LAPORAN
PRAKTEK
KERJA LAPANGAN (PKL)
PERAWATAN
LARVA LELE DUMBO (Clarias Gariepinus)
O
L
E
H
KELOMPOK
IV
JERI
ANTO : 11160059
SULTAN
BASRY : 11160061
CUT
NURUL : 11160026
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Salah
satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele dumbo (Clarias
gariepinus). Ikan ini berasal dari Benua Afrika dan pertama kali
didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Ikan lele dumbo adalah
salah satu spesies ikan air tawar yang memiliki prospek yang baik untuk
dibudidayakan. Ikan ini memiliki laju pertumbuhan cepat, mampu beradaptasi
terhadap lingkungan yang kurang baik dan mudah dibudidayakan, selain itu
digemari oleh masyarakat luas karena memiliki citarasa yang enak, gurih,
teksturnya empuk dan memiliki gizi yang cukup tinggi (Agustina et al.,
2010).
Permintaan
ikan lele dumbo mengalami peningkatan setiap
tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk (Soeres, 2011), hal ini
menyebabkan produksi ikan lele juga mengalami peningkatan, sebagai ilustrasi
secara nasional produksi ikan lele pada tahun 2005 sebesar 69.386 ton, naik
menjadi 91.735 ton pada tahun 2007 dan terus meningkat menjadi 273.554 ton pada
tahun 2010 (DPB, 2010). Dengan demikian, ikan lele dumbo mempunyai peluang
bisnis untuk di budidayakan.
Saat
ini lele dumbo sudah dapat dipijahkan secara alami. Namun demikian banyak orang
yang lebih suka memijahkan dengan cara buatan (disuntik) karena penjadwalan
produksi dapat dilakukan lebih tepat. Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk
mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Induk jantan yang siap kawin ditandai
dengan alat kelamin berwarna merah, sedangkan induk betina ditandai dengan sel
telur berwarna kuning (jika matang berwarna hijau). Sel telur yang telah
dibuahi akan menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi
anakan lele yang disebut larva (Agriminakultura, 2008).
Stadium
larva merupakan masa yang sangat penting dan kritis karena pada stadium ini
larva ikan sangat sensitif terhadap ketersediaan makanan dan faktor lingkungan.
Hal ini disebabkan larva ikan belum dapat menyesuaikan diri dengan faktor lingkungan, dan sistem
pencernaannya belum sempurna, terutama sekali karena pada stadium larva ikan
belum mempunyai lambung dan aktivitas enzimnya masih belum optimal sehingga
perlu diberikan makanan alami.
1.2.
Tujuan Praktik Kerja
Lapangan (PKL)
Adapun tujuan dari
Praktik Kerja Lapangan
ini antara lain :
1. Mengetahui dan mengamati
kegiatan perawatan larva
ikan lele dumbo dengan baik dan
benar.
2. Dapat membedakan antara
teori dan kenyataan yang ada dilapangan.
3. Menambah pengalaman dan
pengetahuan bagi mahasiswa/mahasiswi tentang
pelaksanaan perawatan larva
ikan lele dumbo.
4. Mendidik mahasiswa/mahasiswi agar mempunyai
sifat kewirausahaan.
1.3.
Sasaran Praktik Kerja
Lapangan (PKL)
Sasaran yang diharapkan
dari Praktik Kerja Lapangan ini
antara lain :
1. Mengetahui teknik perawatan larva yang baik dan
benar.
2. Menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam hal perawatan larva
ikan lele dumbo.
3. Mengetahui kendala dan
upaya sebagai pemecahan masalah, peawatan
larva ikan lele
dumbo.
1.4.
Manfaat Praktik Kerja
Lapangan (PKL)
Manfaat
yang diharapkan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini antara lain :
1. Meningkatkan ilmu
pengetahuan yang lebih selain yang didapatkan diruangan.
2. Menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam mengembangkan daya pikir
selaku mahasiswa.
3. Digunakan sebagai
pedoman dan informasi dasar dan teknik bagi instansi
lainnya.
4. Mengetahui segala
permasalahan yang terdapat dalam perawatan
larva ikan lele dumbo.
1.5. Bentuk
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam praktik kerja lapangan ini antara lain
:
1.
Pengammatan
langsung terhadap kegiatan perawatan larva lele dumbo.
2.
Ikut berperan aktif
dalam kegiatan perawatan larva lele dumbo.
3.
Konsultasi dengan
pebimbing praktik kerja lapangan.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Lele Dumbo
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan
lele dumbo adalah sebagai berikut:
Phyllum :
Chordatan
Sub Phyllum : Vetebrata
Class :
Pisces
Sub Class : Teleostei
Ordo :
Ostariophysi
Sub Ordo :
Siluroidae
Family :
Clarridae
Genus :
Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Gambar 1. Lele Dumbo (Clarias gariepinus) (Santoso, 1994)
Ikan
lele dumbo memiliki ciri-ciri antara lain memiliki kulit yang licin, berlendir,
dan tidak mempunyai sisik sama sekali. Lele dumbo mempunyai kepala yang panjang
hampir seperempat dari panjang tubuhnya. Ciri yang khas dari lele dumbo yaitu
tumbuhnya empat pasang sungut seperti kumis di dekat mulutnya. Sungut ini berfungsi
sebagai alat penciuman serta alat peraba saat mencari makanan (Bachtiar, 2006).
2.2.
Habitat dan Penyebaran Ikan Lele Dumbo
Lele
Dumbo pertama kali didatangkan ke indonesia antara 1985-1986. Namun sebetulnya
sejak 1970-an peternak ikan Ciseeng-Parung sudah mengenalinya lewat sebuah
perusahaan asal Taiwan yang membuka usahanya di kawasan tersebut. Selanjutnya,
lele dumbo berkembang ke hampir seluruh wilayah nusantara. Dewasa ini budidaya
lele dumbo telah mendesak lele lokal. Bahkan lele dumbo mulai populer di Eropa
Barat, terutama Belanda. Ukuran lele konsumsi di negeri bersalju tersebut
rata-rata 800-1.000 gram.
Lele
dumbo seberat 30 gram yang dipelihara selama tiga bulan dikolam tergenang dan
diberi pakan pelet, bobotnya bisa mencapai 300 gram. Namun, jika lele yang
dipelihara berbobot 200 gram, tiga bulan kemudian menjadi 1.000 gram. Sedangkan
lele dumbo yang dipelihara dalam kolam jaring apung dengan kepadatan tebar 50
ekor/m3, pertumbuhan hariannya bisa mencapai 4%.
Kini,
lele dumbo tidak hanya populer di Afrika atau Eropa Barat (terutama Belanda),
melainkan juga di Yunani dan Slovakia. Produksi dunia lele dumbo sepuluh tahun
lalu mencapai 1.558 ton dengan nilai 4.083 dolar AS (Agriminakultura, 2008).
2.3.
Syarat Hidup
Lele dumbo dilengkapi dengan organ pernafasan tambahan yang dikenal dengan
sebutan Arborescent. Dengan organ ini
lele dumbo bisa hidup dalam lumpur atau air yang kandungan oksigennya sedikit.
Bahkan dengan organ tersebut, lele dumbo mampu hidup diluar air selama beberapa
jam asalkan udara sekitarnya cukup lembab.
Kualitas air tidak menjadi masalah untuk lele dumbo, tidak seperti
ikan-ikan lainnya, lele dumbo tidak menuntut air yang berkualitas, misalnya
yang jernih atau yang mengalir. Karena itu lele dumbo bisa dipelihara dikolam
penampungan buangan air di belakang rumah, bahkan di comberan sekalipun, lele
dumbo masih bisa hidup.
Jika akan membudidayakan lele dumbo, yang perlu diperhatikan adalah suhu
air, yaitu antara 20oC-30oC dengan suhu optimal
kehidupannya 27oC, pH antara 6,5-8,0, kandungan oksigen terlarut
dalam air minimal 3 ppm (miligram perliter), kandungan karbondioksida 15 ppm,
NH3 0,05 ppm, NO2 0,25 ppm, dan NO3 250 ppm
(Agriminakultura, 2008)
2.4.
Pemijahan
Di alam bebas lele dumbo akan memijah pada awal musim hujan. Pada saat
seperti ini segerombolan ikan jantan dan betina yang telah matang kelamin
memijah dengan cara berikut : lele betina meletakkan telur-telurnya pada bagian
pinggiran perairan. Pada saat yang sama lele jantan menyemprotkan spermanya ke
telur-telur tersebut.
Jumlah telur yang dikeluarkan induk betina antara 3.000-5.000 butir.
Telur-telur yang telah dibuahi akan menempel pada bebatuan atau tanaman air
yang ada di pinggiran perairan. Beberapa hari kemudian, bila alam sekitarnya
mendukung, telur-telur itu akan menetas dengan sendirinya.
Produksi benih atau larva lele dumbo tidak banyak. Hal ini karena benih
yang baru menetas sebagian mati karena faktor alam, sebagian lagi dimangsa para
predator (Agriminakultura, 2008)
2.5.
Pakan
Pada stadia larva dan benih, lele dumbo memakan jasad renik atau plankton
hewani atau kutu air dari kelompok Daphnia,
Cladocera, Coppepoda, atau Rotifera.
Jasad renik ini bisa ditumbuhkan di kolam dengan pemupukan.
Pada stadia benih, lele bisa diberi pakan campuran alami dan buatan dengan
perbandingan 1:1. Pada stadia muda dan dewasa, lele ini memakan apa saja,
khususnya Detritus, larva jentik
nyamuk, serangga, atau siput-siput kecil. Menurut para pengalaman peternak,
lele yang dibudidayakan lahap memakan pakan buatan seperti pelet, limbah
peternakan ayam, atau limbah peternakan lainnya (Agriminakultura, 2008).
III.
BAHAN, ALAT DAN METODE
3.1.
Bahan
Bahan yang digunakan untuk kegiatan perawatan larva ikan lele dumbo adalah sebagai berikut :
·
Larva ikan lele dumbo
·
pakan
·
Pupuk kandang
·
Kapur tohor
·
Hapa
·
Kayu/tiang
·
Para net
·
Bak
3.2.
Alat
Alat yang digunakan untuk kegiatan perawatan larva ikan lele dumbo adalah sebagai berikut :
· Aerator/blower
· Parang
· Cangkol
3.3.
Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan perawatan larva ikan lele dumbo adalah sebagai berikut :
·
Wawancara yaitu
tanya jawab dengan pembimbing dilapangan.
·
Observasi yaitu
pengamatan langsung dilapangan.
·
Partisipasi dan
ikut terlibat langsung dalam semua kegiatan.
IV.
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Laboratorium
Terpadu Fakultas Perikanan Universitas Abulyatama Aceh, Jalan Blang Bintang Lama Km. 8,5
Lampoh Keude. Penelitian ini dimulai dari tanggal 02 Desember sampai dengan 16 Januari.
4.2.Prosedur Praktik Kerja
Lapangan (PKL)
Ø Pengeringan
bak dan pembersihan bak
Ø Pemasangan
aerator/blower
Ø Pengisian
air
Ø Penetasan
telur
Ø Perawatan
larva
Ø Penyiponan
Ø Pemberian
pakan
Ø pendederan
V.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
Dari
hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan ada
beberapa kegiatan yang di dapat yaitu
sebagai berikut :
5.1.1.
Pengeringan Bak
dan Pembersihan Bak
Bak dikeringkan dengan tujuan untuk membersihkan wadah
pemeliharaan larva dan untuk mematikan berbagai bibit penyakit.
5.1.2. Pemasangan Aerasi
Aerator
juga merupakan salah satu peralatan
pemeliharaan larva
yang sangat penting, dimana mesin ini berfungsi untuk menghasilkan
gelembung-gelembung oksigen dalam air,
semakin kecil permukaan gelembung oksigen yang dihasilkan akan semakin mudah
bagi air untuk menyerap oksigen tersebut, hal ini dapat dilakukan dengan memasang
batu aerasi pada ujung selang
aerasi yang dimasukan ke dalam air pada bak.
5.1.3. Pengisian Air
Pengisian air kedalam bak dilakukan setelah bak selesai dibersihkan dan di
keringkan beberapa hari yang sudah dilengkapi dengan aerasi. Bak tersebut digunakan
untuk wadah penetasan telur dan perawatan larva. Air bak di isi setinggi 20-30 cm
atau disesuaikan dengan kebutuhan.
5.1.4.
Penetasan
Telur
Induk lele dumbo akan memijah pada malam menjelang pagi, biasanya antara
pukul 24.00 sampai subuh (04.00). Selam proses pemijahan berlangsung, induk
induk betina akan mengeluarkan telur sedangkan induk jantan pada saat yang bersamaan akan mengeluarkan sperma. Pembuahan akan
terjadi di luar tubuh induk atau di dalam air dan telur-telur tersebut keesokan
harinya akan menempel pada substrat atau kakaban. Kakaban ini diangkat
pelan-pelan, kemudian dipindahkan ke bak penetasan. Kakaban diletakan secara
mendatar sampai seluruh permukaannya terendam air. Jika ada telur yang tidak
terendam air, bisa dipastikan telur tersebut tidak akan menetas.
Selama proses penetasan, bak harus dijaga bertujuan untuk mencegah binatang
liar masuk ke dalam bak. Binatang liar ini biasanya kodok atau ular yang suka
melahap telur yang akan menetas atau benih/larva yang baru menetas.
Telur yang dibuahi dan yang akan menetas warnanya kuning transparan. Telur
yang tidak dibuahi warnanya putih pucat. Suhu sekitarnya menentukan cepat
lambatnya telur menetas. Semakin panas suhunya, semakin cepat telur menetas.
Begitu pula sebaliknya. Telur menetas menjadi larva sekitar 20-24 jam setelah
pemijahan.
Setelah telur menetas, kakaban diangkat untuk dikeluarkan dari bak penetasan. Hal ini perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas air akibat telur yang tidak
menetas menjadi busuk atau terserang jamur.
5.1.5.
Perawatan
Larva
Bak atau tempat penetasan telur sekaligus dijadikan sebagai tempat
pemeliharaan larva. Larva yang baru menetas warnanya hijau. Biasanya bergerombol
di dasar bak penetasan. Setelah berumur 2 hari, larva mulai bergerak dan
menyebar keseluruh bak penetasan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
selama pemeliharaan larva, yaitu sebagai berikut :
· Kualitas air tetap terjaga dengan baik.
· Pakan harus tersedia dalam jumlah dan kualitas yang
mencukupi.
· Penggantian air atau penambahan air dilakukan setiap 2
hari sekali atau tergantung dari kebutuhan dengan melihat kualitas air yang ada
dalam bak penetasan.
· Jumlah air yang diganti antara 30-50%, secara menyipon.
Sambil membuang kotoran (air) dalam bak dengan menggunakan slang plastik, air
baru sebaiknya dari kolam tandon dimasukan kedalam bak.
· Larva yang baru menetas sampai berumur 3 hari belum
diberikan pakan tambahan karena cadangan pakan brupa kuning telurmasih tersedia
didalam tubuhnya.
· Pada hari ke-4 setelah menetas, benih harus diberi pakan
tambahan yang ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva lele dumbo.
· Pakan tambahan yang diberikan adalah pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami pakan hidup berupa plankton, kutu air (Daphnia sp), sedangkan pakan buatan
berupa emulsi kuning telur yang telah di rebus dan pasta yaitu pakan pelet yang
diramu menggunakan kuning telur bebek, minyak ikan, dan madu.
· Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, yaitu
empat kali sehari pada pagi, siang, sore, dan malam hari.
· Pakan tambahan alami lebih dianjurkan karena selain
kandungan proteinnya cukup tinggi, juga mudah dicerna, dan tidak menyebabkan
kualitas air turun.
· Hindari pemberian pakan yang berlebihan agar tiak
mencemari air.
Kutu air dapat diperoleh di alam (biasanya di comberan) tetapi dapat pula
dibudidayakan pada media tertentu. Kutu air yang ada di alam ditangkap dengan scop net halus. Setelah itu, dibersihkan
dari kotoran, dan kemudian diberikan pada larva lele.
5.1.6.
Pendederan
5.1.6.1. Pendederan
Pertama
Pendederan pertama benih ikan lele dumbo dilakukan di hapa. Hal ini disebabkan
benih yang dipelihara masih berukuran kecil dan belum membutuhkan tempat yang
lebih luas.
·
Mortalitas atau tingkat
kehilangan benih cukup kecil, hanya 15-20% dari total yang dipelihara. Hal ini
disebabkan selama pendederan biasanya ikan lele terhindar dari serangan hama.
·
Teknik pemeliharaan cukup mudah
dan praktis. Misalnya pemanenannya cukup dengan mengangkat beberapa bagian atau
sudut jaring. Pada saat jaring diangkat, benih-benih ikan lele sudah terkumpul
di salah satu sudut jaring, sehingga mudah ditangkap atau dipanen menggunakan
sair.
Hapa yang digunakan adalah hapa yang mwmiliki lubang lebih kecil daripada
benih ikan lele yang akan dipelihara. Tujuannya agar benih ikan lele tidak lepas
atau keluar jaring. Jaring terbuat dari kain trilin berbahan lembut yang
biasanya digunakan para petani sebagai tempat untuk penetasan telur ikan mas
(hapa). Jaring tempat pendederan benih ikan lele dapat dibeli di toko yang
menjual alat-alat perikanan. Jaring tersebut masih berupa kain dalam bentuk
lembaran. Karenanya, perlu dijahit terlebih dahulu menggunakan benang nilon
agar jaring kuat dan tahan lama. Ukuran jaring disesuaikan dengan jumlah benih
ikan lele yang akan didederkan atau disesuaikan dengan luas kolam tempat jaring
tersebut akan dipasang. Di setiap sudut jaring diberi tali untuk mengikatkan
jaring ke tiang di kolam, agar jaring terbentang dengan sempurna.
5.1.6.1.1. Pemasangan
Jaring Tempat Benih Ikan Lele Dumbo
Sebelum
jaring dipasang, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan patok
atau tiang untuk mengikat jaring. Untuk jaring yang berukuran 1,5 x 4 x 0,5 m
cukup disediakan patok sebanyak 4 buah. Patok yang digunakan berupa bambu atau
kayu yang ditancapkan ke dasar kolam dengan jarak antara satu patok dan patok
lainnya disesuaikan dengan ukuran jaring. Patok harus ditancapkan tegak lurus
dan kokoh agar mampu menahan beban jaring. Penempatan jaring sebaiknya di
pinggir atau tepi kolam guna memudahkan pemeliharaan.
Jaring
harus dipastikan dalam keadaan bersih dan tidak ada yang berlubang. Semua tali
yang terdapat di sudut-sudut jaring diikat ke tiang atau patok yang telah
disiapkan. Ketinggian air di dalam jaring diusahakan hanya 30-50 cm. Hal ini disebabkan
ikan lele dumbo
yang akan dipelihara ukurannya masih kecil dan belum memerlukan air yang dalam.
5.1.6.1.2. Penebaran
Benih Ikan Lele Dumbo
Penebaran
benih dilakukan setelah jaring terpasang dengan sempurna. Penebaran benih
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Sebelum penebaran perlu
dilakukan adaptasi agar benih tidak stres. Proses adaptasi bertujuan untuk
menyesuaikan kondisi air, yakni antara air yang ada di dalam wadah pengangkutan
dan air yang
ada di dalam jaring. Cara
penebaran untuk proses adaptasi benih ikan lele cukup mudah. Benih ikan lele
yang masih berada di dalam wadah pengangkutan dibiarkan terapung-apung di atas
air selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan air dari kolam jaring ke wadah
pengangkutan sedikit demi sedikit. Kemudian benih ikan lele akan keluar dengan
sendirinya dari dalam wadah pengangkutan ke dalam kolam jaring.
5.1.6.1.3. Pemeliharaan
Benih Ikan Lele Dumbo
Kegiatan
pemeliharaan merupakan kegiatan inti dari pendederan. Selama pemeliharaan,
benih harus diberi pakan tambahan. Karena berada di dalam wadah yang terbatas
(kolam jaring), benih ikan lele tidak mendapat pakan alami. Pakan tambahan yang
cocok adalah pelet dalam bentuk tepung, sebanyak 3-5% dari berat total benih
ikan lele yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yakni
pada pagi, siang,
dan sore hari. Pakan harus
disebarkan merata di seluruh permukaan air. Maksudnya agar semua benih
mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan.
Pengontrolan
kolam jaring harus dilakukan setiap satu minggu sekali. Pengontrolan
dimaksudkan untuk menjaga jaring tidak sampai berlubang atau sobek. Jika jaring berlubang,
benih yang dipelihara akan keluar dari dalam jaring. Dalam hal ini, harus
dihindari serangan hama.
5.1.6.1.4. Pemanenan
Benih Ikan Lele Dumbo
Benih
ikan lele dipelihara di tempat pendederan selama 2-3 minggu atau disesuaikan
dengan kebutuhan. Pemanenan dilakukan dengan mengangkat salah satu bagian
jaring. Dengan cara ini benih ikan lele dipastikan akan terkumpul di sisi lain.
Selanjutnya benih ikan lele ditangkap menggunakan serok secara hati-hati dan ditampung dalam
wadah tertentu atau di dalam jaring berukuran kecil. Benih ikan lele
selanjutnya disortir atau dipilih sesuai dengan ukuran badannya. Benih yang
berukuran besar dipisahkan dari yang berukuran kecil. Benih yang diambil adalah
benih yang berukuran sama, baik panjang maupun besarnya. Benih-benih tersebut
kemudian didederkan (pendederan kedua) di kolam atau tempat lain. Jumlah benih
yang dipanen atau tingkat kelangsungan hidup rata-rata berkisar 80-90% dari
total benih yang dipelihara. Dengan kata lain, mortalitas atau tingkat kematian
dan kehilangan benih berkisar 10-20%.
5.1.6.2. Penedederan
Kedua
Untuk pendederan kedua benih ikan lele dumbo didederkan dikolam tanah, kolam
tembok, atau kolam yang dindingnya tembok dan dasarnya tanah. Tidak
ada ketentuan khusus mengenai luas kolam. Untuk memudahkan pengelolaan,
sebaiknya kolam berbentuk empat persegi panjang. Kolam yang baik harus memiliki
saluran pemasukan dan pengeluaran air. Di bagian tengah dasar kolam dilengkapi
kamalir atau saluran tengah yang berfungsi untuk memudahkan penangkapan benih
saat dipanen.
5.1.6.2.1. Persiapan Kola
Untuk Pendederan II
Sebelum benih ditebarkan,
dilakukan persiapan terlebih dahulu sebagai berikut :
·
Kolam dikeringkan beberapa hari
untuk memudahkan pengolahan dan membunuh bibit-bibit penyakit yang ada di dalam
kolam.
·
Pemupukan dan pengapuran kolam.
Agar pakan alami berupa plankton tumbuh, kolam dipupuk menggunakan kotoran ayam
sebanyak 200-300 gram/m², TSP dan urea masing-masing sebanyak 10 gram/m² dan
kapur pertanian sebanyak 25-30 gram/m² atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan
lahan. Tujuan pemupukan dan pengapuran selain untuk menaikkan tingkat keasaman
tanah (pH), juga dapat membunuh bibit-bibit penyakit. Cara pemupukan dan
pengapurannya adalah dengan menebarkan pupuk dan kapur secara merata ke seluruh
permukaan dasar kolam.
·
Mengisi air. Kolam diisi air
setinggi 40-50 cm dan dbiarkan selama 7 hari agar pakan alami tumbuh dengan
sempurna.
5.1.6.2.2. Penebaran
Benih Pada Kolam Pendederan
Penebaran
benih dilakukan setelah 7 hari dari pemupukan atau saat pakan alami telah
tersedia. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Penebaran harus
dilakukan dengan hati-hati agar benih ikan lele tidak mengalami stres. Sebelum ditebarkan benih harus diadaptasikan
terlebih dahulu sebagaimana yang dilakukan pada penebaran benih yang didederkan
di kolam hapa.
5.1.6.2.3. Pemeliharaan
Benih Pada Kolam Pendederan
Kualitas air
kolam pendederan perlu dijaga, cara paling efektif adalah penggunaan air
mengalir sistem paralon secara kontinyu dengan debit air tidak terlalu besar.
Pada kolam ikan lele pendederan,
kualitas air tidak terlalu cepat menurun. Hal ini dikarenakan ukuran ikan masih
sangat kecil, sehingga kotoran yang ditimbulkan belum begitu banyak. Selama pemeliharaan
lele diberi pakan tambahan untuk mempercepat proses pertumbuhan. Pakan tambahan
berupa pakan pelet 01 sebanyak 3-5% dan pakan pelet PF 500 sebanyak 3-5% dari
jumlah total benih yang dipelihara. Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu
pada pagi, siang,
dan sore hari. Agar pakan lebih
efisien dan efektif, sebaiknya pemberiannya dilakukan dengan cara membiasakan
di satu atau dua tempat saja,
misalnya di bagian pojok kolam.
Untuk
memperkecil mortalitas atau kehilangan benih, selama pemeliharaan harus
dilakukan pengontrolan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang umum
menyerang ikan lele berupa ular,
dan ikan gabus. Tindakan
pencegahan penyakit cukup dengan menjaga kualitas dan kuantitas air kolam,
yakni dengan menghindari pemberian pakan yang berlebihan. Karena pakan yang
berlebih akan menumpuk di dasar kolam dan bisa membusuk yang akhirnya menjadi
salah satu sumber penyakit.
5.1.6.2.4. Pemanenan
Benih Ikan Lele
Setelah
dipelihara selama 2-3 minggu, benih ikan lele siap dipanen. Pemanenan benih
ikan lele sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu rendah.
Pemanenan dimulai dengan mempersiapkan alat-alat panen serta tempat penampungan
benih hasil panen. Setelah semua peralatan siap, kolam dikeringkan secara
perlahan-lahan sampai air yang
tersisa hanya tinggal di kamalir. Dalam keadaan ini, benih-benih ikan lele akan
terkumpul di dalam kamalir. Selanjutnya dengan alat tangkap (serok), benih ditangkap dan
ditampung di dalam wadah yang telah disediakan. Benih disortir atau dipisahkan
sesuai dengan ukurannya. Rata-rata benih telah mencapai ukuran 5-8 cm per
ekornya. Selanjutnya benih dapat dipelihara di tempat lain (pembesaran) atau
langsung dijual kepada konsumen. Mortalitas selama pemeliharaan lebih kurang
25-30% dari jumlah benih yang ditebarkan.
5.2. Pembahasan
Larva merupakan fase kritis terhadap respon lingkungan,
oleh sebab itu pemeliharaan larva harus mendapatkan perawatan yang intensif. Larva yang baru menetas sampai berumur 3 hari belum
diberikan pakan tambahan karena cadangan pakan dalam tubuhnya masih tersedia,
yakni berupa kuning telur. Pada hari ke-4 setelah menetas dilihat apabila
cadangan makanan telah habis, larva baru diberi pakan tambahan yang ukurannya
sesuai dengan bukaan mulut larva lele dumbo. Pakan tambahan yang diberikan
adalah pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami pakan hidup berupa plankton,
kutu air (Daphnia sp), sedangkan
pakan buatan berupa emulsi kuning telur yang telah di rebus dan pasta yaitu
pakan pelet yang diramu menggunakan kuning telur bebek, minyak ikan, dan madu.
Pemberian pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan, yaitu empat kali sehari pada
pagi, siang, sore, dan malam hari. Pakan
tambahan alami lebih dianjurkan karena selain kandungan proteinnya cukup
tinggi, juga mudah dicerna, dan tidak menyebabkan kualitas air turun. Hindari
pemberian pakan yang berlebihan agar tiak mencemari air.
Selama perawatan larva kualitas air harus
terjaga dengan baik. Penggantian air
atau penambahan air dilakukan setiap 2 hari sekali atau tergantung dari
kebutuhan dengan melihat kualitas air yang ada dalam bak. Jumlah air yang
diganti antara 50-70%, secara menyipon sambil membuang kotoran (air) dalam bak
dengan menggunakan slang plastik, air baru sebaiknya dari kolam tandon
dimasukan kedalam bak..
Dalam
perawatan larva ikan lele dumbo tidak terlepas
dari alat dan bahan yang dibutuhkan. Alat yang digunakan berupa wadah/bak, aerasi, dan bahan yang
digunakan berupa larva
lele dumbo dan pakan.
Larva
yang sudah besar siap dilakukan pendederan,
dalam Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan pendederan di hapa
untuk pendederan pertama dan di kolam tanah untuk pendederan kedua.
Adapun persiapan wadah
yang digunakan untuk pendederan pertama
benih berupa pemasangan hapa.
Sebelum
hapa dipasang, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menyiapkan patok atau tiang untuk mengikat hapa. Patok yang digunakan
berupa kayu
yang ditancapkan ke dasar kolam dengan jarak antara satu patok dan patok
lainnya disesuaikan dengan ukuran hapa.
Patok harus ditancapkan tegak lurus dan kokoh agar mampu menahan beban hapa. Penempatan jaring
sebaiknya di pinggir atau tepi kolam guna memudahkan pemeliharaan.
Ketinggian
air di dalam hapa
diusahakan hanya 30-50 cm.
Hal ini disebabkan ikan lele dumbo
yang akan dipelihara ukurannya masih kecil dan belum memerlukan air yang dalam.
Penebaran
benih dilakukan setelah jaring terpasang dengan sempurna. Penebaran benih
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih rendah. Benih yang
dipelihara dalam kegiatan Praktek Kerja
Lapangan ini berasal dari hasil pembenihan sendiri sehingga saat penebaran tidak
perlu lagi dilakukan proses adaptasi, karena kualitas air di tempat tersebut
tidak jauh berbeda.
Kegiatan
pemeliharaan merupakan kegiatan inti dari pendederan. Selama pemeliharaan,
benih harus diberi pakan tambahan. Karena berada di dalam wadah yang terbatas, benih ikan lele tidak
mendapat pakan alami. Pakan tambahan yang cocok adalah pelet dalam bentuk
tepung, sebanyak 3-5% dari berat total benih ikan lele yang dipelihara.
Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yakni pada pagi, siang, dan sore hari. Pakan harus
disebarkan merata di seluruh permukaan air. Maksudnya agar semua benih
mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh pakan.
Pengontrolan
kolam hapa harus dilakukan setiap
satu minggu sekali. Pengontrolan
dimaksudkan untuk menjaga hapa
tidak sampai berlubang atau sobek.
Jika
hapa berlubang, benih yang
dipelihara akan keluar.
Sebelum dilakukan pendederan II terlebih dahulu dilakukan persiapan kolam. Kolam dikeringkan beberapa hari untuk memudahkan pengolahan dan membunuh
bibit-bibit penyakit yang ada di dalam kolam. Pemupukan dan pengapuran kolam.
Agar pakan alami berupa plankton tumbuh, kolam dipupuk menggunakan kotoran ayam
sebanyak 200-300 gram/m², TSP dan urea masing-masing sebanyak 10 gram/m² dan
kapur pertanian sebanyak 25-30 gram/m² atau disesuaikan dengan tingkat
kesuburan lahan. Tujuan pemupukan dan pengapuran selain untuk menaikkan tingkat
keasaman tanah (pH), juga dapat membunuh bibit-bibit penyakit. Cara pemupukan
dan pengapurannya adalah dengan menebarkan pupuk dan kapur secara merata ke
seluruh permukaan dasar kolam. Mengisi air kolam setinggi 40-50 cm dan dibiarkan
selama 7 hari agar pakan alami tumbuh dengan sempurna.
Penebaran
benih dilakukan setelah 7 hari dari pemupukan atau saat pakan alami telah
tersedia. Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Penebaran harus
dilakukan dengan hati-hati agar benih ikan lele tidak mengalami stres. Sebelum ditebarkan benih harus diadaptasikan
terlebih dahulu sebagaimana yang dilakukan pada penebaran benih yang didederkan
di hapa.
Kualitas air kolam pendederan perlu
dijaga, cara paling efektif adalah penggunaan air mengalir sistem paralon
secara kontinyu dengan debit air tidak terlalu besar. Pada budidaya ikan lele
pendederan, kualitas air tidak terlalu cepat menurun. Hal ini dikarenakan
ukuran ikan masih sangat kecil, sehingga kotoran yang ditimbulkan belum begitu banyak. Selama
pemeliharaan lele diberi pakan tambahan untuk mempercepat proses pertumbuhan.
Pakan tambahan berupa tepung pelet sebanyak 35% dari jumlah total benih yang
dipelihara. Pakan diberikan tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari. Agar pakan lebih
efisien dan efektif, sebaiknya pemberiannya dilakukan dengan cara membiasakan
di satu atau dua tempat saja,
misalnya di bagian pojok kolam.
Untuk
memperkecil mortalitas atau kehilangan benih, selama pemeliharaan harus
dilakukan pengontrolan terhadap serangan hama dan penyakit. Hama yang umum menyerang
ikan lele berupa belut, ular, atau ikan gabus. Tindakan pencegahan penyakit
cukup dengan menjaga kualitas dan kuantitas air kolam, yakni dengan menghindari
pemberian pakan yang berlebihan. Karena pakan yang berlebih akan menumpuk di
dasar kolam dan bisa membusuk yang akhirnya menjadi salah satu sumber penyakit.
Setelah
dipelihara selama 2-3 minggu, benih ikan lele siap dipanen. Pemanenan benih
ikan lele sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu rendah.
Pemanenan dimulai dengan mempersiapkan alat-alat panen serta tempat penampungan
benih hasil panen. Setelah semua peralatan siap, kolam dikeringkan secara
perlahan-lahan sampai air yang
tersisa hanya tinggal di kamalir. Dalam keadaan ini, benih-benih ikan lele akan
terkumpul di dalam kamalir. Selanjutnya dengan alat tangkap (sair), benih
ditangkap dan ditampung di dalam wadah yang telah disediakan. Benih disortir
atau dipisahkan sesuai dengan ukurannya. Rata-rata benih telah mencapai ukuran
5-8 cm per ekornya. Selanjutnya benih dapat dipelihara di tempat lain
(pembesaran) atau langsung dijual kepada konsumen. Mortalitas selama
pemeliharaan lebih kurang 25-30% dari jumlah benih yang ditebarkan.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang diperoleh selama mengikuti Praktik Kerja Lapangan adalah Salah satu upaya untuk mendapatkan
benih ikan Lele Dumbo yang berkualitas tinggi dan jumlah yang mencukupi perlu
adanya penanganan dan pengolahan yang tepat.
6.2.
Saran
Adapun
saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan selama mengikuti Praktik Kerja Lapangan adalah :
1. Diharapkan
kepada para mahaiswa/mahasiswi yang mengikuti
Praktik Kerja Lapangan
(PKL) dimasa yang akan
datang, agar dapat mengamati lebih lanjut terutama tentang faktor-faktor
penyebab keberhasilan yang sama maupun pada lokasi yang lain.
2. Hasil
laporan ini dapat merupakan acuan untuk kegiatan selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo.
Agromedia Pustaka. Jakarta, hal : 1-8.
Cut Dara Dewi, Zainal A. Muchlisin, dan Sugito.
2013. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Pada Konsentrasi Tepung Daun Jaloh
(Salix tetrasperma Roxb) Yang Berbeda Dalam Pakan. Depik, 2(2): 45-49.
Diakses pada 25 Desember 2014.
Muchlisin, Z.A, A. Damhoeri, R.
Fuaziah, Muhamamadar dan M. Musman. Pemgaruh
Beberapa Jenis Pakan Alami Terhaap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Biologi 3 (2) : 105-113. Diakses pada 25
Desember 2014.
Saanin, H. 1984. Taksonomi
dan Kunci Identifikasi Ikan, Bina Cipta. Jakarta
Santoso,1994.
Lele Dumbo dan Lele Lokal.Yogyakarta: kanisius
Tim Agriminakultura. 2008. Bisnis dan Budidaya Lele Dumbo dan Lokal. Gramedia Pustaka Utama.
No comments:
Post a Comment