampilan
dasar diajarkan disekolah dasar, didikuti oleh berbagai jenis aktivitas atau
unit tema, termasuk berolahraga sepanjang hayat, di sekolah lanjutan.
Model perkembangan
menempatkan peserta didik pada inti kurikulum. Guru merencanakan pelajaran dan
kegiatan yang akan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan dan minat anak.
Peserta didik memutuskan pemanfaatan gerakan dalam kehidupanya dan berfikir
relektif akan konsekuaensi dari keputusan yang diambilnya. Ditambahkan Jewett,
Bain dan Ennis (1994:247) bahwa model ini merefleksikan orientasi nilai
aktualisasi diri yang menekankan pada pertumbuhan siswa secara individual.
Pembuat kurikulum merencanakan program berdasarkan tingkat perkembangan siswa
pada saat itu.
Sembilan puluh lima persen
(95%) kurikulum pendidikan jasmani sekolah dasar di amerika serikat adalah
model ini, kaena dipercayai bahwa semua ranah peserta dikembangkan secara
seimbang. Tujuan model ini adalah kepuasan diri, kompeten melakukan aktivitas
jasmnai, memiliki kepatutuan individu tanpa, mamapi bersosialisasi dan
menentukan pilihan secara bertanggung jawab, serta mampu mengintegrasikan
pengalaman.
Program yang akan
dilaksanakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pendekatan holistik dalam
pencarian identitas pribadi, beragam kesempatan untuk perkembangan yang
maksimal, lingkungan yang sehat menjamin perbedaan individu.
- Model”personal
meaning”
Moel ”personal meaning”
berdasarkan atas orientasi nilai integrasi ekologi yang fokus utamanya pada
ppencarian nilai secara pribadi dan perkembangan individu secara pribadi dan
perkembangan individu secara holistik (jewett, Bain & Ennis, 1994:291). Hal
itu berkaitan dengan perkembangan individu dalam kontek sosial tertentu dan
menekan pertumbuhan akan tanggung jawab sosial. Model ini percaya bahwa usaha
pendidikan diarahkan kepada perkembanga warga dunia yang siap untuk berperan
serta dalam usaha bersama membangun suatu masyarakat dunia yang lebih baik.
Model ini berdasarkan asumsi bahwa agar suatu pengalaman menjadi pendidikan bagi
pelakunya, maka proses tersebut haruslah mempunyai manfaat dan penting bagi
individu.
Dua puluh tujuan dalam
model ini diidentifikasikan, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori.
Pertama, bergerak untuk memenuhi potensi perkembangan individu (perkembangan
pribadi) yang terdiri dari (1) efisiensi fisiologik dan (2) kesejahteraan
psikologik. Kedua bergerak untuk beradaptasi dengan dan menguasai lingkungan
fisik (meniru lingkungan) yang terdiri dari (1) orientasi ruang, dan (2)
manipulasi objek). Ketiga, bergerak agar bisa berhubungan dengan orang lain
(interaksi sosial ) yang terdiri dari (1) berkomunikasi, (2) berhubungan dengan
kelompok, dan (3) terlibat dalam peristiwa budaya (jewett, Bain & Ennis,
1994: 276-278)
Karakteristik program
yang ditawarkan oleh model ini adalah; 1) menitik beratkan pada pencarian
pribadi terhadap suatu arti, 2) keterampilan proses merupakan isi penting, 3)
belajar dalam kontek sosial, dan 4) menekanakan pada bakat individu, kemampuan
kreatif, dan kepuasan serta tujuan jangka panjang.
- Model kurikulum
yang paling baik
Model pendidikan
kebugaran memiliki isi program yang mwmwpwlajari komponen kebugaran jasmani
yang berkaitan engan keshatan dan aktivitas-aktivitasnya yang mempunyai nilai
kesehatan. Model pendidikan olahtaga mempelajari aktivitas gerak yang ekspresif
dan kompetitif. Model analisis gerakan mendesain suatu kurikulum yang berisi
pengalaman untuk meningkatan kemampuan bergerak, mendorong proses berpikir, dan
membantu secara positif perkembangan sistem nilai, kepuasan diri, dan hormat
terhadap orang lain. Ketiga model ini merefleksikan orientasi nilai penguasaan
keahlian. Orientasi penguasaan keahlian percaya bahwa anak didk harus menguasai
bidang studi, memperoleh pengetahuan yang penting, atau integrasi disiplin akadaemik
sebagai kata kunci untuk meraih sukses disekolah. Pendidikan lewat jasmani
(education through the physical) adalah esensi dari model perkembangan.
Programnya didesain untuk mengatur aktivitas dan pengalaman belajar yang
ditujukan untuk perkembangan berdasarkan atau orientasi nilai aktualisasi diri.
Jewett, bain &
Ennis (1994: 28-29) nilai integrasi ekologik memandang individu sebagai suatu
komponen yang integral dari ”ecosphere”, memberi respon terhadap lingkungan,
dan pada saat yang sama menentukan, pada tingkat tertentu, sifat dunianya.
Kelima model kurikulum
mempunyai perbedaan dalam penekanan isi program, orientasi nilai yang paling
dominan. Bain (dalam Brant, 1988:133) menyatakan bahwa model kurikulum yang
berkembang dan dipergunakan dalam pendidikan jasmani tidak hanya berbeda dalam
pendefinisian tujuan dan struktur program, tetapi juga dalam definisi dasar
isinya.
Memperhitungkan
pendapat diatas, tidaklah menugkin memperbandingkan kelima model kurikulum yang
ada untuk menentukan model yang terbaik. Jewett, Bain dan Ennis (1994:55)
menyatakan bahwa beberapa kajian untuk membandingkan model kurikulum pendidikan
jasmani telah dilakukan, tetapi sperti apel dan jeruk model-model dimaksud
tidaklah mungkin diperbandingkan, karena model-model tersebut mempunyai
perbedaan dalam dasar filosofi, asumsi, tujuan, dan penekanan isis program.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Memperhatikan uraian di
atas, ada lima model kurikulum yang berkembang dalam pendidikan jasmani. Kelima
model kurikulum dimaksud adalah pendidikan olahraga, pendidikan kbugaran,
analisis gerakan, perkembangan (pendidikan lewat jasmani), dan ”personal
meaning”.
Setiap model memilik
landasan filosopi dan asumsi yang berbeda, pendefinisian tujuan tidak seragam,
mempfokuskan pada isi program yang tidak sama. Tiga model pertama merefleksikan
orientasi nilai penguasaan keahlian. Model perkembangan berdasarkan orientsi
nilai aktualisasi diri. Model ”personal meaning” berasal dari orientasi nilai
integrasi ekologik, jewett, Bain dan Ennis (1994: 18-29) menyatakan bahwa nilai
integrasi ekologik meyakini bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk
perkembangan individu secara holistik dalam suatu lingkunfan tertentu. Sekolah
berkewajiban untuk memperhatikan kebutuhan peserta didik san masyarakat.
Karena perbedaan yang
telah disebutkan di atas, tidakla bermanfaat untuk menetukan model yang paling
baik. Akan lebih berguna bila mempelajari kelebihan dan kekurangan setiap
moedel. Dengan mengetahui kelebihan dn kekurangan model, maka akan lebih mudah
untuk mempelajari karakteristiknya. Perencana dan pembuat kurikulum perlu
memahami karakteristik, termasuk kelebihan dan kekurangan, setiap model agar
bisa membuat keputusan yang benar. Pun dia harus pula mencermati trend yang
sednag berkembang dalam masyarakat masa kini, kebijakan yang diambil
pemerintah, minat dan kebutuhan peserta didik, kondisi masyarakat dan
lingkungan ,dan biaya serta sumber daya manusia yang tersedia. Dengan didasari
oleh pengetahuan yang demikian, diharapkan kurikulum yang terwujud bear-benar
sesuai dengan harapan pemerintah dan masyarakat, dan tidak meninggalkan
kaidah-kaidah yang mengaturnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brant,
R.S.ed. (1988). Contetnt of the curriculum. Alexandria, VA: ASD.Inc.
Jewett.
Ann E. (1980).”the status of physical education theory” quest 32
Jewett,
Ann E., Bain.,Linda L., and Ennis Catherine D.(1995). The curriculum process in
physical education, 2nd. Ed. Dubuque: WCB. Brown & Benchmark.
Melograno,
Vincent j. (1996). Designing the physical education urriculum. 3rd. ed.
Cahmpign, IL: Human Kinetics
Rink,
Judith E (1993). Teaching physical education for learning, 2nd. Ed. St.lois :
mosby-year book, inc.
Siedentop,
daryl. Ed. 91994). Sport education: quality PE through positive sport
experience.Champaign: human kinetics
Thomas,
Jerry. R.,Lee,Amelia NM.,& Thomas, Katherine T. (1988) physical education
for children: concepts into practice. Champing: human kinetics books.
Wuest,
Deborah. And Lombardo, bennet.(1994). Curriculum and instruction: the secondary
school physical education experience. St.louis:mosby-year book, inc.
No comments:
Post a Comment