ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS FARINGITIS
I.
FARINGITIS
A.
DEFINISI
Adalah peradangan pada mukosa faring.
(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000)
B.
ETIOLOGI/ PATOFISIOLOGI
Etiologi faringitis akut adalah bakteri atau virus yang ditularkan
secara droplet infection atau melalui bahan makanan / minuman / alat makan.
Penyakit ini dapat sebagai permulaan
penyakit lain, misalnya : morbili, Influenza, pnemonia, parotitis ,
varisela, arthritis, atau radang
bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas yaitu: rinitis akut, nasofaringitis,
laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis
hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak
mukosa menebal serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus
faring posterior (lateral band). Adanya mukosa dinding posterior tidak rata
yang disebut granuler.
Sedangkan
faringitis kronis atropi sering timbul bersama dengan rinitis atropi, udara
pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya, sehingga menimbulkan
rangsangan serta infeksi pada faring.
C.
Infflamasi
PARINGITIS
5
Gangguan nutrisi
Mukosa Kemerahan
Batuk
Edema
mukosa
Demam
PATHWAY
Infflamasi
|
PARINGITIS
|
5
|
Gangguan nutrisi
|
Mukosa Kemerahan
|
Batuk
|
Edema
mukosa
|
Demam
|
|
|||
|
|
6
Dibedakan menjadi :
<Faringitis kronis
Faktor predisposisi:
-
Rinitis kronis
-
Sinusitis
-
Iritasi kronik pada perokok dan peminum alkohol
-
Inhalasi uap pada pekerja dan laboratorium
-
Orang yang sering bernafas dengan mulut karena hidungnya tersumbat.
a.
Faringitis kronis hiperplastik
a.1
Gejala :
-
Pasien mengeluh gatal ditenggorokan
-
Berasa kering
-
Berlendir
-
Kadang - kadang ada batuk
a.2
Terapi :
-
Dicari dan diobati adanya penyalkit kronis dihidung dan sinus paranasal
-
Terapi lokal dengan menggosokkan zat kimia (kaustik) yaitu : larutan
nitres argenti atau albotil maupun dengan listrik (elektrocauter)
-
Secara simptomatik, diberikan obat isap / kumur dan obat batuk
b.
Faringitis kronis atropi (faringitis sika)
b.1
Gejala dan tanda :
-
Pasien mengeluh tenggorokan kering dan tebal
-
Mulut berbau
-
Pada pemeriksaan tampak mukosa faring terdapat lendir yang melekat
-
Jika lendir diangkat mukosa tampak kering
b.2
Terapi:
-
Sama dengan rinitis atropi
-
Pemberian obat kumur
-
Penjagaan hygiene mulut
-
Obat simptomatik
<Faringitis Spesifik
a.
Faringitis Leutika
a.1
Gejala dan tanda :
a.1.1
Stadium primer :
-
Bercak keputihan pada lidah, palatum mole, tonsil dan dinding faring
posterior
-
Timbul ulkus karena infeksi yang lama
-
Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan
a.2.1
Stadium sekunder :
-
Jarang ditemukan
-
Terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar kearah laring
a.3.1
Stadium tersier :
-
Terdapat guma pada tonsil dan palatum
- Guma pada dinding faring
pada posterior akan mengenai vertebra servikal
- Gangguan fungsi palatum
secara permanen akibat adanya guma pada palatum mole
a.2
Diagnosis : dengan pemeriksaan serologic
a.3
Terapi : Obat pilihan utama pinissilin dalam dosis tinggi
b.
Faringitis Tuberkolusa
b.1
Cara infeksi :
-
Cara eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui
udara
-
Cara endogen yaitu penyebaran melalui darah pada tuberkolusis miliaris
Penelitian saat ini menemukan penyebaran secara limfogen
b.2 Bentuk dan tempat lesi
-
Berbentuk ulkus pada satu sisi
tonsil dan jaringan tonsil itu akan mengalami nekrosis
-
Pada infeksi secara hematogen tonsil dapat terkena pada kedua sisi
terutama pada dinding faring posterior, arkus faring anterior, dinding lateral
hipofaring, palatum mole dan palatum durum
-
Kelenjar regional leher membengkak
b.3
Gejala:
-
Pasien mengeluh nyeri hebat ditenggorokan
-
Keadaan buruk : anoreksi, nyeri menelan makanan
-
Regurgitasi
-
Nyeri di telinga (otalgia) Adenopati servikal
b.4
Diagnosis :
-
Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam
-
Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru
-
Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil
tahan asam di jaringan
b.5
Terapi: sesuai dengan terapi tuberkolusis paru
II.
ASUHANKEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Data Dasar
2.
Riwayat Kesehatan.
3.
Pemeriksaan Fisik
Pada
farmgitis kronis , pengkajian head to toe yang dilakukan
lebih difokuskan pada:
a.
Sistem pernafasan :
Batuk,
sesak
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan
inflamasi ditandai
dengan rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa pada mukosa
Tujuan : Nyeri berkurang setelah
dilakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif untuk pemberian analgetik
Intervensi
Keperawatan:
a.
Kaji lokasi,intensitas dan karakteristik nyeri
b.
Identifikasi adanya tanda-tanda radang
c.
Monitor aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri
d.
Kompres es di sekitar leher
e.
Kolaborasi untuk pemberian analgetik
2. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan
dengan intake yang kurang sekunder dengan kesulitan menelan ditandai dengan
penurunan berat badan, pemasukan makanan berkurang, nafsu makan kurang, sulit
untuk menelan, HB kurang dari normal
Tujuan:
gangguan pemenuhan nutrisi teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan yang
efektif
Intervensi
Keperawatan :
a.
Monitor
balance intake dengan output
b.
Timbang
berat badan tiap hari
c.
Berikan makanan cair / lunak
d.
Beri makan sedikit tapi sering
e.
Kolaborasi pemberian roborantia
3.
Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan sekret yang
kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas, batuk
terdapat kumpulan sputum, ditemukan suara nafas tambahan
Tujuan: bersihan jalan nafas
efektif ditujukkan dengan tidak ada
sekret yang berlebihan
Intervensi
Keperawatan :
a.
Identifikasi
kualitas atau kedalaman nafas pasien
b.
Monitor
suara nafas tambahan
c.
Anjurkan untuk minum air hangat
d.
Ajari pasien untuk batuk efektif
e.
Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran
4. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan demam,
ketidakcukupan pemasukan oral ditandai dengan turgor kulit kering, mukosa mulut
kering, keluar keringat berlebih
Tujuan:
Resiko tinggi defisit volume cairan dapat dihindari
Intervensi Keperawatan :
a.
Monitor intake dan output cairan
b.
Monitor timbulnya tanda-tanda dehidrasi
c.
Berikan intake cairan yang adekuat
d.
Kolaborasi pemberian cairan secara parenteral (jika diperlukan)
5. Resiko tinggi penularan
penyakit berhubungan dengan kontak, penularan melalui udara
Tujuan: Resiko
tinggi penularan penyakit dapat dihindari
Intervensi keperawatan
Mengajarkan pasien tentang pentingnya peningkatan kesehatan dan
pencegahan infeksi lebih lanjut:
a.
Menganjurkan pasien untuk istirahat
b.
Menghindari kontak langsung dengan orang yang terkena infeksi pernafasan
c.
Menutup mulut bila batuk / bersin
d.
Mencuci tangan
e.
Makan- makan bergisi
f.
Menghindari penyebab iritasi
g.
Oral hygine
6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi,
inflamasi ditandai dengan suhu tubuh lebih dari normal, pasien gelisah, demam
Tujuan: Suhu tubuh dalam batas normal, adanya kondisi dehidrasi,
inflamasi teratasi
Intervensi keperawatan
a.
Ukur
tanda-tanda vital
b.
Monitor
temperatur tubuh secara teratur
c.
Identifikasi
adanya dehidrasi, peradangan
d.
Kompres es disekitar leher
e.
Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik
DAFTAR PUSTAKA
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
No comments:
Post a Comment