Thursday, 15 March 2018

SARS DAN FLU BURUNG




Makalah

SARS DAN FLU BURUNG





Disusun
Oleh:

KELOMPOK 5

MAYA RITA YANTI
INDRIANI SAFITRI
ALFI SYAHRIL

















AKADEMI KEPERAWATAN ABULYATAMA
BANDA ACEH
2017

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kajian Penyakit Infeksi Endemik: SARS dan Flu Burung”  tepat pada waktunya.
            Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Mengingat banyaknya kekurangan yang penulis miliki, baik dari segi isi, penyajian maupun penulisan itu sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan  pendapat, saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi inspirasi dan memberikan manfaat bagi kita semua.

                                                                                           
Aceh Besar,   November 2017

Penulis












DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.................................................................................................. 1
B.    Rumusan Masalah............................................................................................. 3
C.    Tujuan............................................................................................................... 3
D.    Manfaat............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 5
A.    Sars  (Severe acute respiratory syndrome)........................................................ 5
1.         Definisi Sars............................................................................................... 5
2.         Sejarah Penyakit Sars................................................................................. 5
3.         Cara Penyebaran Virus Sars....................................................................... 6
4.         Penyebab Penyakit Sars............................................................................. 6
5.         Gejala Penyakit Sars.................................................................................. 7
6.         Penanganan Pada Penderita Sars............................................................... 7
7.         Cara Pencegahan Penyakit Sars................................................................. 7
B.    Flu Burung........................................................................................................ 8
1.      Definisi Flu Burung................................................................................... 8
2.      Penularan Flu Burung................................................................................ 8
3.      Gejala Flu Burung.................................................................................... 10
4.      Epidemiologi Flu Burung........................................................................ 11
5.      Pencegahan Flu Burung........................................................................... 20
6.      Penanggulangan Flu Burung.................................................................... 22

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 23
A.  Simpulan......................................................................................................... 23
B.  Saran............................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 25



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Endemik adalah suatu keadaan dimana penyakit secara menetap berada dalam masyarakat pada suatu tempat / populasi tertentu. Epidemik ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas / daerah tertentu dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa. Sedangkan pandemik ialah epidemik yang terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang banyak di berbagai daerah / negara di dunia.
Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponsial, suatu infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik (endemic steady state) suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemik pada akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak endemik, bergantung pada sejumlah faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit bersangkutan. Sindrom pernafasan akut yang parah / Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) disebabkan oleh infeksi virus dan hadir dengan gejala-gejala seperti flu (demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit otot) dan kesulitan bernafas, yang kadangkala menjadi parah. Infeksi tersebut bisa jadi fatal.( Abdullah,Mikrajuddin.2006)
Penyakit SARS pertama kali ditemukan di kota Guangzhou, provinsi Guangdong, RRC, pada bulan November 2002. Setelah berjangkit di Hong Kong pada bulan Februari lalu, virus SARS kemudian merambah ke lebih 20 negara di empat benua dengan jumlah penderita 2400 orang sedang korban yang tewas mencapi 800an orang. Sumber penularan global ini bermula ketika seorang dokter asal Guangzhou bernama Prof. dr. Liu Jianlun menginap di Hotel Metropole, Hongkong, setelah sebelumnya menangani sejumlah pasien SARS di rumah sakit kotanya. Di hotel inilah kemudian virus SARS menulari delapan tamu hotel yang menginap di lantai yang sama dengan Prof. Liu, dua tamu di lantai lainnya dan seorang pengunjung melalui perantara lift hotel. Jadi ketika mereka pulang atau pergi ke negara tujuan masing-masing, yakni Singapura, Hanoi, Kanada, AS dan Irlandia, tanpa disadari virus SARS sudah menyerang tubuh mereka. Selanjutnya penyakit ini menulari para kerabat keluarga dan petugas kesehatan di rumah sakit mereka menginap hingga kemudian menyebar ke ribuan tubuh manusia di seluruh dunia. Sedangkan penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Kehebohan itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah tersebut.
Seorang Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam kondisi kritis. Dengan demikian, pada bab selanjutnya akan dibahas tentang SARS dan flu burung.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah akan memberikan gambaran yang jelas mengenai pembahasan pada bab selanjutnya, adapun rumusan masalahnya yakni sebagai berikut :
  1. Apakah definisi dari penyakit sars ?
  2. Jelaskan sejarah penyakit sars ?
  3. Bagaiamana penyebaran virus pada sars ?
  4. Jelaskan penyebab penyakit sars ?
  5. Bagaimanakah gejala penyakit sars ?
  6. Apakah tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita sars ?
  7. Jelaskan cara pencegahan penyakit sars ?
  8. Apa definisi flu burung ?
  9. Bagaimana penularan kejadian flu burung?
  10. Apa gejala terjangkitinya kejadian flu burung?
  11. Bagaimana epidemiologi dari flu burung?
  12. Apa pencegahan untuk menghindari kejadian flu burung?
  13. Bagaimana penanggulangan dari kejadian flu burung?

C.      Tujuan
  1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit sars.
  2. Untuk mengetahui sejarah penyakit sars.
  3. Untuk mengetahui penyebaran virus pada sars.
  4. Untuk mengetahui penyebab penyakit sars.
  5. Untuk mengetahui gejala penyakit sars.
  6. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita sars.
  7. Untuk menjelaskan cara pencegahan penyakit sars.
  8. Untuk mengetahui definisi dari flu burung.
  9. Untuk mengetahui cara flu burung itu bisa menular.
  10. Untuk mengetahui gejala dari flu burung.
  11. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi kejadian flu burung.
  12. Untuk mengetahui, memahami serta dapat mengaplikasikan cara untuk mencegah kejadian flu burung.
  13. Untuk mengetahui dan memahami cara penanggulangan flu burung.

D.      Manfaat
  1. Agar mampu memahami penyakit sars.
  2. Agar mampu memahami sejarah penyakit sars.
  3. Agar mampu memahami penyebaran virus pada sars.
  4. Agar mampu memahami penyebab penyakit sars.
  5. Agar mampu memahami gejala penyakit sars.
  6. Agar mampu memahami tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita sars.
  7. Agar mampu memahami cara pencegahan penyakit sars.
  8. Agar mampu memahami definisi dari flu burung.
  9. Agar mampu memahami bagaimana flu burung itu bisa menular.
  10. Agar mampu memahami gejala dari flu burung.
  11. Agar mampu memahami gambaran epidemiologi kejadian flu burung.
  12. Agar mampu memahami dan mengaplikasikan cara untuk mencegah kejadian flu burung.
  13. Agar mampu memahami cara penanggulangan flu burung.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sars  (Severe acute respiratory syndrome)
1.      Definisi Sars
Sars  (Severe acute respiratory syndrome  atau kadang-kala severe Asian respiratory syndrome) adalah sejenis penyakit pernafasan akut yang mengakibatkan penyakit pada radang paru-paru  (atypical pneumonia) .  Sars adalah penyakit pernafasan akut yang disebabkan oleh virus. (Darmawan,Hermansyah.2010)
2.    Sejarah Penyakit Sars
Kasus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut Berat pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong ( China ) pada bulan November 2003. Adanya kejadian luar biasa di Guangdong ini baru diberitakan oleh WHO empat bulan kemudian yaitu pada pertengahan bulan Februari 2003. Pada waktu itu disebut sebagai Atypical Pneumonia atau Radang Patu Atipik. Informasi WHO ini menjadi dasar bagi DepKes untuk secara dini pada bulan Februari 2003 menginstruksikan kepada seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP ) di Indonesia yang mengawasi 155 bandara, pelabuhan laut dan pos lintas batas darat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah penangkalan yang perlu. (Darmawan,Hermansyah.2010)
Pada tanggal 11 Maret 2003, WHO mengumumkan adanya penyakit baru yang menular dengan cepat di Hongkong, Singapura dan Vietnam yang disebut SARS. Pada tanggal 15 Maret 2003 Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa SARS adalah ancaman global atau Global Threat. Dengan adanya pernyataan itu, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tangal 16 Maret 2003 segera berkoordinasi dengan WHO dan menginformasikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah sakit Provinsi, KKP di seluruh Indonesia dan lintas sektor terkait untuk mengambil langkah yang perlu bagi pencegahan penularan dan pencegahan penyebaran SARS pada tanggal 17 Maret 2003. Pada waktu itu belum diketahui apakah penyakit ini sama dengan Atypicak Pneumonia yang berjangkit di Guangdong. pada bulan April 2003 barulah WHO memastikan bahwa Atypical Pneumonia di Guangdong adalah SARS. Pertimbangan WHO menyatakan SARS sebagai ancaman global adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal penyebabnya, SARS meneybar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS terutama menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong berbagai pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab SARS dan memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13 laboratorium di dunia maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab SARS adalah Virus Corona atau Coronavirus. Departemen Kesehatan secara dini dan sejak awal pandemi SARS pada bulan Maret tahun 2003 melaksanakan Penanggulangan SARS dengan tujuan mencegah terjadinya kesakitan dan kematian akibat SARS dan mencegah terjadinya penularan SARS di masyarakat (community transmission) di Indonesia.( Depkes.2009)
3.    Cara Penyebaran Virus Sars
Virus bisa terbawa oleh cairan dan menular pada orang lain. Sedangkan virus yang mampu bertahan di udara kering selama tiga jam akan terbang di udara dalam bentuk debu . Salah satu cara penyebaran virus penyebab SARS adalah melalui butiran-butiran halus cairan (droplet) berisi virus yang berasal dari batuk-pilek penderita. Jadi Virus itu melayang-layang di udara, tetapi berada dalam droplet itu, yang sementara saja melayang di udara sebelum jatuh ke tanah.
4.    Penyebab Penyakit Sars
Hingga saat ini virus utama penyebab SARS masih belum diketahui secara pasti. Namun para ahli kesehatan dunia telah menemukan dua jenis virus yang diduga kuat sebagai pelaku utama SARS, yakni Coronavirus dan virus  Paramoxyviridae. Sebenarnya kedua virus ini sudah lama ada tapi gejalanya tidak seganas dan separah seperti saat ini. Coronavirus selama ini dikenal sebagai virus penyebab demam flu, radang paru-paru dan diare, sedang virus Paramoxyviridae adalah penyebab para influenza. Kesimpulan sementara virus penyebab SARS saat ini adalah virus baru hasil mutasi dari Coronavirus. Virus adalah parasit yang mudah mengalami mutasi atau perubahan gen, dan biasanya terjadi apabila di dalam tubuh terdapat dua virus yang bertukar materi. Faktor pemicu ganasnya hasil mutasi virus diantaranya adalah lingkungan hidup yang mulai rusak oleh manusia, jumlah penduduk dunia yang semakin banyak dan tentu saja perkembangan ilmu kedokteran di bidang virus (virulogi) yang bertambah maju. Seperti halnya manusia yang berupaya segala cara untuk bertahan hidup, begitu pula para virus yang beradaptasi supaya tetap dapat hidup walaupun harus dengan menyerang manusia sekalipun.
5.    Gejala Penyakit Sars
Gejala-gejala SARS antara lain :
a.       Sakit kepala,
b.      Batuk,
c.       Sesak napas seperti asma,
d.      Bersin,
e.       Demam dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat Celcius,
f.       Nyeri otot dan persendian serta
g.      Sakit di dada terutama saat bernapas.
6.      Penanganan Pada Penderita Sars
Apabila mengalami gejala atau keluhan seperti di atas maka tindakan yang harus dilakukan adalah segera ke dokter atau rumah sakit. Tindakan yang sama juga perlu dilakukan terhadap teman atau keluarga kita yang pernah mengunjungi tempat terdapatnya wabah SARS atau berdekatan dengan penderita SARS dalam waktu sebulan terakhir. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari semakin parahnya infeksi virus pada tubuh penderita. Karena apabila penyakit tidak ditangani dengan baik maka kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbon dioksida.
7.      Cara Pencegahan Penyakit Sars
Cara  Pencegahan paling utama  adalah dengan tidak mengunjungi  wilayah yang sudah terjangkiti SARS, seperti negara yang terkena wabah dan rumah sakit jika tidak perlu, karena sebagian besar infeksi terjadi di sini. Sebisa mungkin hindari berdekatan dengan penderita SARS atau penderita bergejala sama, dan apabila tidak memungkinkan gunakan selalu masker serta sarung tangan . Namun ,  yang terpenting dari semua ini adalah menjaga kebersihan dan daya tahan tubuh, yakni dengan makan teratur, istirahat yang cukup, berhenti merokok dan hidup secara sehat, mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah melakukan aktivitas.
   .
B.       Flu Burung
1.      Definisi Flu Burung
Flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (Low Pathogenic) Influensa A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung yang sangat mematikan di Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Jepang.Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 0C dan lebih dari 30 hari pada 00C. Virus akan mati pada pemanasan 600 0C. selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
2.      Penularan Flu Burung
Masa inkubasi (saat penularan sampai timbulnya penyakit) avian influensa adalah 3 hari untuk unggas. Sedangkan untuk flok dapat mencapai 14-21 hari. Hal itu tergantung pada jumlah virus, cara penularan, spesies yang terinfeksi dan kemampuan peternak untuk mendeteksi gejala klinis (berdasarkan pengamatan klinik). Unggas (ayam, burung dan itik) merupakan sumber penularan virus influenza. Untuk unggas air lebih kebal(resistensi) terhadap virus avian influenza darpada unggas peliharaan. Sedangkan burung kebanyakan dapat juga terinfeksi, termasuk burung liar dan unggas air. Flu burung merupakan infeksi oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H = Hemagglutinin; N = Neuraminidase), sampai saat ini tidak ditemukan bukti ilmiah adanya penularan antar manusia. Tetapi pada keadaan sekarang ini virus flu burung belum mengalami mutasi pada manusia yang dapat mengakibatkan penyebaran dari manusia ke manusia.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke manusia dan menular melalui makanan.
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Kuman ini kemudian dikeluarkan bersama kotoran, dan infeksi akan terjadi bila orang mendekatinya. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. Bila tidak segera ditolong, korban bisa meninggal. Seperti halnya influensa, flu burung ini sangat mudah bermutasi.
Flu burung (H5N1) dapat menyebar dengan cepat diantara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung (H5N1) ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas.
Saat ini, strain yang paling virulen penyebab flu burung adalah strain H5N1. Dari hasil studi yang ada menunjukkan, unggas yang sakit (oleh Influenza A H5N1) dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama, tapi mati pada pemanasan 600 derajad celcius selama 30 menit. Virus ini sendiri mempunyai masa inkubasi selama 1–3 hari.
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan.
3.      Gejala Flu Burung
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a)      Gejala pada unggas.
1.      Jengger berwarna biru,
2.      Borok di kaki,
3.      Kematian mendadak.
b)      Gejala pada manusia.
1.      Demam (suhu badan diatas 38 0C),
2.      Batuk dan nyeri tenggorokan,
3.      Radang saluran pernapasan atas,
4.      Pneumonia,
5.      Infeksi mata,
6.      Nyeri otot.
Masa Inkubasi
Pada Unggas      :    1 minggu
Pada Manusia     :    1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari      sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
Secara umum, gejala klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada umumnya, yaitu demam, sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan dalam waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, setiap kasus flu yang menderita pneumonia dengan faktor risiko kontak dengan burung pada daerah yang sedang terjadi KLB unggas “flu burung” (kasus probable) perlu diambil spesimennya untuk pembuktian laboratorium.
Flu burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh anak-anak belum begitu kuat. Padahal, penyakit ini belum ada obatnya. Penderita hanya akan diberi untuk meredakan gejala yang menyertai penyakit flu itu, seperti demam, batuk atau pusing. Obat-obatan itu hanya meredam gejalanya, tapi tidak mengobati.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon “bunuh diri” dalam sistem imunitas tubuh manusia. Semakin banyak virus itu tereplikasi, semakin banyak pula sitoksin–protein yang memicu untuk peningkatan respons imunitas dan memainkan peran penting dalam peradangan yang diproduksi tubuh. Sitoksin yang membanjiri aliran darah, karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan-jaringan dalam tubuh.
Gejala klinis dari 10 kasus Avian influenza pada manusia di Vietnam adalah sebagai berikut: Demam lebih dari 38ºC, sulit bernapas dan batuk adalah gambaran utama. Seluruh pasien mengalami limfopenia dan gambaran abnormalitas foto toraks. Tidak ada pasien yang terlihat sakit leher, konjungtivitis, hidung kemerahan dan berair. Diare dengan feses cair terlihat pada setengah dari kasus. Delapan pasien meninggal, dan dua sembuh. (Berita Buana, 2004)
Diagnosis kasus flu burung pada manusia yang dipastikan oleh WHO adalah seperti:
a.     Kultur virus influenza subtipe A (H5 N1) positif, atau
b.    PCR influenza (H5) positif, atau
c.     Peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali. (WHO. 2004)

4.    Epidemiologi Flu Burung
a.       Epidemiologi Distribusi Menurut Orang
Munculnya kasus flu burung pada manusia di Indonesia merupakan suatu hal yang harus diwaspadai. Pada unggas penyakit ini sudah dikenal > 100 tahun yang lalu, tapi 7 tahun terakhir penyakit ini bisa menular pada manusia. Tahun 2005, dilaporkan terjadi kasus flu burung pada manusia untuk pertama kali di Indonesia. Hal ini berdampak sisoal yang cukup besar di samping kekhawatiran risiko penularan pada manusia juga pada perekonomian Indonesai di mana usaha peternakan unggas dari skala rumah tangga hingga industri terkena dampaknya.
Yang lebih mengkhawatirkan  adalah kemungkinan terjadinya Pandemi Influenza di dunia yang menurut WHO tinggal menunggu waktu saja. Data WHO menunjukkan bahwa pertambahan kasus baru daru waktu ke waktu semakin bertambah terutama di Indonesia dan Vietnam. Sedangkan dari kasus yang tercatat 50% di antaranya menginggal dunia (CFR 50% / separuh pasien flu burung meninggal karena penyakit ini ). Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan telah mengambil langkah penting untuk mengantisipasinya, kita sebagai warga masyarakat dan organik Departemen Pertahanan juga harus mengambil sikap serta turut berperan dalam penanggulangan masalah merebaknya kasus flu burung di Indonesia.
Skenario menakutkan yang sedang dikaji Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini mengingatkan dunia soal wabah flu Spanyol tahun 1918-1919. Saat itu virus flu muncul dan menyebar ke seluruh dunia hanya dalam waktu enam bulan. Serangan ini telah mengakibatkan 40 juta orang meninggal dunia. Dua kasus pandemi flu lainnya juga pernah meledak tahun 1957 dan 1968. Pandemi tahun 1957 menewaskan empat juta orang dan pandemi 1968 menewaskan dua juta orang.
Kasus Flu Burung dalam perkembangan, bukan menyerang pada unggas saja, tetapi juga menyerang manusia. Pada Tahun 1997, 18 orang di Hongkong diserang flu burung, 6 orang meninggal dunia. Sementara data WHO yang telah dikonfirmasi untuk tahun 2003 di Vietnam ditemukan tiga kasus pada manusia dan ketiganya meninggal dunia ( angka kematian 100 % ), tahun 2004 kasus di Vietnam bertambah 29 kasus ( 20 meninggal ), ditahun yang sama negara Thailand ada kasus Flu Burung pada manusia sebanyak 17 penderita (12 Penderita meninggal dunia). Tahun 2005 : Vietnam 61 penderita (19 Meninggal Dunia), Indonesia 16 Penderita (11 meningal Dunia), Thailand 5 penderita ( 2 Meninggal Dunia ), China 7 penderita ( 3 Meninggal Dunia ), Kamboja 4 penderita ( 4 meninggal dunia ) dan Turki 2 penderita dan keduanya meiniggal dunia.
Sementara penyebaran virus tersebut pada manusia di Indonesia sejak bulan Juli Tahun 2005 hingga 12 April 2006 telah ditemukan 479 kasus kumulatif yang dicurigai sebagai flu burung pada manusia, dimana telah ditemukan 33 kasus konfirm flu burung, 24 diantaranya meninggal dunia. 115 Kasus masih dalam penyelidikan (36 diantaranya meninggal dunia), sementara yang telah dinyatakan bukan flu burung sebanyak 330 kasus.
Sampai tanggal 30 Desember 2005, sebanyak 142 kasus infeksi influensa unggas pada manusia telah dilaporkan dari berbagai wilayah. Pada saat itu penularan pada manusia masih terbatas di Kamboja, Indonesia, Thailand, dengan episenter di Vietnam (65,5% dari seluruh kasus), Sebanyak 72 orang (50,7%) telah meninggal. Jumlah tersebut kini sudah bertambah lagi terutama dengan meluasnya penyebaran dan bertambahnya kematian di Indonesia. Juga dari beberapa negara lain (Turki, Irak) sudah ada laporan tentang kasus influensa unggas ini pada manusia.
b.      Epidemiologi Distribusi Menurut  Waktu
Flu burung sudah terjadi sejak 1960-an. Berikut kilasannya:
1)      Tahun 1968:
Penularan virus influenza asal unggas ke manusia sudah dilaporkan sejak 1968.
2)      Tahun 1997:
Flu burung pertama kali melewati “halangan spesies” dari unggas ke manusia. Sebelumnya, flu ini hanya menyerang burung, bukan manusia. Pertama kali muncul di Hongkong dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan enam orang diantaranya meninggal dunia, kemudian menyebar ke Vietnam dan Korea. Jenis yang diketahui menjangkiti manusia adalah influenza A sub jenis H5N1.
3)      Tahun 1999:
Satu varian dari H5N1 yang disebut H9N2, kembali mengguncang Hongkong dengan menginfeksi dua orang.
4)      20 Mei 2001:
Untuk mencegah penyebaran flu burung, 40 ribu ekor ayam dimusnahkan di Hongkong dengan menggunakan karbondioksida.
5)      7 Februari 2002:
Ratusan ribu ekor ayam dan itik dimusnahkan di Hongkong. Pemerintah setempat meminta penjualan dan impor ayam dihentikan, menyusul merebaknya wabah flu burung. Sejak saat itu pula, H5N1 mulai menyebar di luar teritorialnya.
6)      April 2003:
Penyakit flu burung mewabah di Belanda.
7)      Nopember 2003:
Tujuh juta ekor ayam dimusnahkan di Thailand. Sekitar 4,7 juta ayam di Indonesia mati, 40 persen diantaranya terkena virus flu burung dan virus New Castle.
8)      Desember 2003:
Virus ini kembali menunjukkan aksinya di Hongkong dan memakan satu korban.
9)      22 Desember 2003:
Virus flu burung menyerang unggas di Korea Selatan. Kasus flu burung yang pertama di Korsel, ini ditemukan di peternakan itik dekat Kota Eumseong. Korea Selatan yang sedang berusaha mengatasi penyakit flu burung (bird flu) yang tingkat penyebarannya tinggi, menyetujui langkah-langkah untuk menahan perkembangan penyakit tersebut dan membatasi dampaknya pada industri peternakan. Virus itu, yang dapat mematikan manusia, muncul di antara ayam-ayam di kandang peternakan sekitar 80 km (50 mil) tenggara ibukota Seoul.
10)  24 Desember 2003:
Pemerintah Korea Selatan memusnahkan sekitar 600 ribu ekor ayam dan itik akibat menyebarnya virus H5N1, penyebab flu burung.
11)  Sepanjang 2003:
Ditemukan dua kasus di Hongkong dengan satu diantaranya meninggal. Kedua kasus itu mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus yang ditemukan adalah Avian Influenza A (H5N1). Ditemukan 83 kasus pada pekerja peternakan di Netherland, termasuk keluarganya dengan satu diantaranya meninggal. Virus yang ditemukan adalah Avian Influeza A (H7N7). Ditemukan seorang anak tanpa kematian di Hongkong terserang virus Avian Influenza A (H9N2).
12)  Januari 2004:
Penyakit flu burung menyebar sampai Jepang, Korea Selatan, Vietnam dan Thailand dengan satu identifikasi mereka menyebar dari Kamboja, Hongkong dan Taiwan.
13)  13 Januari 2004:
Flu burung menewaskan jutaan ayam di Korea Selatan, Vietnam dan Jepang.  Para peternak di Thailand mengatakan, ribuan ayam telah tewas karena sakit. Tapi sampai sekarang, belum dikonfirmasikan apakah peristiwa itu disebabkan flu burung.  Hongkong dan Kamboja telah melarang impor ayam dari negara-negara yang telah terkena wabah itu. WHO menegaskan, tidak ada bukti flu burung menyebar dari orang ke orang, seperti kasus virus SARS.   Wabah flu burung menyebar cepat di Vietnam, ketika satu juta ayam tewas. Para peternak Vietnam pun diperintahkan untuk membunuh semua ayam yang sakit. Sementara itu, para pejabat di Jepang mengatakan, enam ribu ayam tewas karena virus flu burung dan ribuan ayam akan dibasmi. Ribuan ayam juga mati karena virus flu burung di Korea Selatan.
14)  14 Januari 2004:
Penyebaran flu burung juga sudah mencapai Jepang dan merajelala di kawasan 800 kilometer sebelah barat daya Tokyo. Enam ribu ekor ayam di kawasan itu mati akibat virus dan 30 ribu ekor lainnya terpaksa dibinasakan pada hari-hari mendatang. Badan Penyakit Hewan Sedunia (OIE) mengirim tim peneliti ke Asia guna menyelidiki penyakit flu burung yang telah menghancurkan industri peternakan ayam di sejumlah negara Asia. OIE mengatakan, penelitian dilakukan di Vietnam di mana Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan, wabah Flu Burung telah menewaskan dua orang anak dan seorang dewasa.  RRC menyatakan, negara itu bebas dari Flu burung.


15)  15 Januari 2004:
WHO mengatakan, flu burung yang menyebar di peternakan ayam di Asia telah menewaskan sedikitnya tiga orang di Vietnam, tapi dilaporkan virus itu belum menyebar ke manusia.
16)  16 Januari 2004:
Empat orang yang tewas di Vietnam dikonfirmasikan terkena flu burung.  Kebanyakan ahli meyakini, transmisi penyakit ini berasal dari burung ke manusia dan bukan dari manusia ke manusia.
17)  17 Januari 2004:
Dua juta unggas di Vietnam dimusnahkan akibat terjangkit virus flu burung.
18)  18 Januari 2004:
WHO mengumumkan tewasnya empat orang akibat virus flu burung. Sehingga, jumlah korban akibat virus itu menjadi 16 -salah satunya adalah bocah lima tahun asal Provinsi Nam Dinh, 60 mil selatan Hanoi.
19)  20 Januari 2004:
WHO karena ‘kekhawatiran yang terus meningkat’ atas kasus ini, mengerjakan vaksin baru untuk melindungi penduduk dari flu burung.  Delapan belas kota dan propinsi di wilayah Vietnam selatan dan utara telah terjangkit wabah flu burung. Wabah itu telah menginfeksi sekitar 2,3 juta unggas dari total 245 hewan unggas, kebanyakan ayam, di seluruh negeri itu.
20)  21 Januari 2004:
Tiga orang di Thailand sedang diperiksa untuk mengetahui apakah mereka terkena influenza jenis avian, yang menewaskan sedikitnya lima orang di Vietnam. Selama berhari-hari Thailand berkeras, penyakit yang melanda unggas di negara itu bukan disebabkan virus avian, meski dilakukan pembantaian unggas.  Jepang bergerak cepat dengan mengenakan larangan sementara mengimpor ayam dari Thailand dengan menyebutnya sebagai langkah pencegahan untuk memastikan keamanan makanan. Berita ini membuat harga saham perusahaan eksportir Ayam di bursa Thailand turun sekitar 7 persen. Kementerian Kesehatan Thailand membenarkan bahwa di dalam wilayahnya terdapat 3 kasus flu burung. WHO mengatakan, khawatir virus itu bisa bermutasi menjadi bentuk yang lebih berbahaya saat menyebar di wilayah.
21)  22 Januari 2004:
Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra mengatakan, di wilayah Thailand kemungkinan besar terdapat pasien flu burung. Di Thailand ditemukan lagi dua kasus baru flu burung yang tercurigai, kedua pasien itu sudah dikarantina lembaga bersangkutan di Thailand. Sejak November 2003, ayam dalam jumlah besar mati di Thailand, tapi pemerintah Thailand selalu menyangkal berjangkitnya flu burung di negerinya. Departemen kesehatan Thailand mengakui sedang menyelidiki apakah tiga orang -antara lain seorang anak berusia tujuh tahun dan peternak ayam – menderita jenis manusia penyakit burung.
22)  23 januari 2004:
Menteri Kesehatan Thailand Sudarat Keyuraphan mengatakan, Thailand mengkonfirmasi bahwa dua anak laki-laki telah didiagnosa terkena virus flu burung H5N1. Dikatakannya, kedua anak laki-laki itu masing-masing berusia 7 dan 6 tahun. Kedua anak itu pernah berkontak dengan unggas sebelum menginap penyakit. Dikabarkan, sekarang di Thailand masih terdapat sedikitnya 4 pasien flu burung tercurigai yang dikarantina dan diobati. Komisi Uni Eropa mengumumkan larangan impor unggas dari Thailand beserta produk terkait. Lima belas negara Uni Eropa dan Jepang, menahan pengiriman ayam dari Thailand. Korea Selatan, Singapura dan Taiwan juga termasuk negara yang melarang impor ayam dari Thailand. Sejumlah negara juga akan melakukan pembatasan impor, yang dipastikan akan mengurangi pendapatan peternak Thailand. Pejabat Kementerian Kehutanan dan Perikanan Kamboja mengatakan, di sebuah perkebunan peluaran kota Phnom Penh berjangkit wabah flu burung.


23)  24 Januari 2004:
PBB memperingatkan, flu burung lebih berbahaya dari SARS, karena kemampuan virus ini yang mampu membangkitkan hampir keseluruhan respon bunuh diri dalam sistem imunitas tubuh manusia.
24)  26 Januari 2004:
Pemerintah melakukan tes Hemasglutimasi Inhibisi (HI) atau pemeriksaan dengan antiserum pada unggas untuk mengetahui subtipe virus avian influenza (AI) yang telah menyebabkan kematian 4,7 juta ekor ayam di Indonesia sejak Agustus 2003. Tes dilakukan untuk membuktikan apakah virus AI termasuk jenis yang bisa menular pada manusia atau yang dikenal dengan sebutan flu burung yang kini sedang mewabah di sejumlah negara Asia. Pemerintah melalui Departemen Pertanian akan mengimpor 40 juta dosis vaksin dari Inggris dan Australia untuk membuktikan sekitar 4,7 juta ekor ayam yang mati di beberapa daerah di Indonesia sejak Agustus 2003 terkena flu burung atau tidak. Wabah penyakit flu burung yang sesungguhnya telah menyerang perunggasan nasional sejak Agustus 2003 lalu kini resmi diakui oleh pemerintah. Penyebab wabah penyakit tersebut adalah virus Avian Influenza (AI) tipe A dan dinyatakan pula telah membunuh 4,7 juta ayam di Indonesia. Empat orang dinyatakan meninggal akibat wabah flu burung yang melanda Vietnam. Flu burung juga terdeteksi di Pakistan. Merebaknya flu burung, membuat peternak unggas di Bali mengisolasi diri. Ribuan ayam dipotong dan dibakar di Pulau Bali, salah satu daerah yang paling parah dilanda wabah flu burung. Jepang menghentikan impor unggas dan produk terkait dari Indonesia berhubung sudah terjadi epidemi flu burung di Indonesia. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor ternyata sudah mampu memproduksi vaksin antivirus avian influenza (AI) atau flu burung sejak 2002.



25)  27 Januari 2004:
Para pejabat kesehatan Kamboja melaporkan dua warganya dinyatakan positif terjangkit virus flu burung. Namun, tiga orang yang sebelumnya dilaporkan positif terkena virus flu burung, dinyatakan bebas dari infeksi virus tersebut.
26)  29 Januari 2004:
Pemerintah menetapkan flu burung sebagai bencana darurat nasional dan meminta persetujuan DPR untuk pengucuran dana sebesar Rp. 212 milyar untuk penanggulangannya. Pemerintah juga akan memusnahkan hewan dan unggas lain yang positif terkena virus Avian Influensa.
27)  30 Januari 2004:
Dalam dua pekan terakhir ini beredar vaksin ilegal flu burung atau avian influenza di kalangan peternak ayam di Kota Banyumas, Jawa Tengah. Para peternak terpaksa membeli vaksin tersebut karena khawatir dengan meluasnya wabah flu burung. Sementara vaksin resmi dari pemerintah sulit diperoleh. Jelas tampak pada Januari 2004, terjadi KLB unggas di beberapa daerah di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya ternak unggas terserang flu burung dengan risiko kematian. Walau belum teridentifikasi adanya serangan virus itu dari unggas kepada manusia, tetap perlu diwaspadai dengan menyelenggarakan suatu surveilans khusus di daerah yang dilaporkan sedang berjangkit KLB unggas “flu burung” sampai keadaan kembali normal.
Untuk mengidentifikasi adanya penularan virus flu burung dari unggas ke manusia, mendapatkan gambaran epidemiologi KLB flu burung ke manusia dan membuktikan tidak adanya penularan virus flu burung dari unggas ke manusia di setiap daerah di Indonesia, pemerintah melakukan surveilans epidemiologi (Surveilans Epidemiologi Flu Burung di Indonesia: Daerah di Indonesia yang sedang berjangkit KLB unggas “flu burung” itu adalah seluruh Jawa, Lampung, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Untuk memastikan tidak terjadinya serangan virus itu kepada manusia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan bekerja sama dengan US NAMRU-2, menerima spesimen-spesimen untuk diverifikasi dan dikirimkan ke Atlanta, Amerika Serikat – laboratorium rujukan (Pedoman Pengambilan dan Pengiriman Spesimen yang Berhubungan dengan Flu Burung oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
c.       Epidemiologi Distribusi Menurut Tempat
Di Indonesia Virus Influensa tipe A subtipe H5N1 tersebut diatas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober 2003 s/d Februari 2005, akibatnya 14,7 juta ayam mati. Pada akhir tahun 2003 di sejumlah Negara telah tertular penyakit influensa pada unggas dan bersifat mewabah (pandemi) seperti Korsel, Jepang, Vietnam, Thailand, Taiwan, Kamboja, Hongkong, Laos, RRC dan Pakistan termasuk Indonesia. Data terakhir menunjukkan bahwa sebanyak 139 kabupaten/kota di 22 Propinsi telah tertular (dan menjadi daerah endemis) Avian Influenza, yaitu Jabar, Banten, DKI Jakarta, Bali, NTB, NTT, Lampung, Sumsel, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumbar, Jambi, Sumut, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulsel dan Sultra. Penyakit ini menimbulkan kematian yang sangat tinggi (hampir 90%) pada beberapa perternakan dan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar bagi peternak.
Pada umumnya virus flu burung, avian influenza, tidak menyerang manusia. Tapi beberapa tipe terbukti dapat menyerang manusia atau suatu tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia. Sampai dengan 6 Februari 2004, didapat 20 orang terserang flu burung (15 di Vietnam dan 5 di Thailand), 16 diantaranya meninggal dunia (11 di Vietnam dan 5 di Thailand): Case Fatality Rate = 80 persen. Kejadian ini menimbulkan ketakutan, penderita flu burung akan meningkat jadi pandemi, seperti yang terjadi satu abad lalu.
5.      Pencegahan Flu Burung
a.       Pada Unggas:
1.      Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung
2.      Vaksinasi pada unggas yang sehat

b.      Pada Manusia :
1.      Kelompok berisiko tinggi ( pekerja peternakan dan pedagang)
a)      Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.
b)      Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
c)      Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d)     Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.
e)      Membersihkan kotoran unggas setiap hari.
f)       Imunisasi
2.      Masyarakat umum
a)      Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b)      Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu :
·         Pilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
·         Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur sampai dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
Burung dan unggas yang terinfeksi (hidup atau mati) atau cairannya dapat membawa virus avian influenza. Dengan demikian, kita seharusnya:
·         Menghindari sentuhan dengan burung dan unggas (hidup atau mati) serta cairannya.
·         Bila Anda menyentuh mereka, cuci tangan dengan sabun hingga bersih.
·         Masaklah unggas dan produk telur hingga matang sebelum dimakan.
·         Ketika bepergian keluar Hong Kong, hindari menyentuh burung atau unggas. Mereka yang bepergian dan kembali dari area yang terjangkit, seharusnya kunjungi dokter sesegera mungkin bila mereka memiliki gejala seperti flu. Katakan pada dokter akan sejarah perjalanan Anda dan kenakan masker untuk mencegah penularan penyakit.
6.      Penanggulangan Flu Burung
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
a.       Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
b.      Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
c.       Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari. Amantadin diberikan pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.












BAB III
PENUTUP

A.      Simpulan
1.      Sars  (Severe acute respiratory syndrome  atau kadang-kala severe Asian respiratory syndrome) adalah sejenis penyakit pernafasan akut yang mengakibatkan penyakit pada radang paru-paru  (atypical pneumonia). Kasus SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut Berat pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong (China) pada bulan November 2003.   Pertimbangan WHO menyatakan SARS sebagai ancaman global adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal penyebabnya, SARS meneybar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS terutama menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong berbagai pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab SARS dan memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13 laboratorium di dunia maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab SARS adalah Virus Corona atau coronavirus, paramoxyviridae. Departemen Kesehatan secara dini dan sejak awal pandemi SARS pada bulan Maret tahun 2003 melaksanakan Penanggulangan SARS dengan tujuan mencegah terjadinya kesakitan dan kematian akibat SARS dan mencegah terjadinya penularan SARS di masyarakat (community transmission) di Indonesia. Virus bisa terbawa oleh cairan dan menular pada orang lain. Sedang virus yang mampu bertahan di udara kering selama tiga jam akan terbang di udara dalam bentuk debu.
2.      Gejala-gejala SARS antara lain: Sakit kepala, batuk, sesak napas seperti asma, bersin, demam dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat celcius, nyeri otot dan persendian serta sakit di dada terutama saat bernapas. Apabila mengalami gejala atau keluhan seperti di atas maka tindakan yang harus dilakukan adalah segera ke dokter atau rumah sakit. Cara  pencegahan paling utama  adalah dengan tidak mengunjungi  wilayah yang sudah terjangkiti SARS, seperti negara yang terkena wabah dan rumah sakit jika tidak perlu, karena sebagian besar infeksi terjadi di sini. Sebisa mungkin hindari berdekatan dengan penderita SARS atau penderita bergejala sama, dan apabila tidak memungkinkan gunakan selalu masker serta sarung tangan. Namun ,  yang terpenting dari semua ini adalah menjaga kebersihan dan daya tahan tubuh, yakni dengan makan teratur, istirahat yang cukup, berhenti merokok dan hidup secara sehat, mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah melakukan aktivitas.
3.      Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia. Secara umum, gejala klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada umumnya, yaitu demam, sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan dalam waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian. Epidemiologi flu burung telah digambarkan pada pembahasan sebelumnya yakni pada distribusi orang waktu dan tempat yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia bahkan dunia. Pencegahan pada unggas  yakni pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung dan vaksinasi pada unggas yang sehat. Pada Manusia pencegahan dibedakan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang) dan masyarakat umum. Salah satu cara penanggulangan bagi penderita flu burung yaitu oksigenasi bila terdapat sesak napas dan hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).

B.       Saran
Perlu adanya penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada. Terutama kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara pencegahan. Bagi pembaca yang telah membaca makalah ini agar kiranya lebih memperhatikan kesehatannya.  Apabila anda ataupun orang lain dicurigai menderita penyakit SARS ataupun flu burung maka segeralah ke dokter ataupun  melaporkan kasus ini pada dinas kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA


Abdullah,Mikrajuddin.2006.IPA Terpadu SMP dan MTs Jilid 2A.Jakarta:Erlangga
Darmawan,Hermansyah.2010.Tanya Jawab Flu Babi, Flu Singapura dan Flu Burung.Jakarta:Penebar Swadaya
Depkes.2009.FLU Burung. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Jakarta:Depkes
Nadia.2013.Sars,http://needhiya-luvstory.blogspot.com/2013/04/sars.html (diakses pada tanggal 3 September 2015)
Riati.2012.Flu Burung, https://rhyerhiathy.wordpress.com/2012/12/20/flu-burung/ (diakses pada tanggal 3 September 2015)
Semiawan,Conny.2005.Panorama Filsafat Ilmu:Landasan Perkembangan Ilmu Jaman Sekarang.Jakarta:Teraju

No comments:

Post a Comment