BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia tergantung kepada keanekaragaman hayati untuk
pangan, enersi, papan, obat-obatan, inspirasi dan banyak lagi kebutuhan lain.
Keanekaragaman hayati dan manusia telah mempunyai keterkaitan yang erat dan
saling mendukung selama puluhan ribu tahun.
Sumber daya hayati untuk pemenuhan kebutuhan hidup
mempunyai karakter penting, paling tidak jika dikelola dengan bijaksana. Cara
masyarakat memanfaatkan keanekaragaman hayati menentukan kelestarian sumber
daya ini, dan cara masyarakat mengelolanya akan menentukan produktivitas sumber
daya yang penting ini dan kelestarian fungsi-fungsi ekologisnya.
Kegiatan manusia telah membantu terciptanya
keanekaragaman jenis dan plasma nutfah, dan telah meningkatkan komunitas hayati
di dalam lingkungan yang tertentu melalui praktik pengelolaan sumber daya dan
melalui domestikasi tumbuhan dan satwa.
Disisi lain manusia juga telah menyebabkan menurunnya
mutu keanekaragaman hayati beserta fungsi-fungsi ekologis yang di hasilkannya.
Menurunnya mutu keanekaragaman hayati ini dapat dilihat dari laju kepunahan
jenis dan viabilitas jenis-jenis yang masih bertahan.
Hubungan manusia dengan keanekaragaman hayati dapat di
gambarkan dalam diagram siklus interaksi. Dari sudut pandang antroposentris,
interaksi dimulai dari faktor-faktor pendorong hubungan yang ada di masyarakat,
seperti untuk pemenuhan kebutuhan, inspirasi dan fungsi-fungsi ekologis sebagai
pendukung kehidupan.
Faktor pendorong ini akan mempengaruhi dampak kegiatan
manusia pada keanekaragaman hayati. Meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan
hidupnya akan meningkatkan dampak kegiatan manusia pada keanekaragaman
hayati, dampak tersebut kemudian akan mempengaruhi kondisi dan dinamika
keanekaragaman hayati, yang kemudian mempengaruhi nilai-nilai dan fungsi
keanekaragaman hayati dan pada akhirnya akan mempengaruhi pula ketersediaan dan
kualitas keanekaragaman hayati dalam memenuhi kebutuhan manusia dan juga dalam
menjamin kelestariannya.
Sementara itu, kondisi dan dinamika, nilai-nilai dan
dampak kegiatan manusia pada keanekaragaman hayati dapat pula diupayakan
melalui peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjadi faktor pendorong bagi
berubahnya pola konsumsi efisiensi pemanfaatan sumber daya dan apresiasi
masyarakat.
Peningkatan kesadaran dan apresiasi akan mempengaruhi
pula dampak kegiatan manusia, kondisi dan dinamika dan cara penilaian
fungsi-fungsi keanekaragaman hayati melalui upaya-upaya tertentu dalam
pengelolaan pendidikan dan lain sebagainya.
Tumbuhan, hewan dan mikroorganisme penghuni, saling
berinteraksi didalam lingkungan fisik suatu ekosistem, merupakan fondasi bagi
pembangunan berkelanjutan. Sumber daya hayati dari kekayaan kehidupan ini
mendukung kehidupan manusia dan memperkaya aspirasi serta memungkinkan manusia
untuk beradaptasi dengan peningkatan kebutuhan hidupnya serta perubahan
lingkunganya.
Erosi keanekaragaman plasmanutfah, jenis, dan
ekosistem yang berlangsung secara tetap akan menghambat kemajuan dalam proses
masyarkat yang sejahtera secara berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Keanekaragaman Hayati
Manusia
Keanekaragaman merupakan dasar ciri–ciri makhluk
hidup. Adanya keanekaragaman genetik merupakan hasil seleksi alam dari suatu
spesies terhadap lingkungannya. Keanekaragaman tidak hanya terjadi pada
tumbuhan dan hewan saja tetapi juga manusia. Namun pada manusia, keanekaragaman
yang terjadi hanya pada tingkat gen dan berkaitan dengan pewarisan sifat.
Manusia memperlihatkan variasi pada beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat
dengan mudah melalui fenotip atau sifat yang tampak.
Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau
ciri-ciri yang dapat diukur atau sifat yang nyata yang dmiliki oleh organisme.
Ciri itu tampak oleh mata, seperti warna kulit atau tekstur rambut. Fenotip
dapat juga diuji untuk identifikasinya, seperti pada penentuan angka
respiratoris atau uji serologi tipe darah. Fenotip merupakan hasil
produk-produk gen yang diekspresikan di dalam lingkungan tertentu. Namun, gen
memiliki batasan-batasan di dalamnya sehingga lingkungan dapat memodifikasi
fenotip.
Genotip ialah seluruh gen yang dimiliki suatu
individu. Genotip yang terekpresikan menampakan fenotip pada suatu individu.
Genotip yang melibatkan alel-alel pada suatu lokus tunggal dapat menghasilkan
genotip yang homozigot. Keturunan homozigot dapat dihasilkan dari galur murni.
Perpaduan heterozigot dihasilkan dari alel yang berbeda.
Keanekaragaman pada manusia tidak lepas dari peran gen
meskipun yang dapat diamati secara langsung hanya fenotipnya. Keanekaragaman
pada manusia antara lain dapat dilihat dari:
- Ujung daun telinga
Ujung daun telinga dibedakan menjadi dua yaitu ujung
daun telinga bebas dan ujung telinga melekat. Ujung telinga bebas merupakan
pembawa sifat dominan dan sebaliknya ujung telinga melekat merupakan pembawa
sifat resesif.
- Ibu jari
Ibu jari pada manusia ada yang dapat membengkok dan
ada yang tidak. Hal ini disebabkan adanya gen dominan dan resesif. Jari yang
dapat membengkok adalah pembawa sifat dominan dan yang tidak dapat membengkok
adalah sifat resesif.
- Rambut
Rambut juga dapat dipakai sebagai indikator
keanekaraman pada manusia. Rambut manusia dibedakan menjadi dua yaitu rambut
tidak lurus dan rambut lurus. Ciri pada rambut tersebut membedakan gen pada
manusia. Jika seseorang mempunyai rambut tidak lurus berarti dia membawa sifat
dominan dan sebaliknya.
- Hidung
Manusia secara umum memiliki hidung mancung atau
pesek. Perbedaan ini menandakan adanya perbedaan ciri pada manusia. Hidung
mancung merupakan pembawa sifat dominan dan hidung pesek adalah pembawa sifat
resesif.
- Warna kulit
Manusia mempunyai warna kulit hitam, coklat, dan
putih. Semakin hitam warna kulitnya maka seseorang akan membawa sifat dominan.
Manusia juga ada yang mempunyai warna kulit transparan atau biasa disebut
albino. Albino merupakan kelainan genetik karena seseorang tidak mempunyai
pigmen dalam tubuhnya. Kelainan ini dapat diturunkan lewat perkawinan karena
membawa sifat resesif. Berikut adalah persilangan pada seseorang yang menderita
albino:
- Lidah
Lidah dibedakan menjadi dua yaitu lidah yang dapat
melipat dan tidak dapat melipat. Lidah yang dapat melipat merupakan pembawa
sifat dominan dan lidah yang tidak dapat melipat merupakan pembawa sifat
resesif.
- Lesung pipi
Lesung pipi merupakan cekungan pada pipi manusia.
Cekungan ini dapat terlihat saat wajah seseorang yang mempunyai lesung pipi ini
diam atau sedang berekspresi. Orang yang mempunyai lesung pipi merupakan
pembawa sifat dominan dan sebaliknya.
- Golongan darah ABO
Penggolongan darah pada manusia ada empat yaitu A, B,
AB, dan O. Pembagian golongan darah ini didasarkan pada ada atau tidaknya
sistem ABO yaitu ada-tidaknya aglutinogen dan aglutinin dalam darah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keanekaragaman merupakan dasar ciri–ciri makhluk hidup. Adanya
keanekaragaman genetik merupakan hasil seleksi alam dari suatu spesies terhadap
lingkungannya. Keanekaragaman tidak hanya terjadi pada tumbuhan dan hewan saja
tetapi juga manusia. Namun pada manusia, keanekaragaman yang terjadi hanya pada
tingkat gen dan berkaitan dengan pewarisan sifat. Manusia memperlihatkan
variasi pada beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat dengan mudah melalui fenotip
atau sifat yang tampak.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA, dkk.
2002. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Suryati, Dotti.
2008. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi Universitas
Bengkulu.
Suryo. 2010.
Genetika Untuk Strata 1. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
Syamsuri, Istamar,
dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Welsh, James R.1991.
Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment