I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oseanografi (berasal dari
bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau
deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu
bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana
oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam
bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan
penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut
sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari
bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan
bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan
sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke
dalam biosfer (Anggapradita, 2011).
1.2 Tujuan
Tujuan melakukan penelitian
oseanografi di pantai alue naga untuk mengetahui tentang berapa besar
gelombang,suhu,salinitas.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
perairan laut
Indonesia merupakan negara
terluas peringkat ke-2 di Asia dan merupakan negara terluas di Asia Tenggara.
Luas lautan Indonesia lebih besar dibandingkan dengan luas daratannya, yaitu
satu pertiga luas Indonesia adalah daratan dan dua pertiga luas Indonesia
adalah lautan2 . Perairan laut Indonesia memiliki panjang pantai sampai 95.181
km2 , dengan luas perairan 5,8 juta km2 yang terdiri ataslaut teritorial seluas
0,3 juta km, perairan kepulauan3 dengan luas 2,8 juta km2 , dan perairan Zona
Ekonomi Ekskulsif4 (ZEE) dengan luas 2,7 juta km2 .5 Luasnya lautan Indonesia
sebenarnya membawa keuntungan dan manfaat yang baik bagi bangsa Indonesia,
karena salah satu fungsi dari laut adalah sebagai sumber kekayaan alam. Sumber
kekayaan yang terkandung dilautan sangat berlimpah, sehingga bisa digunakan
atau dimanfaatkan untuk mensejahterakan bangsa Indonesia
Kekayaan alam yang berada
dilaut tersebut meliputi daerah perairan dan daerah dasar laut serta tanah
dibawahnya. Kekayaan alam yang berada didaerah dasar laut dan tanah dibawahnya
meliputi kekayaan non hayati6 , yaitu: bahan tambang seperti minyak bumi, gas,
dan bahan polimetalik lain. Sedangkan kekayaan alam yang berada didaerah
perairan meliputi kekayaan hayati7 , yaitu: berbagai macam jenis ikan, dari
ikan yang berukuran kecil sampai ikan yang berukuran besar. Ikan merupakan
komoditas pangan yang sangat diminati oleh semua orang, bahkan di seluruh
dunia.
Ketentuan Pasal 29 ayat (2)
Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan seakan membuka jalan bagi
nelayan atau badan hukum asing untuk masuk ke ZEE Indonesia untuk kemudian
mengeksplorasi serta mengeksploitasi kekayaan hayati di wilayah ZEE Indonesia.
Namun hal itu tidak dapat disalahkan karena merupakan salah satu bentuk
penerapan aturan yang telah ditentukan dalam Konvensi Hukum Laut Tahun 1982
yang merupakan salah satu konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh
Indonesia melalui Undang-Undang No. 17 Tahun 1985. Dalam ketentuan Pasal 62
ayat (3) dan (4) Konvensi Hukum Laut Tahun 1982 mengharuskan negara pantai
untuk memberikan hak akses kepada negara lain untuk mengeksploitasi kekayaan
hayati di wilayah ZEE negara pantai apabila terjadi surplus dalam hal
pemanfaatan sumber daya hayati oleh negara pantai.
2.2
Parameter Kualitas Air
Suhu perairan merupakan salah
satu faktor lingkungan penting yang dapat mempengaruhi produksi dalam usaha
budidaya perikanan. Air akan mengatur pengendalian suhu tubuh organisme (Boyd
2015) dan pada umumnya ikan sensitif terhadap perubahan suhu air (Chin 2006;
Parker 2012). Berbagai aktivitas penting biota air seperti pernapasan, konsumsi
pakan, pertumbuhan, dan reproduksi akan dipengaruhi oleh suhu perairan
(Bolorunduro & Abdullah 1996). Suhu akan mempengaruhi berbagai proses
fisika dan kimia di perairan seperti densitas air, kelarutan gas, kelarutan
senyawa, dan sifat senyawa beracun (Howerton, 2001; Boyd, 2015).
·
Kecerahan
Kecerahan air merupakan
ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi suatu kecerahan perairan
semakin dalam cahaya menembus ke dalam air. Kecerahan air menentukan ketebalan
lapisan produktif. Berkurangnya kecerahan air akan mengurangi kemampuan
fotosintesis tumbuhan air, selain itu dapat pula mempengaruhi kegiatan
fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan ke dalam suatu perairan terutama
yang berupa suspensi dapat mengurangi kecerahan air (KLH dan LON-LIPI, 1983
dalam Mansyur, 2000). Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan,
semakin tinggi suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam
air. Kecerahan air menentukan ketebalan lapisan produktif. Berkurangnya
kecerahan air akan mengurangi kemampuan fotosintesis tumbuhan air, selain itu
dapat pula mempengaruhi kegiatan fisiologi biota air, dalam hal ini bahan-bahan
ke dalam suatu perairan terutama yang berupa suspensi dapat mengurangi
kecerahan air (Effendi, 2000)
·
Arus
Arus air adalah pergerakan
massa air secara vertikal dan horisontal sehingga menuju keseimbangannya, atau
gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga
merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau
perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang. Pergerakan arus
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air,
perbedaan densitas air, gaya Coriolis dan arus ekman, topografi dasar laut,
arus permukaan, upwellng, downwelling.
·
Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya
air dengan arah tegak lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik
sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan
mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan
berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang. Pada dasarnya permukaan
air dilautan tidaklah rata, hal ini disebabkan adanya gelombang yang ditandai
dengan ayunan air yang bergerak tanpa henti. Walaupun cuaca dalam kondisi
tenang tetapi hal ini sudah cukup untuk bisa menimbulkan riak gelombang.
Sebaliknya dalam keadaan dimana terjadi badai yang besar bisa menimbulkan suatu
gelombang besar yang bisa mengakibatkan kerusakan hebat terhadap apa yang
dilewatinya.
III. METODELOGI
3.1 Waktu dan
Tempat
Waktu praktikum yaitu
praktikum dilakukan pada 15 Januari 2022, dan bertempat di Alue Naga, Kecamatan
Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.
3.2 Alat
Adapun alat yang digunakan
untuk melakukan praktikum ialah sebagai berikut :
·
Termometer
·
Refraktometer
·
Pipa paralon pengukuran kedalaman
·
Meteran
·
Hp (stopwatch)
Gambar 1 : persiapan alat
3.3
Prosedur Praktikum
3.3.1 Pengukuran
Parameter Air
1. Mengukur
suhu dengan thermometer.
Pengukuran suhu menggunakan thermometer air raksa:
·
Siapkan thermometer dan pastikan kondisinya siap pakai.
·
Masukkan termometer ke dalam perairan sampai kedalaman yang akan diukur
suhunya.
·
Diamkan beberapa saat (2-3 menit) hingga indikator air raksa dalam kondisi stabil.
Batas air raksa itu merupakan hasil pengukuran suhu di perairan tersebut.
·
Ulangi memasukkan termometer sebanyak 2-3 kali untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang pasti.
·
Catat hasil pengukuran dalam lembar kerja.
Gambar 2 : pengukuran suhu
2. Pengukuran
Salinitas
Salinitas
diukur dengan menggunakan refraktometer, dengan cara pada ujung refractometer
ditetesi sampel air yang akan diukur kadar airnya. setelah ditetesi, langsung
bisa dilihat dari indeks bias refractometer tersebut. kadar air ditunjukkan
oleh batas tertinggi warna biru muda yang terdapat di skala metrik. skala
metrik tersaji secara vertikal.
Gambar 3 : alat ukur salinitas
3.3.2
Pengukuran Gelombang
1.
Panjang Gelombang
Cara pengukuran
panjang gelombang yaitu dengan cara mengukur menggunakan meteran. Adapun cara
pengukurannya sebagai berikut :
·
Siapkan meteran
pengukuran.
·
Pegang meteran lalu
berdiri di titik awal tempat gelombang ombak terbentuk. Pastikan posisi meteran
dalam keadaan 0 m.
·
Lalu dengan bantuan
teman, tarik meteran sampai titik dimana gelombang ombak tersebut terpecah.
·
Lihat angka pada
meteran di titik akhir tempat gelombang terpecah.
Gambar 4: pengukuran panjang gelombang
2.
Tinggi Gelombang
Langkah pertama yang dilakukan untuk
mengukur tinggi gelombang yaitu menggunakan pipa paralon berskala. Adapun cara
pengukuran tinggi gelombang adalah sebagai berikut :
·
Siapkan pipa paralon
berskala
·
Lalu tegakkan kedalam
air sampai menyentuh dasar
·
Setelah itu lihat
secara langsung pada pipa paralon tinggi gelombang tersebut.
·
Tinggi gelombang
dilihat dari 2 pengukuran, pertama pada saat titik gelombang tertinggi dan yang
kedua ialah pada saat titik gelombang terendah.
Gambar 5. Pengukuran tinggi gelombang
3.
Frekuensi Gelombang
Frekuensi gelombang dihitung dengan cara
menggunakan hp sebagai stopwatch, dengan cara sebagai berikut :
·
Siapkan hp sebagai alat
pengukuran waktu
·
Lalu berdiri di tengah
gelombang dan hitung berapa kali gelombang lewat didepan kita dalam jangka
waktu 1 menit.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Parameter Kualitas
Air
4.1.1 Parameter Fisika
a.
Suhu
Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada
kegiatan praktikum, diperoleh suhu sebesar :
·
Pengukuran ke-1 = 29℃
· Pengukuran ke-2 = 29 ℃
Jadi rata – rata
suhu diperairan Alue Naga yaitu sebesar 29℃.
b. Salinitas
Dari hasil pengukuran yang dilakukkan
menggunakan refraktometer pada kegatan praktikum, diperoleh salinitas sebesar
33 ppt.
4.1.2. gelombang
Dari hasil pengukuran yang dilakukan,
didapatkan hasil sebagai berikut :
No |
Pengukuran |
Hasil pengukuran |
1 |
Panjang gelombang |
6,60 m |
2 |
Tinggi gelombang |
80 ( tertinggi) 50( terendah) |
3 |
Frekuensi gelombang |
0,23 /detik atau 14/menit |
V.
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum yang telah dilakukan yaitu sebagai
berikut : 1. Tinggi gelombang dipantai Alue Naga 80 cm yang tertinggi dan 50
yang terendah dengan panjang gelombang 6,60 meter dan frekuensi gelombang
0,23/detik atau sama denga 14 kali dalam satu menit. 2. Suhu air di perairan
Ini berkisar antara 29°C
3. Dan salinitas
yang didapat yaitu berkisar 33 ppt.
No comments:
Post a Comment