Wednesday, 21 November 2018

LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR FK UNAYA 2016


LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (PUBLIC HEALTH) PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA
ACEH BESAR


Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh Besar



Disusun Oleh:
MIFTAHUL MUNIRA  :
NURHKALIZA               :
NURUL HAFNI              :
VERA OLIVIA               :
YUSUF                             :

Pembimbing:

dr. NILAWATI









FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
2016

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Puskesmas Krueng Barona Jaya periode 01 Februari – 27 Februari  2016. Selawat dan salam juga senantiasa dilantunkan ke pangkuan Nabi Muhammad S.A.W atas segala pengorbanan dan kesuritauladanannya.
Laporan ini merupakan salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama.
Ucapan terima kasih kami tujukan terutama sekali kepada kepala. Puskesmas Krueng Barona Jaya beserta seluruh staf yang telah begitu banyak membimbing dan mengarahkan kami, baik dalam hal pelayanan pasien atau pun dalam penyusunan laporan ini.
Meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat.


Aceh Besar,      Februari 2016
Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................

BAB I  PENDAHULUAN...........................................................................................
KONSEP DASAR PUSKESMAS..............................................................................
1.    Pengertian..................................................................................................
2.    Visi............................................................................................................
3.    Misi............................................................................................................
4.    Tujuan........................................................................................................
5.    Fungsi........................................................................................................
6.    Kedudukan................................................................................................
7.    Organisasi..................................................................................................
8.    Tata Kerja..................................................................................................
9.    Pembiayaan................................................................................................

BAB II GAMBARAN UMUM...................................................................................
PUSKESMAS KERUENG BARONA JAYA..........................................................
1.    Gambaran Geografis..................................................................................
2.    Perkembangan Kependudukan..................................................................
3.    Sosial Budaya dan Lingkungan.................................................................
4.    Samna dan Fasilitas Kesehatan.................................................................
5.    Jumlah Tenaga Kesehatan.........................................................................
6.    Upaya pelayanan di Puskesmas Krueng Barona Jaya...............................
7.    Ruang Lingkup Kegiatan..........................................................................
8.    Visi dan Misi Puskesmas Krueng Barona Jaya..........................................
9.    Tugas dan Fungsi Puskesmas Krueng Barona Jaya...................................
10.  Alur Pelayanan Puskesmas Krueng Barona Jaya.......................................

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN DOKTER MUDA DI PUSKESMAS
KRUENG BARONA JAYA JENIS KEGIATAN ..................................................
GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN.......................................................
1.    Poliklinik....................................................................................................
2.    Pengendalian Obat....................................................................................
3.    Imunisasi....................................................................................................
4.    Kesehatan Usia Lanjut..............................................................................
5.    Kesehatan Ibu dan Anak...........................................................................
6.    IGD...........................................................................................................

BAB IV TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
DIARE ..........................................................................................................................
1.    Defmisi............................................................................................. .........
2.    Etiologi......................................................................................................
3.    Cara Penularan dan Faktor Resiko............................................................
4.    Klasifikasi..................................................................................................
5.    Patofisiologi...............................................................................................
6.    Manifestasi Klinis......................................................................................
7.    Diagnosis...................................................................................................
8.    Penatalaksanaan.........................................................................................
9.    Pencegahan................................................................................................

BAB V PENUTUP.......................................................................................................

BAB VI DAFTAR PUSTAKA...................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

KONSEP DASAR PUSKESMAS
1.        Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota, yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja.
  1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
  1. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
  1. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan Puskesmas bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
  1. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari dari satu Puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (Desa/kelurahan atau RW). Masing-masing Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.        Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masayarakat Kecamatan massa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi¬tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
1.      Lingkungan sehat
2.      Perilaku sehat
3.      Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4.      Derajat kesehatan penduduk Kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah Kecamatan setempat.

3.        Misi
Misi pembangiman kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
a)      Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
b)      Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
c)      Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
d)     Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan

4.        Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi¬tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

5.        Fungsi
a)      Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan : Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas, sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kedanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangLman kesehatan. Di samping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b)      Pusat pemberdayaan masyarakat : Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayam diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
c)      Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. : Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesmambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab Puskesmas meliputi:
*      Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
*      Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara, lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.


6.        Kedudukan
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah.
a.         Sistem. Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang sertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b.         Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya.
c.         Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat Kecamatan.
d.        Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta, seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan Puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat Desa dan pos UKK. Kedudukan Puskesmas, di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.

7.        Organisasi
a.              Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan Peraturan Daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi Puskesmas sebagai berikut:
1.    Kepala Puskesmas
2.    Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas dalam pengelolaan:
·      Data dan informasi
·      Perencanaan dan penilaian
·      Keuangan
·      Umum dan pengawasan
3.    Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
·      Upaya kesehatn masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
·      Upaya kesehatan perorangan
4.    Jaringan pelayanan Puskesmas
·      Unit Puskesmas pembantu
·      Unit Puskesmas Keliling
·      Unit bidan di Desa/komunitas
5.    Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus untuk Kepala. Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
b.      Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan, maka jabatan Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon. III-B.
Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon III-B, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan kesehatan yang kurikulum pendidikannya, mencakup bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

8.        Tata Kerja
a)      Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan kantor Kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat Kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fimgsi penggalian sumber daya masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor Kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitosi.
b)      Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dims  Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan demikian secara teknis dan adklinistratif, Puskesmas bertanggungjawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab membina serta memberikan bantuan adklinistratif dan teknis kepada Puskesmas.
c)      Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, Puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
d)     Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit (Kabupaten/Kota) dan berbagai balai kesehatan masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan mats masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan indra masyarakat). Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konseprujukan      yang    menyeluruh     dalam  koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
e)      Dengan Lintas Sektor
Tanggungjawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat Kecamatan. Diharapkan di satu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kecamatan tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat Kecamatan berdampak positif terhadap kesehatan.
f)       Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, orgasnisasi kemasyarakatan, serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra Puskesmas dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan.

Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
BPP adalah Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli kesehatan yang berperan sebagai mitra kerja Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Fungsi:
  1. Melayani pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas (to serve)
  2. Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan pembangunan kesehatan oleh Puskesmas (to advocate)
  3. Melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang kinerja Puskesmas (to watch)
1.        Upaya Penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni:
ü  Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta, yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
1.      Upaya Promosi Kesehatan
2.      Upaya Kesehatan Lingkungan
3.      Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta, Keluarga Berencana
4.      Upaya Perbaikan Gizi
5.      Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6.      Upaya Pengobatan
ü  Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada, yakni:
1.      Upaya Kesehatan Sekolah
2.      Upaya Kesehatan Olah Raga
3.      Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4.      Upaya Kesehatan Kerja
5.      Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6.      Upaya Kesehatan Jiwa
7.      Upaya Kesehatan Mata
8.      Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9.      Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta upaya pencatatan dan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila perawatan kesehatan masyarakat menjadi permasalahan spesifik di daerah tersebut, maka dapat dijadikan sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain di luar upaya Puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi Puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh Puskesmas bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan masukan dari BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib Puskesmas telah terlaksana secara optimal, dalam arti target cakupan Serta peningkatan rute pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan Puskesmas, ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan pengembangan Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Dalam keadaan tertentu, masyarakat membutuhkan pula pelayanan rawat inap. Untuk ini di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan rawat inap tersebut, yang dalam pelaksanp2nnya harus memperhatikan berbagai persyaratan tenaga, sarana dan prasarana sesuai standar yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut, di beberapa daerah tertentu telah muncul pula kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan medik spesialistik. Dalam keadaan ini, apabila ada kemampuan, di Puskesmas dapat dikembangkan pelayanan medik spesialistik tersebut, baik dalam bentuk rawat jalan maupun rawat inap. Keberadaan pelayanan medik spesialistik di Puskesmas hanya dalam rangka mendekatkan pelayanan rujukan kepada masyarakat yang membutuhkan. Status dokter dan atau tenaga spesialis yang bekerja di Puskesmas dapat sebagai tenaga konsulen atau tenaga tetap fungsional Puskesmas yang diatur oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Perlu diingat meskipun Puskesmas menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik dan memiliki tenaga medis spesialis, kedudukan dan fungsi Puskesmas tetap sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2.        Azas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga ftmgsi Puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah:
a.       Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang pertama adalah pertanggungjawaban wilayah.Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut:
·         Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat Kecamatan, sehingga berwawasan kesehatan
·         Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
·         Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
·         Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
b.      Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setup upaya Puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
·         Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
·         Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
·         Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
·         Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
·         Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
·         Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
·         Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Keda (Pos UKK)
·         Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
·         Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Batts)
·         Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana keagamaan

c.       Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya Serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni:

1.      Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain:
·         Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
·         Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
·         Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
·         Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan
2.      Keterpaduan lintas sektor
Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat Kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain:
·         Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala Desa, pendidikan, agama
·         Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala Desa, pendidikan, agama, pertanian
·         Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala Desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
·         Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala Desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
·         Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala Desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
·         Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala Desa, tenaga kerja, dunia usaha.
d.      Azas rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas.
Padahal Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu - Puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal bank, baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni:
1.      Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, dirujuk ke Puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
a.       Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
b.      Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c.       Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan kepada tenaga Puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas.
2.      Rujukan upaya kesehatan masyarakat.
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka Puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. kesehatan yang sama.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam:
a.       Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
b.      Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan. penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana alam.
c.       Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah kesehatan masyarakat dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan. Kerja, Upaya Kesehatan hwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila Puskesmas tidak mampu.
9.        Pembiayaan
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab Puskesmas, perlu ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang cukup. Pada saat ini ada beberapa sumber pembiayaan Puskesmas, yakni:
a.       Pemerintah
Sesuai dengan azas desentralisasi, sumber pembiayaan yang berasal dari Pemerintah terutama adalah Pemerintah Kabupaten/Kota. Di samping itu Puskesmas masih menerima dana yang berasal dari Pemerintah provinsi dan Pemerintah pusat Dana yang disediakan oleh Pemerintah dibedakan atas dua macam, yakni:
·         Dana anggaran pembangunan yang mencakup dana pembangunan gedung, pengadaan peralatan serta pengadaan. obat.
·         Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya operasional.
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke Pemerintah Kabupaten/Kota untuk seterusnya dibahas bersana DPRD Kabupaten/Kota. Puskesmas diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui Dimas  Kesehatan Kabupaten/Kota.
Anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam dokumen keuangan ditunmkan secara sertahap ke Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk beberapa mats anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan pembangunan gedung serta pengadaan alai, anggaran tersebut dikelola langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Penanggungjawab penggunaan anggaran yang diterima Puskesmas adalah kepala Puskesmas, sedangkan adklinistrasi keuangan dilakukan oleh pemegang keuangan Puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atas usulan kepala Puskesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b.      Pendapatan Puskesmas
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah,. masyarakat dikenakan kewajiban membiayai upaya kesehatan perorangan yang dimanfaatkannya, yang besamya ditentukan oleh Pemerintah daerah masing-masing (retribusi). Pada saat ini ada beberapa kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan ini, yakni:
1.      Selurulmya disetor ke Kas Daerah
Untuk ini secara berkala Puskesmas menyetor langsung seluruh dana retribusi yang diterima ke kas daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.      Sebagian dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu membenarkan Puskesmas menggunakan sebagian dari dana yang diperoleh dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan, yang lazimnya berkisar antara 25 — 50% dari total dana retribusi yang diterima. Penggunaan dana hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Penggunaan dana tersebut secara berkala dipertanggungjawabkan oleh Puskesmas ke Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3.      Seluruhnya dimanfaatkan secara langsung oleh Puskesmas
Beberapa daerah tertentu lainnya membenarkan Puskesmas menggunakan seluruh dana yang diperolehnya dari penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan untuk membiayai kegiatan operasional Puskesmas. Dahulu Puskesmas yang menerapkan model pemanfaatan dana seperti ini disebut Puskesmas swadana. Pada saat ini sesuai dengan kebijakan dasar Puskesmas yang juga harus menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang dananya ditanggung oleh Pemerintah, diubah menjadi Puskesmas swakelola. Dengan perkataan lain Puskesmas tidak mungkin sepeniihnya menjadi swadana. Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan dana yakni untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat yang memang menjadi tanggungjawab Pemerintah.
4.      Sumber lain
Pada saat ini Puskesmas juga menerima dana dari beberapa sumber lain seperti:
a.      PT ASKES yang peruntukkannya sebagai imbal jasa pelayanan yang diberikan kepada para peserta ASKES. Dana tersebut dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b.      PT (Persero) Jamsostek yang peruntukannya juga sebagai imbal jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta Jamsostek. Dana tersebut juga dibagikan kepada para pelaksana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c.      JPSBK/PKPSBBM : Untuk membantu masyarakat miskin, Pemerintah mengeluarkan dana secara langsung ke Puskesmas. Pengelolaan dana im mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan.
Apabila sistem Jaminan Kesehatan Nasional telah berlaku, akan terjadi perubahan pada sistem pembiayaan Puskesmas. Sesuai dengan konsep yang telah disusun, direncanakan pada massa yang akan datang Pemerintah hanya bertanggungjawab untuk membiayai upaya kesehatan masyarakat, sedangkan untuk upaya kesehatan perorangan dibiayai melalui sistem Jaminan Kesehatan Nasional, kecuah untuk penduduk miskin yang tetap ditanggung oleh Pemerintah dalam bentuk pembayaran premi. Dalam keadaan seperti mil,  apabila Puskesmas tetap diberikan kesempatan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, maka Puskesmas akan menerima pembayaran dalam bentuk kapitasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional. Untuk itu Puskesmas harus dapat mengelola dana kapitasi tersebut sebaik-baiknya, sehingga di satu pihak dapat memenuhi kebutuhan peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan di pihak lain tetap memberikan keuntungan bagi Puskesmas. Tetapi apabila Puskesmas hanya bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka Puskesmas hanya akan menerima dan mengelola dana yang berasal dari Pemerintah.

BAB II
GAMBARAN UMUM
PUSKESMAS KERUENG BARONA JAYA





Gambar. Puskesmas Keueng Barona Jaya Kecamatan Krueng Barona Jaya

1.        Gambaran Geografis
Secara Adklinistrasi Puskesmas Krueng Barona Jaya Kecamatan Krueng Barona Jaya merupakan salah satu Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Besar yang berada dalam wilayah Provinsi Aceh dan merupakan Pemekaran di wilayah Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar Bulan Maret Tahun 2005.
Kecamatan Krueng Barona Jaya kedudukannya berada pada meridian bumf antara 5,2°-5,8° Lintang Utara dan 95,0°-96,8° Bujur Timur. Topografi wilayahnya dataran rendah. Oleh karena kedudukannya di jalu khatulistiwa, curah hujan di Kabupaten ini tergolong tinggi yaitu antara 111-304 mm pertahun dengan suhu udara berkisar 21-33°C.
Luas wilayahnya mencakup 9,06 Km2 yang dibagi atas 12 Desa. 44 dusun dengan jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten ± 54 Km2 dan Ibukota Provinsi Aceh ± 6,5 Km2.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Krueng Barona Jaya Kecamatan Krueng Barona Jaya adalah sebagai berikut:
·           Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Darussalam
·           Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Ingin Jaya
·           Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskemas Kuta Baro
·           Sebelah Barat berbatas dengan Kota Madya Banda Aceh


2.        Perkembangan Kependudukan
Pertumbuhan penduduk Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar dalam tiga tahun terus bertambah walaupun tidak terlalu signifikan dimana pada tahun 2011 jumlah penduduk berjumlah ± 13.236 jiwa, tahun 2012 bertambah jadi ± 13.770 jiwa dan pada tahun 2013 bertambah menjadi ± 14.419 jiwa. Pada tahun 2013 jumlah laki-laki sebanyak 7.444 jiwa dan perempuan 6.975 jiwa dengan perbandingan jenis kelamin (sex ratio) 106.72 sedangkan rata-rata. jumlah anggota, rumah tangga sebanyak 4,45 atau sudah medah mencapai kondisi ideal kepadatan rumah tangga.
Angka Kelahiran Kasar/Crude Birth Rate (CBR) selama tahun 2013 adalah 2.18%. tinggmya angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate) tentunya meningkatkan angka pertumbuhan penduduk (Population Growth Rate) dan memperbesar tanggungan penduduk (dependency ratio). Dinamika penduduk Kecamatan Krueng Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar bila disusun menurut hirarki golongan umur termuda (bayi) hingga golongan tua (lansia) akan tampak bahwa komposisi penduduk terbanyak berada pada usia muda <30 tahun (59%). Dengan demikian struktur penduduk Kecamatan ini merupakan struktru penduduk muda atau tidak produktif (anak-anak dan remaja) lebih banyak disbanding produktif. Tingkat dependency ratio tahun 2013 sebesar 94,11% yang berarti bahwa setiap 1100 jiwa penduduk usia produktif harus menanggung 94 jiwa penduduk tidak produktif.

3.        Sosial Budaya dan Lingkungan
Tingkat pendidikan rata-rata penduduk usia 10 tahun keatas Kabupaten Aceh Besar tergolong tinggi (56,09%), hal ini bisa disebabkan karena. letak Kecamatan Krueng Barona. Jaya berbatasan langsung dengan. kotamadya Banda Aceh dan sangat dekat dengan ibukota Provinsi Aceh dimana rata-rata sarana pendidikan lebih banyak tersedia sehingga mudah untuk menjangkau. Berdasarkan data penduduk yang tamat SD/Ml 2.674 jiwa, tamat SMP/MTSN 1.941, sementara mencapai perguruan tinggi tingkat AK/Diploma 890 jiwa dan Universitas 501 jiwa. Pada tabu 2013 persentase penduduk yang melek huruf 97.68%.

4.        Samna dan Fasilitas Kesehatan
·           Sarana. Kesehatan
-          1 unit Puskesmas induk dan 2 unit Puskesmas pembantu milik Pemerintah Serta 10 unit poskedes
-          Posyandu jumlahnya di wilayah kerja Puskesmas Krueng Barona. Jaya sebanyak 13 dan Desa Siaga 12.
·         Fasilitas kesehatan
Fasilitas Kesehatan yang ads di Puskesmas Krueng Barona. Jaya, yaitu:
a.       Ruang Kepala Puskesmas         :  1 unit
b.      Kamar Pemeriksa                      :  2 unit
c.       Poliklinik Gigi                          :  1 unit
d.      Poliklinik Imunisasi                  :  1 unit
e.       Poliklinik KIA                          :  1 unit
f.       Pohklinik MTBS                       :  1 unit
g.      Poliklinik  Gizi                          :  1 unit
h.      Poliklinik Usila                         :  1 unit
i.        Ruang Tata Usaha                    :  1 unit
j.        Laboratorium                            :  1 unit
k.      Apotek                                      :  1 unit
l.        Ruang Bantu                            :  1 unit

5.        Jumlah Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan Krueng Barona Jaya 71 orang, 64 orang sudah PNS dan PPT berjumlah 6 orang. Data kepegawaian berdasarkan tingkat pendidikan:
a.       Dokter                                      :  2 orang
b.      Dokter 9191                             :  1 orang
c.       S-1 Keperawatan                      :  2 orang
d.      S-1 Kes. Masyarakat                :  7 orang
e.       S-1 Tek. Pangan                       :  1 orang
f.       AKBID                                    :  26 orang
g.      AKPER                                    :  2 orang
h.      AKL                                         :  2 orang
i.        AKG                                         :  1 orang
j.        AKZI                                        :  1 orang
k.      AAK                                         :  1 orang
l.        Bidan                                        :  11 orang
m.    SPK                                          :  3 orang
n.      SPPH                                        :  1 orang
o.      Analis                                       :  1 orang
p.      SPRG                                       :  1 orang
q.      Ass. Apoteker                           :  2 orang
r.        Pekarya                                     :  2 orang
s.       D-IV Kebidanan                      :  1 orang

6.        Upaya pelayanan di Puskesmas Krueng Barona Jaya
·           Upaya Kesehatan Wajib
1.      Promosi Kesehatan
2.      Kesehatan Lingkungan
3.      Kesehatan Ibu Anak-dan Keluarga Berencana
4.      Perbaikan Gizi Masyarakat
5.      Pencegahan dan Pemerantasan Penyakit Menular Serta Pengobatan
·      Upaya Kesehatan Pengembangan
1.        Upaya Kesehatan Sekolah
2.        Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
3.        Upaya Kesehatan Jiwa
4.        Kesehatan Usia
5.        Pembinaan Pengobatan Tradisional

7.        Ruang Lingkup Kegiatan
Puskesmas Krueng Barona Jaya melaksanakan kesehatan menyeluruh dan terpadu yaitu pengobatan, pencegahan, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan dalam bentuk kegiatan, diantaranya:
a.       Kesehatan lbu dan Anak
b.      Kesehatan Gigi dan Mulut
c.       Kesehatan Usia Lanjut
d.      Usaha Penigkatan Gizi
e.       Laboratorium Sederhana
f.       Promosi Kesehatan
g.      Kesehatan Lingkungan

8.        Visi dan Misi Puskesmas Krueng Barona Jaya
·      VLSI
"Pelayanan Kesehatan Prima Menuju Masyarakat Krueng Barona Jaya Krueng Barona Jaya Sehat dan Berkeadilan"
·      MISI
a.       Meningkatkan kuahtas pelayanan kesehatan
b.      Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang bermutu dan merata
c.       Meningkatkan Sumber Daya Tenaga Kesehatan dan Masyarakat
d.      Meningkatkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

9.        Tugas dan Fungsi Puskesmas Krueng Barona Jaya
a.       Tugas Pokok
Puskesmas berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya pembangunan yang mengacu, morientasi Serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama.
b.      Fungsi
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama, menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

10.    Alur Pelayanan Puskesmas Krueng Barona Jaya

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN DOKTER MUDA
DI PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA

JENIS KEGIATAN
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh dokter muda selama stase Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Krueng Barona Jaya antara lain:
·         Poliklinik
·         Pengendalian obat
·         Imunisasi
·         Kesehatan Usia Lanjut
·         Kesehatan ibu dan anak
·         IGD
·         MTBS

GAMBARAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1.        Poliklinik
Merupakan pelayanan kesehatan rawat jalan dengan tujuan antara menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan dan pencegahan penyakit.
Pelaksanaan kegiatan poliklinik dilaksanakan tiap hari Senin-sabtu pada pukul 08:00-13:00 WIB. Kegiatan poliklinik dilaksanakan antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik mendiagnosa dan penulisan resep terhadap pasien dibawah bimbingan Dr. Nila,dan Dr.Nisa.




Gambar :
Dokter muda saat di poli umum
2.        Pengendalian Obat
Pada minggu pertama melakukan orientasi diapotek Puskesmas Krueng Barona Jaya dan melihat persedian obat digudang obat.

Daftar obat di Puskesmas Krueng Barona Java
No.
Nama Obat
Sedian

1
Allpurinol
Tablet 100 mg

2
Ambroxol
Syrup 5 mg/m1-60 ml
Tablet 30 mg

3
Aminophylin
Injeksi 24 mg/ml-10 ml
Tablet 200 mg

4
Amlodipin
Tablet 5 mg

5
Amoxicillin
Kapsul 250 mg
Kaplet 500 mg
Syrup kering 125 mg/ml-60 ml

6
Antasia      DOEN     (Mg-Hidroksida
200mg + Al.Hidroksida 200mg)
Suspensial 60 ml
Tablet

7
Antalgin (Metampiron)
Tablet 500 mg

8
Anti Bakteri DOEN (Basitrasin 500
IU/g + Polimiskin 10.000 Ul/g)
Salap 5 gram

9
Anti Hemeroid DOEN (Bismuth
subgalat     150mg + Heksaklorofen
2,5mg)
Suppositoria

10
Antimigren (Ergotamin tartrat 1 mg
+ Kofein 50 mg)
Tablet

11
Aqua pro injeksi
Vial 20 ml.

12
Asam Askorbat (Vitamin C)
Tablet 50 mg, 100 mg, 250 mg

13
Asam mefenamat
Kaplet 500 mg

14
Asiklovir
Krim 5 % - 5 gram
Tablet 200 mg

15
Besi (11) Sulfat 7H20
Tablet salut 300 mg

16
Betametason
Krim 0,2 % - 5 gram

17
Deksamethason
Injeksi 5 mg/ml - 1 ml
Syrup 10 mg/5ml – 60 ml
Tablet 0,5 mg

18
Dekstrometorfan
Syrup 10 mg/5ml – 60
Tablet 15 mg

19
Diafom
Tablet

20
Diazepam
Injeksi 5 mg/ml- 2 ml
Tablet 2 mg

21
Difenhidramin HCL
Injeksi 10 mg/ml –1 ml

22
Digoksin
Tablet 0,25 mg

23
Domperidon
Suspensi 5 mg/ 5 ml – 60 ml

24
Efedrin HCL
Tablet 25 mg

25
Ekstrak Belladon
Tablet 10 mg

26
Epinefrina HCL/Bitatrat
Injeksi 0,1 % - 1 ml

27
Erytromycin
Kapsul 500 mg
Syrup 200 mg/ 5 ml – 60 ml

28
Etakridin (Rivanol)
Larutan 0,1 % - 300 ml

29
Etanol 70 %
Larutan 1000 ml

30
Fenobarbital
Injeksi i.m/i.v 50 mg/ml –1 ml
Tablet 30 mg

31
Fitomenadion (Vitamin KI)
Injeksi 10 mg/ml –1 ml



Tablet salut gala 10 mg

32
Furusemid
Tablet 40 mg

33
Garam Oralit
Sachet untuk 200 ml air

34
Gentamisin
Salep kalif 3 % - 5 GRAM

35
Gentian Violet
Larutan 1 % - 1 ml

36
Glibenclamid
Tablet 5 mg

37
Gliseril Guayakolat
Tablet 100 mg

38
Glukosa larutan infuse 5 %
Larutan 500 ml

39
Griseofalvin.
Tablet 125 mg

40
Hidrokortison
Krim 2,5 % - 5 gram

41
Ibuprofen
Tablet 200 mg
Tablet 400 mg

42
Isosorbid Dinitrat
Tablet sublingual 5 mg

43
Kalsium laktat (kalk)
Tablet 500 mg

44
Captopril
Tablet 12,5 mg
Tablet 25 mg

45
Ketokonazol
Tablet 200 mg

46
Klindamisin
Kapsul 150 mg

47
Kloramfenikol
Kapsul 250 mg
Salep mata 1 %
Tetes mata 0,5 %
Tetes telinga 3 % - 5 ml

48
Klorfeniramin Maleat (CTM)
Tablet 4 mg

49
Kodein
Tablet 10 mg

50
Kotrimoksazol
Tablet kombinasi
Syrup kombinasi

51
Lavertran
Salep

52
Levofloksasin
Tablet 500 mg

53
Lidokain
Injeksi 2 % - 2 ml

54
Magnesium Sulfat
Injeksi 25 % - 25 ml

55
Metformin HCL
Tablet 500 mg

56
Metilergometrin Maleat
Tablet 0,125 mg



Injeksi 0,200 mg –1 ml

57
Metilprednisolon
Tablet 4 mg

58
Metoklopramide
Injeksi 5 mg/ml

Tablet 5 mg

59
Metronidazole
Tablet 500 mg

60
Mikonazole
Salep/krim 2 % - 10 mg

61
Multivitamin
Tablet
Syrup

62
Natrium Bikarbonat
Tablet 500 mg

63
Natrium Diclofenac
Tablet 25 mg

64
Natrium Klorida infuse  0,9 %
Larutan 500 ml

65
Nifedipin
Tablet 10 mg

66
OBH
Syrup 100 ml

67
Oksitetrasiklin
Salep kulit 3 % - 5 gr
Salep mats 1 % - 1 ml

68
Oksitosin
Injeksi 10 UI/ml –1 ml

69
Omeprazole
Tablet 20 mg

70
Parasetamol
Syrup 125 m1/5 ml – 60 ml
Tablet 500 mg

71
Pirantel
Tablet 125 mg

72
Piridoksin (vitamin B6)
Tablet 10 mg

73
Piroxicam
Tablet 10 mg
Tablet 20 mg

74
Povidon lodida
Larutan 10 % - 30 ml dan 300 ml

75
Prednison
Tablet 5 mg

76
Propanolol
Tablet 10 ml

77
Propiltiourasil
Tablet 100 ml

78
Ranitidin
Injeksi 25 mg/ml – 2 ml
Tablet 150 mg

79
Ringer Lactat
Larutan infuse 500 ml

80
Salbutamol.
Tablet 2 mg
Tablet 4 mg

81
Salep, 2-4
Pot 30 gram

82
Salisil bedak
Sachet 2 % - 50 gr

83
Sefadroxil
Kapsul 500 mg
Syrup kering 125 ml/5 ml – 50 ml

84
Sefotaxim
Injeksi 500 mg/vial

85
Scabicid
Kream

86
Sianokobalamin
Tablet 50 mcg
Injeksi 500 mcg/ml- 1 ml

87
Simvastatin
Tablet 10 mg

88
Siprofloxacin
Tablet 500 mg

89
Tetrasiklin HCL
Kapsul 250 mg
Kapsul 500 mg

90
Tiamfenicol HCL
Kapsul 250 mg
Kapsul 500 mg

91
Tiamin HCL (Vit. BI)
Injeksi 100 mg/ml –1 ml
Tablet 50 mg

92
Tramadol
Injeksi 50 mg/ml

93
Vitamin B Kompleks
Tablet

Perbekalan Kesehatan

94
Aboccath
No 22
No 24
No. 24

95
Alat suntik sekali pakai
lml, 2,5 ml, 3 ml, 5 ml

96
Catgut + jarum bedah
No. 2/0

97
Infusion set
Anak dan Dewasa

98
Jarum Jahit (bedah)
NO. 11, 12,13

99
Kapas pembalut/Absorben
250 gram

100
Kasa kompres
40/40 steril

101
Kasa hidrofil steril
Uk. 18x22 cm/ktk @12 lbr
4 m x 10 cm
4 m x 15 cm elastis

102
Masker
Lembar

103
Plester
5 yards x 2 inch

104
Sarung tangan steril
No. 7

105
Silk + jarum bedah
No. 3/0

Obat Gigi

106
Air raksa dental use


107
Etil klorida spray
100 ml

108
Eugenol
Cairan 10 ml

109
Glass Ionomer Cement ART


110
Kalsium Hidroksida Pasta


111
Klorfenol kamfer menthol
10 ml

112
Mummifying pasta


113
Pehacain
Injeksi

114
Semen seng fosfat
Serbuk dan cairan 30 gram

115
Silver amalgam
Serbuk 65- 75 %

116
Spons, Gelatin


117
Temporary stopping flecher
Serbuk dan cairan 100 gram

Obat Awa

118
Amitriptilin HCL
10 gram

119
Diazepam
Tablet 5 mg

120
Haloperidol
Tablet 0,5 mg
Tablet 1,5 mg
Tablet 5 mg

121
Karbamazepin
Tablet 200 mg

122
Klorpromazin
Tablet salut 25 mg
Tablet salut 100 mg

123
Klorpromazin
Tablet salut 25 mg
Tablet salut 100 mg

124 1
Risperidon
Tablet 2 mg
125
Triheksilfenidil Flidroklorida
Tablet 2 mg
Obat Gizi
126
Besi (ii) sulfat 200 mg + Asam folat
0,25 mg
Tablet
127
Retinol (Vit. A)
Kapsul 100.000 IU
Kapsul 200.000 IU
Obat TB Paru
128
Obat Antituberkulosis
Kategori 1 dan 2 dewasa
Kategori
129
Reaggensia. TB

130
Slide Microscope

131
Sputum pot

Obat Malaria
132
Obat malaria kombinasi
Tablet pirimetamin 25 mg + sulfadoksin
500 mg
LI)
133
Artesunate     50     mg+Amodiaquine
Anydrate 200 mg
2 blister @ 12 Tablet
134
Artemeter
Injeksi 80 mg/ml. /kotak 6 amp
135
Artesunate
Injeksi vial 60 mg
136
Arterakin
Tablet
137
Kuinin (King)
Tablet 200 mg
138
Primakuin
Tablet
OBAT PROGRAM
139
Albendazol
Tablet 400 mg
140
Dietilkarbamezapin Sitrat
Tablet 100 mg
141
Doksisiklin
Tablet 100 mg
142
Loratadin
Tablet 10 mg
143
Oseltamavir
Kapsul 75 mg




3.        Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu pelayanan Puskesmas, jadwal pelayanan imunisasi bayi di Puskesmas Krueng Barona Jaya dilaksanakan setiap hari, dimana petugas melayani imunisasi BCG, DPT-BB,. POLIO, campak dan TT.







Gambar :
Dokter muda saat mengikuti kegiatan posyandu balita di Desa lamgapang

Kegiatan-kegiatan posyandu biasanya dilaksanakan diawal bulan tepatnya pada tanggal 25 Oktober 2015-7 November 2015 selama stase di Puskesmas Krueng Barona Jaya. Kegiatan ini berupa penimbangan bayi dan balita, pencatatan berat badan dalam KMS dan Imunisasi

4.        Kesehatan Usia Lanjut
Dalam rangka pemerataan pembangunan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia maka dilakukan pembinaan kesehatan bagi yang berusia lanjut (USILA) tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan para USILA agar selama mungkin aktif, mandiri dan berguna.
Pos pembina terpadu (POSBINDU) adalah suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan mengendalikan secara dini keberadaan faktor resilo penyakit tidak menular (PTM), PTM tertentu yang dikendalikan dalam pelayanan Posbindu adalah hipertensi, penyakit jantung koroner diabetes, kanker, penyakit paru-paru, osteoporosi, asam urat, asma, stroke, obesitas dan lain-lain
Sarana Posbindu PTM adalah seluruh masyarakat baik laki-laki atau perempuan usia diatas 20 tahun yang memiliki atau tidak faktor resiko:
Manfaat Posbindu PTM adalah:
·           Mawas diri
·           Membudayakan hidup sehat
·           Mudah dijangkau
·           Murah dilaksanakan dan
·           Metodologis dan bermakna secara Klinis
Pelaksanaan Posbindu PTM hamper sama dengan kegiatan posyandu pada bayi dan balita, karena kegiatan juga dibagi menjadi 5 (Lima) meja antaranya pendaftaran, wawancara, pengukuran fisik dan pemeriksaan biokimia konseling dan rujukan, pencatatan dan pelaporan. Pelaksanaan Posbindu yang dilakukan oleh Puskesmas dibeberapa Desa yang diikuti antaranya: Meunasah papeun, meunasah intan, meunasah baet, meunasah manyang.













Gambar :
Dokter muda saat mengikuti kegiatan posyandu usia lanjut di Desa Meunasah Baroe




5.        Kesehatan Ibu dan Anak
Program KIA adalah tercapainya. kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optima bagizibu dan keluarga untuk norms kecil keluarga bahagia sejahtera (NKKBS) serta meningkatkan derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan manusia seutuhnya.
Adapun kegiatan KIA yang telah dilaksanakan mencapai tujuan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1.      KIA didalam gedung, kegiatan yang dilaksanakan
a.       Pemeriksaan ibu hamil, bersalin, menyusui, bayi, dan balita
b.      Pemeriksaan imunisasi terhadap ibu dan balita
c.       Nnyukhas gizi setup kunjungan ibu hamil Jan balita.
d.      Pemberian Vit A dan tablet besi
e.       Penditeksian ibu hamil dan pemeliharaan ibu hamil resiko tinggi
f.       Pencatatan dan pelaporan
2.      KIA di luar gedung
a.       Di Posyandu, kegiatan yang dilakukan
b.      Penyuluhan bagizibu hamil, ibu bersalin, dan ibu menyusui
c.       Pemeriksaan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita
d.      Pemeriksaan imunisasi TT
e.       Pemberian tablet besi (Fe)
f.       Pembinaan kader posyandu
g.      Ditaman kanak-kanak: diteksi dini perkembangan anak prasekolah, kunjungan dan pemeriksaan kesehatan anak dan taman kanak-kanak diwilayah kerja Puskesmas
Pelaksanaan kegiatan keluarga berencana dilaksanakan tindakannya didalam gedtmg Puskesmas, tetapi juga diluar gedung Puskesmas seperti posyandu.



6.        IGD
IGD atau Instansi Gawat Darurat,.adalah layanan yang disediakan untuk kebutuhan pasien yang dalam kondisi gawat darurat dan harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan darurat yang cepat.
Pelayan yang dapat dilakukan di IGD diantaranya:
·      Pasien gawat darurat, tidak darurat, darurat tidak gawat dan pasien tidak gawat, tidak darurat oleh karena penyakit tertentu.
·      Pasien akibat. kecelakaan (Accident) yang menimbulkan ciders fisik, mental, sosial, gangguan pernafasan, susunan saraf pusat, Sistem Kardiokvaskuler, Trauma, berbagai luka, patah tulang, infeksi, gangguan metabolisme, keracunan kerusakan organ, dan lain-lain.
·      Penanganan kejadian sehari-hari, korban musibah massaal dan bencana









Gambar :
Dokter muda sedang memeriksa pasien scat di IGD



BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

DIARE
1.        Defmisi   
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 H124 jam. Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tabun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24 jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk volume tinja.

2.        Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
1.        Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas
2.        Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus
3.        Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4.        Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.

3.        Cara Penularan dan Faktor Resiko
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F =faeces, flies, food, fluid, finger).
Faktor Resiko terjadinya diare adalah:
  1. Faktor perilaku
  2. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:
  1. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman
  2. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan Resiko terkena penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu
  3. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak
  4. Penyimpanan makanan yang tidak higienis

Faktor hngkungan antara lain:
  1. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)
  2. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Disamping faktor Resiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain:  kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).




4.        Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare:
  1. Berdasarkan lamanya diare:
a.       Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b.      Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama massa diare tersebut.
  1. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a.       Diare sekresi (secretory diarrhea)
b.      Diare osmotic (osmotic diarrhea)

5.        Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:
1.         Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara Klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum..
2.         Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus, missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa.
3.         Malabsorpsi asam empedu dan lemak
Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
4.         Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal
5.         Motilitas, dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
6.         Gangguan permeabilitas usus
Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.
7.         Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa. keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik
8.         Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (memsak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut

6.        Manifestasi Klinis
Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal Serta gejala lainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi menipakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps, kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat

7.        Diagnosis
  1. Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai geJala klinik tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon seringkah berhubungan dengan tinja ben umlah kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan
  1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tand-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain.
Tabel Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO
PENILAIAN
A
B

C

Keadaan Umum
Baik, sadar
Gelisah, Rewel
Lesu, tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air Mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut, Lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum seperti biasa
Haus, ingin minum banyak
Malas Minum, tidak bisa minum
Periksa Turgor Kulit
Kembali cepat
Kembali lambat
Kemblai sangat lambat
Hasil Pemeriksaan
Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi ringan / sedang bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih tanda lain
Dehidrasi ringan / sedang bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih tanda lain
Terapi
Rencana Pengobatan A
Rencana pengobatan B
Rencana Pengobatan C

Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :
a.       Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)
b.      Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentulcan dari adanya 1 gejala kunci (yang diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain (minimal 1 gejala) pada kolom yang sama.
c.         Laboratmium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.
Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warns tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan lain-lain.

8.        Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
  1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
  2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
  3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
  4. Antibiotik Selektif
  5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

  1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit sa beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
·         Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼  - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 –1 ½  gelas setiap kali anak mencret



·         Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
·         Diare dengan dehidrasi berat
·         Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleti dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti

  1. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta, menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berilmtnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a.       Umur < 6 bulan '/2tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b.      Umur > 6 bulan 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama. 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau. ASI, sesudah larut berikan pada anak diare
c.         Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangaya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan

d.        Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dqn bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (ameba, giardia).

e.         Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:
a.       Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b.      Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
·         Diare lebih sering
·         Muntah berulang
·         Sangat haul
·         Makan/minum sedikit
·         Timbul demam
·         Tinja berdarah
·         Tidak meinbaik dalam 3 hari.

9.        Pencegahan
Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006) adalah sebagai berikut:
  1. Pemberian ASI
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Florausus pada bayi-bayi yang disusui mencegah timbulnya bakteri penyebab diare.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan Resiko tinggi terkena diare sehingga bisa mengakibatkan terjadinya gizi buruk
  1. Pemberian Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara sertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada massa tersebut merupakan massa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian.
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara, pemberian makanan pendamping ASI yang lebih baik yaitu :
·         Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih sering (4 kah sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kah sehari dan meneruskan pemberian ASI bila, mungkin.
·         Menambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang¬kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna, hijau ke dalam makanannya. Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta menyuapi anak dengan sendok yang bersih.
·         Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan kepada. Anak

c.         Menggunakan air bersih yang cukup
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalain mulut, cairan atau bends yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
·         Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.
·         Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan air hujan dari sumber.
·         Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wallah bersih. Dan gunakan gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.
·         Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan.

d.        Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).

e.         Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga adalah:
·         Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
·         Bersihkan jamban secara teratur.
·         Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.



f.         Membuang Tinja Bayi yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar, berikut hal-hal yang harus diperhatikan:
·         Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.
·         Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.
·         Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci tangannya

g.        Pemberian Imunisasi Campak
Diare Bering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan.
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri Bering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu. terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio.
Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisms) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
·         Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga, kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
·         Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
·         Perilaku kesehatan hngkungan Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat dinilai dari domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dalam, penelitian ini domain sikap tidak dinilai, karena merupakan perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup merupakan persepsi seseorang terhadap suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak dapat diamati secara jelas. Sementara tindakan termasuk perilaku terbuka, yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang lain.

BAB V
PENUTUP

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas Krueng Barona Jaya Kecamatan Krueng Barona Jaya merupakan salah satu Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Besar yang berada dalam wilayah Provinsi Aceh.
Peningkatan kinerja dan mempertahankan kedisiphnan terhadap staf Puskesmas, pengertian dan kesadaran akan fimgsm'ya sebagai seorang pelayan kesehatan masyarakat perlu terus diupayakan agar pelayanan kesehatan, pengelolaan adklinistrasi dan kepegawaian dapat bedalan dengan baik. Dalam pencapaian sebilah keberhasilan dalam pelaksanaan program-programnya, tentu masih dijumpai kendala-kendala yang memerlukan perbaikan dan perhatian untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di massa yang akan datang.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1.        Hayes,Peter C et al. Buku Saku Diagnosis dan Terapi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

2.        Mansjoer,Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

3.        Markum, A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.Jilid I.Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Ul. Jakarta.

4.        Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK Ul. Buku kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Ul. Jakarta.

5.        Suharyono, dkk. Buku Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit FK Ul. Jakarta.

6.        Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan RI kerjasama dengan WHO dan UNICEF.



No comments:

Post a Comment