Wednesday, 21 November 2018

Laporan Praktek Lapang PENGARUH PERBANDINGAN MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PURING (Codiaeumvariegatum) DENGAN METODESTEK DI NABILAFLORIST Kab. ACEH BESAR



Laporan Praktek Lapang

PENGARUH PERBANDINGAN  MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PURING (Codiaeumvariegatum)
DENGAN  METODESTEK DI NABILAFLORIST
Kab. ACEH BESAR







OLEH :
TRI ARMAYANI
12130005














PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
LAMPOEH KEUDEE – ACEH BESAR
2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Puring merupakan tanaman asli indonesia. Tanaman ini di laporkan oleh seorang belanda bernama G.E. Rumphius sebelum tahun 1690. Rumphius memberi namacodiaeum pada tanaman ini. Pada tahun 1762 Carl von Linne memberi nama popular pada puring yaitu croton. Sebagaimana tanaman lain puring juga di beri nama ilmiah untuk mempermudah  komunikasi yaitu Codiaeum variegatum.
Tanaman ini termasuk family Euphorbiaccae, yakni tumbuhan bergetah, (Silitonga, 2007).Varietasnya sangat banyak.Menurut perkiraan ada ribuan jenis puring di dunia ini, dan ini mudah teramati dari corak dan bentuk daunnya yang beragam. Tanaman ini berasal dari negara tropis yang sepanjang tahun berlimpah akan cahaya matahari, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, India, Thailand, Sri Lanka dan Kepulauan Pasifik Selatan, (Anonym,2011)
Puring adalah tanaman yang memiliki daun paling baik dalam menyerap unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang bertebaran di udara terbuka yaitu 2,05 mgr/liter (Rahman, 2008). Selain sebagai tanaman penyerap polutan, puring yang dikenal juga dengan nama Croton digunakan sebagai tanaman hias karena keindahan keragaman corak dan warnanya.
Warna daun bermacam-macam, seperti hijau, kuning, orange, merah, dan ungu dengan corak daun bintik-bintik atau garis.Umumnya, semakin tua umur tanaman, warna daun semakin menonjol, bahkan dalam satu tanaman memiliki dua atau tiga warna.Bentuk daun puring juga bervariasi, ada yang berbentuk huruf Z, burung walet, ekor ayam, dasi, keriting spiral, dan anting-anting (Heri, 2008).
Tanaman ini dapat tumbuh sangat baik di sekitar sumur/sumber air, sehingga akar-akarnya akan memperbaiki kualitas air dengan cara menyerap kelebihan unsur fosfor yang terkandung dalam air. Tanaman puring juga dapat digunakan sebagai tanaman obat, antara lain rebusan daun hijau yang sudah tua dipakai untuk menurunkan demam dan rebusan akarnya sebagai obat pencahar. Bagi kalangan tertentu, aura puring dipercaya memancarkan nilai-nilai positif sehingga diyakini sebagai pelindung untuk ketentraman dan kesejahteraan dalam rumah tangga. Selain itu tanaman puring yang juga dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman kuburan ini, menjadi simbol/lambang kepasrahan masyarakat kepada Tuhan yang mengingatkan manusia bahwa suatu hari nanti akan menghadapNya (Suryani, 2008).
Berdasarkan berbagai pemanfaatannya, yaitu sebagai tanaman penyerap polutan tanaman hias, tanaman obat, penyerap/penangkap unsur fosfor, simbol ketentraman dan kesejahteraan masyarakat, serta kepasrahan terhadap penciptanya, maka tanaman puring perlu dikaji dan dikembangkan dengan cara budidaya yang optimal dengan memperhatikan kebutuhan lingkungannya (syarat tumbuh).



1.2  Tujuan Praktek Lapang
Tujuan praktek lapang ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan dan mempelajari teknik perbanyakan tanaman puring jari (Codiaeum variegatum) dengan metide stek di CV.Nabila Flowers yang berguna untuk memperoleh keterampilan dalam perbanyakan tanaman puring jari dan bahan informasi untuk membandingkan metode yang digunakan dilapangan dengan literature yang ada. Praktek lapanh ini diharapkan mampu membuat penulis terampil dalam melakukan perbanyakan tanaman puring jari.

1.3  Hipotesis
Adanya pengaruh yang nyata akibat perbandingan media tanam.



BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Klasifikasi dan Morfologi
            Klasifikasi Tanaman Puring  (Codiaeum variegatum)
Klasifikasi tanaman puring jari menurut (Gembong Tjitrosoepomo, 1991)
Kingdom                     : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom                : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Sub Divisio                 : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisio                         : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                           : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas                    : Rosidae
Ordo                            : Euphorbiales
Family                         : Euphorbiaceae
Genus                          : Codiaeum
Spesies                        : Codiaeum variegatum       
   Dari Indonesia, puring menyebar ke berbagai negara diantaranya Thailand yang banyak menghasilkan Puring varian baru atau puring hibridan yang mempunyai bentuk yang indah, Selain itu  di Florida banyak sekali dibiakkan puring varian baru yang dengan nama-nama berbau Amerika(Rizal, 2011).
Secara garis besar ada empat jenis puring, yaitu Meidum baill, Pictum hook, Croton pictus lood, dan phylovren lour. Jenis yang paling umum
diperdagangkan adalah Croton. Varietas puring yang terkenal adalah :
Puring nuri C.variegatum
Puring gelatik C.variegatum
Puring ketapang C.variegatum
Puring banci C.variegatum
Puring bor puring buntut ayam C.variegatum
Puring jet C.variegatum
   Bentuk daun tanaman puring bervariasi, ada yang berbentuk pita yang panjangnya 5 cm-30cm, elips, oblong, bulat, hingga seperti ujung tombak. Permukaaan daun ada yang rata, bergelombang, dan berpilin.Warna daun juga bervariasi, ada yang berwarna hijau tua polosdan ada pula yang memiliki lebih dari tiga macam warna dengan variasi hijau, coklat, merah, biru dan kuning. Coraknya ada yang berbintik-bintik, bergaris-garis,dan belang-belang.daun yang tangkainya memiliki getah berwarna bening hingga putih. Bunga telanjang dengan benang sari yang banyak dan tersusun bertangkai dalam satu tangkai bunga.Batang berkayu dan bergetah, tinggi mencapai 3 meterdan memiliki percabangan yang banyak (Mitto, 2011).








2.2 Morfologi Tanaman Puring
a.       Akar
Karakter akar puring adalah akar serabut (radix adventicia).Akar ini dapat menentukan kesehatan tanaman.Dengan akar yang memiliki banyak rambut, puring berkesempatan untuk tumbuh secara cepat.Pada puring, akar yang sehat berwarna putih.Bila cukup kuat, akar tersebut mampu menahan terpaan angin (Mitto, 2011).
b.      Batang
Bentuk batang puring ada dua macam yaitu bulat dan bersudut.Pertumbuhan batang tegak dan menjulang keatas dengan percabangan banyak.Seperti tanaman Euphorbianceae blainnya, batang puring bergetah. Semakin lama umur tanaman maka batang akan berkayu dan mengeras (Mitto, 20011)
c.       Daun
Bentuk daun tanaman puring sangat bervariasi, ada yang berbentuk bulat telur (ovatus), lonjong (oblongus), jorong (ellipticus) dan ada juga yang berbentuk pita (Linear).Masing-masing daun mempunyai corak dan warna yang berbeda-beda.Tepi daun puring ada yang rata, bergelombang dan berpilin.Ujung daun puring ada yang berbentuk runcing (acutus), tumpul (obtusus) dan meruncing (acuminatus).Daun puring tersusun berselang-seling atau saling berhadapan dan duduk pada ruas batang tanaman. Daun yang masih muda akan selalu berwarna hijau cerah. Seiring dengan perkembangannya, daun-daun baru ini akan berubah warnanya sesuai dengan jenisnya (Mitto, 2011).
Ciri khas puring adalah dengan perkembangan tanaman ini warna daun muda akan berbeda dengan warna daun tua. Akibatnya akan terjadi perpaduan warna yang sangat indah. Daun puring mengandung senyawa saponin, flavanoida, dan polivenol.Inilah penyebab mengapa tanaman ini kadang-kadang dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Mitto, 2011).

2.3 Manfaat Tanaman Puring
     Tanaman ini dikenal dengan nama daerah tarimas, pudieng, karoton, katomas atau susurite. Sedangkan nama asing untuk tumbuhan ini Croton atau Garden croton.
Tanaman Puring ternyata mampu berfungsi sebagai tanaman anti polutan atau menangkal polusi udara yang terjadi dengan cara menetralkan radikal bebas yang ditimbulkan dari CO (Carbon Monoksida) yang banyak terdapat di lingkungan sekitar. Semakin banyak tanaman puring yang ditanam, maka semakin banyak pula kesempatan untuk menetralkan pulusi udara.
Tanaman Puring bagus jika ditanam dekat sumur atau mata air, dengan cara ditanam langsung dengan tanah, bukan pada pot. Tanaman Puring yang ditanam di dekat sumur atau mata air, ternyata dapat memperbaiki kualitas air.Kandungan akar yang dimiliki oleh tanaman Puring yang tertanam disekitar sumur atau mata air tersebut ternyata dapat menangkap kelebihan phospor yang terkandung dalam air. Fungsinya hampir sama seperti tawas yang mampu menjernihkan air.
Tanaman puring memiliki kandungan kimia yang belum banyak diketahui, kecuali getahnya yang mengandung tannin.Dalam farmakologi Cina disebutkan tanaman ini memiliki rasa pahit, dingin, dan beracun.

2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Puring
Di habitat aslinya, puring tumbuh di tempatterbuka dengan sinar matahari penuh.Namun demikian, di tempat teduh pun puring dapat tumbuh dengan subur. Sebagaimana tanaman lainnya, puring membutuhkan sinar matahari dalam proses metabolismenya, terutama dalam proses fotosintesis. Tanpa sinar matahari, proses tumbuh dan berkembangnya tanaman akan terhambat.
Setiap tanaman membutuhkan cahaya dengan intensitas yang berbeda-beda.Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang diterima tanaman setiap harinya.Kebutuhan intensitas cahaya puring berkisar antara 90-100 %, dengan lama penyinaran 10-12 jam/hari.Oleh karena itu, pada umumnya puring tidak membutuhkan naungan.
Puring tumbuh paling ideal pada temperatur antara 20-35oC.Suhu tersebut merupakan suhu rata-rata di Indonesia.Jadi, puring sangat ideal ditanam di negeri ini. Pada suhu rendah, daun akan lebih sempit tetapi tebal, sedangkan pada suhu tinggi, daun akan lebih lebar tetapi tipis.
Puring menyukai kelembaban sedang.Kelembaban optimal untuk puring berkisar antara 30-60%.Jadi, puring mampu tumbuh di tempat kering.Kelembaban yang terlalu tinggi perlu diwaspadai karena akan merangsang munculnya serangan hama dan penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan cendawan.

2.5 Teknik Perbanyakan Tanamanan Puring
Puring bisa diperbanyak dengan mudah.Dari batang keras yang dimiliki, metode stek dan cangkok paling mudah dilakukan. Selain punya waktu yang relatif singkat hasil perbanyakan juga 100 % sama dengan indukan.
Tanaman hias dengan batang keras seperti halnya puring memang bisa tumbuh dengan mengandalkan penyerubukan alami.Namun butuh waktu cukup lama dan juga biji yang dihasilkan tidak bisa stabil kadang banyak dan sedikit. Dan yang utama hasil anakan dari biji punya kemungkinan besar tidak sama dengan indukan, cara tercepat dan teraman adalah perbanyakan dengan model cangkok maupun stek.
Cara kerja stek maupun cangkok sebenarnya adalah menumbuhkan akar sebagai serapan nutrisi pada bagian yang diinginkan.Metode ini hampir semua tanaman yang punya batang keras atau berkayu bisa melakukannya namun dengan karakter berbeda.
Sebagai tanaman berbatang keras, puring punya karakter berbeda dengan tanaman berkarakter batang lunak. Bila disejajarkan maka perbanyakan puring sama dengan tanaman yang sering kita lihat di sekitar kita yaitu seperti tanaman buah.
1.      StekStek merupakan potongan organ vegetatif (akar, batang, daun, dan lain-lain) tanaman puring yang digunakan untuk prrbanyakan tanaman, dengan maksud agar bagian tersebut membentuk akar. Stek yang dapat digunakan untuk tanaman puring adalah dengan cara stek batang.
Tahap-tahap pembibitan tanaman puring dengan cara stek dapat dilakukan secara berikut :
a.       Siapkan peralatan yang terdiri dari gunting tanaman, pisau, plastik penutup, tali plastik, pot dan media tanam.
b.      Siapkan media tanam dengan campuran pasir, dengan humus bambu.
c.       Pilih batang puring yang sudah terlihat tua untuk dipotong. Cirinya cukup mudah perhatikan kulit bila sudah berwarna cokelat seperti kulit kayu berarti batang sudah siap distek.
d.      Potong dengan menggunakan gunting tanaman yang sudah dibersihkan. Hindari pengunaan pisau sebab batang punya struktur yang keras dan mengandung kayu.
e.       Setelah terpisah jangan lupa untuk untuk menutup luka di pohon indukan dengan fungisida.
f.       Bila daun terlihat rimbun potong di bagian bawah dengan menyisakan sekitar 5-7 daun. Tujuannya untuk mengurangi penguapan yang harus di jaga selama proses stek.
g.      Ikat sisa daun mengarah keatas dan tutup dengan plastik untuk mengurangi penguapan.
h.      Rendam potongan bawah dalam larutan perangsang akar sekitar 15-20 menit.
i.         Masukkan dalam media tanam,  selanjutnya masukkan pasir hingga setengah pot. Setelah itu masukkan potongan stek.
j.        Lapisan atas gunakan campuran pasir dengan humus bambu hingga penuh.
k.       Tekan media tanam hingga batang bisa berdiri tegak.
l.        Siram media tanam dengan menggunakan sisa air perangsang akar
m.    Tempatkan di tempat teduh.
Tanda berhasilnya proses stek bisa dilihat dari kondisi daun selama satu hingga dua minggu. Bila terlihat tetap segar bahkan tumbuh tunas baru berarti stek berhasil dan tutup plastik bisa dilepas.
Cara stek ini punya kelebihan cepat dan mudah namun keberhasilan proses ini masih punya keberhasilan hingga 90 %. Jadi masih ada kemungkinan 10 % tidak berhasil.

2.6 Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman, meliputi penyiraman, pemupukan, penggantian pot/reportting, pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari pada pagi hari atau sore hari.Pemupukan dapat menggunakan pupuk NPK yang dapat diberikan minggu ke-2 setelah tanam.Apabila ukuran tanaman tidak lagi proporsional terhadap ukuran pot dan akarnya, maka perlu dilakukan penggantian pot/ reporting.Gangguan hama yang sering menyerang, yaitu kutu putih (mealy bugs), kutu sisik, thrips, laba-laba kecil, dan ulat. Sedangkan penyakit pada tanaman puring seringkali disebabkan oleh jamur dan bakteri (Agrobacterium tumefaciens). Pengendalian dan pencegahan hama menggunakan insektida dan penyakit tanaman menggunakan fungisida yang diberikan secara berkala, (Kadir, 2008).

2.7 Media Tanam Puring dan Faktor yang Diperlukan
            a. Media Tanam
Media tanam memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan kesehatan tanaman puring.Salah satu syarat media tanam yang baik adalah porositas yaitu kemampuan media dalam menyerap air dan steril.Tingkat porositas tanaman di setiap daerah berbeda-beda, di daerah dataran rendah yang berudara panas, tingkat penguapannya tinggi, media harus mampu menahan air sehingga tidak mudah kering.Media harus terbebas dari organisme yang dapat menyebabkan penyakit, seperti bakteri, spora, jamur dan telur siput (Harsono, 1992).
1.      Tanah
Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang berlangsung di muka bumi di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam waktu sangat panjang.Pada dasarnya tanah merupakan tubuh alam.Namun demikian banyak tanah yang memperlihatkan tanda-tanda pengaruh antropogen (Notohadiprawiro, 1999).
Tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur hara penting yang dibutuhkan oleh tanaman.Penyerapan unsur hara oleh tanaman mestinya dapat segera diperbaharui sehingga kandungan unsur hara di dalam tanah tetap seimbang.Pengambilan unsur hara oleh ribuan jenis tumbuhan diimbangi dengan pelapukan bahan organik yang menyuplai hara bagi tanah. (Novizan,2000)
Kemampuan tanah sebagai medium untuk menunjang pertumbuhan tanaman digunakan dalam berbagai batasan.Dua batasan yang sering digunakansecara rancu adalahproduktivitas tanah dan kesuburan tanah.Produktivitas tanah diberi batasan sebagai kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan suatu tanaman (atau sekuen tanaman) yang diusahakan dengan system pengolahan tertentu. Produktivitas tanah merupakan perwujudan dari seluruh faktor (tanah dan bukan tanah) yang mempengaruhi hasil tanaman (Mas’ud,1992)
2.      Sekam padi
Menurut Badan Pusat Statistik (2011), Indonesia memiliki sawah seluas 12,84 juta hektar yang menghasilkan padi sebanyak 65,75 juta ton. Limbah sekam padi yang dihasilkan sebanyak 8,2 sampai 10,9 ton. Potensi limbah yang besar ini hanya sedikit yang baru dioptimalkan.Secara tradisional, sekam padi biasanya hanya digunakan sebagai bahan bakar konvensional (Danarto, et al., 2010).
Sekam padi merupakan bagian pelindung terluar dari padi (Oryza sativa). Pada proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butiran beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Karena bersifat abrasif, nilai nutrisi rendah, bulk density rendah, serta kandungan abu yang tinggi membuat penggunaan sekam padi terbatas.Diperlukan tempat penyimpanan sekam padi yang luas sehingga biasanya sekam padi dibakar untuk mengurangi volumenya. Jika hasil pembakaran sekam padi ini tidak digunakan, akan menimbukan masalah lingkungan (Hsu dan Luh, 1980).
Sekam padi terdiri unsur organik seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin.Selain itu, sekam padi juga mengandung unsur anorganik, berupa abu dengan kandungan utamanya adalah silika 94-96%.Selain itu, juga terdapat komponen lain seperti Kalium, Kalsium, Besi, Fosfat, dan Magnesium (Hsu dan Luh, 1980).Komposisi anorganik dariabu sekam padi berbeda, tergantung dari kondisi geografis, tipe padi, dan tipe pupuk yang digunakan (Shukla, 2011).








BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu
  Praktek lapangan ini akan dilaksanakan di Nabila Flowers Jl.Banda Aceh-Medan, Lambaro, Aceh Besar.praktek lapangan ini akan dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan tanggal 1 Februari 2016.

3.2 Bahan dan Alat
            3.2.1 Bahan
                                    Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas, sebagai berikut :
a.       Bibit
Bibit tanaman puring di peroleh dari Nabila Flowers.
b.      Media Tanam
Tanah, sekam padi.Bahan-bahan ini semua diperoleh dari Nabila Flowers.
c.       Polibag yang digunakan adalah polibag ukuran 1 kg, dan plastik untuk penutup tanaman diperoleh dari Nabila Flowers.
d.      Zat perangsang tumbuh diperoleh dari Nabila Flowers.
            3.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
            Pisau, gunting, ember, timba kecil, pot, gembor, kamera, Alat Tulis-menulis dan lain-lain.
3.3 Metode Penelitian
            Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) nonfaktorial  dengan 3 perlakuan dengan 5 ulangan. Adapun factor yang diteliti adalah sebagai berikut :
            Factor pengaruh perbandingan media tanam :
A.    3 : 1 ( 3 tanah : 1 sekam padi)
B.    2 : 2 ( 2 tanah : 2 sekam padi)
C.    1 : 1 ( 1 tanah : 1 sekam padi)
            Sehingga dengan demikian terdapat 3 perbandingan dengan 5 ulangan, sehingga secara keseluruhan terdapat 15 satuan percobaan.
Tabel 1.           Susunan Kombinasi Perlakuan Perbandingan Tanah dan Sekam Padi
No.
Simbol Kombinasi Perlakuan
Perbandingan
1.
2.
3.
4.
5.
A1
A2
A3
A4
A5
3 : 1 ( 3 tanah : 1 sekam padi )
3 : 1 ( 3 tanah : 1 sekam padi )
3 : 1 ( 3 tanah : 1 sekam padi )
3 : 1 ( 3 tanah : 1 sekam padi )
3 : 1 ( 3 tanah : 1 sekam padi )
6.
7.
8.
9.
10.
B1
B2
B3
B4
B5
2 : 2 ( 2 tanah : 2 sekam padi )
2 : 2 ( 2 tanah : 2 sekam padi )
2 : 2 ( 2 tanah : 2 sekam padi )
2 : 2 ( 2 tanah : 2 sekam padi )
2 : 2 ( 2 tanah : 2 sekam padi)
11.
12.
13.
14.
15.
C1
C2
C3
C4
C5
1 : 1 ( 1 tanah : 1 sekam padi )
1 : 1 ( 1 tanah : 1 sekam padi )
1 : 1 ( 1 tanah : 1 sekam padi )
1 : 1 ( 1 tanah : 1 sekam padi )
1 : 1 ( 1 tanah : 1 sekam padi )
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan model matematika sebagai berikut :
            Yij = µ +  +
Keterangan :
µ          = nilai rerata (mean) harapan
          = pengaruh perbandingan media tanam untuk penelitian nonfaktorial
          = pengaruh galat (experimental error)

3.4 Pelaksanaan Penelitian
           
a.      Penyiraman
       Puring akan tumbuh baik bila kebutuhan air tercukupi. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari. Tergantung kondisi di lapangan.

b.     Pemupukan
       Pemupukan bisa dilakukan melalui akar atau daun, setiap tiga bulan sekali. Pemupukan melalui akar dengan cara disiram atau ditabur di atas media sedangkan pemupukan melalui daun dengan penyemprotan. Dosis yang digunakan disesuaikan dengan jenis pupuk. Saat melakukan pemupukan, ada baiknya juga disertai dengan penggantian media tanam.



c.      Pengendalian Hama dan Penyakit
     Beberapa hama utama pada Puring adalah Mealibug, thrips dan kutu merah. Serangan Mealibug ditandai dengan adanya hama berwarna putih dilindungi tepung pada daun atau pada batang. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan Insektisida.Penyakit yang sering muncul adalah busuk batang atau busuk pucuk.Keduanya mudah muncul saat lingkungan lembab, misalnya pada musim hujan.Pengendalian juga dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida.

3.5 Pengamatan
            a. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman puring diukur dengan menggunakan penggaris, dan di ukur setiap 7, 14, dan 21 hari setelah tanam, dan dinyatakan dalam satuan (cm).

b. Jumlah Daun (helai)
Pengamatan pada daun tanaman puring yaitu dengan menghitung jumlah
daun pada tanaman puring pada tiap-tiap perlakuan pada umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam dan dinyatakan dalam satuan (helai).




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Media Tanam
4.1.1 Tinggi Tanaman
   Data pengamatan tinggi tanaman puring pada umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam akibat pengaruh perbandingan media tanam disajikan pada tabel lampiran ,1,3 dan5.
Hasil uji F pada analisis sidik ragam (Tabel Lampiran 2,4 dan 6) menunjukkan bahwa akibat pengaruh perbandingan media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman puring umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam.
Rata-rata tinggi tanaman puring umur 7,14 dan 21 hari setelah tanam akibat pengaruh perbandingan media tanam setelah di uji dengan BNJ, tertera pada table
2, berikut ini:
Tabel 2.    Tinggi tanaman puring pada umur 7,14 dan 21 hari setelah tanam akibat pengaruh perbandingan media tanam
Perlakuan
7 HST
14 HST
21 HST
A (3 tanah : 1 sekam padi)
6.2a
7.22a
7.74a
B (2 tanah : 2 sekam padi)
5.8a
7.22a
7.8a
C (1 tanah : 1 sekam padi)
6.22a
7.76a
8.36a
BNJ
0.94
0.94
0.91
Keterangan : angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata.
      
Hasil uji dengan BNJ 0,05 tabel 2 menunjukkan bahwa akibat perbandingan media tanam tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam. Ini diduga bahwa sekam padi tidak banyak mengandung unsure hara.

4.1.2 Jumlah Daun
Data pengamatan jumlah daun tanaman puring pada umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam akibat pengaruh perbandingan media tanam disajikan pada tabel lampiran 9,11 dan .
Hasil uji F pada analisis sidik ragam (Tabel Lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan bahwa akibat pengaruh perbandingan media tanam memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman puring umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam.
Rata-rata jumlah daun puring umur 7,14 dan 21 hari setelah tanam akibat pengaruh perbandingan media tanam setelah di uji dengan BNJ, tertera pada tabel 3, berikut ini:
Tabel 3. Jumlah daun puring pada umur 7,14 dan 21 hari setelah tanam akibat pengaruh perbandingan media tanam
Perlakuan
7 HST
14 HST
21 HST
A (3 tanah : 1 sekam padi)
1.2a
1.4a
1.6a
B (2 tanah : 2 sekam padi)
1.4a
1.4a
1.6a
C ( 1 tanah : 1 sekam padi)
1.2a
1.6a
1.6a
BNJ
8.69
3.90
3.90
Keterangan : angka yang di ikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama  tidak berbeda nyata.
Hasil uji dengan BNJ 0,05 tabel 2 menunjukkan bahwa akibat perbandingan media tanam tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun tanaman puring pada umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam. Ini diduga bahwa sekam padi mentah memiliki porositas yang tinggi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
   Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perbandingan media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman puring pada umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam, dan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun puring pada umur 7, 14 dan 21 hari setelah tanam.

5.2 Saran
            Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk perbanyakan tanaman puring dengan menggunakan media tanam yang lainnya untuk memperoleh hasil tanaman puring yang lebih baik.









Lampiran 1.     Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Pada Umur 7 Hari Setelah Tanam
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
4
5
A
4.5
5
6.5
7
8
31
6.2
B
4.3
4.5
5
6.5
8.7
29
5.8
C
5
5.6
6
6.5
8
31.1
6.22
Total
13.8
15.1
17.5
20
24.7
91.1
6.07




Lampiran 2.     Data Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Pada Umur 7 Hari Setelah Tanam
SK
Db
JK
KT
F hitung
F tabel
5%
1%
Perlakuan
2
0.561333
0.280667
0.12tn
3.89
6.93
Acak
12
26.948
2.245667
Total
14
27.50933

Keterangan :
tn         = tidak berpengaruh nyata                                          KK      = 24.67






Lampiran 3.     Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Pada Umur 14 Hari Setelah Tanam
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
4
5
A
5.5
5.5
7.5
8
9.6
36.1
7.22
B
5
6.5
6.9
8.7
9
36.1
7.22
C
7
7.2
7.5
8.1
9
38.8
7.76
Total
17.5
19.2
21.9
24.8
27.6
111
7.40






Lampiran 4.     Data Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Puring Akibat Perbandinagn Media Tanam Pada Umur 14 Hari Setelah Tanam
SK
Db
JK
KT
F hitung
F Tabel
5%
1%
Perlakuan
2
0.972
0.486
0.23 tn
3.89
6.93
Acak
12
25.788
2.149



Total
14






Keterangan :
tn         = tidak berpengaruh nyata                              KK      = 19.8




Lampiran 5.     Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman  Puring Akibat  Perbandingan Media Tanam Pada Umur 21 Hari Setelah Tanam
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
4
5
A
6
6.5
7.7
8.5
10
38.7
7.74
B
5
7
7.5
9.5
10
39
7.8
C
7.5
7.7
8
8.5
10.1
41.8
8.36
Total
18.5
21.2
23.2
26.5
30.1
119.5
7.96





Lampiran 6. Data Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Pada Umur 21 Hari Setelah Tanam
SK
Db
JK
KT
F hitung
F TABEL
5%
1%
Perlakuan
2
1.169333
0.584667
0.23 tn
3.89
6.93
Acak
12
30.904
2.575333



Total
14
32.07333





Keterangan :
tn         = tidak berpengaruh nyata                                          KK      =20.1





Lampiran 7.     Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Umur 7 Hari Setelah Tanam
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
4
5
A
1
1
1
1
2
6
1.2
B
1
1
1
2
2
7
1.4
C
1
1
1
1
2
6
1.2
Total
3
3
3
4
6
19
1.27




Lampiran 8.     Data Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Umur 7 Hari Setelah Tanam
SK
db
JK
KT
F hitung
F table
5%
1%
Perlakuan
2
0.133333
0.066667
0.29 tn
3.89
6.93
Acak
12
2.8
0.233333



Total
14
2.933333





Keterangan :
tn         = tidak berpengaruh nyata                                          KK      = 38.1






Lampiran 9.     Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Umur 14 Hari Setelah Tanam
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
4
5
A
1
1
1
2
2
7
1.4
B
1
1
1
2
2
7
1.4
C
1
1
2
2
2
8
1.6
Total
3
3
4
6
6
22
1.46




Lampiran 10.   Data Analisis Sidik Ragam Jumlah Daum Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Umur 14 Hari Setelah Tanam
SK
db
JK
KT
F hitung
F table
5%
1%
Perlakuan
2
0.133333
0.066667
0.22 tn
3.89
6.93
Acak
12
3.6
0.3



Total
14
3.733333





Keterangan :
tn         = tidak berpengaruh nyata                                          KK      = 37.3





Lampiran 11.   Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Umur 21 Hari Setelah Tanam
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
4
5
A
1
1
2
2
2
8
1.6
B
1
1
2
2
2
8
1.6
C
1
1
2
2
2
8
1.6
Total
3
3
6
6
6
24
1.6





Lampiran 12.   Data Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Puring Akibat Perbandingan Media Tanam Umur 21 Hari Setelah Tanam
SK
db
JK
KT
F hitung
F table
5%
1%
Perlakuan
2
0
0
0 tn
3.89
6.93
Acak
12
3.6
0.3



Total
14
3.6





Keterangan :
tn         = tidak berpengaruh  nyata                                                     KK      = 34.2





FOTO PENGAMATAN TANAMAN PURING
      
      
      


No comments:

Post a Comment