Monday, 15 November 2021

MAKALAH MODEL KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN JASMANI

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.    Latar Belakang............................................................................................. 1

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2

A.    Pendidikan Olahraga Dalam Pendidikan Jasmani........................................ 2

B.    Perbedaan Antara Pendidikan Olahraga dan Pendidikan Jasmani.............. 2

C.    Model Kurikulum Dalam Pendidikan Jasmani............................................. 3

 

BAB III PENUTUP............................................................................................. 10

A.    Kesimpulan................................................................................................. 10

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan jasmani merupakan bagian yang peling penting dan komponen integral dari pendidikan. Keuletan pendidikan jasmani dibuktikan oleh sumbangannya yang unikterhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Thomas, Lee dan Thomas (1988: 5) menyatakan bahwa pendidikan jasmani menyumbangkan dua tujuan yang khas, yaitu 1) mengembangkan dan memelihara tingkat kebugaran jasmani sesuai untuk kesehatan dan mengajarkan mengapa kebugaran merupakan ssuatu yang penting serta bagaimana kebugaran dipengaruhi oleh latihan, 2) mengembangkan keterampilan gerak yang layak, diawali oleh keterampilan grak dasar , kemudian menuju keterampilan oalahraga tertentu, dana akhirnya menekankan pada berolahraga sepanjang hayat.

Walaupun tujuan utama program pendidikan jasmani adal mengembangkan keterampilan gerak dan kebugaran jasmani (ranah psikomotor), tetapi pengembangkan ranah kognitif dan afektif bisa pula ditingkatkan melalui perencanaan yang hati-hati. Posisi pendidikan jasmani yang sedemikian strategis menuntunya harus memiliki program yang terencana dan terukur.

Untuk membuat pengorganisasian rencana progaaram pendidikan jasmani demikian, dewasa ini telah berkembang beberapa model kurikulum. Model kurikulum aadalah suatu pola umum untuk menciptakan atau membentuk desain program (Jewett, Bain dan ennis, 1994:15). Ditambahkan oleh Wuest dan Lombardo (1994:62) bahwa model kurikulum merupakan suatu metode untuk mengintegrasikan atau menyatukan proses pembelajaran dan hasilnya, memperguanakan suatu sistem nilai atau teori belajar tertentu sebagai alat pemersatunya. Ada berapa model kurikulum pendidikan jasmani yang berkembang saat ini? Model kurikulum apa yang paling baik antara model yang ada? Itulah pertanyaan yang timbul dan akan berusaha dibahas dalam tulisan ini.


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pendidikan Olahraga Dalam Pendidikan Jasmani

Pendidikan olahraga bukan berarti mengambil alih pendidikan jasmani. Pendidikan olahraga bukan berarti untuk mengurangi perhatian pada kebugaran jasmani, orang dewasa, penggunaan waktu senggang dan pendidikan petualangan. Pendidikan olahraga sebagai   salah   satu   bagian   program   pendidikan jasmani. Saya tidak setuju secara menyeluruh dengan ide-ide bahwa olahraga sebaiknya bukan bagian dari kurikulum pendidikan jasmani. Saya telah mendengar ini dan mempertentangkan melalui guru pendidikan jasmani bahwa olahraga sebaiknya bukan bagian dari kurikulum sebab olahraga terlalu kompetitif, olahraga mengabaikan sebagian yang kurang memiliki keterampilan. Olahraga adalah tanggung jawab masyarakat, olahraga mempromosikan orang- orang elit atau disebabkan keaneka ragaman dari kebanyakan kelas pendidikan jasmani membuat olahraga terlalu rumit untuk diajarkan.

 

B.     Perbedaan Antara Pendidikan Olahraga dan Pendidikan Jasmani

Pendidikan olahraga tumbuh dari rasa ketidak puasan saya dengan melihat olahraga diajarkan tidak lengkap dan tidak tepat didalam banyak kelas pendidikan jasmani, Misalnya bola voli, saya telah melihat service, pass atas, dan teknik lainnya diajarkan secara terpisah dari keterampilan. Aturan dasar dikenalkan dan para pelajar disatukan ke dalam tim supaya permainan dapat dimainkan. Strategi secara nyata dilupakan. Keterampilan dipelajari dengan tidak lengkap dan secara terpisah dan jarang diperankan dengan tepat didalam konteks permainan.

Permainan para murid sering terlihat lucu karena mereka tidak pernah diajar keterampilan yang melibatkan strategi yang tepat. Olahraga didalam pendidikan jasmani mempunyai tipe yang tidak berhubungan dengan konteks keterampilan yang diajarkan secara terpisah daripada sebagai bagian dari konteks strategi didalam permainan seperti situasi sebenarnya. Ritual, nilai-nilai agama tidak disebutkan dengan anggapan bahwa hal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman.

Pendidikan olahraga tunbuh dari observasi dan kepedulian. Olahraga tumbuh dari keingginan untuk membuat pengalaman pendidikan olahraga untuk anak-anak laki-laki dan perempuan dalam pendidikan jasmani lebih autentik dan komplit. Arah pndidikan olahraga menjadi jelas ketika cara-cara olahraga yang diorganisir secara khusus diimplementasikan di olahraga anak muda, olahraga sekolah, dan klub atau organisasi olahraga rekreasi.

 

C.    Model Kurikulum Dalam Pendidikan Jasmani

Jewett, Bin dan Ennis (1993:44) menyatakan bahwa berdasarkan hasil identifikasi lewat penelaahan pelaksanaan pendidikan jasmani, baik di masa yang lalu maupun masa seakarang terdapat lima macam model kurikulum yang berkembang dan dipergunakan oleh para praktisi dan ahli pendidikan asmani. Kelima model kurikulu dimaksud adalah pendidikan olahraga, pendidikan kebugaran, analisis gerak, perkembangan (pendidikan lewat jasmani ), dan ”personal meaning”.

  1. Model pendidikan olahraga

Model ini dikembangkan oleh sidentop berdasarkan atas asumsu bahwa (1) olahraha adalah bentuk lanjut dari bermain, (2) olahraga merupakan bagian penting dari kebudayaan, (3) peserta didik harus berolahraga lewat pendidikan jasmani lewat asumsi kedua dan (4) keikutsertaan peserta didik dalam olahraga harus deduai dengan perkambangannya. Sidentop (1994:3) bahwa model pendidikan olahraga merupakan suatu model kurikulum pengajaran yang dike,namgkan untuk program pendidikan jasmani demana peserta didik tidak hanya belajar secara lengkap bagaimana cara berolahraga, tetapi juga belajajr mengkoordinir dan mengatur kegiatan olahraga. Peserta didik, juga belajar bertanggung jawab secaa pribadi dna keterampilan sebagi anggota kelompok secara efektif.

Dengan pelaksanaan model ini, memungkinakan peserta mempunyai pengetahuan pemahaman dan keterampilan yang diperlukan untuk ikut srta dalam kegiatan olahraga. Syarat penting yang perlu diperhatikan adlah olahhraga harus dimofidifikasi sesuai dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta didik, sehingga meraka bisa berpartisipasi secara individu maupun secaara tim dan kelompok . tujuan yang ingin dicapai oleh model kurikulum ini adalah: peserta didk belajr berpartisipasi dalam kegiatan bermain dan berolahragayang dilakasanskan di dalam suatu lingkungan yang kondusif. Semua peserta didik memperoleh kesempatan untuk mengikuti kompetisi yang dilaksanakan di dalam sekolah.

  1. Model pendikan kebugaran

William andarson mengembangkan model ini. Pemelliharaan dan peningkatan status kebugaran jasmani peserta didik merupakan fokus utama programnya.perencanaan model ini berasumsi bahwa aktivitas jasmani merupapkan inti gaya idup yang sehat, dan bahwa perkembangan gaya hidup yang sedemikian mememrlukan pengetahuan mengenai kebugaran jasmani yang meliputi hubungan aktivitas dan kesehatn, keterampilan jasmani yang menyehatkan, dan komitmen terhadap keutamaan latihan menutut Melograno (1996:19) meliputi : prinsip dan pengaruh latihan, desain program latihan individu berdasarkan prinsip-prinsip kebugaran, bentuk aktivitas jasmani mengembangkan kebugaran, dan kesaddaran akan pemeliharaan kebugaran jasmani.

Rose yang dikutip oleh Pate dan Hohn (1994: 61-63) membuat tujuan program bertingkat, seperti anak tangga. Tujuan terdiri dari 5 tahapan yang selalu selaras dengan perkembangan dan prtumbuhan peserta didik. Pertama, melaksanakan latihans ecara teratur: a) mempelajari kebiasaan pribadi, dan b) belajar berlatih secara teratur dan menikamatinya. Kedua, memperoleh kebugaran jasmani: a) memperoleh kriteria bugar untuk komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, b) belajar membuat tujuan kebugaran jasmani pribadi yang realistik. Ketiga, pola kebugaran jasmani: a) memilih aktivita pribadi, dan b) mengevaluasi program latihan dan olahraga. Keempat, evaluasi diri: a) menguji kebugaran sendiri, dan b) menterjemahkan hasil tes. Kelima, memecahkan masalah dan membuat keputusan: a) merencankan program, dan b) menjadi seorang pelaku yang berpengetahuan.

Menitik beratkan pengetahuan, sikap dan perilaku, program kegiatan yang berkelanjutan, dan pengujian reguler serta penilaian individual adalah karakteristik program yang ada dalam model ini.

 

  1. Model analisis gerakan

Model analisis gerakan mulai berkembang tahun 1920-an dan 1930-an. Kini, telah dikembangkan ke dalam suatu kurikulum pendidikan jasmani yang menekankan keutamaan akan pemahaman gerakan dari sudut pandang biomekanik dan estetik. Model ini berdasarkan atas penekatan penguasaan dan keahlian dalam mengembangkan programnya. Aktualisasi diri dan proses belajar ditemukan pula dalam model ini. Penguasaan keahlian telihat dari programnya yang mengarahkan peserta didik agar bisa bergerak secara terampil. Jewett, bain dan Ennis(1994: 222-224) menyatakan bahwa model analisis gerakan, peserta didik belajar menganalisis gerakan berdasarkan konsep badan (apa yang akan dilakukan badan), usaha (bagaimana badan bergerak), ruang (simana badan bergerak), dan hubungannya( hubungan apap yang terjadi). Juga, mereka menerapkan konsep tersebut untuk berbagai macam kegiatan olahraga dan manusia. Peserta didik meningkatkan kemampuan untuk mencapai tingkat gerak yang terampil. Mereka mengidentifikasi dan menerapkan konsep gerak yang terampil ke dalam prestasi dirinya sendiri dan teman sekelasnya.

Nichols (1994:8) menatkan bahwa agar penyiapan peserta didik mnjadi seseorang yang giat berlatih sepanjang hayat, maka pnengajaran pendidikan jasmani harus menghasilkan hal-hal sebagai berikut: 1) perkembangan pemahaman tentang belajar gerak manusia, 2) pencapaian keterampilan gerak dasar dan keterampilan olahraga yang lebih tinggi dan memahami kegunaannya untuk berbagi kegiatan jasmani di masa kini dan masa depan. 3) perkembangan pemahaman tantang komponen kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, 4)perkembangan sikap sesuai dan keterampilan sosial yang penting agar berhasil dalam berolahraga.Karakteristik program yang dikembangkan dalam model ini adalah pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan keterampilan gerakan yang terintegrasi dalam satu kesatuan, ruang lingkup dan tahapan isi pelajaran atas tema atau konsep gerak, menekankan pada kemampuan memecahkan masalah.

model perkembangan (endidikan lewat jasmani)pendidikan berkewajiban menciptakan suatu lingkungan belajra yang mengetahiui dan memanjukan potensi anak didik. Melograno (1996: 19-200 menyatakan bahwa karena peserta mengalami perubahan tahapan perkembangan dan pola pertumbuhan selama belajar, maka pendidikan meningkatka ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Setiap anak memiliki ”trimong” dan pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Program pendidikan jasmani harus sesuai dengan tahap perkembangan dan tingkat belajar anak. Sumbangan pendidikan jasmani terhadap dan tingkat dimaksud merupakan inti dari pendidikan lewat jasmani (”education through-the-physical”). Hal ini berarti bahwa keterampilan dasar diajarkan disekolah dasar, didikuti oleh berbagai jenis aktivitas atau unit tema, termasuk berolahraga sepanjang hayat, di sekolah lanjutan.

Model perkembangan menempatkan peserta didik pada inti kurikulum. Guru merencanakan pelajaran dan kegiatan yang akan dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan dan minat anak. Peserta didik memutuskan pemanfaatan gerakan dalam kehidupanya dan berfikir relektif akan konsekuaensi dari keputusan yang diambilnya. Ditambahkan Jewett, Bain dan Ennis (1994:247) bahwa model ini merefleksikan orientasi nilai aktualisasi diri yang menekankan pada pertumbuhan siswa secara individual. Pembuat kurikulum merencanakan program berdasarkan tingkat perkembangan siswa pada saat itu.

Sembilan puluh lima persen (95%) kurikulum pendidikan jasmani sekolah dasar di amerika serikat adalah model ini, kaena dipercayai bahwa semua ranah peserta dikembangkan secara seimbang. Tujuan model ini adalah kepuasan diri, kompeten melakukan aktivitas jasmnai, memiliki kepatutuan individu tanpa, mamapi bersosialisasi dan menentukan pilihan secara bertanggung jawab, serta mampu mengintegrasikan pengalaman.

Program yang akan dilaksanakan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: pendekatan holistik dalam pencarian identitas pribadi, beragam kesempatan untuk perkembangan yang maksimal, lingkungan yang sehat menjamin perbedaan individu.

  1. Model”personal meaning”

Moel ”personal meaning” berdasarkan atas orientasi nilai integrasi ekologi yang fokus utamanya pada ppencarian nilai secara pribadi dan perkembangan individu secara pribadi dan perkembangan individu secara holistik (jewett, Bain & Ennis, 1994:291). Hal itu berkaitan dengan perkembangan individu dalam kontek sosial tertentu dan menekan pertumbuhan akan tanggung jawab sosial. Model ini percaya bahwa usaha pendidikan diarahkan kepada perkembanga warga dunia yang siap untuk berperan serta dalam usaha bersama membangun suatu masyarakat dunia yang lebih baik. Model ini berdasarkan asumsi bahwa agar suatu pengalaman menjadi pendidikan bagi pelakunya, maka proses tersebut haruslah mempunyai manfaat dan penting bagi individu.

Dua puluh tujuan dalam model ini diidentifikasikan, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori. Pertama, bergerak untuk memenuhi potensi perkembangan individu (perkembangan pribadi) yang terdiri dari (1) efisiensi fisiologik dan (2) kesejahteraan psikologik. Kedua bergerak untuk beradaptasi dengan dan menguasai lingkungan fisik (meniru lingkungan) yang terdiri dari (1) orientasi ruang, dan (2) manipulasi objek). Ketiga, bergerak agar bisa berhubungan dengan orang lain (interaksi sosial ) yang terdiri dari (1) berkomunikasi, (2) berhubungan dengan kelompok, dan (3) terlibat dalam peristiwa budaya (jewett, Bain & Ennis, 1994: 276-278)

Karakteristik program yang ditawarkan oleh model ini adalah; 1) menitik beratkan pada pencarian pribadi terhadap suatu arti, 2) keterampilan proses merupakan isi penting, 3) belajar dalam kontek sosial, dan 4) menekanakan pada bakat individu, kemampuan kreatif, dan kepuasan serta tujuan jangka panjang.

 

  1. Model kurikulum yang paling baik

Model pendidikan kebugaran memiliki isi program yang mwmwpwlajari komponen kebugaran jasmani yang berkaitan engan keshatan dan aktivitas-aktivitasnya yang mempunyai nilai kesehatan. Model pendidikan olahtaga mempelajari aktivitas gerak yang ekspresif dan kompetitif. Model analisis gerakan mendesain suatu kurikulum yang berisi pengalaman untuk meningkatan kemampuan bergerak, mendorong proses berpikir, dan membantu secara positif perkembangan sistem nilai, kepuasan diri, dan hormat terhadap orang lain. Ketiga model ini merefleksikan orientasi nilai penguasaan keahlian. Orientasi penguasaan keahlian percaya bahwa anak didk harus menguasai bidang studi, memperoleh pengetahuan yang penting, atau integrasi disiplin akadaemik sebagai kata kunci untuk meraih sukses disekolah. Pendidikan lewat jasmani (education through the physical) adalah esensi dari model perkembangan. Programnya didesain untuk mengatur aktivitas dan pengalaman belajar yang ditujukan untuk perkembangan berdasarkan atau orientasi nilai aktualisasi diri.

Jewett, bain & Ennis (1994: 28-29) nilai integrasi ekologik memandang individu sebagai suatu komponen yang integral dari ”ecosphere”, memberi respon terhadap lingkungan, dan pada saat yang sama menentukan, pada tingkat tertentu, sifat dunianya.

Kelima model kurikulum mempunyai perbedaan dalam penekanan isi program, orientasi nilai yang paling dominan. Bain (dalam Brant, 1988:133) menyatakan bahwa model kurikulum yang berkembang dan dipergunakan dalam pendidikan jasmani tidak hanya berbeda dalam pendefinisian tujuan dan struktur program, tetapi juga dalam definisi dasar isinya.

Memperhitungkan pendapat diatas, tidaklah menugkin memperbandingkan kelima model kurikulum yang ada untuk menentukan model yang terbaik. Jewett, Bain dan Ennis (1994:55) menyatakan bahwa beberapa kajian untuk membandingkan model kurikulum pendidikan jasmani telah dilakukan, tetapi sperti apel dan jeruk model-model dimaksud tidaklah mungkin diperbandingkan, karena model-model tersebut mempunyai perbedaan dalam dasar filosofi, asumsi, tujuan, dan penekanan isis program.

 


BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Memperhatikan uraian di atas, ada lima model kurikulum yang berkembang dalam pendidikan jasmani. Kelima model kurikulum dimaksud adalah pendidikan olahraga, pendidikan kbugaran, analisis gerakan, perkembangan (pendidikan lewat jasmani), dan ”personal meaning”.

Setiap model memilik landasan filosopi dan asumsi yang berbeda, pendefinisian tujuan tidak seragam, mempfokuskan pada isi program yang tidak sama. Tiga model pertama merefleksikan orientasi nilai penguasaan keahlian. Model perkembangan berdasarkan orientsi nilai aktualisasi diri. Model ”personal meaning” berasal dari orientasi nilai integrasi ekologik, jewett, Bain dan Ennis (1994: 18-29) menyatakan bahwa nilai integrasi ekologik meyakini bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk perkembangan individu secara holistik dalam suatu lingkunfan tertentu. Sekolah berkewajiban untuk memperhatikan kebutuhan peserta didik san masyarakat.

Karena perbedaan yang telah disebutkan di atas, tidakla bermanfaat untuk menetukan model yang paling baik. Akan lebih berguna bila mempelajari kelebihan dan kekurangan setiap moedel. Dengan mengetahui kelebihan dn kekurangan model, maka akan lebih mudah untuk mempelajari karakteristiknya. Perencana dan pembuat kurikulum perlu memahami karakteristik, termasuk kelebihan dan kekurangan, setiap model agar bisa membuat keputusan yang benar. Pun dia harus pula mencermati trend yang sednag berkembang dalam masyarakat masa kini, kebijakan yang diambil pemerintah, minat dan kebutuhan peserta didik, kondisi masyarakat dan lingkungan ,dan biaya serta sumber daya manusia yang tersedia. Dengan didasari oleh pengetahuan yang demikian, diharapkan kurikulum yang terwujud bear-benar sesuai dengan harapan pemerintah dan masyarakat, dan tidak meninggalkan kaidah-kaidah yang mengaturnya.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Brant, R.S.ed. (1988). Contetnt of the curriculum. Alexandria, VA: ASD.Inc.

Jewett. Ann E. (1980).”the status of physical education theory” quest 32

Jewett, Ann E., Bain.,Linda L., and Ennis Catherine D.(1995). The curriculum process in physical education, 2nd. Ed. Dubuque: WCB. Brown & Benchmark.

Melograno, Vincent j. (1996). Designing the physical education urriculum. 3rd. ed. Cahmpign, IL: Human Kinetics

Rink, Judith E (1993). Teaching physical education for learning, 2nd. Ed. St.lois : mosby-year book, inc.

Siedentop, daryl. Ed. 91994). Sport education: quality PE through positive sport experience.Champaign: human kinetics

Thomas, Jerry. R.,Lee,Amelia NM.,& Thomas, Katherine T. (1988) physical education for children: concepts into practice. Champing: human kinetics books.

Wuest, Deborah. And Lombardo, bennet.(1994). Curriculum and instruction: the secondary school physical education experience. St.louis:mosby-year book, inc.

No comments:

Post a Comment