Thursday, 15 March 2018

JURNALISME MASYARAKAT



MAKALAH

JURNALISME MASYARAKAT
Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Jurnalistik




Disusun Oleh :

SITI MAISARAH
Nim: 15113019




Dosen Pembimbing
Safriadi, S.Pd. M.Pd















UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ACEH BESAR
2017

KATA PENGANTAR


Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul JURNALISME MASYARAKAT. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Jurnalistik.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan manfaat pengetahuan kepada para pembaca, dan juga untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen kami.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.


Aceh Besar, 11 Desember 2017




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................. 5
1.3  Tujuan Makalah..................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 6
2.1  Peran Jurnalisme Warga........................................................................ 6
2.2  Perkembangan Jurnalisme Warga.......................................................... 7
2.3  Jurnalisme Masyarakat di ranah Internet.............................................. 8
2.4  Etika Jurnalisme Warga....................................................................... 10
2.5  Tanggung jawab Jurnalisme Warga..................................................... 12
2.6       Perbandingan Jurnalisme Warga Antara Luar Negeri dengan Indonesia                      13
2.7  Tantangan di Indonesia....................................................................... 15
2.8  Dampak JurnaIlisme Warga................................................................ 17

BAB III PENUTUP............................................................................................. 20
3.1  Kesimpulan......................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Jurnalisme warga atau Jurnalisme Masyarakat mulai berkembang di seluruh dunia sejak kehadiran internet di seluruh dunia. Perkembangan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir adalah penemuan dan pertumbuhan internet. Lahirnya komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, komputer, dan televisi menjadi satu, dan menandai teknologi yang disebut dengan internet. Teknologi yang tergolong baru ini membuat sekat antarmanusia semakin tak terlihat seberapa pun jauhnya jarak yang memisahkan. Dalam dunia internet semua hal bisa diperoleh hanya dalam one click way.
Sejarah dan perkembangan Jurnalisme Masyarakat di dunia sebenarnya telah berlangsung lama, sekitar dua dekade belakangan. Nicholas Lemann, profesor di Columbia University Graduate School of Journalism, New York City, Amerika Serikat, mencatat, kelahiran jurnalisme publik dimulai melalui gerakan pada Pemilu 1988. Saat itu publik mengalami erosi kepercayaan terhadap media-media mainstream seputar pemilihan presiden AS.
Ada dua hal setidaknya yang memunculkan corak Jurnalisme Masyarakat seperti sekarang ini. Pertama, komitmen pada suara-suara publik. Kedua, kemajuan teknologi yang mengubah lansekap modus komunikasi. Sejarah Jurnalisme Masyarakat sendiri bisa dilacak sejak konsep public journalism dilontarkan oleh beberapa penggagas, seperti Jay Rozen, Pew Research Center, dan Poynter Institute. Bersama Wichita News, Eagle, Kansas, para penggagas Jurnalisme Masyarakat mencobakan konsep public journalism dengan membentuk panel diskusi bagi publik guna mengidentifikasi isu-isu yang dianggap penting bagi publik. (communicare.com, 1 Desember 2007)
Jay Rozen, seorang profesor bidang jurnalistik di New York University (NYU), adalah salah satu pelopor pertama Jurnalisme Masyarakat atau  jurnalisme publik. Sejak tahun 1993 hingga 1997, dia memimpin Proyek dalam Kehidupan Publik dan Pers, berdasarkan Knight Foundation di NYU. Dia juga yang menjalankan Press Think weblog.
Bill Gates pernah meramalkan bahwa digitalisasi dalam bidang komunikasi dan informasi pada tahun 1990 akan mematikan surat kabar. Kehadiran situs-situs berita di pertengahan tahun 1990-an dikhawatirkan bisa menjadi ancaman seluruh media massa konvensional, seperti surat kabar, radio, maupun televisi. Akan tetapi, dalam hal kecepatan menyampaikan informasi, konon seluruh jenis media massa terancam oleh kehadiran mailing list atau blog.
Jurnalisme warga dapat berlindung pada pasal 28F UUD 1945. Media cetak menjadi primadona masa lalu, media televisi primadona saat ini, media internet primadona masa depan. Media cetak hanya bisa bertahan jika mampu mengembangkan bisnis di multimedia. Media bisa mati jika tidak bisa menjadi bagian dari komunitas konsumennya. Harus ada interaksi antara media dengan konsumennya. Pesta blogger bisa digunakan untuk menyosialisasikan draft etika jurnalisme warga yang digagas dewan pers. Di Indonesia belum banyak jurnalisme warga mengembangkan audio – video.
Kapan Jurnalisme Masyarakat bangkit? Banyak kalangan menilai peristiwa bom yang mengguncang London, Inggris, 7 Juli 2005 lah sebagai tonggaknya. Tragedi yang menewaskan lebih dari 50 orang itu, menginspirasikan Tim Porter untuk menuangkan unek-unek di situs pribadinya, First Draft. Ia berselancar di dunia maya sesaat setelah kejadian mencari informasi lebih lanjut setelah menjemput istrinya yang berada tak jauh dari lokasi kejadian.
Porter dengan cepat menemukan informasi terkini tentang ledakan tersebut dari sebuah situs pribadi. Di sisi lain media konvensional seperti Radio, TV atau situs dot.com bahkan belum menyiarkan berita tersebut. Apalagi koran, butuh satu hari baru dapat dibaca oleh orang banyak.
Jeff Jarvis dan Steve Yelvington lah, dua warga yang berada paling dekat dengan pusat ledakan. Keduanya mengirimkan hasil rekaman video kepanikan orang di dalam stasiun kereta api bawah tanah ke situs pribadi. Gambar tersebut hasil shootingan Adam Stacey, seorang penumpang dengan kamera handphonenya. Beberapa menit kemudian, gambar tersebut telah disiarkan televisi BBC.
Perkembangan Jurnalisme Masyarakat di Indonesia masih belum lama. Yang mengawali mungkin adalah detik.com, yang menampilkan berita-berita segar dan tidak terkungkung. Akan tetapi situs seperti detik.com dibuat oleh satu pihak untuk dibaca banyak orang. Berbeda dengan blog yang berbeda-beda, yang disiapkan oleh banyak orang untuk dibaca orang banyak pula. (perspektifonline.com)
Sedangkan Jurnalisme Masyarakat yang paling fenomenal di dunia saat ini adalah situs Oh My News (OMN). Berkantor pusat di Seoul, Korea Selatan, situs ini pertama terbit 22 Februari 2000 dengan moto “Setiap Warga adalah Seorang Reporter”. Pemunculan Oh My News juga dilatar belakangi pemilihan presiden korea selatan. Hingga kini OMN telah memiliki 60 ribu reporter seluruh dunia 80% berasal dari Jurnalisme Masyarakat dan hanya 40 orang berasal dari ”wartawan tradisional”.
Media internet sendiri, sebagai suatu media baru, pada gilirannya juga telah menghadirkan sekian banyak bentuk jurnalisme yang sebelumnya tidak kita kenal. Salah satunya adalah kemunculan “jurnalisme warga”. Jurnalisme Masyarakat tumbuh subur di di Amerika Serikat dalam waktu enam tahun terakhir yang antara lain dipelopori oleh sejumlah wartawan veteran dan sekolah jurnalistik yang ingin mengeksplorasi partisipasi masyarakat dalam ekosistem media massa. Model jurnalisme ini memiliki banyak nama di berbagai belahan dunia. Antara lain, netizen, partisipatory journalism, dan grassroot journalism.
Kemunculan jurnalisme warga di Indonesia bermula pada masa Orde Baru, saat Soeharto berkuasa, di mana pada saat itu arus informasi dari media massa kepada masyarakat dijaga ketat oleh pemerintah dan aparatnya. Masa Orde Baru yang dikenal dengan sistem pers tertutupnya, memaksa pers untuk lebih mengedepankan agenda kebijakan, khususnya kebijakan eksekutif. Pers lebih banyak memberitakan kebijakan pemerintah. Dominannya penggunaan sumber berita eksekutif menjadikan pemberitaan pers menjadi top down.
Di Indonesia, jurnalisme ala warga telah hadir dalam keseharian melalui acara-acara talkshow di radio khususnya sejak awal tahun 90-an. Karena dilarang pemerintah menyiarkan program siaran berita, beberapa stasiun radio mengusung format siaran informasi. Pada program siarannya, stasiun radio tersebut (diantaranya adalah Radio Mara 106,7 FM di Bandung yang menjadi pionir siaran seperti ini) menyiarkan acara talkshow yang mengajak pendengar untuk aktif berpartisipasi melalui telepon untuk menyampaikan informasi maupun pendapat tentang sebuah topik hangat. Pada masa orde baru acara siaran tersebut efektif menjadi saluran khalayak menyampaikan keluhan terhadap kelemahan atau kezaliman penguasa.
Setelah UU Penyiaran No.32 Tahun 2002, kehadiran community based media di bidang penyiaran pun akhirnya terakomodasi. kehadiran radio dan televisi komunitas menjadi legal. legalitas ini membuat peluang jurnalisme ala warga menjadi semakin terbuka. melalui radio atau televise komunitas, warga bisa bertukar informasi atau pendapat, tentang hal-hal terdekat dengan keseharian mereka, yang biasanya luput diliput oleh media-media besar. Pada radio siaran, biaya peralatan, operasional siaran dan pesawat penerima yang relative murah—bahkan sangat murah bila dibandingkan operasional tv atau akses ke internet—peluang jurnalisme ala warga menjadi semakin besar untuk bisa dilakukan oleh lebih banyak orang termasuk di pedesaan.
Sejumlah mailing list menjadi pelarian warga yang mampu mengakses internet akibat media massa konvensional saat itu tidak ada yang berani mengkritik rezim. Kehadiran blog ini baru dianggap sebagai ancaman karena sifat interaktifnya, yang tidak mungkin dilakukan media massa konvensional.
CJ murni dijadikan tonggak dimana konsep CJ dikenal di masyarkat  Indonesia ini. Yang dimaksud CJ murni disini adalah CJ tersebut berupa blog  pribadi/ web yang isinya sesuai konsep CJ atau blog/ web yang bermisi dan  bervisi menjalankan CJ. Dari database CJ murni ini, menemukan  bahwa CJ yang pertamakali muncul di Indonesia adalah rumahkiri.net yaitu  pada tahun 2005, disusul tahun 2006 dengan munculnya wikimu.com,  panyingkul.com dan kabarindonesia.com. Sementara CJ murni terbaru adalah  pewarta-indonesia.com yang didirikan pada akhir tahun 2008. Perkembangan selanjutnya adalah kemunculan kolaborasi antara warga dengan CJ yang  dipelopori oleh Kompas, Suara Merdeka, Metro TV dan Elshinta. Facebook mendukung aktivitas CJ di Indonesia. Pada beberapa kasus  facebook justru memiliki peran besar dalam proses demokratisasi dan  mengalahkan aktivitas blog CJ. Misal pada kasus Prita vs RS Omni dan KPK  vs Polri. Youtube mendukung perkembangan CJ di Indonesia, terutama penyebaran video amateur oleh warga.

1.2    Rumusan Masalah
Dalam hal ini kami ingin membatasi permasalahan dalam makalah ini. Permasalahanya meliputi:
  1. Peran Jurnalisme Warga?
  2. Perkembangan Jurnalisme Warga ?
  3. Etika Jurnalisme Warga?
  4. Tanggung jawab Jurnalisme Warga?
  5. Perbandingan Jurnalisme Warga Antara Luar Negeri dengan Indonesia ?
  6. Tantangan di Indonesia ?
  7. Dampak Citizen Jurnalism?

1.3    Tujuan Makalah
  1. Untuk mengetahui peran jurnalisme warga dalam kehidupan.
  2. Sejauh mana  jurnalisme warga berkembang dewasa ini.
  3. Etika apa yang seharusnya ditanam saat kita ingin memuat berita.
  4. Tanggung jawab apa yang harus dipegang pada setiap Jurnalisme warga
  5. Berapa besar perbandingan antara jurnalisme local maupun internasional.
  6. Tantangan maupun dampak yang dihasilkan dari jurnalisme warga.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Peran Jurnalisme Warga
Jurnalisme Masyarakat jika diartikan menurut bahasanya berarti jurnalisme warga, aksi dari warga kota/negara yang memainkan peran aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisa, serta diseminasi berita dan informasi. Jurnalisme Masyarakat melibatkan warga dalam memberitakan sesuatu peristiwa dengan begitu setiap orang adalah wartawan dan kerja wartawan bisa dilakukan oleh setiap orang, baik itu ibu rumah tangga, pelajar/mahasiswa bahkan para pekerja kantoran. Karena tidak terikat dengan salah satuprofesi tertentu maka Jurnalisme Masyarakat dikategorikan sebagai jurnalisme publik. Maksud dari partisipasi publik ini untuk menghadirkan independensi, reliabilitas, akurasi, wide-ranging dan relevansi informasi yang ada dalam demokratisasi.
Jurnalisme warga menurut definisi ensiklopedia IT adalah berita dan komentar dari publik secara luas. Melalui blog, situs wiki, siapapun dapat memberikan konstribusi informasi atas beragam peristiwa yang ada. Sedangkan menurut definisi dari Jay Rousen, jurnalisme warga adalah ketika orang-orang yang sebelumnya dikenal sebagai konsumen media pers mempunyai kekuatan kontrol untuk untuk berbagi informasi satu sama lain dengan sesama konsumen (pembaca/pemirsa/pendengar media).
Di sini setiap orang dapat menjadi subjek sekaligus objek dari dari media massa, bukan lagi hanya menjadi subjek seperti dalam media-media konvensional. Dalam media konvensional biasanya hanya mereka yang terdaftar sebagai wartawan dalam media tersebut saja yang dapat memberikan berita, sedangkan masyarakat pada posisi pasif sebagai penonton, pemirsa ataupun pembaca saja. Masyarakat tidak dilibatkan terlalu jauh untuk dapat menentukan topik, tema maupun bahasan dalam setiap pemberitaannya. Karena sejauh ini ternyata media-media utama, mainstream yang ada, tidak bisa memenuhi kebutuhan dengan alasan space, industri, bisnis serta alasan lainnya.
Jurnalisme Masyarakat tidak bertujuan menciptakan keseragaman opini publik namun lebih menitikberatkan pada “inilah yang terjadi di lingkungan kita”. Pemberitaan Jurnalisme Masyarakat lebih mendalam dengan proses penayangan berita di televisi, dengan menggunakan visual dari masyarakat. Jurnalisme Masyarakat dinilai sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat untuk menyuarakan pendapat secara lebih leluasa, tersruktur, serta dapat diakses secara umum dan sekaligus menjadi rujukan alternatif Fenomena weblog pribadi sebenarnya telah mencerminkan passion to share dengan baik. Orang-orang membuat blog karena ingin berbagi cerita, menyuarakan opini, mendokumentasi peristiwa yang disaksikan atau diketahui.
Walau wartawan atau pers menganggap diri mereka sebagai media komunikasi publik, bahkan disebut sebagai pilar keempat dari demokrasi namun dalam praktiknya, media massa terjebak pada kungkungan  institusionalisasi suatu lembaga. Maksudnya, mereka telah menjelma menjadi institusi yang mandiri dari publik yang melahirkannya. Jika di masa lalu media massa menjadi milik para wartawannya, kini bahkan media massa menjadi milik para pemodal. Jika pemodal memiliki kepentingan dengan kekuasaan, maka pers tak lagi menjadi kekuatan masyarakat dan gagal menjadi pilar keempat demokrasi. Pers tidak lagi menjadi pembela masyarakat, justru menjadi kekuatan yang bisa membahayakan masyarakat.

2.2    Perkembangan Jurnalisme Warga
Jurnalisme warga mencuatkan lagi persoalan profesionalisme wartawan dan wartawan sebagai profesi terbuka. Dengan adanya jurnalisme warga, setiap orang dapat menjalankan fungsi sebagai jurnalis. Karena itu, untuk membedakan antara pelaku jurnalisme warga dengan jurnalisme media konvensional, diusulkan ada pendidikan khusus dan “pernyataan sumpah” bagi jurnalis seperti yang selama ini berlaku di bagi penerjemah.
Jurnalisme mempertegas perubahan ke arah kekuatan rakyat secara kolektif untuk menentukan kebenaran terhadap informassi yang disebarluaskan. Informasi tidak lagi didominasi kalangan elite. Jurnalisme warga memunculkan keberagaman informasi dan informasi seperti apa yang dibutuhkan warga. Kekurangan dan kelebihan dari informasi yang disampaikan melalui jurnalisme warga akan bermuara pada munculnya informasi berkualitas. Diperkirakan di Indonesia saat ini ada 650 ribu blog berbahasa Indonesia.
Perkembangan jurnalisme warga saat ini baru seumur “kepompong”, belum menjadi “kupu-kupu”. Karena untuk melahirkan jurnalisme warga yang indah dibutuhkan pembelajaran. Beberapa media besar di Amerika menyediakan link ke blog jurnalisme warga. Tiap bulannya blog yang paling banyak diakses akan mendapat hadiah dari media tersebut. Rubrik jurnalisme warga yang dikelola media-media besar di Jakarta, diisi wartawan daerah. Wartawan lokal mengirim tulisan ke rubrik jurnalisme warga karena alasan politis atau ekonomis. Sebenarnya honor yang diberikan kepada penulis rubrik jurnalisme warga dapat mengikis tujuan awal keberadaan jurnalisme warga.

2.3    Jurnalisme Masyarakat di ranah Internet
Dalam format berbeda, yaitu melalui saluran Internet, warga dunia pun sudah keranjingan melaporkan berita, baik melalui “blog bersama” [untuk memudahkan penyebutan] maupun blog pribadi. Contoh blog bersama yang paling fenomenal ialah weblog OhMyNews di Korea Selatan dan NowPublic di Kanada. OhMyNews didirikan Oh Yeon-ho, yang sebelumnya memang bekerja sebagai wartawan media, dengan slogan “Setiap warga adalah reporter.” Jumlah kontributornya sudah berkisar di angka 50 ribu warga dari seluruh dunia. Sedangkan NowPublic hingga kemarin telah memiliki 132.173 kontributor dari 4.581 kota, yang rajin mengirim naskah berita, foto, suara, dan video.
Kedua blog ini bukan jenis “blog ecek-ecek” seperti Blog Berita; mereka sudah menghasilkan uang lewat iklan. NowPublic diberitakan telah meraup laba tahun ini lebih dari 10 juta US dollar, dan situs ini dicatat majalah Time sebagai salah satu dari 50 situs terbaik tahun 2007.
Situs bersama lainnya yang menerapkan Jurnalisme Masyarakat ialah WikiNews. Di sini para penulis diberi honor, karena ia adalah situs non-profit alias tidak memasang iklan. . Tetapi  Sudah ada 35 ribu orang lebih yang telah menyumbangkan dana [donatur] ke Wiki Media Foundation. Tetapi Oh MyNews memberikan honor kepada penulis yang ikut berperan penuh didalamnya.
Dalam era globalisasi ini, maka pilihan internet merupakan akses masuk menjadi warga dunia. Ohmy News sudah membuktikan, dari skala nasional Korea Selatan mereka sekarang sudah merambah warga dunia dengan Ohmy News International. Perjuangan mereka untuk sampai pada posisi sekarang ini tidak lain dari kontribusi para netizen (sebutan mereka untuk jurnalis warga dalam dunia internet) selama 7 tahun pertumbuhannya. Kebanyakan netizen berbobot yang masuk dalam featured writers Ohmy News International adalah jurnalis profesional, kenapa mereka mau menyumbangkan tulisan untuk Ohmy News International? Menurut Oh Yeon-ho, CEO dan pendiri Ohmy News, mereka mau ikut serta karena mereka ingin merubah dunia! Semua netizen yang bergabung menulis terutama karena adanya idealisme bahwa pemikiran yang ditulis akan bergaung dan membawa perubahan.
Dahulu buku memang jendela dunia, tetapi sekarang internet adalah pintu globalisasi! Membuka wikimu.com berarti membuka pintu untuk mengenal Indonesia dan dunia tanpa pernah beranjak keluar dari pekarangan rumah tercinta.
Fenomena jurnalisme publik ini pun telah diterapkan. Situs pemain lama seperti Yahoo dan BBC. Misalnya Yahoo, punya rubrik “You witness news” dan “People of the web” di mana setiap orang bisa mengirim artikel, foto, dan video. BBC juga punya rubrik sejenis. Banyak warga mengirim materi berita ke sana walaupun tidak dibayar.
Di Indonesia sendiri memang ada beberapa blog-bersama yang menerapkan Jurnalisme Masyarakat, namun gregetnya belum “gedubrak”. Yang justru punya hits pembaca yang banyak adalah blog pribadi semisal CosaAranda [berisi tips mencari uang lewat iklan Google], Blogombal [catatan ringan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari], Blog Enda [seluk-beluk blog], atau KafeMotor [modifikasi sepedamotor].
Di ranah Internet sudah banyak kritik yang menyangsikan kredibilitas bloger yang menulis berita atau peristiwa. Bloger kerap dituduh tidak punya kode etik dan standar jelas dalam meliput maupun menulis selayaknya reporter media tradisional. Dalam banyak kasus penilaian itu bisa diterima. Namun bukan berarti tulisan bloger-citizen reporter otomatis harus dianggap sampah. Justru terkadang berita karya para bloger bisa eksklusif, kritis, demi kepentingan publik, dan sama sekali tidak dipublikasikan di media biasa seperti koran dan tivi.
Contoh teraktual adalah tulisan dan foto karya para bloger di Burma, yang melaporkan kekejaman junta militer menghadapi aksi demo rakyat. Koran dan tivi di sana tidak berani memberitakannya secara apa adanya karena ditekan oleh junta; tapi bloger — apakah itu mahasiswa maupun orangtua — mampu melaporkan berita tersebut via Internet hingga diketahui dunia. Dalam kasus Burma, para bloger, meskipun terpaksa memilih anonim, tidak boleh dipandang sebelah mata.
Berdasarkan data yang di peroleh, ada hal lain yang lebih mendasar bagi kepopuleran radio, televise, dan internet nantinya. Hal ini tidak lain daripada koneksi internet yang masih sangat rendah di Indonesia (8%). Bila dibandingkan dengan negara tetangga Singapura (66,3%), Malaysia (38,9%), serta negara tempat lahirnya Ohmy News (Korea Selatan – 66,1%) maka tidak heran kalau Jurnalisme Masyarakat di internet belum bisa berkembang sepesat Jurnalisme Masyarakat di radio.
Berdasarkan penelitian GlobeScan (2006) untuk BBC, Reuters, dan The Media Center di Indonesia televisi masih menduduki peringkat pertama media sebagai sumber berita (56%), peringkat kedua adalah koran (21%), sementara radio dan internet sebenarnya berada pada posisi seimbang (9%). Seandainya koneksi internet lebih merakyat dengan biaya yang terjangkau rakyat, maka bisa dipastikan lahirnya sumber informasi baru yang memiliki kekuatan pasar yang besar.

2.4    Etika Jurnalisme Warga
Kode etik jurnalistik yang berlaku bagi wartawan media konvensional bisa berkembang mengikuti arus etika jurnalisme warga. Sebab berbagai isu dan perdebatan sekarang ini banyak dimulai dari para pegiat jurnalisme warga melalui blog-blog mereka. Ambil contoh kasus Prita. Media konvensional memiliki tugas untuk memberikan edukassi kepada pegiat jurnalisme warga mengenai etika dan praktik jurnalistik. Sayangnya, rubrik jurnalisme warga yang dikelola media besar saat ini tidak cukup mendorong tumbuhnya jurnalisme warga yang berkualitas. Karena, misalnya rubrik mereka lebih banyak memuat tulisan-tulisan tentang sex.
Beberapa media tidak memberi izin wartawannya memuat tulisan di blog yang isinya mengenai bagaimana mereka memperolaeh berita yang telah dipublikasikan. Ada 10 panduan bagi jurnalisme warga yang bisa diikuti :
  1. Tidak plagiat
  2. Cek dan ricek fakta dan data
  3. Jangan gunakan sumber anonim
  4. Utarakan rahasia secara selektif
  5. Hati-hati dengan pendapat narasumber
  6. Pelajari batas daya ingat
  7. Hindari konflik kepentingan
  8. Dilarang lakukan pelecehan
  9. Pertimbangkan setiap pendapat
  10. Perhatikan dan peduli kaidah / nasehat hukur. Prinsip dasar Jurnalisme Masyarakat adalah :
a.       Pewarta (reporternya) adalah pembaca, khalayak ramai, siapapun yang mempunyai informasi atas sesuatu,
b.      Siapa pun dapat memberikan komentar, koreksi, klarifikasi atas berita yang diterbitkan,
c.       Biasanya non-profit oriented
d.      Masih didominasi oleh media-media online,
e.       Memiliki komunitas-komunitas yang sering melakukan gathering,
f.       Walaupun ada kritik, tidak ada persaingan antarpenulis (reporter),
g.      Tidak membedakan pewarta profesional atau amatir,
h.      Tidak ada seleksi ketat terhadap berita-beritanya,
i.        Ada yang dikelola secara profesional ada pula yang dikelola secara amatir, pembaca dapat langsung berinteraksi dengan penulisnya melalui kotak komentar atau e-mail.
Blogger senior dan praktisi komunikasi Wimar Witoelar pernah mengungkapkan, blog boleh dibilang bersifat komunal. Di dunia blog, transparansi dan akuntabilitas menjadi kata kunci. Seorang penulis blog tidak lagi dianggap yang paling tahu. Pendapat-pendapatnya bisa dikritisi oleh siapa pun lantaran sifat blog yang transparan. Inilah paradigma baru dari blog. Melalui blog akan tercipta Jurnalisme Masyarakat, di mana setiap orang bebas berpendapat.
Karena itu, menjadi citizen journalist juga ada etikanya. Etika Jurnalisme Masyarakat kurang lebih sama dengan etika menulis di media online. Di antaranya sebagai berikut:
  • Tidak menyebarkan berita bohong
  • Tidak mencemarkan nama baik
  • Tidak memicu konflik SARA
  • Tidak memuat konten pornografi

2.5    Tanggung jawab Jurnalisme Warga
Jurnalis yang menjadi blogger sudah mendapat bekal mengenai etika menjalankan peran jurnalisme warga, berbeda dengan warga biasa. Karena itu sasaran bagi kampanye etika jurnalisme warga sebaiknya ditujukan kepada warga biasa yang mengembangkan jurnalisme warga. Pertanggung jawaban terhadap konten dari jurnalisme warga yang dipublikasikan media mainstream, ada pada penulisnya kemudian penyedia konten. Pendapat lain, yang paling bertanggung jawab terhadap isi konten jurnalisme warga adalah penanggung jawab media. Komunitas blog harus membuat aturan yang jelas mengenai pengelolaan blog. Aturan disini, misalnya, soal copyright artikel yang dimuat.
Gillmor, penulis buku We the Media: Grassroots Journalism by the People for he People (2006) yang juga mantan kolumnis teknologi di San Jose Mercury News, mengatakan, abad ke 21 ini akan menjadi tantangan berat bagi media massa konvensional atas lahirnya jurnalisme baru yang sangat berbeda dengan jurnalisme terdahulu. Kelahiran Jurnalisme Masyarakat diperkuat oleh kekecewaan warga akan pemberitaan di mainstream media yang sarat kepentingan politik dan ekonomi. Agenda setting yang ditetapkan mainstream media, seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga. maka ketika teknologi internet muncul, warga memiliki aternatif cara untuk mencapatkan informasi sekaligus bereaksi atas informasi yang ia terima. Makin banyaknya pengguna internet membuat Jurnalisme Masyarakat berkembang pesat.
2.6    Perbandingan Jurnalisme Warga Antara Luar Negeri dengan Indonesia
Perkembangan juunalisme warga di Indonesia sudah cukup bagus secara tematik. Semua peristiwa diliput oleh orang biasa, bisa dijadikan sebuah isu di masyarakat yang cukup menarik. Di luar negeri, ada seorang wartawan Amerika datang ke liputan Amerika menyerang Irak. Ide tersebut datang dari jurnalisme warga atau Jurnalisme Masyarakat. Jurnalisme warga kalau di luar negeri itu sampai ada seorang pengelola blog menghasilkan tulisan hingga ribuan. Jadi, dia didanai oleh pembaca blog-nya.
JD Lasica, senior editor Online Journalism Review mengatakan, ada 6 kategori jurnalisme partisipasi, yaitu:
  1. Partisipasi khalayak dalam mainstream media.
Di Indonesia praktik-praktik seperti ini juga telah banyak dilakkan baik di media cetak (suratkabar maupun majalah), media elektronik (radio maupun televise) serta media online. partisipasi ini dapat berbentuk: komentar khalayak (media online biasanya menyediakan ruang untuk berkomentar berdampingan dengan beritanya, radio dan tlevisi biasa menyediakan acara talkshow untuk memberikan kesempatan khalayak menyampaikan komentar); forum diskusi pembaca/khalayak; kolom artikel; juga termasuk foto, video, laporan yang dikirim oleh khalayak; serta bentuk-bentuk kontribusi khalayak lainnya.
Berita independen dan situs yang berisi informasi (weblog individual maupun situs dengan tema khusus, misalnya situs yang menyediakan berita kota) .
Situs dengan partisipasi penuh, di mana hampir semua beritanya diproduksi olehreporter warga (citizen reporters), seperti OhmyNews di Korea Selatan atau panyingkul di Makasar Sulawesi Selatan.
  1. Collaborate and Contributory media sites
Media kecil lainnya, termasuk milis, email newsletter, dan media digital lainnya. Situs penyiaran personal, yang memublikasikan penyiaran radio maupun TV.
CJ yang membuka ruang untuk komentar publik, di mana pembaca atau khalayak bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan jenis ini bisa kita kenal sebagai ruang surat pembaca.  Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis. Warga diminta untuk ikut menuliskan pengalamannya, pada sebuah topik utama liputan yang dilaporkan jurnalis.Kolaborasi antara jurnalis porfesional dengan  sebagai bantuan dalam mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. Terkadang professional nonjurnalis ini dapat juga menjadi contributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut. Bolghouse warga. Melalui blog, orang bisa berbagi cerita tentang dunia, dan bisa menceritakan dunia berdasarkan pengalaman dan sudut pandangnya.
Newsroom citizen transparency blogs, merupakan blog yang disediakan sebuah organisasi media sebagai upaya transparansi, di mana pembaca bisa memasukkan keluhan, kritik, atau pujian atas pekerjaan media tersebut.
Stand-alone CJ sites, yang melalui proses editing. Sumbangan laporan dari warga, biasanya tentang hal-hal yang sifatnya sangat lokal yang dialami langsung oleh warga. Editor berperan untuk menjaga kualitas laporan, dan mendidik warga (kontributor) tentang topik-topik yang menarik dan layak untuk dilaporkan.
  1. Stand-alone CJ sites, yang tidak melalui proses editing.
Gabungan stand-alone CJ journalism website dan edisi cetak Hybrid: Pro+CJ. suatu kerja organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis professional dengan journalis warga. Situs OhmyNews, Radio Elshinta, atau Radio Mara FM bandung termasuk ke dalam kategori ini. dalam OhmyNews, kontribusi berita tidak otomatis diterima sebagai sebuah berita. Editor berperan dalam menilai dan memilih berita yang akan diangkat ke halaman utama.
Penggabungan antara jurnalis professional dan jurnalis warga dalam satu atap, di mana website membeli tulisan dari jurnalis professional dan menerima tulisan jurnalis warga.
Model Wiki, di mana pembaca adalah juga edior. setiap orang bisa menulis artikel dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar yang terbit.
2.7    Tantangan di Indonesia
Saat ini, pers berada dalam situasi di mana pengertian wartawan dan media massa mengalami pergeseran penting sebagai akibat dari berkembangnya dual hal, yakni perkembangan jurnalistik dan perkembangan media. Dunia jurnalistik kini telah mengalami perubahan. Setiap warga, kini, bisa melaporkan peristiwa kepada media.  Tren munculnya jurnalisme warga semacam ini tampaknya semakin kuat. Kehadiran jurnalisme warga ini juga telah menjadi tantangan bagi jenis jurnalisme mapan, yang diterapkan media-media konvensional, seperti suratkabar, radio, dan televisi.
Jumlah informasi yang ditawarkan Jurnalisme Masyarakat akan lebih banyak dan beragam sementara mainstream media terikat dengan jumlah halaman, durasi penayangan, atau durasi penyiaran. Pemilihan terhadap peristiwa atau isu tertentu, mutlak dilakukan karena terbatasnya kemampuan wartawan mainstream media menjangkau semua lokasi pusat berita. Sementara Jurnalisme Masyarakat menawarkan perputaran tanpa batas. Tak ada halaman yang mengikat, atau pun durasi yang memusingkan kepala redaksi. Pemberitaannya dapat diakses di mana saja dan  kapan saja.
Pada sisi lain, kondisi masyarakat kita yang kurang menyadari terhadap konsep dalam melakukan lompatan dan percepatan penerapan teknologi informasi tersebut membuat potensi media belum secara optimal berfungsi. Bukan hanya soal minimnya penetrasi infrastruktur internet ke lapisan masyarakat, melainkan juga disebabkan oleh ketidakmapuan sumber daya masyarakat kita dalam mengadaptasi perubahan yang cepat.
Jurnalisme Masyarakat tidak hadir sebagai saingan, tapi sebagai alternatif. yang memperkaya pilihan dan referensi. Berita tidak lagi dilihat sebagai produk yang didominasi wartawan dan institusi pers. Masyarakat biasa seharusnya masuk dalam ekosistem media sebagai unsur yang aktif berinteraksi. Johnny berpendapat bahwa adanya Jurnalisme Masyarakat ini bukanlah ancaman bagi media massa konvensional. Media massa konvensional  kita beradaptasi terhadap situasi.  Masyarakat harus melihat secara kredibilitas berita itu. Corak baru media massa ini menambah khasanah terhadap jurnalisme yang ada selama ini yang mungkin dianggap kaku.
Masalah yang dihadapi dari munculnya Jurnalisme Masyarakat adalah citizen journalist hanya eksis di beberapa blog saja. Kenyataannya bisa dilihat dari empat kategori Jurnalisme Masyarakat:
1)         citizen journalist adalah orang yang memiliki kamera digital atau kamera ponsel dan menyunting karya mereka, seperti peristiwa utama (tsunami, bom di London) atau kecelakaan mobil, ke organisasi berita
2)         citizen journalist adalah orang yang ingin menemukan komunitas lokal atau cybercommunity dan memproduksi tulisan tentang komunitasnya
3)         citizen journalist adalah orang yang mengkritisi dan mengampanyekan sebab-sebab politik;
4)         Jurnalisme Masyarakat adalah orang yang berpartisipasi ke dalam sebuah “percakapan” dengan para jurnalis profesional dan para pemilik blog.
Tidak ada yang meragukan bahwa sesuatu yang baru telah muncul dan kantor berita tradisional harus setuju dengan citizen journalist. Akan tetapi, esensi Jurnalisme Masyarakat telah menggantikan jurnalisme tradisional yang dianggap mati. Para citizen journalist adalah bagian dari keluarga. Dan perbedaannya terletak pada sebutan yang diberikan kepada mereka, yaitu “intelegensi kolektif”. Bagi seorang jurnalis, kantor berita adalah ekspresi intelegensi kolektif dengan hubungan horizontal antara kolega, tetapu juga memiliki hubungan vertikal dengan editor. (editorsweblog.org, 29 Desember 2005)
Siapa yang diuntungkan?
Perkembangan teknologi informasi juga mengubah hakekat media. Dengan internet, kini berkembang situs-situs lembaga maupun pribadi. Selain itu, berkembang juga weblog atau blog, di mana setiap orang bisa melaporkan peristiwa di sekelilingnya, atau paling tidak, melaporkan gagasannya kepada publik. Dengan demikian, kalau dulu media didirikan oleh lembaga, atau individu yang mempunyai uang dan kekuasaan (power), kini setiap individu bisa membuat media. Karena itu, di zaman internet ini, setiap individu juga adalah media.
Kalau ditanya siapa secara politis siapa yang dapat keuntungan dari blog, maka keuntungan ini bisa kita kategorikan menjadi 3 hal: finansial, sikap politis, dan keuntungan dari sisi negatif. Untuk keuntungan finansial mungkin agak sulit karena blog pada dasarnya tidak ada aspek komersil, akan tetapi keuntungan itu dalam bentuk lain yaitu publisitas. Kalau keuntungan dari sisi negatif, maksudnya adalah orang-orang yang ingin mengacau, bisa saja melakukan hal tersebut.

2.8    Dampak JurnaIlisme Warga
Secara praktis, kehadiran jurnalisme warga (Jurnalisme Masyarakat) membawa beberapa dampak.
  1. Menjadi pesaing baru bagi media-media tradisional, Antara lain menyangkut kecepatan menyampaikan informasi.
  2. jurnalisme warga berkembang cepat, mungkin dari menit ke menit. Setiap orang dan setiap saat dapat menjadi bagian jurnalisme warga.
  3. jurnalisme warga secara ekstrim dapat menimbulkan anarkhi informasi seperti soal akurasi, pemalsuan penyampaian informasi dan lain-lain.
Jalan yang tepat adalah menemukan kebijaksanaan yang tepat agar jurnalisme warga memberi manfaat sebagai perwujudan kebebasan berkomunikasi dan sarana informasi public yang bermanfaat bagi masyarakat tanpa mencederai hukum dan etik yang akan menimbulkan kekacauan informasi, kegaduhan kehidupan social, politik dan ekonomi.
Jurnalisme warga adalah pranata yang dalam kenyataan menjalankan fungsi-fungsi jurnalistik seperti menyampaikan informasi dan melakukan kritik sosial dan lain-lain, asas dan kaidah etik untuk mewujudkan tanggung jawab sosial. Demikian juga dengan kewajiban taat pada hukum. Kewajiban taat kepada hukum merupakan tuntutan peradaban (law abiding society). Karena itu, terlepas dari apakah jurnalisme warga adalah bagian dari jurnalisme atau di luar jurnalisme, sama sekali tidak mengurangi kewajiban untuk menjunjung tinggi asas dan kaidah etik dan hukum.


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Jurnalisme warga atau Jurnalisme Masyarakat mulai berkembang di seluruh dunia sejak kehadiran internet di seluruh dunia. Perkembangan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir adalah penemuan dan pertumbuhan internet. Lahirnya komunikasi interaktif ditandai dengan terjadinya diversifikasi teknologi informasi dengan bergabungnya telepon, radio, komputer, dan televisi menjadi satu, dan menandai teknologi yang disebut dengan internet. Teknologi yang tergolong baru ini membuat sekat antarmanusia semakin tak terlihat seberapa pun jauhnya jarak yang memisahkan. Dalam dunia internet semua hal bisa diperoleh hanya dalam one click way.
Jurnalisme warga dapat berlindung pada pasal 28F UUD 1945. Media cetak menjadi primadona masa lalu, media televisi primadona saat ini, media internet primadona masa depan. Kemunculan jurnalisme warga di Indonesia bermula pada masa Orde Baru, saat Soeharto berkuasa, di mana pada saat itu arus informasi dari media massa kepada masyarakat dijaga ketat oleh pemerintah dan aparatnya. Masa Orde Baru yang dikenal dengan sistem pers tertutupnya, memaksa pers untuk lebih mengedepankan agenda kebijakan, khususnya kebijakan eksekutif. Pers lebih banyak memberitakan kebijakan pemerintah. Dominannya penggunaan sumber berita eksekutif menjadikan pemberitaan pers menjadi top down.
Peran jurnalisme wargaJurnalisme Masyarakat tidak bertujuan menciptakan keseragaman opini publik namun lebih menitikberatkan pada “inilah yang terjadi di lingkungan kita”. Pemberitaan Jurnalisme Masyarakat lebih mendalam dengan proses penayangan berita di televisi, dengan menggunakan visual dari masyarakat. Jurnalisme Masyarakat dinilai sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat untuk menyuarakan pendapat secara lebih leluasa, tersruktur, serta dapat diakses secara umum dan sekaligus menjadi rujukan alternatif Fenomena weblog pribadi sebenarnya telah mencerminkan passion to share dengan baik.
 Perkembangan jurnalisme warga yaitu memunculkan keberagaman informasi dan informasi seperti apa yang dibutuhkan warga. Kekurangan dan kelebihan dari informasi yang disampaikan melalui jurnalisme warga akan bermuara pada munculnya informasi berkualitas. Diperkirakan di Indonesia saat ini ada 650 ribu blog berbahasa Indonesia. Perkembangan jurnalisme warga saat ini baru seumur “kepompong”, belum menjadi “kupu-kupu”. Karena untuk melahirkan jurnalisme warga yang indah dibutuhkan pembelajaran.
Etika jurnalisme warga yaitu , Tidak plagiat, Cek dan ricek fakta dan data, Jangan gunakan sumber anonym, Utarakan rahasia secara selektif, dll. Yang paling bertanggung jawab terhadap isi konten jurnalisme warga adalah penanggung jawab media. Komunitas blog harus membuat aturan yang jelas mengenai pengelolaan blog. Aturan disini, misalnya, soal copyright artikel yang dimuat. Ada Perbandingan jurnalisme warga antara luar negeri dengan Indonesia. Di luar negeri, ada seorang wartawan Amerika datang ke liputan Amerika menyerang Irak. Ide tersebut datang dari jurnalisme warga atau Jurnalisme Masyarakat. Jurnalisme warga kalau di luar negeri itu sampai ada seorang pengelola blog menghasilkan tulisan hingga ribuan.
Tantangan di Indonesia adalah:
1)         citizen journalist adalah orang yang memiliki kamera digital atau kamera ponsel dan menyunting karya mereka, seperti peristiwa utama (tsunami, bom di London) atau kecelakaan mobil, ke organisasi berita
2)         citizen journalist adalah orang yang ingin menemukan komunitas lokal atau cybercommunity dan memproduksi tulisan tentang komunitasnya
3)         citizen journalist adalah orang yang mengkritisi dan mengampanyekan sebab-sebab politik;
4)         Jurnalisme Masyarakat adalah orang yang berpartisipasi ke dalam sebuah “percakapan” dengan para jurnalis profesional dan para pemilik blog.
Dampak yang dihasilkan dari Jurnalisme Masyarakat
  1. Menjadi pesaing baru bagi media-media tradisional, Antara lain menyangkuy kecepatan menyampaikan informasi.
  2. jurnalisme warga berkembang cepat, mungkin dari menit ke menit. Setiap orang dan setiap saat dapat menjadi bagian jurnalisme warga.
  3. jurnalisme warga secara ekstrim dapat menimbulkan anarkhi informasi seperti soal akurasi, pemalsuan penyampaian informasi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Kerja sama Balai Pengkajian Informasi (BP2I) wilayah III Bandung, Badan Litbang SD, Departemen Komunikasi dan Informatika . 2007 . Mengamati Fenomena Jurnalisme Masyarakat . Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Kusumaningati, Imam FR . 2012 . Jadi Jurnalis itu Gampang! . PT : Elex Media Komputindo

Suwandi, Imam. 2010. Langkah Otomatis Jadi Citizen Journalist . Dian Rakyat.

http://www.Citizen6.com

http://www.Kompasiana.com

http://www.Metrotvnews.com

http://www.femina.co.id

http://www.jurnalistik.net

http://lunjap.wordpress.com/2008/06/03/citizen-journalism-sebuah-fenomena/

http://uuzblog.blogspot.com/2010/03/contoh-citizen-journalism.html

http:// nurudin.staff.umum.ac.id/2010/01/21/jurnalisme-warga-negara-citizen-journalism/

No comments:

Post a Comment