DAFTAR ISI
A. Pengertian
Kebutuhan Dasar Manusia
G. Kebutuhan
Keseimbangan Tubuh
H. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.Kebutuhan
dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki. Kebutuhan menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis,
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).
Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dapat
digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat
memberikan perawatan.Beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih mendasar
daripada kebutuhan lainnya.Oleh karana itu beberapa kebutuhan harus dipenuhi
sebelum kebutuhan lainnya.
Dalam mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia tersebut dapat
digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia dalam
mengaplikasikan ilmu keperawatan di dunia kesehatan.walaupun setiap orang
mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai
kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi
menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Adapun kebutuhan adalah sesuatu yang harus tercukupi bagi
makhluk hidup untuk melangsungkan hidupnya sebagai tujuan untuk bertahan hidup.
Kebutuhan manusia wajib di penuhi. Namun tak selamanya yang kita inginkan itu
adalah kebutuhan namun hanya berupa nafsu dan keegoisan diri kita dan hanya
sebagai kepuasan diri kita atas apa yang kita dapatkan dan kita peroleh.
Kebutuhan bukan hanya orang-orang yang sedang dalam keadaan normal. Namun,
kebutuhan juga ada pada orang yang sedang sakit serta pemenuhan kebutuhan pada
orang sakit berbeda dengan pemenuhan kebutuhan pada orang yang tidak dalam keadaan
sakit (sehat).
B. Rumusan masalah
1.
Apa pengertian KDM ?
2.
Apakah hal hal yang mendasari pemahaman
tentang KDM ?
3.
Apa saja model-model KDM ?
4.
Faktor apa saja yang mempengaruhi pemenuhan
KDM ?
5.
Apakah karakteristik seseorang yang kebutuhan
dasarnya terpenuhi ?
6.
Penerapan KDM dalam praktik keperawatan ?
C. Tujuan
1.
Kita dapat mengetahui pengertian dari KDM.
2.
Kita dapat mengetahui hal-hal yang mendasari
pemahaman tentang KDM.
3.
Kita dapat mengetahui model-model dari KDM.
4.
Kita dapat mengetahui faktor apa saja yan
dapat mempengaruhi pemenuhan KDM.
5.
Bagaimana karakteristik seseorang yang
kebutuhan dasarnya terpenuhi.
6.
Penerapan KDM dalam praktik keperawatan.
D. Manfaat
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahi apa saja hal-hal
yang terkait dengan konsep pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan
dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Misalnya kebutuhan akan
oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit, intek dan output, eliminasi, personal
hygiene, bodi mekanik dan posisi.
Kebutuhan dasar manusia
adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan cinta yang merupakan hal yang
penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.Hierarki kebutuhan manusia menurut
Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan
antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan.
B. Kebutuhan
Oksigenasi
1.
Pengertian
Oksigenasi
Oksigenasi adalah
proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen (O2)
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi,
dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
2.
Tujuan
Oksigenasi
Fungsi utama
oksigenasi adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh
du an mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil
O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh (sel-selnya)
nelalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa
CO2 akan kembali diangkut oleh darah ke paru-par untuk dibuang ke lingkungan
karena tidak berguna lagi oleh tubuh.
3.
Proses
Oksigenasi
a.
Oksigenasi
Eksternal
Oksigenasi/
pernapasan eksternal (pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan pertukaran
O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Secara umum, proses ini
berlangsung dalam tiga langkah, yakni ventilasi pulmoner, pertukaran gas
alveolar, serta transpor oksigen dan karbon dioksida.
b.
Oksigenasi
Internal
Pernapasan internal
(pernapasan jaringan) mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung
dalam mitokondria, yang menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi molekul nutrien. Pada proses ini, darah yang banyak
mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.
Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan sel
jaringan. Seperti di kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi
pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
4.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
a.
Faktor
Fisiologis
Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap
kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat memengaruhi fungsi
pernapasannya.
b.
Status
Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernaqpasan dapat
menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhamba
sehingga dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut
antara lain gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular, penyakit
kronis, penyakit obstruksi pernapasan atas, dll.
c.
Faktor
Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting
yang memengaruhi sistem pernapaan individu.
d.
Faktor
Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap
fungsi pernapasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi
emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan
berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
e.
Faktor
Lingkungan
Kondisi lingkungan, seperti ketinggian, suhu serta polusi
udara dapat memengaruhi proses oksigenasi.
5.
Alat-Alat
yang dibutuhkan untuk Melakukan Oksigenasi
a. Flow meter : Alat yang digunakan untuk mengetahui adanya
sesuatu aliran material dalam suatu jalur aliran, dengan segala aspek aliran
itu sendiri, yang meliputi kecepatan aliran dan total massa atau volume dari
material yang mengalir dalam jangka waktu tertentu. Dosis pemberiam oksigen
(ukuran oksigen yang diberikan 1-10)
b.
Humidifier : Alat untuk menambah jumlah uap air di udara dalam suatu ruangan atau
aliran udara.alat ini berisi air DTT / Aquades.
c. Tabung Oksigen : Sebuah alat bantu yang berisi gas oksigen
dan diberikan untuk mereka yang sedang mengalami gangguan pernafasan akibat
penyakit tertentu.
d.
Manometer : alat yang berfungsi untuk mengukur tekanan udara dalam ruang tertutup.
Angka 0 menunjukkan oksigen dalam tabung habis atau belum dinyalakan.
e.
Nasal
Kanula : Alat yang dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter per menit
dan kosentrasi oksigen sebesar 24% - 44%. Alat ini memberikan oksigen langsung
ke hidung melalu 2 cabang kecil, karena digunakan di dalam dan pediatrik pasien
dewasa sama sebagai suatu jenis dukungan pernafasan.
f. Face Mask /
Rebreathing Mask :
Non Rebreathing Mask :
Non rebreathing mask menggunakan alat serupa dengan partial rebreathing mask,
ada kantong penampung, namun pada alat ini juga terpasang dua katup satu arah
(one way valves). Katup pertama antara kantong penampung dan masker, katup
kedua pada pintu keluar di kedua sisi masker. Tujuan kedua katup tersebut
adalah agar gas yang dihembuskan tidak masuk ke kantong penampung saat
ekspirasi, dan mencegah udara luar masuk kemasker saat inspirasi.
g. Ambubag : Alat
yang digunakan untuk memberikan tekanan pada sistem pernafasan pasien yang
henti nafas atau yang nafasnya tidak kuat.
C. Kebutuhan
Nutrisi
1. Pengertian nutrisi
Nutrisi
adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi
didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air,
vitamin, dan mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan kepadatan
nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah
kilokalori. Makanan dengan kepadatan nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau
gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter
& Perry, 2010; 274).
Nutrisi
adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan proses tumbuh
kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan
tersebut kurang terpenuhi, maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat
terhambat. (AAA, Hidayat, 2006;38).
Nutrisi
adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh. (AAA, Hidayat, 2006;
52).
Gangguan
pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan
metabolic yang dibutuhakan oleh tubuh. (Lynda Juall,Carpenito,2006)
2. Fungsi zat gizi
a. Menghasilkan energi bagi fungsi organ,
gerakan, dan kerja fisik.
b. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan
dan perbaikan jaringan sel – sel tubuh dalam tubuh.
c. Sebagai pelindung dan pengatur suhu
tubuh. (Tartowo.Wartonah.2006; 30).
3. Komponen Zat Gizi
- Karbohidrat
Merupakan
sumber energi yang tersedia dengan mudah di setiap makanan. Karbohidrat harus
tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15% dari
kalori yang ada dapat menyebabkan terjadi kelaparan dan berat badan menurun.
Demikian sebaliknya, apabila jumlah kalori yang tersedia atau berasal dari
karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi peningkatan
berat badan (obesitas). Jumlah karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari
susu, padi – padian, buah – buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur –
sayuran. (AAA.Hidayat.2011; 42).
- Lemak
Merupakan
zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam
lemak. Komponen lemak terdiri atas lemak alamiah sekitar 98% (diantaranya
trigliserida dan gliserol), sedangkan 2%-nya adalah asam lemak bebas
(diantaranya monogliserida, digleserida, kolesterol, serta fosfolipid termasuk
lesitin, sefalin, sfingomielin, dan serebrosid). Lemak merupakan sumber yang
kaya akan energi dan pelindung organ tubuh terhadap suhu, seperti pembuluh
darah, saraf, organ, dan lain lain. Lemak juga dapat membantu memberikan rasa
kenyang (penundaan waktu pengosongan lambung). Komponen lemakdalam tubuh harus
tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan lemak akan menyebabkan terjadinya
perubahan kulit, khususnya asam linoleat yang rendah dan berat badan kurang.
Namun, apabila jumlah lemak pada anak terlalu banyak dapat menyebabkan terjadi
hiperlipidemia, hiperkolesterol, penyumbatan pembuluh darah, dan lain – lain.
Jumlah lemak yang cukup dapat diperoleh dari susu, mentega, kuning telur,
dagig, ikan, keju, kacang – kacangan, dan minyak sayur (Pudjiadi, 2001).
- Protein
Merupakan
zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan protoplasma sel. Selain itu,
tersedianya protein dalam jumlah yang cukup pentig untuk pertumbuhan dan
perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan untuk menjaga keseimbangan osmotik
plasma. Protein terdiri atas dua puluh empat asam amino, diantaranya sembilan
asam amino esensial (seperti treonin, valin, leusin, isoleusin, lisin,
triptofan, fenilalanin, metionin, dan histidin) dan selebihnya asam amino
nonesensial. Protein tersebut dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang
cukup. Jika jumlahnya berlebih atau tinggi dapat memperburuk insufisiensi
ginjal. Demikian juga jika jumlahnya kurang, maka dapat menyebabkan kelemahan,
edema, bahkan dalam kondisi lebih buruk dapat menyebabkan kwasiorkor dan
marasmus. Kwasiorkor terjadi apabila kekurangan protein dan marasmus merupakan
kekurangan protein dan kalori. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari
susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang, buncis, dan paid –
padian. (Pudjiadi, 2001).
- Air
Air
dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai medium
untuk ion, transpor nutrien dan produk buangan, serta pengaturan suhu tubuh.
Sumber air dapat diperoleh dari air dan semua makanan. (AAA.Hidayat.2011; 43).
- Vitamin
Vitamin merupakan zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit
dan akan menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya dalam
jumlah yang mencukupi. (Asmadi.2008;
70).
Digunakan
untuk mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta pertahanan tubuh. Vitamin yang dibutuhkan tubuh antara lain
sebagai berikut:
1) Vitamin A (retinol) mempunyai pengaruh
dalam kemampuan fungsi mata, pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan
maturasi epitel. Vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak ikan, susu,
kuning telur, margarin, tumbuh – tumbuhan, sayur – sayuran dan buah – buahan.
2) Vitamin B kompleks (tiamin). Kekurangan
vitamin dapat menyebabkan penyakit beri – beri, kelelahan, anoreksia,
konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi, edema, dan peningkatan kadar
asam piruvat dalam darah. Kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari hati,
daging, susu, padi, biji – bijian, kacang, dan lain- lain.
3) Vitamin B2 (riboflavin) vitamin ini
harus tersedia dalam jumlah yang cukup karena jika tidak akan menyebabkan
fotofobia, penglihatan kabur, dan gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat
diperoleh dari susu, keju, hati, daging, telur, ikan sayur – sayuran hijau, dan
padi.
4) Vitamin B12 (sianokobalamin) kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan anemia. Vitamin ini dapat diperoleh dari daging
organ, ikan telur, susu, dan keju.
5) Vitamin C (asam askornat) kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan lamanya proses penyembuhan luka. Vitamin ini
dapat diperoleh dari tomat, semangka, kubis, dan sayur – sayuran hijau.
6) Vitamin D, berguna untuk mengatur
penyerapan serta pengendapan kalsium dan fosfor dengan mempengaruhi
permeabilitas membran usus, juga mengatur kadar alkalin fosfatase serum.
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan osteomalasia.
Vitamin ini dapat diperoleh dari susu, margarin, minyak sayur, minyak ikan,
sinar matahari, dan sumber ultaraviolet lain.
7) Vitamin E berfungsi untuk meminimalkan
oksidasi karoten, vitamin A, dan asam linoleat; disamping menstabilkan membran
sel. Apabila kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah
pada bayi prematur dan kehilangan keutuhan sel syaraf. Vitamin E ini dapat
diperoleh dari minyak, biji – bijian dan kacang – kacangan.
8) Vitamin K berfungsi untuk pembentukan
protrombin, faktor koagulasi II, VII, IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh
dalam jumlah yang cukup. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan pendarahan dan
metabolisme tulang yang tidak stabil. Vitamin ini tersedia dalam sayur –
sayuran hijau, daging, dan hati. (Pudjiadi, 2001).
- Mineral
1) Kalsium
Berguna untuk pengaturan struktur tulang dan
gigi, kontraksi otot, iritabilitas saraf, koagulasi darah, kerja jantung, dan
produksi susu. Kalsium dapat diperoleh dari susu, keju, sayur – sayuran hijau,
kerang, dan lain – lain.
2) Klorida
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta
keseimbangan asam dan basa. Klorida dapat diperoleh dari garam, daging, susu,
dan telur.
3) Kromium
Berguna untuk metabolisme glukosa dan
metabolisme dalam insulin. Kromium dapat diperoleh dari ragi.
4) Tembaga
Berguna untuk produksi sel darah merah,
pembentukan hemoglobin, penyerapan besi, dan lain – lain. Tembaga dapat
diperoleh dari hati, daging, ikan padi, dan kacang – kacangan.
5) Fluor
Berfungsi untuk pengaturan struktur gigi dan
tulang sehingga jika kekurangan fluor dapat menyebabkan karies gigi. Sumber
fluor terdapat dalam air, makanan laut, dan tumbuh – tumbuhan.
6) Iodium
Kekurangan iodium dapat menyebabkan penyakit
gondok. Iodium dapat diperoleh dari garam.
7) Zat besi
Merupakan mineral yang menjadi bagian dari
struktur hemoglobin untuk pengangkutan CO2 dan O2. Kekurangan zat besi dapat
menyebabkan anemia dan osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan
sirosis, gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari hati, daging,
kuning telur, sayur – sayuran hijau, padi, dan tumbuh tumbuhan.
8) Magnesium
Berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme
karbohidrat dan sangat penting dalam proses metabolisme. Kekurangan magnesium
menyebabkan hipokalsemia atau hipokalemia. Magnesium dapat diperoleh dari biji
– bijian, kacang – kacangan, daging, dan susu.
9) Mangan
Berfungsi dalam aktivasi enzim. Mangan dapat
diperoleh dari kacang – kacangan, padi, biji – bijian, dan sayur – sayuran
hijau.
10) Fosfor
Merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang
dan gigi. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan oto. Fosfor dapat
diperoleh dari susu, kuning telur, kacang – kacangan, padi – padian, dan lain -
lain.
11) Kalium
Berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran
impuls syaraf, keseimbangan cairan, dan pengaturan irama jantung. kalium dapat diperoleh dari semua makanan.
12) Natrium
Berguna dalam pengaturan tekanan osmotik serta
pengaturan keseimbangan asam, basa, dan cairan. Kekurangan natrium dapat
menyebabkan kram otot, nausea, dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat
diperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain – lain.
13) Sulfur
Membantu proses metabolisme jaringan syaraf.
Sulfur dapat diperoleh dari makanan protein.
14) Seng
Merupakan unsur pokok dari beberapa enzim
karbonik anhidrase yang penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat diperoleh dari
daging, padi – padian, kacang – kacangan, dan keju. (AAA.Hidayat.2011; 42 –
46).
D. Kebutuhan
Eliminasi
1. Pengertian Eliminasi
Menurut
kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses
pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi
pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Defekasi
Buang
air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem
pencernaan (Dianawuri, 2009).
b. Miksi
Miksi
adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini
sering disebut buang air kecil.
2. Fisiologi Dalam
Eliminasi
a. Fisiologi Defekasi
Rektum
biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan
teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama
setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya
bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah
pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke
kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum
mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik
keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan
intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan
otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).
b. Fisiologi Miksi
Sistem
tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama
yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu
timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi
defekasi antara lain:
1. UMUR
Umur
tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.
Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami
perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di
antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot
polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya
(mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga
menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa
juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat
berdampak pada proses defekasi.
2. DIET
Makanan
adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat
pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada
beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada
gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang
teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu
keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari
mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan
keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3. CAIRAN
Pemasukan
cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat
ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan,
tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di
sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan
feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat
perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi
cairan dari chyme.
4. TONUS OTOT
Tonus
perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya
juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang
colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan
intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi.
Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise),
imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
5. FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat
dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu
termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai
komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah
dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi
orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada
konstipasi.
6. GAYA HIDUP
Gaya
hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air besar
pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur,
seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola
defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang
bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien
yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin
tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7. OBAT-OBATAN
Beberapa
obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang
normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari
tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi
feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan
tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas
peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi miksi
1. Jumlah air yang diminum Semakin banyak
air yang diminum jumlah urin semakin banyak. Apabila banyak air yang diminum,
akibatnya penyerapan air ke dalam darah sedikit, sehingga pembuangan air
jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan terlihat bening dan encer.
Sebaliknya apabila sedikit air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke dalam
darah akan banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air kencing berwarna
lebih kuning .
2. Jumlah garam yang dikeluarkan dari
darah
Supaya
tekanan osmotik tetap, semakin banyak konsumsi garam maka pengeluaran urin
semakin banyak.
3. Konsentrasi hormon insulin
Jika
konsentrasi insulin rendah, orang akan sering mengeluarkan urin. Kasus ini
terjadi pada orang yang menderita kencing manis.
4. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon
ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika darah sedikit
mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke dalam ginjal, akibatnya
penyerapan air meningkat sehingga urin yang terjadi pekat dan jumlahnya
sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air, maka ADH yang
disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air berkurang
pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya banyak.
5. Suhu lingkungan
Ketika
suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan
mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak
yang menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal
jumlahnya samakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.
6. Gejolak emosi dan stress
Jika
seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga
banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam
kondisi emosi, maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka
timbullah hasrat ingin buang air kecil.
7. Minuman alkohol dan kafein
Alkohol
dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika. Seseorang yang banyak minum
alkohol dan kafein, maka jumlah air kencingnya akan meningkat.
E. Kebutuhan
Aktivitas
1. Pengertian
Aktivitas
adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan
muskuloskeletel.
Kebutuhan
aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan
kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain seperti
istirahat.
2. Sistem tubuh yang
berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
Ada pun
sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1. Tulang
Merupakan
organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya :
a. Mekanis :
- Membentuk rangka
- Tempat melekatnya berbagai otot.
b. Tempat penyimpanan mineral (Kalsium dan
Fosfor).
c. Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk
sel darah.
d. Pelindung organ-organ dalam.
Jenis
tulang :
a. Pipih ( kepala dan pelvis).
b. Kuboid (Vertebra dan tarsal).
c. Panjang (Femur dan Tibia).
2. Otot dan tendon
a. Otot memiliki kemampuan berkontraksi
yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai keinginan
b. Tendon adalah suatu jaringan ikat yang
melekat pada tulang, origo adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah
tendon.
c. Terputusnya tendon akan membuat
kontraksi otot tidak akan dapat menggerakkan tulang
3. Ligamen
Merupakan
bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
4. Sistem Syaraf
a. Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak
dan medula spinalis) dan syaraf tepi (perifer).
b. Setiap syaraf memiliki bagian somatis
dan otonom.
c. Bagian Somatis memiliki fungsi
sensorik dan motorik
5. Sendi
Merupakan
tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih.Sendi membuat segmentasi
darikerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan bebagai
pertumbuhan tulang.
3. Kemampuan Mobilitas
Mobilitas
merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah, teratur dengan
tujuan memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya.
Pengkajian
kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke
posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Jenis
mobilitas :
1. Mobilitas penuh
Kemampuan
seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
ineraksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
2. Mobilitas sebagian
Kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh ganguan syaraf motorik dan sensorik.
a. Mobilitas sebagian temporer
Mobilitas
Sebagian Temporer merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya sementara. Kemungkinan disebabkan oleh trauma pada
muskuloskeletal, Contoh: adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas sebagian permanen
Mobilitas
Sebagian Permanen merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan rusaknya sistem syaraf yang
reversibel, contoh: hemiplegia akibat stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang.
Faktor
yang mempengaruhi mobilitas :
1. Gaya hidup, Perubahan gaya hidup dapat
mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada
perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit, dapat mempengaruhi
kemampuan mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai
contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan
pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
3. Kebudayaan, Kemampuan melakukan
mobilitas dapat juga dipengaruhi kebudayaan.contoh, orang yang memiliki budaya
sering berjalan jauh, memiliki kemampuan mobilitas yang kuat dibandingkan
dengan orang yang karena adat budaya tertentu dibatasi aktifitasnya.
4. Tingkat energi, Energi adalah sumber
untuk melakukan mobilitas. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas yang baik
dibutuhkan energi cukup.
5. Usia dan status perkembangan,
Terdapatperbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.
F. Kebutuhan
Istirahat dan Tidur
1. Pengertian Istirahat dan
Tidur
a. Istirahat
Istirahat merupakan
keadaan relax tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak
beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat
berati berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan
diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyulitkan, bahkan menjengkelkan.
Terdapat beberapa
karakteristik dari istirahat. Misalnya, Narrow (1967). Yang dikutip oleh Perry
dan Potter 1993 mengemukakan enam karakteristik yang berhubungan dengan
istirahat, diantaranya :
1. Merasakan bahwa segala sesuatu dapat di
atasi.
2. Merasa diterima.
3. Mengetahui apa yang sedang terjadi.
4. Bebas dari gangguan ketidaknyamanan.
5. Mempunyai sejumlah kepuasan terhadap
aktivitas yang mempunyai tujuan.
6. Mengetahui adanya bantuan sewaktu
memerlukan.
b. Tidur
Tidur
merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer,
endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal (Robinson 1993, dalam
Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan
electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot
dengan menggunakan electromiogram (EMG) dan electrooculogram (EOG) untuk
mengatur pergerakan mata.
Tidur
merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus
atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai
keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya yang keadaan penuh
ketenangan, tetapi lebih merupakan sesuatu urutan siklus yang berulang, dengan
ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan
dari luar.
Tidur
merupakan suatu kegiatan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan kembali dengan
indera atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2008). Seseorang dapat dikategorikan
sedang tidur, apabila terdapat tanda-tanda:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi proses perubahan fisiologis
tubuh (penurunan tekanan darah, dilatasi pembuluh darah perifer, relaksasi otot
rangka)
d. Penurunan respon atas rangsangan dari
luar.
2. Fisiologi Tidur
Keperawatan
menerangkan bahwa fisiologi tidur merupakan usaha pengaturan dan kontrol tidur
tergantung dari hubungan antara dua mekanisme selebral yang secara bergantian
mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular
Activating Sysem (RAS) dibagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel
khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus
dari korteks serebri (emosi, proses pikir).
Pada
keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin,
misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum
serotinin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar
synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari
keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer
misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi.
Seseorang
yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan berusaha dalam posisi
rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR
mengeluarkan serum serotinin.
3. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit
Seseorang
yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun
demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
b. Lingkungan
Pasien
yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi
perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi
dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan
waspada menahan kantuk.
d. Kelelahan
Apabila
mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap rapid eye
movement (REM).
e. Kecemasan
Pada
keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu
tidurnya.
f. Alkohol
Alkohol
menekan rapid eye movement (REM) secara normal, seseorang yang tahan minum
alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g. Obat-obatan
Beberapa
jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
a. Diuretik : Menyebabkan insomnia.
b. Anti depresan : Supresi rapid eye movement (REM).
c. Kafein :
Meningkatkan saraf simpatis.
d. Bera Bloker : Menimbulkan insomnia.
e. Narkotika : Mensupresi rapid eye movement (REM).
d. Gangguan Tidur
1. Insomnia
Ketidakmampuan
memperoleh secara cukup kualitas dan kuantitas tidur.
Ada 3
macam insomnia yaitu :
- Initial Insomnia adalah
ketidakmampuan untuk tidur tidak ada.
- Intermitent Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tetap
mempertahankan tidur sebab sering terbangun.
- Terminal Insomna adalah bangun lebih
awal tetapi tidak pernah tertidur kembali.
Penyebab
insomnia adalah ketidakmampuan fisik, kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol
dalam jumlah banyak.
2. Hipersomnia
Berlebihan
jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan depresi,
kerusakan saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme.
3. Parasomnia
Merupakan
sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur
sambil berjalan).
4. Narcolepcy
Suatu
keadaan/kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur.
Gelombang otak penderita pada saat tidur sama dengan orang yang sedang tidur
normal, juga tidak terdapat gas darah atau endokrin.
5. Apnoe tidur dan mendengkur
Mendengkur
bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai apnoe maka bisa
menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan pengeluaran udara
di hidung dan mulut, misalnya amandel, adenoid, otot-otot di belakang mulut
mengendor dan bergetar. Periode apnoe berlangsung selama 10 detik sampai 3
menit.
6. Mengigau
Hampir
semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur rapid eye movement
(REM).
G. Kebutuhan
Keseimbangan Tubuh
Setiap orang perlu menjaga keseimbangan
tubuh, dengan menjaganya, tubuh akan lebih sehat dan terhindar dari penyakit.
Tak hanya itu, keseimbangan tubuh juga bisa membuatmu lebih fokus dalam
menjalani aktivitas sehari-hari. Tapi, bagaimanakah cara untuk menjaga
keseimbangan tubuh? Inilah 3 cara yang bisa kamu lakukan.
1. Berolahraga Pada Pagi Hari
Aktivitas yang padat seringkali membuat
banyak orang sulit dan melupakan olahraga. Padahal, olahraga merupakan kunci
untuk menjaga keseimbangan tubuh. Salah satu olahraga yang dapat menjaga
keseimbangan tubuh adalah Yoga. Kamu bisa melakukan Yoga pada pagi hari sebelum
mulai beraktivitas. Cukup luangkan waktu 30 - 60 menit untuk melakukan olahraga
yoga, dengan begitu kamu bisa menjaga keseimbangan tubuh secara mudah.
2. Mengonsumsi Makanan yang Bergizi
Tubuh yang seimbang akan membantumu
untuk menjalani aktivitas secara lebih maksimal. Salah satu cara yang bisa
dilakukan yakni dengan mengonsumsi makanan yang bergizi. Makanan yang bergizi
bisa memberikan nutrisi terbaik untuk membantu menjaga kesehatan tubuh.
Sehingga, kebutuhan gizi akan terpenuhi dan tubuhmu akan lebih seimbang.
3. Menjaga Cairan Tubuh
Untuk mendapatkan hasil terbaik dalam
setiap aktivitas yang kamu lakukan, kamu perlu menjaga cairan tubuh. Ketika
kamu kekurangan cairan tubuh, tubuhmu akan dehidrasi dan menyebabkan
keseimbangan tubuh berkurang. Hal ini dapat menyebabkan reaksi di dalam tubuhmu
seperti pusing bahkan sampai tidak enak badan. Oleh karena itu, pastikan cairan
tubuhmu selalu terjaga agar tubuh tetap seimbang dan bisa menjalani aktivitas
sehari-hari dengan maksimal.
Agar keseimbangan tubuh terjaga, kamu
perlu mengonsumsi air minum yang bisa memberikan manfaat lebih. Pristine8.6+
bisa menjadi pilihan yang tepat karena, fungsi air pH tinggi tidak hanya bisa
menjaga cairan tubuh namun juga bisa menyeimbangkan kadar pH di dalam tubuhmu.
Selain itu, Pristine8.6+ juga diproduksi melalui teknologi ionisasi Nihon Trim
No.1 di Jepang serta memiliki kandungan mikromolekul yang mudah diserap tubuh.
Sehingga, Pristine8.6+ aman untuk dikonsumsi sehari-hari untuk membantu
menyeimbangkan pH di dalam tubuhmu.
H. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1.
Distribusi dan Komposisi Cairan
Air merupakan komponen
terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seiring dengan pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan terhadap berat badan menurun2.
Distribusi cairan |
Laki-laki Dewasa |
Perempuan Dewasa |
Bayi |
Total air tubuh
(%) |
60 |
50 |
75 |
Intraseluler |
40 |
30 |
40 |
Ekstraseluler |
20 |
20 |
35 |
- Plasma |
5 |
5 |
5 |
- Intersisial |
15 |
15 |
30 |
Tabel 1. Distribusi Cairan Tubuh
Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke
dalam 2 kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular.
a. Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar
2/3 dari cairan dalam tubuhnya
terdapat di intraselular. Sebaliknya pada bayi hanya setengah
dari berat badannya
merupakan cairan intraselular.
b. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif
cairan ekstraselular menurun
seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai
sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan ekstraselular terbagi menjadi
cairan interstitial dan cairan
intravaskular.
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk
cairan yang terkandung diantara rongga
tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial,
intraokular dan sekresi saluran
pencernaan.
Sementara, cairan intravaskular merupakan
cairan yang terkandung dalam pembuluh darah,
dalam hal ini plasma darah5.
Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan
tubuh, yaitu elektrolit dan non-elektrolit.
a. Elektrolit
Adalah
zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif (kation) dan
ion negatif (anion). Kation utama
dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation
utama dalam cairan
intraselular adalah potasium (K+).
Anion
utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-), sedangkan anion utama dalam cairan
intraselular adalah ion fosfat (PO43-). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan
interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai elektrolit plasma mencerminkan
komposisi dari cairan ekstraseluler3,5.
Kation |
mEq/L |
Anion |
mEq/L |
Na+ |
142 |
HCO3- |
24 |
K+ |
5 |
C1- |
105 |
Ca++ |
5 |
HPO4 = |
2 |
Mg++ |
1 |
SO4 = |
1 |
|
|
Asam Org |
6 |
|
|
Protein |
16 |
Total |
154 |
Total |
154 |
Tabel 2. Komposisi elektrolit ekstraseluler
Kation |
mEq/L |
Anion |
mEq/L |
Na+ |
15 |
HCO3- |
10 |
K+ |
150 |
CL- |
1 |
Ca++ |
2 |
HPO4 = |
100 |
Mg++ |
27 |
SO4 = |
20 |
|
|
Protein |
63 |
Total |
194 |
Total |
194 |
Tabel 3. Komposisi elektrolit intraseluler
b. Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk
ke dalam nonelektrolit adalah glukosa,
urea, kreatinin, dan bilirubin yang tidak
terdisosiasi dalam cairan.
2.
Mekanisme Keseimbangan Cairan
dan Elektrolit
Pergerakanzat dan air di bagian-bagian tubuh melibatkan transpor
pasif, yang tidak membutuhkan
energi terdiri dari difusi dan osmosis,dan transporaktif
yang membutuhkan energi ATP yaitu pompa Na-K. Osmosis adalah bergeraknya molekulmelalui membran semipermeabeldari
larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan
kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Tekanan osmotik
plasma darah ialah 270-290 mOsm/L4.
Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori.
Larutan akan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Difusi tergantung kepada
perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor
yang memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat
bersamaan memompa ion kalium dari
luar ke dalam1,4.
Berikut merupakan beberapa mekanisme pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit antar kompartemen.
1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan
keseimbangan antara cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran. Protein yang merupakan suatu molekul besar
bermuatan negatif, bukan hanya ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang berperan
mempertahankan tekanan osmotik.
Protein ini tidak dapat berpindah, tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan
netralitas elektron (keseimbangan muatan positif
dan negatif) sebanding dengan keseimbangan tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan
menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang
secara langsung mempengaruhi pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut1,3,4.
2. Osmolalitas dan Osmolaritas
Osmolalitas digunakan untuk menampilkan konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan berat pelarut.
Lebih khusus, itu adalah
jumlah osmol disetiap kilogram pelarut. Sedangkan osmolaritas merupakan metode
yang digunakan untuk menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini
didefinisikan
sebagai jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti koligatif, yang berarti
bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut
dalam larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu1,4.
3. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan
oleh molekul koloid yang tidak dapat
berdifusi, misalnya protein, yang
bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid
merupakan molekul protein
dengan berat molekul
lebih dari 20.000-30.000. Walaupun hanya merupakan
0,5% dari osmolalitas plasma total, namun mempunyai
arti yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan
permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek penahan air dalam komponen
plasma, serta mempertahankan air antar kompartemen cairan di tubuh. Bila
terjadi penurunan tekanan koloid osmotik, akan
menyebabkan timbulnya edema paru3,4.
4.
Kekuatan Starling
(Starling’s Forces)
Tekanan koloid osmotik plasma kira-kira 25 mmHg sedang
tekanan darah 36 mmHg pada ujung
arteri dari kapiler darah dan 15 mmHg pada ujung vena. Keadaan ini menyebabkan terjadinya difusi air dan
ion-ion yang dapat berdifusi keluar dari kapiler
masuk ke cairan interstisiil pada akhir arteri dan reabsorsi berkisar 90% dari cairan ini pada akhir arteri dan
reabsosrsi berkisar 90% dari cairan ini pada ujung venous3,4.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan dan
cinta yang merupakan hal yang penting untuk bertahan hidup dan kesehatan.
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat
digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada
saat memberikan perawatan.
Manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama lainnya dalam
motivasinya memenuhi kebutuhan dasar (fisiologis,keamanan,kasih sayang,harga
diri dan aktualisasi diri). Setiap kebutuhan manusia merupakan suatu tegangan
integral sebagai akibat dari perubahan dari setiap komponen system.Tekanan
tersebut dimanifestasikan dalam perilakunya untuk memenuhi kebutuhan atau
tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien..
DAFTAR
PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2004. Buku Saku
Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta : EGC
Alimul,AAA.Hidayat.2011.PengantarIlmu
Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika
Asmadi. (2008).
Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: EGC.
Asmadi.2008.Teknik
Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta:Salemba Medika
Carpenito, LJ.2012.Buku
Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13.Jakarta: EGC
Cria, Sri. 2011. Asuhan Keperawatan Oksigenasi. (Online),
(http://siyulopecri.co.id/2011/09/akep-oksigenasi.html , diakses 24 September
2017.
Guyton AC, Hall JE. 2008. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Hines RL, Marschall KE. Fluid,
Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam Handbook for Stoelting’s
Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.
Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta:
Indeks; 2010.
Miller RD. 2015. Miller’s Anesthesia.
8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders.
Mubarak, W. I.
(2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta: EGC.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Gresik: EGC.
Perry & Potter.
2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol. 1.
Edisi 4.Jakarta:EGC
Perry & Potter.
2006.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Vol. 2.
Edisi 5.Jakarta:EGC
Perry & Potter.
2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3 Ed.7.Jakarta:EGC
Perry, P. &.
(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol. 1. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC
Sarwadi &
Erwanto.2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Dunia Cerdas
Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P,
Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology
and Physiology in Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer
Health. 2015
Tarwoto-Martonah. 2004. Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi I. Jakarta : Salemba Medika
Taylor, Cynthia
M.2010.Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Asuhan Ed.10.Jakarta: EGC
Wartonah &
Tartowo.2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3.Jakarta:Salemba Medika
Wilkinson, Judith
M.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9 Diagnosis NANDA, Intervensi NIC,
Kriteria Hasil NOC.Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment