LAPORAN
KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (PUBLIC HEALTH) PUSKESMAS
KRUENG BARONA JAYA
ACEH BESAR
Diajukan
Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat
Fakultas
Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh Besar
Disusun Oleh:
MIFTAHUL MUNIRA :
NURHKALIZA :
NURUL HAFNI :
VERA OLIVIA :
YUSUF :
Pembimbing:
dr. NILAWATI
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
ABULYATAMA ACEH
2016
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Puskesmas Krueng Barona Jaya periode 01 Februari – 27 Februari 2016. Selawat dan salam juga senantiasa dilantunkan
ke pangkuan Nabi Muhammad S.A.W atas segala pengorbanan dan
kesuritauladanannya.
Laporan
ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di bagian Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama.
Ucapan
terima kasih kami tujukan terutama sekali kepada kepala. Puskesmas Krueng
Barona Jaya beserta seluruh staf yang telah begitu banyak membimbing dan
mengarahkan kami, baik dalam hal pelayanan pasien atau pun dalam penyusunan
laporan ini.
Meskipun
sudah berusaha semaksimal mungkin, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Aceh Besar, Februari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
KONSEP DASAR PUSKESMAS..............................................................................
1. Pengertian..................................................................................................
2. Visi............................................................................................................
3. Misi............................................................................................................
4. Tujuan........................................................................................................
5. Fungsi........................................................................................................
6. Kedudukan................................................................................................
7. Organisasi..................................................................................................
8. Tata Kerja..................................................................................................
9. Pembiayaan................................................................................................
BAB II GAMBARAN UMUM...................................................................................
PUSKESMAS KERUENG BARONA JAYA..........................................................
1. Gambaran Geografis..................................................................................
2. Perkembangan Kependudukan..................................................................
3. Sosial Budaya dan Lingkungan.................................................................
4. Samna dan Fasilitas Kesehatan.................................................................
5. Jumlah Tenaga Kesehatan.........................................................................
6. Upaya pelayanan di Puskesmas Krueng Barona Jaya...............................
7. Ruang Lingkup Kegiatan..........................................................................
8. Visi dan Misi Puskesmas Krueng Barona Jaya..........................................
9. Tugas dan Fungsi Puskesmas Krueng Barona Jaya...................................
10. Alur Pelayanan Puskesmas Krueng Barona Jaya.......................................
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN DOKTER
MUDA DI PUSKESMAS
KRUENG BARONA JAYA JENIS KEGIATAN ..................................................
GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN.......................................................
1. Poliklinik....................................................................................................
2. Pengendalian Obat....................................................................................
3. Imunisasi....................................................................................................
4. Kesehatan Usia Lanjut..............................................................................
5. Kesehatan Ibu dan Anak...........................................................................
6. IGD...........................................................................................................
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
DIARE ..........................................................................................................................
1. Defmisi............................................................................................. .........
2. Etiologi......................................................................................................
3. Cara Penularan dan Faktor Resiko............................................................
4. Klasifikasi..................................................................................................
5. Patofisiologi...............................................................................................
6. Manifestasi Klinis......................................................................................
7. Diagnosis...................................................................................................
8. Penatalaksanaan.........................................................................................
9. Pencegahan................................................................................................
BAB V PENUTUP.......................................................................................................
BAB VI DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
KONSEP DASAR PUSKESMAS
1.
Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota,
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah
kerja.
- Unit
Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat
pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
- Pembangunan
Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemanan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
- Penanggungjawab
Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan
yang dibebankan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
- Wilayah
Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan,
tetapi apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari dari satu Puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (Desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas
tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.
Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan
Sehat adalah gambaran masayarakat Kecamatan massa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan
berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi¬tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4
indikator utama yakni:
1.
Lingkungan sehat
2.
Perilaku sehat
3.
Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4.
Derajat kesehatan penduduk Kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada
visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat,
yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah Kecamatan
setempat.
3.
Misi
Misi pembangiman kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut
adalah:
a)
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain
yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,
yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
b)
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap
keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin
berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan
menuju kemandirian untuk hidup sehat.
c)
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan
efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota
masyarakat.
d)
Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit,
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung
dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan
menerapkan kemajuan ilmu dan
4.
Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi¬tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
5.
Fungsi
a)
Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan : Puskesmas
selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas,
sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kedanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangLman kesehatan. Di samping itu Puskesmas
aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan,
upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
b)
Pusat pemberdayaan masyarakat : Puskesmas selalu
berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayam diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
c)
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. : Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu
dan berkesmambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggungjawab Puskesmas meliputi:
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang
bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang
bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara, lain
promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
6.
Kedudukan
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan
Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah
Daerah.
a.
Sistem. Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang sertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya.
b.
Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah
kerjanya.
c.
Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah
sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan
unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat Kecamatan.
d.
Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi
pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan
swasta, seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik
dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas
terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan bersumber daya
masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat Desa dan pos UKK. Kedudukan Puskesmas,
di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya
masyarakat adalah sebagai pembina.
7.
Organisasi
a.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan
beban tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas
di satu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan Peraturan Daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas
sebagai berikut:
1.
Kepala Puskesmas
2.
Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas
dalam pengelolaan:
·
Data dan informasi
·
Perencanaan dan penilaian
·
Keuangan
·
Umum dan pengawasan
3.
Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
·
Upaya kesehatn masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKBM
·
Upaya kesehatan perorangan
4.
Jaringan pelayanan Puskesmas
·
Unit Puskesmas pembantu
·
Unit Puskesmas Keliling
·
Unit bidan di Desa/komunitas
5.
Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas
disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus
untuk Kepala. Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana
di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
b.
Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan
di tingkat Kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran
Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan,
maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon. III-B.
Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat
untuk menjabat jabatan eselon III-B, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai
dengan kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan
kesehatan yang kurikulum pendidikannya, mencakup bidang kesehatan masyarakat,
dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.
8.
Tata Kerja
a)
Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan
kantor Kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat Kecamatan.
Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan
dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fimgsi penggalian sumber
daya masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor Kecamatan mencakup
pula kegiatan fasilitosi.
b)
Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dims Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan demikian
secara teknis dan adklinistratif, Puskesmas bertanggungjawab kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab
membina serta memberikan bantuan adklinistratif dan teknis kepada Puskesmas.
c)
Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang
dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerjasama
termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan.
Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, Puskesmas
melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
d)
Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai
pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan
kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan
perorangan seperti rumah sakit (Kabupaten/Kota) dan berbagai balai kesehatan
masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mats
masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga
masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat).
Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan
dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium
Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut
diselenggarakan melalui penerapan konseprujukan yang menyeluruh dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
e)
Dengan Lintas Sektor
Tanggungjawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil yang optimal,
penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan
dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat Kecamatan. Diharapkan
di satu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kecamatan tersebut
mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain
pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat Kecamatan
berdampak positif terhadap kesehatan.
f)
Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat
sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan
melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun berbagai
potensi masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, orgasnisasi
kemasyarakatan, serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra Puskesmas
dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan.
Badan
Penyantun Puskesmas (BPP)
BPP
adalah Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli kesehatan
yang berperan sebagai mitra kerja Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Fungsi:
- Melayani
pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas (to
serve)
- Memperjuangkan
kepentingan kesehatan dan keberhasilan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas
(to advocate)
- Melaksanakan
tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang kinerja Puskesmas (to
watch)
1.
Upaya Penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas,
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua
yakni:
ü Upaya
Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta, yang mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia.
Upaya
kesehatan wajib tersebut adalah:
1.
Upaya Promosi Kesehatan
2.
Upaya Kesehatan Lingkungan
3.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta, Keluarga Berencana
4.
Upaya Perbaikan Gizi
5.
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6.
Upaya Pengobatan
ü Upaya
Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas
adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang
telah ada, yakni:
1.
Upaya Kesehatan Sekolah
2.
Upaya Kesehatan Olah Raga
3.
Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4.
Upaya Kesehatan Kerja
5.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6.
Upaya Kesehatan Jiwa
7.
Upaya Kesehatan Mata
8.
Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9.
Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat
serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya
ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya
pengembangan Puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang,
baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila
perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah
tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat
upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya Puskesmas tersebut di atas yang
sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi Puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh Puskesmas
bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari
BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib Puskesmas
telah terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan Serta peningkatan rute
pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan Puskesmas,
ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu,
upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan pengembangan, padahal menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk
itu. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan
rawat inap. Untuk ini di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap
tersebut, yang dalam pelaksanp2nnya harus memperhatikan berbagai persyaratan
tenaga, sarana dan prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini,
apabila ada kemampuan, di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik
spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap.
Keberadaan pelayanan medik spesialistik di Puskesmas hanya dalam rangka
mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter
dan atau tenaga spesialis yang bekerja di Puskesmas dapat sebagai tenaga
konsulen atau tenaga tetap fungsional Puskesmas yang diatur oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Perlu diingat meskipun Puskesmas menyelenggarakan pelayanan
medik spesialistik dan memiliki tenaga medis spesialis, kedudukan dan fungsi Puskesmas
tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya.
2.
Azas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara
terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga
ftmgsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar
dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas,
baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas
penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah:
a.
Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah.Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk
ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut:
·
Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat Kecamatan,
sehingga berwawasan kesehatan
·
Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
·
Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
·
Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama
(primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
b.
Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan
masyarakat. Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setup upaya Puskesmas.
Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukkan
Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
·
Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB)
·
Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
·
Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi,
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
·
Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru
dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren)
·
Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
·
Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti
wreda
·
Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Keda (Pos
UKK)
·
Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana
Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
·
Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Batts)
·
Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif):
dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan
c.
Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah
keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya Serta diperolehnya hasil
yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara
terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan
yang perlu diperhatikan, yakni:
1.
Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab Puskesmas.
Contoh keterpaduan lintas program antara lain:
·
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA
dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
·
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan
reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
·
Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
·
Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M,
kesehatan jiwa, promosi kesehatan
2.
Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan
berbagai program dari sektor terkait tingkat Kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
·
Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala Desa, pendidikan, agama
·
Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala Desa, pendidikan, agama, pertanian
·
Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala Desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, PLKB
·
Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala Desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia
usaha, PKK, PLKB
·
Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala Desa, tenaga kerja, koperasi, dunia
usaha, organisasi kemasyarakatan
·
Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala Desa, tenaga kerja, dunia usaha.
d.
Azas rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki
oleh Puskesmas terbatas.
Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat
dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu - Puskesmas
menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas
kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal bank, baik
secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata
sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar
sarana pelayanan Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:
1.
Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah
kasus penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus
penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan
kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien
paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas.
Rujukan
upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
a.
Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
b.
Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
c.
Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan
tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga Puskesmas
dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas.
2.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat.
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran
lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan
apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah
menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. kesehatan yang sama.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga
macam:
a.
Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual,
bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
b.
Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan. penyelesaian masalah hukum
kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.
c.
Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
masalah kesehatan masyarakat dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan
masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain
Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan. Kerja, Upaya Kesehatan hwa,
pemeriksaan contoh air bersih) kepada Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota. Rujukan
operasional diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.
9.
Pembiayaan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab Puskesmas, perlu
ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa
sumber pembiayaan Puskesmas, yakni:
a.
Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang
berasal dari Pemerintah terutama adalah Pemerintah Kabupaten/Kota. Di samping
itu Puskesmas masih menerima dana yang berasal dari Pemerintah provinsi dan Pemerintah
pusat Dana yang disediakan oleh Pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni:
·
Dana anggaran pembangunan yang mencakup dana
pembangunan gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan. obat.
·
Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan,
pemeliharaan gedung dan peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya
operasional.
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk seterusnya dibahas bersana DPRD Kabupaten/Kota. Puskesmas
diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui
Dimas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam dokumen
keuangan ditunmkan secara sertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Untuk beberapa mats anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan pembangunan
gedung serta pengadaan alai, anggaran tersebut dikelola langsung oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima Puskesmas
adalah kepala Puskesmas, sedangkan adklinistrasi keuangan dilakukan oleh
pemegang keuangan Puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atas usulan kepala Puskesmas. Penggunaan dana sesuai
dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.
Pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah,. masyarakat dikenakan
kewajiban membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang
besamya ditentukan oleh Pemerintah daerah masing-masing (retribusi). Pada saat
ini ada beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh
dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan ini, yakni:
1.
Selurulmya disetor ke Kas Daerah
Untuk
ini secara berkala Puskesmas menyetor langsung seluruh dana retribusi yang
diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.
Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa
daerah tertentu membenarkan Puskesmas menggunakan sebagian dari dana yang
diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang lazimnya
berkisar antara 25 — 50% dari total dana retribusi yang diterima. Penggunaan
dana hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Penggunaan
dana tersebut secara berkala dipertanggungjawabkan oleh Puskesmas ke Pemerintah
daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3.
Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa
daerah tertentu lainnya membenarkan Puskesmas menggunakan seluruh dana yang
diperolehnya dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk membiayai
kegiatan operasional Puskesmas. Dahulu Puskesmas yang menerapkan model
pemanfaatan dana seperti ini disebut Puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai
dengan kebijakan dasar Puskesmas yang juga harus menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat yang dananya ditanggung oleh Pemerintah, diubah menjadi Puskesmas
swakelola. Dengan perkataan lain Puskesmas tidak mungkin sepeniihnya menjadi
swadana. Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni untuk membiayai
upaya kesehatan masyarakat yang memang menjadi tanggungjawab Pemerintah.
4.
Sumber lain
Pada
saat ini Puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti:
a.
PT ASKES yang peruntukkannya sebagai imbal jasa
pelayanan yang diberikan kepada para peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan
kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b.
PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai
imbal jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta Jamsostek. Dana
tersebut juga dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c.
JPSBK/PKPSBBM : Untuk membantu masyarakat miskin, Pemerintah
mengeluarkan dana secara langsung ke Puskesmas. Pengelolaan dana im mengacu pada
pedoman yang telah ditetapkan.
Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku, akan
terjadi perubahan pada sistem pembiayaan Puskesmas. Sesuai dengan konsep yang
telah disusun, direncanakan pada massa yang akan datang Pemerintah hanya bertanggungjawab
untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan
perorangan dibiayai melalui sistem Jaminan Kesehatan Nasional, kecuah untuk
penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh Pemerintah dalam bentuk pembayaran
premi. Dalam keadaan seperti mil, apabila
Puskesmas tetap diberikan kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan, maka Puskesmas akan menerima pembayaran dalam bentuk kapitasi dari
Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. Untuk itu Puskesmas harus dapat
mengelola dana kapitasi tersebut sebaik-baiknya, sehingga di satu pihak dapat
memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan di pihak lain tetap
memberikan keuntungan bagi Puskesmas. Tetapi apabila Puskesmas hanya bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka Puskesmas hanya akan menerima
dan mengelola dana yang berasal dari Pemerintah.
BAB II
GAMBARAN UMUM
PUSKESMAS KERUENG BARONA JAYA
Gambar. Puskesmas
Keueng Barona Jaya Kecamatan Krueng Barona Jaya
1.
Gambaran
Geografis
Secara Adklinistrasi Puskesmas Krueng Barona Jaya Kecamatan
Krueng Barona Jaya merupakan salah satu Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Besar
yang berada dalam wilayah Provinsi Aceh dan merupakan Pemekaran di wilayah Kecamatan
Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Bulan Maret Tahun 2005.
Kecamatan Krueng Barona Jaya kedudukannya berada pada
meridian bumf antara 5,2°-5,8° Lintang Utara dan 95,0°-96,8° Bujur Timur.
Topografi wilayahnya dataran rendah. Oleh karena kedudukannya di jalu
khatulistiwa, curah hujan di Kabupaten ini tergolong tinggi yaitu antara
111-304 mm pertahun dengan suhu udara berkisar 21-33°C.
Luas wilayahnya mencakup 9,06 Km2 yang
dibagi atas 12 Desa. 44 dusun dengan jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten ± 54
Km2 dan Ibukota Provinsi Aceh ± 6,5 Km2.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Krueng
Barona Jaya Kecamatan Krueng Barona Jaya adalah sebagai berikut:
·
Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Darussalam
·
Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Ingin Jaya
·
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskemas
Kuta Baro
·
Sebelah Barat berbatas dengan Kota Madya Banda Aceh
2.
Perkembangan
Kependudukan
Pertumbuhan penduduk Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten
Aceh Besar dalam tiga tahun terus bertambah walaupun tidak terlalu signifikan
dimana pada tahun 2011 jumlah penduduk berjumlah ± 13.236 jiwa, tahun 2012 bertambah
jadi ± 13.770 jiwa dan pada tahun 2013 bertambah menjadi ± 14.419 jiwa. Pada
tahun 2013 jumlah laki-laki sebanyak 7.444 jiwa dan perempuan 6.975 jiwa dengan
perbandingan jenis kelamin (sex ratio) 106.72 sedangkan rata-rata. jumlah
anggota, rumah tangga sebanyak 4,45 atau sudah medah mencapai kondisi ideal
kepadatan rumah tangga.
Angka Kelahiran Kasar/Crude Birth Rate (CBR) selama tahun
2013 adalah 2.18%. tinggmya angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) tentunya
meningkatkan angka pertumbuhan penduduk (Population Growth Rate) dan
memperbesar tanggungan penduduk (dependency ratio). Dinamika penduduk Kecamatan
Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar bila disusun menurut hirarki golongan
umur termuda (bayi) hingga golongan tua (lansia) akan tampak bahwa komposisi
penduduk terbanyak berada pada usia muda <30 tahun (59%). Dengan demikian
struktur penduduk Kecamatan ini merupakan struktru penduduk muda atau tidak
produktif (anak-anak dan remaja) lebih banyak disbanding produktif. Tingkat
dependency ratio tahun 2013 sebesar 94,11% yang berarti bahwa setiap 1100 jiwa
penduduk usia produktif harus menanggung 94 jiwa penduduk tidak produktif.
3.
Sosial
Budaya dan Lingkungan
Tingkat pendidikan rata-rata penduduk usia 10 tahun keatas
Kabupaten Aceh Besar tergolong tinggi (56,09%), hal ini bisa disebabkan karena.
letak Kecamatan Krueng Barona. Jaya berbatasan langsung dengan. kotamadya Banda
Aceh dan sangat dekat dengan ibukota Provinsi Aceh dimana rata-rata sarana
pendidikan lebih banyak tersedia sehingga mudah untuk menjangkau. Berdasarkan
data penduduk yang tamat SD/Ml 2.674 jiwa, tamat SMP/MTSN 1.941, sementara
mencapai perguruan tinggi tingkat AK/Diploma 890 jiwa dan Universitas 501 jiwa.
Pada tabu 2013 persentase penduduk yang melek huruf 97.68%.
4.
Samna dan
Fasilitas Kesehatan
·
Sarana. Kesehatan
-
1 unit Puskesmas induk dan 2 unit Puskesmas pembantu
milik Pemerintah Serta 10 unit poskedes
-
Posyandu jumlahnya di wilayah kerja Puskesmas Krueng
Barona. Jaya sebanyak 13 dan Desa Siaga 12.
·
Fasilitas kesehatan
Fasilitas
Kesehatan yang ads di Puskesmas Krueng Barona. Jaya, yaitu:
a.
Ruang Kepala Puskesmas : 1 unit
b.
Kamar Pemeriksa : 2 unit
c.
Poliklinik Gigi : 1 unit
d.
Poliklinik Imunisasi : 1 unit
e.
Poliklinik KIA : 1 unit
f.
Pohklinik MTBS : 1 unit
g.
Poliklinik Gizi : 1 unit
h.
Poliklinik Usila : 1 unit
i.
Ruang Tata Usaha : 1 unit
j.
Laboratorium : 1 unit
k.
Apotek : 1 unit
l.
Ruang Bantu : 1 unit
5.
Jumlah
Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan Krueng Barona Jaya 71 orang, 64 orang
sudah PNS dan PPT berjumlah 6 orang. Data kepegawaian berdasarkan tingkat
pendidikan:
a.
Dokter : 2 orang
b.
Dokter 9191 : 1 orang
c.
S-1 Keperawatan : 2 orang
d.
S-1 Kes. Masyarakat : 7 orang
e.
S-1 Tek. Pangan : 1 orang
f.
AKBID : 26 orang
g.
AKPER : 2 orang
h.
AKL : 2 orang
i.
AKG : 1 orang
j.
AKZI : 1 orang
k.
AAK : 1 orang
l.
Bidan : 11 orang
m.
SPK : 3 orang
n.
SPPH : 1 orang
o.
Analis : 1 orang
p.
SPRG : 1 orang
q.
Ass. Apoteker : 2 orang
r.
Pekarya : 2 orang
s.
D-IV Kebidanan : 1 orang
6.
Upaya
pelayanan di Puskesmas Krueng Barona Jaya
·
Upaya Kesehatan Wajib
1.
Promosi Kesehatan
2.
Kesehatan Lingkungan
3.
Kesehatan Ibu Anak-dan Keluarga Berencana
4.
Perbaikan Gizi Masyarakat
5.
Pencegahan dan Pemerantasan Penyakit Menular Serta
Pengobatan
·
Upaya Kesehatan Pengembangan
1.
Upaya Kesehatan Sekolah
2.
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
3.
Upaya Kesehatan Jiwa
4.
Kesehatan Usia
5.
Pembinaan Pengobatan Tradisional
7.
Ruang
Lingkup Kegiatan
Puskesmas Krueng Barona Jaya melaksanakan kesehatan
menyeluruh dan terpadu yaitu pengobatan, pencegahan, peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan dalam bentuk kegiatan, diantaranya:
a.
Kesehatan lbu dan Anak
b.
Kesehatan Gigi dan Mulut
c.
Kesehatan Usia Lanjut
d.
Usaha Penigkatan Gizi
e.
Laboratorium Sederhana
f.
Promosi Kesehatan
g.
Kesehatan Lingkungan
8.
Visi dan
Misi Puskesmas Krueng Barona Jaya
·
VLSI
"Pelayanan
Kesehatan Prima Menuju Masyarakat Krueng Barona Jaya Krueng Barona Jaya Sehat
dan Berkeadilan"
·
MISI
a.
Meningkatkan kuahtas pelayanan kesehatan
b.
Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang bermutu dan
merata
c.
Meningkatkan Sumber Daya Tenaga Kesehatan dan
Masyarakat
d.
Meningkatkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
9.
Tugas dan
Fungsi Puskesmas Krueng Barona Jaya
a.
Tugas Pokok
Puskesmas berperan sebagai motor dan motivator
terselenggaranya pembangunan yang mengacu, morientasi Serta dilandasi oleh
kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama.
b.
Fungsi
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama,
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
10.
Alur
Pelayanan Puskesmas Krueng Barona Jaya
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DOKTER MUDA
DI PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA
JENIS KEGIATAN
Kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh dokter muda selama stase Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Krueng Barona Jaya antara lain:
·
Poliklinik
·
Pengendalian obat
·
Imunisasi
·
Kesehatan Usia Lanjut
·
Kesehatan ibu dan anak
·
IGD
·
MTBS
GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1.
Poliklinik
Merupakan pelayanan kesehatan rawat jalan dengan tujuan
antara menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan tanpa
mengabaikan pemeliharaan dan pencegahan penyakit.
Pelaksanaan kegiatan poliklinik dilaksanakan tiap hari Senin-sabtu
pada pukul 08:00-13:00 WIB. Kegiatan poliklinik dilaksanakan antara lain
anamnesa, pemeriksaan fisik mendiagnosa dan penulisan resep terhadap pasien
dibawah bimbingan Dr. Nila,dan Dr.Nisa.
Gambar :
Dokter muda
saat di poli umum
2.
Pengendalian
Obat
Pada minggu pertama melakukan orientasi diapotek Puskesmas
Krueng Barona Jaya dan melihat persedian obat digudang obat.
Daftar obat di Puskesmas Krueng Barona
Java
No.
|
Nama Obat
|
Sedian
|
||||
1
|
Allpurinol
|
Tablet 100 mg
|
||||
2
|
Ambroxol
|
Syrup 5 mg/m1-60 ml
Tablet 30 mg
|
||||
3
|
Aminophylin
|
Injeksi 24 mg/ml-10 ml
Tablet 200 mg
|
||||
4
|
Amlodipin
|
Tablet 5 mg
|
||||
5
|
Amoxicillin
|
Kapsul 250 mg
Kaplet 500 mg
Syrup kering 125 mg/ml-60 ml
|
||||
6
|
Antasia DOEN (Mg-Hidroksida
200mg + Al.Hidroksida 200mg)
|
Suspensial 60 ml
Tablet
|
||||
7
|
Antalgin (Metampiron)
|
Tablet 500 mg
|
||||
8
|
Anti Bakteri DOEN (Basitrasin 500
IU/g + Polimiskin 10.000 Ul/g)
|
Salap 5 gram
|
||||
9
|
Anti Hemeroid DOEN (Bismuth
subgalat 150mg + Heksaklorofen
2,5mg)
|
Suppositoria
|
||||
10
|
Antimigren (Ergotamin tartrat 1 mg
+ Kofein 50 mg)
|
Tablet
|
||||
11
|
Aqua pro injeksi
|
Vial 20 ml.
|
||||
12
|
Asam Askorbat (Vitamin C)
|
Tablet 50 mg, 100 mg, 250 mg
|
||||
13
|
Asam mefenamat
|
Kaplet 500 mg
|
||||
14
|
Asiklovir
|
Krim 5 % - 5 gram
Tablet 200 mg
|
||||
15
|
Besi (11) Sulfat 7H20
|
Tablet salut 300 mg
|
||||
16
|
Betametason
|
Krim 0,2 % - 5 gram
|
||||
17
|
Deksamethason
|
Injeksi 5 mg/ml - 1 ml
Syrup 10 mg/5ml – 60 ml
Tablet 0,5 mg
|
||||
18
|
Dekstrometorfan
|
Syrup 10 mg/5ml – 60
Tablet 15 mg
|
||||
19
|
Diafom
|
Tablet
|
||||
20
|
Diazepam
|
Injeksi 5 mg/ml- 2 ml
Tablet 2 mg
|
||||
21
|
Difenhidramin HCL
|
Injeksi 10 mg/ml –1 ml
|
||||
22
|
Digoksin
|
Tablet 0,25 mg
|
||||
23
|
Domperidon
|
Suspensi 5 mg/ 5 ml – 60 ml
|
||||
24
|
Efedrin
HCL
|
Tablet 25
mg
|
||||
25
|
Ekstrak
Belladon
|
Tablet 10
mg
|
||||
26
|
Epinefrina
HCL/Bitatrat
|
Injeksi
0,1 % - 1 ml
|
||||
27
|
Erytromycin
|
Kapsul
500 mg
Syrup 200
mg/ 5 ml – 60 ml
|
||||
28
|
Etakridin
(Rivanol)
|
Larutan
0,1 % - 300 ml
|
||||
29
|
Etanol 70
%
|
Larutan 1000
ml
|
||||
30
|
Fenobarbital
|
Injeksi
i.m/i.v 50 mg/ml –1 ml
Tablet 30
mg
|
||||
31
|
Fitomenadion
(Vitamin KI)
|
Injeksi
10 mg/ml –1 ml
|
||||
|
|
Tablet
salut gala 10 mg
|
||||
32
|
Furusemid
|
Tablet 40
mg
|
||||
33
|
Garam
Oralit
|
Sachet
untuk 200 ml air
|
||||
34
|
Gentamisin
|
Salep
kalif 3 % - 5 GRAM
|
||||
35
|
Gentian
Violet
|
Larutan 1
% - 1 ml
|
||||
36
|
Glibenclamid
|
Tablet 5
mg
|
||||
37
|
Gliseril
Guayakolat
|
Tablet
100 mg
|
||||
38
|
Glukosa
larutan infuse 5 %
|
Larutan
500 ml
|
||||
39
|
Griseofalvin.
|
Tablet
125 mg
|
||||
40
|
Hidrokortison
|
Krim 2,5
% - 5 gram
|
||||
41
|
Ibuprofen
|
Tablet
200 mg
Tablet 400
mg
|
||||
42
|
Isosorbid
Dinitrat
|
Tablet
sublingual 5 mg
|
||||
43
|
Kalsium
laktat (kalk)
|
Tablet
500 mg
|
||||
44
|
Captopril
|
Tablet
12,5 mg
Tablet 25
mg
|
||||
45
|
Ketokonazol
|
Tablet
200 mg
|
||||
46
|
Klindamisin
|
Kapsul
150 mg
|
||||
47
|
Kloramfenikol
|
Kapsul
250 mg
Salep
mata 1 %
Tetes mata 0,5 %
Tetes
telinga 3 % - 5 ml
|
||||
48
|
Klorfeniramin
Maleat (CTM)
|
Tablet 4
mg
|
||||
49
|
Kodein
|
Tablet 10
mg
|
||||
50
|
Kotrimoksazol
|
Tablet
kombinasi
Syrup
kombinasi
|
||||
51
|
Lavertran
|
Salep
|
||||
52
|
Levofloksasin
|
Tablet
500 mg
|
||||
53
|
Lidokain
|
Injeksi 2 % - 2 ml
|
||||
54
|
Magnesium Sulfat
|
Injeksi 25 % - 25 ml
|
||||
55
|
Metformin HCL
|
Tablet 500 mg
|
||||
56
|
Metilergometrin Maleat
|
Tablet 0,125 mg
|
||||
|
|
Injeksi 0,200 mg –1 ml
|
||||
57
|
Metilprednisolon
|
Tablet 4 mg
|
||||
58
|
Metoklopramide
|
Injeksi 5 mg/ml
|
||||
Tablet 5 mg
|
||||||
59
|
Metronidazole
|
Tablet 500 mg
|
||||
60
|
Mikonazole
|
Salep/krim 2 % - 10 mg
|
||||
61
|
Multivitamin
|
Tablet
Syrup
|
||||
62
|
Natrium Bikarbonat
|
Tablet 500 mg
|
||||
63
|
Natrium Diclofenac
|
Tablet 25 mg
|
||||
64
|
Natrium Klorida infuse 0,9 %
|
Larutan 500 ml
|
||||
65
|
Nifedipin
|
Tablet 10 mg
|
||||
66
|
OBH
|
Syrup 100 ml
|
||||
67
|
Oksitetrasiklin
|
Salep kulit 3 % - 5 gr
Salep mats 1 % - 1 ml
|
||||
68
|
Oksitosin
|
Injeksi 10 UI/ml –1 ml
|
||||
69
|
Omeprazole
|
Tablet 20 mg
|
||||
70
|
Parasetamol
|
Syrup 125 m1/5 ml – 60 ml
Tablet 500 mg
|
||||
71
|
Pirantel
|
Tablet 125 mg
|
||||
72
|
Piridoksin (vitamin
B6)
|
Tablet 10 mg
|
||||
73
|
Piroxicam
|
Tablet 10 mg
Tablet 20 mg
|
||||
74
|
Povidon lodida
|
Larutan 10 % - 30 ml
dan 300 ml
|
||||
75
|
Prednison
|
Tablet 5 mg
|
||||
76
|
Propanolol
|
Tablet 10 ml
|
||||
77
|
Propiltiourasil
|
Tablet 100 ml
|
||||
78
|
Ranitidin
|
Injeksi 25 mg/ml – 2
ml
Tablet 150 mg
|
||||
79
|
Ringer Lactat
|
Larutan infuse 500 ml
|
||||
80
|
Salbutamol.
|
Tablet 2 mg
Tablet 4 mg
|
||||
81
|
Salep, 2-4
|
Pot 30 gram
|
||||
82
|
Salisil bedak
|
Sachet 2 % - 50 gr
|
||||
83
|
Sefadroxil
|
Kapsul 500 mg
Syrup kering 125 ml/5 ml – 50 ml
|
||||
84
|
Sefotaxim
|
Injeksi 500 mg/vial
|
||||
85
|
Scabicid
|
Kream
|
||||
86
|
Sianokobalamin
|
Tablet 50 mcg
Injeksi 500 mcg/ml- 1 ml
|
||||
87
|
Simvastatin
|
Tablet 10 mg
|
||||
88
|
Siprofloxacin
|
Tablet 500 mg
|
||||
89
|
Tetrasiklin HCL
|
Kapsul 250 mg
Kapsul 500 mg
|
||||
90
|
Tiamfenicol HCL
|
Kapsul 250 mg
Kapsul 500 mg
|
||||
91
|
Tiamin HCL (Vit. BI)
|
Injeksi 100 mg/ml –1 ml
Tablet 50 mg
|
||||
92
|
Tramadol
|
Injeksi 50 mg/ml
|
||||
93
|
Vitamin B Kompleks
|
Tablet
|
||||
Perbekalan Kesehatan
|
||||||
94
|
Aboccath
|
No 22
No 24
No. 24
|
||||
95
|
Alat suntik sekali pakai
|
lml, 2,5 ml, 3 ml, 5 ml
|
||||
96
|
Catgut + jarum bedah
|
No. 2/0
|
||||
97
|
Infusion set
|
Anak dan Dewasa
|
||||
98
|
Jarum Jahit (bedah)
|
NO. 11, 12,13
|
||||
99
|
Kapas pembalut/Absorben
|
250 gram
|
||||
100
|
Kasa kompres
|
40/40 steril
|
||||
101
|
Kasa hidrofil steril
|
Uk. 18x22 cm/ktk @12 lbr
4 m x 10 cm
4 m x 15 cm elastis
|
||||
102
|
Masker
|
Lembar
|
||||
103
|
Plester
|
5 yards x 2 inch
|
||||
104
|
Sarung tangan steril
|
No. 7
|
||||
105
|
Silk + jarum bedah
|
No. 3/0
|
||||
Obat Gigi
|
||||||
106
|
Air raksa dental use
|
|
||||
107
|
Etil klorida spray
|
100 ml
|
||||
108
|
Eugenol
|
Cairan 10 ml
|
||||
109
|
Glass Ionomer Cement ART
|
|
||||
110
|
Kalsium Hidroksida
Pasta
|
|
||||
111
|
Klorfenol kamfer
menthol
|
10 ml
|
||||
112
|
Mummifying pasta
|
|
||||
113
|
Pehacain
|
Injeksi
|
||||
114
|
Semen seng fosfat
|
Serbuk dan cairan 30
gram
|
||||
115
|
Silver amalgam
|
Serbuk 65- 75 %
|
||||
116
|
Spons, Gelatin
|
|
||||
117
|
Temporary stopping
flecher
|
Serbuk dan cairan
100 gram
|
||||
Obat Awa
|
||||||
118
|
Amitriptilin HCL
|
10 gram
|
||||
119
|
Diazepam
|
Tablet 5 mg
|
||||
120
|
Haloperidol
|
Tablet 0,5 mg
Tablet 1,5 mg
Tablet 5 mg
|
||||
121
|
Karbamazepin
|
Tablet 200 mg
|
||||
122
|
Klorpromazin
|
Tablet salut 25 mg
Tablet salut 100 mg
|
||||
123
|
Klorpromazin
|
Tablet salut 25 mg
Tablet salut 100 mg
|
||||
124 1
|
Risperidon
|
Tablet 2 mg
|
||||
125
|
Triheksilfenidil Flidroklorida
|
Tablet 2 mg
|
||||
Obat Gizi
|
||||||
126
|
Besi (ii) sulfat 200 mg + Asam folat
0,25 mg
|
Tablet
|
||||
127
|
Retinol (Vit. A)
|
Kapsul 100.000 IU
Kapsul 200.000 IU
|
||||
Obat TB
Paru
|
||||||
128
|
Obat Antituberkulosis
|
Kategori 1 dan 2 dewasa
Kategori
|
||||
129
|
Reaggensia. TB
|
|
||||
130
|
Slide Microscope
|
|
||||
131
|
Sputum pot
|
|
||||
Obat
Malaria
|
||||||
132
|
Obat malaria kombinasi
|
Tablet pirimetamin 25 mg +
sulfadoksin
500 mg
LI)
|
||||
133
|
Artesunate 50 mg+Amodiaquine
Anydrate 200 mg
|
2 blister @ 12 Tablet
|
||||
134
|
Artemeter
|
Injeksi 80 mg/ml. /kotak 6 amp
|
||||
135
|
Artesunate
|
Injeksi vial 60 mg
|
||||
136
|
Arterakin
|
Tablet
|
||||
137
|
Kuinin (King)
|
Tablet 200 mg
|
||||
138
|
Primakuin
|
Tablet
|
||||
OBAT PROGRAM
|
||||||
139
|
Albendazol
|
Tablet 400 mg
|
||||
140
|
Dietilkarbamezapin Sitrat
|
Tablet 100 mg
|
||||
141
|
Doksisiklin
|
Tablet 100 mg
|
||||
142
|
Loratadin
|
Tablet 10 mg
|
||||
143
|
Oseltamavir
|
Kapsul 75 mg
|
||||
3.
Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu pelayanan Puskesmas, jadwal
pelayanan imunisasi bayi di Puskesmas Krueng Barona Jaya dilaksanakan setiap
hari, dimana petugas melayani imunisasi BCG, DPT-BB,. POLIO, campak dan TT.
Gambar :
Dokter muda saat mengikuti kegiatan posyandu balita di Desa lamgapang
Kegiatan-kegiatan posyandu biasanya dilaksanakan diawal bulan
tepatnya pada tanggal 25 Oktober 2015-7 November 2015 selama stase di Puskesmas
Krueng Barona Jaya. Kegiatan ini berupa penimbangan bayi dan balita, pencatatan
berat badan dalam KMS dan Imunisasi
4.
Kesehatan
Usia Lanjut
Dalam rangka pemerataan pembangunan pelayanan kesehatan bagi
seluruh penduduk Indonesia maka dilakukan pembinaan kesehatan bagi yang berusia
lanjut (USILA) tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan para USILA agar selama
mungkin aktif, mandiri dan berguna.
Pos pembina terpadu (POSBINDU) adalah suatu bentuk pelayanan
yang melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif dan preventif
untuk mendeteksi dan mengendalikan
secara dini keberadaan faktor resilo penyakit tidak menular (PTM), PTM tertentu
yang dikendalikan dalam pelayanan Posbindu adalah hipertensi, penyakit jantung
koroner diabetes, kanker, penyakit paru-paru, osteoporosi, asam urat, asma,
stroke, obesitas dan lain-lain
Sarana Posbindu PTM adalah seluruh masyarakat baik laki-laki
atau perempuan usia diatas 20 tahun yang memiliki atau tidak faktor resiko:
Manfaat
Posbindu PTM adalah:
·
Mawas diri
·
Membudayakan hidup sehat
·
Mudah dijangkau
·
Murah dilaksanakan dan
·
Metodologis dan bermakna secara Klinis
Pelaksanaan Posbindu PTM hamper sama dengan kegiatan posyandu
pada bayi dan balita, karena kegiatan juga dibagi menjadi 5 (Lima) meja
antaranya pendaftaran, wawancara, pengukuran fisik dan pemeriksaan biokimia
konseling dan rujukan, pencatatan dan pelaporan. Pelaksanaan Posbindu yang
dilakukan oleh Puskesmas dibeberapa Desa yang diikuti antaranya: Meunasah
papeun, meunasah intan, meunasah baet, meunasah manyang.
Gambar :
Dokter muda saat mengikuti kegiatan posyandu usia lanjut di Desa Meunasah
Baroe
5.
Kesehatan
Ibu dan Anak
Program KIA adalah tercapainya. kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optima bagizibu dan keluarga untuk norms
kecil keluarga bahagia sejahtera (NKKBS) serta meningkatkan derajat kesehatan
anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan manusia seutuhnya.
Adapun kegiatan KIA yang telah dilaksanakan mencapai tujuan
tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1.
KIA didalam gedung, kegiatan yang dilaksanakan
a.
Pemeriksaan ibu hamil, bersalin, menyusui, bayi, dan
balita
b.
Pemeriksaan imunisasi terhadap ibu dan balita
c.
Nnyukhas gizi setup kunjungan ibu hamil Jan balita.
d.
Pemberian Vit A dan tablet besi
e.
Penditeksian ibu hamil dan pemeliharaan ibu hamil
resiko tinggi
f.
Pencatatan dan pelaporan
2.
KIA di luar gedung
a.
Di Posyandu, kegiatan yang dilakukan
b.
Penyuluhan bagizibu hamil, ibu bersalin, dan ibu
menyusui
c.
Pemeriksaan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita
d.
Pemeriksaan imunisasi TT
e.
Pemberian tablet besi (Fe)
f.
Pembinaan kader posyandu
g.
Ditaman kanak-kanak: diteksi dini perkembangan anak
prasekolah, kunjungan dan pemeriksaan kesehatan anak dan taman kanak-kanak
diwilayah kerja Puskesmas
Pelaksanaan kegiatan keluarga berencana dilaksanakan tindakannya
didalam gedtmg Puskesmas, tetapi juga diluar gedung Puskesmas seperti posyandu.
6.
IGD
IGD atau Instansi Gawat Darurat,.adalah layanan yang
disediakan untuk kebutuhan pasien yang dalam kondisi gawat darurat dan harus
segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan darurat yang cepat.
Pelayan
yang dapat dilakukan di IGD diantaranya:
·
Pasien gawat darurat, tidak darurat, darurat tidak
gawat dan pasien tidak gawat, tidak darurat oleh karena penyakit tertentu.
·
Pasien akibat. kecelakaan (Accident) yang menimbulkan
ciders fisik, mental, sosial, gangguan pernafasan, susunan saraf pusat, Sistem Kardiokvaskuler,
Trauma, berbagai luka, patah tulang, infeksi, gangguan metabolisme, keracunan
kerusakan organ, dan lain-lain.
·
Penanganan kejadian sehari-hari, korban musibah massaal
dan bencana
Gambar :
Dokter muda
sedang memeriksa pasien scat di IGD
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE
1.
Defmisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi
lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali
dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai
pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja
normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),
kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200
H124 jam. Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan
elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam
disebut diare. Pada umur 3 tabun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang
dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi
bukan merupakan indikator untuk volume tinja.
2.
Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines
2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
1.
Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio,
Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter
aeromonas
2.
Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus,
Coronavirus, Astrovirus
3.
Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum,
Strongyloides stercoralis
4.
Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi,
gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
3.
Cara
Penularan dan Faktor Resiko
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita
atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F =faeces, flies, food, fluid,
finger).
Faktor
Resiko terjadinya diare adalah:
- Faktor
perilaku
- Faktor
lingkungan
Faktor
perilaku antara lain:
- Tidak
memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan
Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
- Menggunakan
botol susu terbukti meningkatkan Resiko terkena penyakit diare karena
sangat sulit untuk membersihkan botol susu
- Tidak
menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan,
setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak
- Penyimpanan
makanan yang tidak higienis
Faktor
hngkungan antara lain:
- Ketersediaan
air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus
(MCK)
- Kebersihan
lingkungan dan pribadi yang buruk
Disamping faktor Resiko tersebut diatas ada beberapa
faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara
lain: kurang gizi/malnutrisi terutama
anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak
(Kemenkes RI, 2011).
4.
Klasifikasi
Terdapat
beberapa pembagian diare:
- Berdasarkan
lamanya diare:
a.
Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari
14 hari.
b.
Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari
14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure
to thrive) selama massa diare tersebut.
- Berdasarkan
mekanisme patofisiologik:
a.
Diare sekresi (secretory
diarrhea)
b.
Diare osmotic (osmotic
diarrhea)
5.
Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih
patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1.
Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan
elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu
secara Klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare
tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum..
2.
Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang
hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam
absorpsi mukosa usus, missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.
3.
Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi
micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
4.
Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit
aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport
aktif NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal
5.
Motilitas, dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas
motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
6.
Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal
disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
7.
Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada
beberapa. keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,
tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air,
elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih
menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan
tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik
8.
Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan
invasif (memsak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin
yang disekresikan oleh bakteri tersebut
6.
Manifestasi
Klinis
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal Serta gejala
lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi
neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah.
Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang
mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan
elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila
ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan
hipovolemia. Dehidrasi menipakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps, kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa
dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi
hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang atau dehidrasi berat
7.
Diagnosis
- Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai geJala klinik
tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari
15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air,
dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan.
Diare karena kelainan kolon seringkah berhubungan dengan tinja ben umlah kecil
tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan
diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri
abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung
bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasif,
dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam
dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin
yang dihasilkan
- Pemeriksaan
Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu
tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya
perlu dicari tand-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak,
mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah
kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat
menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat
dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan
berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan criteria
WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain.
Tabel Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO
PENILAIAN
|
A
|
B
|
C
|
Keadaan Umum
|
Baik, sadar
|
Gelisah, Rewel
|
Lesu, tidak sadar
|
Mata
|
Normal
|
Cekung
|
Sangat cekung
|
Air Mata
|
Ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Mulut, Lidah
|
Basah
|
Kering
|
Sangat kering
|
Rasa haus
|
Minum seperti biasa
|
Haus, ingin minum banyak
|
Malas Minum, tidak bisa minum
|
Periksa Turgor Kulit
|
Kembali cepat
|
Kembali lambat
|
Kemblai sangat lambat
|
Hasil Pemeriksaan
|
Tanpa Dehidrasi
|
Dehidrasi ringan / sedang bila ada 1 tanda ditambah
1/lebih tanda lain
|
Dehidrasi ringan / sedang bila ada 1 tanda
ditambah 1/lebih tanda lain
|
Terapi
|
Rencana Pengobatan A
|
Rencana pengobatan B
|
Rencana Pengobatan C
|
Cara
membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :
a.
Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom
kanan ke kiri (C ke A)
b.
Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentulcan
dari adanya 1 gejala kunci (yang diberi tanda bintang) ditambah minimal 1
gejala yang lain (minimal 1 gejala) pada kolom yang sama.
c.
Laboratmium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya
tidak diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat
dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus
diperhatikan bentuk, warns tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan
lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit,
telur cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain.
8.
Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada
balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan
satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta
mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi
akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE
yaitu:
- Rehidrasi
menggunakan Oralit osmolalitas rendah
- Zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut
- Teruskan
pemberian ASI dan Makanan
- Antibiotik
Selektif
- Nasihat
kepada orang tua/pengasuh
- Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai
dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang.
Oralit sa beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan
cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.
Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada
derajat dehidrasi
·
Diare tanpa dehidrasi
Umur
< 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali
anak mencret
Umur
1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur
diatas 5 Tahun : 1 –1 ½ gelas setiap
kali anak mencret
·
Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis
oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
·
Diare dengan dehidrasi berat
·
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera
dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol
tidak boleti dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas.
Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi
perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini
dilanjutkan sampai dengan diare berhenti
- Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh.
Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel
usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama
dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta, menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berilmtnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera
saat anak mengalami diare.
Dosis
pemberian Zinc pada balita:
a.
Umur < 6 bulan '/2tablet (10 mg) per hari selama 10
hari
b.
Umur > 6 bulan 1 tablet (20 mg) per hari selama 10
hari.
Zinc tetap diberikan selama. 10 hari walaupun diare sudah
berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air
matang atau. ASI, sesudah larut berikan pada anak diare
c.
Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk
memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh
serta mencegah berkurangaya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih
sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering
dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan
d.
Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena
kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika
hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena
shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada
anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah
tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang berbahaya dqn bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan
bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (ameba, giardia).
e.
Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang
berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:
a.
Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b.
Kapan harus membawa kembali balita ke petugas
kesehatan bila :
·
Diare lebih sering
·
Muntah berulang
·
Sangat haul
·
Makan/minum sedikit
·
Timbul demam
·
Tinja berdarah
·
Tidak meinbaik dalam 3 hari.
9.
Pencegahan
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare
Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut:
- Pemberian
ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif
mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI
yang disertai dengan susu botol. Florausus pada bayi-bayi yang disusui mencegah
timbulnya bakteri penyebab diare.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan
pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian
susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu
formula biasanya menyebabkan Resiko tinggi terkena diare sehingga bisa
mengakibatkan terjadinya gizi buruk
- Pemberian
Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara sertahap
mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada massa tersebut merupakan massa
yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat
menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian.
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara, pemberian
makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
·
Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6
bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu
anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kah sehari)
setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik
4-6 kah sehari dan meneruskan pemberian ASI bila, mungkin.
·
Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur
dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,
daging, kacang¬kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna, hijau ke dalam
makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta
menyuapi anak dengan sendok yang bersih.
·
Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan
sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum
diberikan kepada. Anak
c.
Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalain
mulut, cairan atau bends yang tercemar dengan tinja misalnya air minum,
jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air
tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar
bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare
yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang
harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
·
Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
·
Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari
hewan, membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang
digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk
menjauhkan air hujan dari sumber.
·
Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wallah
bersih. Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
·
Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan.
d.
Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan,
mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).
e.
Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga
harus buang air besar di jamban.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu
dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang
harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
·
Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik
dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
·
Bersihkan jamban secara teratur.
·
Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi
ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah,
jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari
sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
f.
Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak
berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit
pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan
benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:
·
Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya,
bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
·
Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah
yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas
wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas
koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.
·
Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan
cuci tangannya
g.
Pemberian Imunisasi Campak
Diare Bering timbul menyertai campak sehingga pemberian
imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi
campak segera setelah berumur 9 bulan.
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin
setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri Bering terjadi dan berakibat berat pada
anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu. terakhir. Hal ini
sebagai akibat dari penurunan
kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat
imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC,
imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta
imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio.
Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan
diare pada balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan
menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisms) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
·
Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga,
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
·
Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau
fasilitas kesehatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
·
Perilaku kesehatan hngkungan Adalah apabila seseorang
merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan
sebagainya.
Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang,
dapat dinilai dari domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam, penelitian ini domain sikap tidak
dinilai, karena merupakan perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku
tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap suatu stimulus, yang mana
persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara tindakan termasuk
perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang
lain.
BAB V
PENUTUP
Puskesmas
adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas
Krueng Barona Jaya Kecamatan Krueng Barona Jaya merupakan salah satu Kecamatan
dalam Kabupaten Aceh Besar yang berada dalam wilayah Provinsi Aceh.
Peningkatan
kinerja dan mempertahankan kedisiphnan terhadap staf Puskesmas, pengertian dan
kesadaran akan fimgsm'ya sebagai seorang pelayan kesehatan masyarakat perlu terus
diupayakan agar pelayanan kesehatan, pengelolaan adklinistrasi dan kepegawaian
dapat bedalan dengan baik. Dalam pencapaian sebilah keberhasilan dalam
pelaksanaan program-programnya, tentu masih dijumpai kendala-kendala yang
memerlukan perbaikan dan perhatian untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat di massa yang akan datang.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hayes,Peter C et al. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
2.
Mansjoer,Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid
2. Jakarta : Media Aesculapius
3.
Markum, A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.Jilid I.Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK Ul. Jakarta.
4.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Ul. Buku kuliah 1 Ilmu Kesehatan
Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Ul. Jakarta.
5.
Suharyono, dkk. Buku Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit FK
Ul. Jakarta.
6.
Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan
RI kerjasama dengan WHO dan UNICEF.
No comments:
Post a Comment