DAFTAR ISI
A. Pengertian Sumber
Daya Manusia (SDM)
B . Komponen Data Sumber Daya
Manusia
C . Fungsi Pengelolaan Sumber Daya
Manusia
D. Tujuan Manajemen Sumber Daya
Manusia
E. Manfaat Pengelolaan Sumber
Daya Manusia
F. Pelaksanaan
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
G. Analisis Jabatan dalam
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
H. Cara Memotivasi Sumber
Daya Manusia
I. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Sumber Daya Manusia
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Era
globalisasi adalah era yang sedang
dihadapi oleh setiap bangsa pada saat ini dan merupakan era di mana dunia
menjadi terbuka dan ini menuntut kesiapan sumber daya manusia untuk semakin
sadar akan adanya keterbukaan juga menuntut kesadaran akan hak dan kewajibannya
sebagai insan berbudaya. Pengaruh budaya global tersebut secara disadari maupun
tidak, pada suatu saat akan sampai kepada setiap bangsa di dunia, tidak
terkecuali bangsa Indonesia. Oleh karenanya, apapun unsur yang terkandung di
dalam era global tersebut menuntut kesiapan suatu bangsa dalam menghadapinya,
khususnya kesiapan sumber daya manusianya.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, yang merupakan ciri era globalisasi secara
eksponensial akan mengubah dengan sangat cepat cara dan gaya hidup manusia,
yaitu dari masyarakat prehistoris kepada
suatu masyarakat postindustri. Kondisi semacam itu secara jelas menuntut suatu
bangsa untuk mempersiapkan sumber daya manusianya, khususnya melalui bidang
pendidikan. Melihat fenomena pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia
saat ini, perlu kiranya dilakukan reformasi pendidikan, yaitu mempersiapkan
pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia Indonesia untuk dapat
berkompetisi dalam abad 21 atau abad milenium ketiga yang ditandai oleh adanya
persaingan global yang sangat ketat. Jikalau salah satu upaya untuk mempersiapkan
sumber daya manusia yang unggul ini adalah ditempuh melalui pendidikan, maka
sudah barang tentu bangsa Indonesia akan selalu tertinggal dengan bangsa lain
di dunia. Jadi fenomena bahwa pemerintah Indonesia masih memandang pendidikan dengan
sebelah mata harus mulai direformasi. Pemerintah seyogyanya mulai memiliki
polical will untuk memprioritaskan pendidikan dalam pembangunan yang sedang digalakkan
saat ini, sebagai wahana untuk mempersiapkan sumber daya manusia.
Suatu
bukti bahwa bangsa Indonesia masih belum siap untuk bersaing dalam dunia global
dapat dilihat dari kemampuan daya saing sumber daya manusianya, sebagaimana
dikemukakan oleh Boediono (1997:82) dalam Suyanto dan Hisyam (2000:3) yang
menyatakan bahwa berbicara kemampuan sebagai bangsa, tampaknya kita belum siap
benar menghadapi persaingan pada milenium ketiga. Tenaga ahli kita belum cukup
memadai untuk bersaing di tingkat global
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sumber Daya Manusia
(SDM)
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang sangat penting
bahkan tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun
perusahaan. Sumber daya
manusia juga merupakan kunci yang menentukan perkembangan perusahaan.
Pada hakikatnya, sumber daya
manusia berupa manusia yang dipekerjakan di sebuah organisasi sebagai
penggerak, pemikir dan perencana untuk mencapai tujuan organisasi itu. Perkembangan terbaru memandang karyawan bukan sebagai sumber daya
belakang, melainkan
lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu
kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), Human Capital.
Di sini sumber daya manusia
dilihat bukan sekadar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat
dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga
bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif sumber daya manusia sebagai
investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.
Meurut
Muhammad Yusuf ( 2016 ) Pengertian sumber daya manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu mikro dan
makro. Pengertian sumber daya
manusia secara mikro adalah individu yang bekerja dan menjadi anggota
suatu perusahaan atau institusi dan biasa disebut sebagai pegawai, buruh,
karyawan, pekerja, tenaga kerja dan lain sebagainya. Sedangkang pengertian sumber daya manusia secara
makro adalah penduduk suatu negara yang sudah memasuki usia angkatan kerja,
baik yang belum bekerja maupun yang sudah bekerja.
Menurut Edwin B. Flippo (1984) menyatakan bahwa
pengelolaan sumber daya manusia merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian dari pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi,
integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk
mencapai tujuan atau sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat.
Secara
garis besar, pengertian Sumber Daya Manusia adalah individu yang bekerja
sebagai penggerak suatu organisasi, baik institusi maupun perusahaan dan
berfungsi sebagai aset yang harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.
B . Komponen Data Sumber Daya Manusia
Menurut Syaiful Bahri Jamarah ( 2017 ) Adapun komponen
data-data sumber daya manusia untuk
meningkatkan dan mengelola sumber daya manusia dalam mengembangkan usaha yaitu
:
1). Kualitas pekerjaan dan inovatifnya
kualitas kerja adalah suatu hasil yang dapat diukur
dengan efektifitas dan efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan oleh sumber
daya manusia atau sumber daya lainnya dalam pencapaian tujuan atau sasaran
perusahaan dengan baik dan berdaya guna. Inovatif yaitu Kemampuan seseorang
dalam mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk menghasilkan karya baru.
2). Kejujuran dalam bekerja
Kejujuran selain membawa banyak dampak positif juga
membawa kepada kehidupan yang jauh lebih baik. Pentingnya kejujuran dalam
bekerja wajib kita terapkan sejak usia dini agar senantiasa bersikap jujur
dalam berbagai tindakan.
3). Kehadiran dalam bekerja
Kehadiran seorang karyawan sebagai sebuah kewajiban yang
harus dilakukan kecuali ada hal-hal lain yang sifatnya penting dan hal tersebut
dapat dipertanggung jawabkan oleh yang bersangkutan. Sistem kehadiran karyawan
sudah ditentukan dan diatur dari perusahaan dan kemudian diterapkan di
masing-masing bagian.
4). Sikap dalam bekerja
Sikap positif diperlukan terutama jika menemukan masalah
dalam pekerjaan. Jangan langsung pasrah melainkan berusaha mencari berbagai
jalan untuk mencari solusi permasalahannya. Bisa jadi ini langkah untuk
mencapai posisi yang lebih tinggi jadi selesaikan dengan hati yang jernih.
5). Inisiatif dan kreatif
Seseorang akan dikatakan kreatif apabila dia mampu
membuat atau menciptakan sesuatu, entah itu hasil pemikiran atau asumsi dari
orang” yang belum pernah melihat hal yang dibuatnya, namun orang yang kreatif
belum tentu inisiatif, Sedangkan seseorang akan dikatakan mempunyai inisiatif
apabila dia mampu melakukan sesuatu tanpa disadari oleh orang lain disekitarnya,
mungkin pula dia selalu mengandalkan dirinya sendiri dalam melakukan hal
apapun, namun orang yang punya inisiatif belum tentu kreatif. Kerjasama dengan
pihak lain
Kerjasama dengan pihak lain sangat diperlukan dalam bekerja,
karena kerjasama akan membantu kelancaran dalam bekerja dan berjalannya suatu
pekerjaan.
6). Keandalan dalam bekerja
Keandalan dalam menjaga pekerjaan berarti mampu menjalani
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip moral dan etika kerja; mampu mengembangkan
karakter diri yang taat moral dan etika; mampu menjaga kejujuran dan keikhlasan
hati untuk berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan, serta mampu membebaskan
diri dari kontrol dan pengaruh negatif orang lain.
7). Pengetahuan tentang pekerjaan
Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang tenaga kerja
agar dapat melakukan kerja dengan wajar, Pengalaman kerja ini sebelum
ditempatkan dan harus diperoleh pada ia bekerja dalam pekerjaan tersebut.
8). Tanggung jawab terhadap pekerjaan
Dalam bertanggung jawab berarti kita sedang
menyelesaikan sebuah masalah. Di dalam bekerja selalu saja ada kesalahan yang
kita perbuat. Dan kesalahan tersebut harus dipertanggung jawabkan, harus
diselesaikan. Di saat kita menyelesaikan masalah itu kita harus bijaksana
dalam memilih cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal tersebut agar rasa
tanggung jawab yang telah kita kerjakan dapat berhasil dengan baik. Sehingga
masalah itu kita dapat selesaikan dengan bijaksana.
9). Pemanfaatan waktu dalam bekerja
Waktu tidak hanya setara dengan uang, namun lebih dari
itu. Waktu merupakan aset tak kasat mata yang paling sulit untuk dikendalikan
penggunaannya. Untuk itulah kita harus memanfaatkan waktu dengan lebih efisien
lagi.
C . Fungsi
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Menurut Suderajat Cahyono ( 2015 ) mengatakan bahwa :
a). Fungsi Pengadaan Tenaga Kerja
Fungsi pengadaan tenaga kerja meliputi kegiatan
penentuan kebutuhan tenaga kerja (baik mengenai mutu maupun jumlahnya), mencari
sumber-sumber tenaga kerja secara efektif dan efisien, mengadakan seleksi
terhadap para pelamar, menempatkan tenaga kerja sesuai dengan posisi yang
sesuai, dan memberikan pendidikan serta latihan yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas bagi para tenaga kerja baru.
b). Fungsi pemeliharaan tenaga kerja
Fungsi pemeliharaan tenaga kerja mencakup pelaksanaan
program-program ekonomis maupun non-ekonomis, yang diharapkan dapat memberikan
ketentraman kerja bagi pekerja, sehingga mereka dapat bekerja dengan tenang dan
penuh konsentrasi guna menghasilkan prestasi kerja yang diharapkan oleh
organisasi.
Dari
beberapa definisi dan konsep pengelolaan sumber daya Manusia di atas dapat
dipahami bahwa suatu pengelolaan sumber daya manusia merupakan suatu proses
yang berhubungan dengan implementasi indikator fungsi-fungsi pengelolaan atau
manajemen yang berperan penting dan efektif dalam menunjang tercapainya tujuan
individu, lembaga, maupun organisasi atau perusahaan.
Bagi
suatu organisasi, pengelolaan sumber daya manusia menyangkut keseluruhan urusan
organisasi dan tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu seluruh komponen atau
unsur yang ada difokuskan pada perencanaan yang menyangkut penyusunan staff,
penetapan program latihan jabatan dan lain sebagainya. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi
perkembangan jangka pendek dan jangka panjang dari suatu organisasi tersebut,
khususnya yang menyangkut kesiapan sumber daya manusianya. Alasan lainnya adalah bahwa suatu pengelolaan sumber daya
manusia dalam suatu organisasi tidak dapat terlepas dari lingkungan internal
maupun eksternal, yang pada suatu saat akan dapat mempengaruhi keberadaan
organisasi tersebut.
D. Tujuan Manajemen
Sumber Daya Manusia
Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah menigkatkan kontribusi
produktif orang-orang yang ada dalam perusahaan melalui sejumlah cara yang
bertanggung jawab secara strategis, etis, dan sosial. Selain itu, Tujuan
pengembangan sumber daya manusia menurut Martoyo (1992) adalah dapat
ditingkatkannya kemampuan, keterampilan dan sikap karyawan/anggota organisasi
sehingga lebih efektif dan efisien dalam mencapai sasaran-sasaran program
ataupun tujuan organisasi.
E. Manfaat
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Sedangkan manfaat dan tujuan dari kegiatan
pengembangan sumber daya manusia menurut Schuler (1992), yaitu :
a). Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk
Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan
kinerja pegawai saat ini, yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif
dan ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang
diharapkan oleh organisasi.
b). Meningkatkan produktivitas
Dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai
juga memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi
pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan semikian diharapkan juga secara tidak
langsung akan meningkatkan produktivitas kerjanya.
c). Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja
Dengan semakin banyaknya keterampilan yang dimiliki pegawai,
maka akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri, dengan kemungkinan
adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi. Misalnya bila organisasi
memerlukan pegawai dengan kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu
lagi menambah pegawai yang baru, oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup
memenuhi syarat untuk pekerjaan tersebut.
d). Meningkatkan komitmen karyawan
Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan akan
memiliki persepsi yang baik tentang organisasi yang secara tidak langsung akan
meningkatkan komitmen kerja pegawai serta dapat memotivasi mereka untuk
menampilkan kinerja yang baik.
e). Mengurangi turn over dan absensi
Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap
organisasi akan memberikan dampak terhadap adanya pengurangan tingkat turn over
absensi. Dengan demikian juga berarti meningkatkan produktivitas organisasi.
F. Pelaksanaan
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
a). Pengelolaan sumber daya manusia Melalui Mutasi
Mutasi adalah kegiatan dari pimpinan perusahaan untuk
memindahkan karyawan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain yang dianggap
setingkat/sejajar. Mutasi merupakan aspek yang penting untuk menghilangkan rasa
jemu/bosan menghadapi pekerjaan pada diri pegawai. Mutasi akan terjadi bila
adanya lowongan suatu jabatan yang harus segera diisi oleh sumber daya
manusia yang berkualitas.
b). Pengelolaan sumber daya manusia Melalui Promosi
Promosi adalah kenaikan jabatan yang lebih tinggi, baik
kekuasaan maupun tanggungjawabnya dalam struktur organisasi perusahaan. Promosi
merupakan alat untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, meningkatkan
prestasi, dan moral pegawai di dalam.
c). Pengelolaan sumber daya manusia Melalui Motivasi
Motivasi adalah suatu perangsang dan dorongan bagi karyawan
agar bekerja lebih giat dan produktif. Motivasi dapat berupa inspirasi,
semangat dan dorongan kepada karyawan agar dapat bekerja dengan baik sesuai
dengan keinginan wirausaha. Pemberian motivasi bisa dengan dua cara:
1. Pemberian
insentif semimaterial: pemberian motivasi ini tidak dalam bentuk pemberian
uang, seperti : penempatan pegawai ditempat yang tepat, memberikan latihan
pendidikan/kursus menyediakan fasilitas kerja, dll
2. Pemberian
insentif material: pemberian motivasi dengan memberikan upah/gaji/bonus yang
memadai dan cukup untuk keperluan hidupnya.
d). Pengelolaan sumber daya manusia Melalui Actuating
Untuk melaksanakan perencanaan sumber daya manusia perlu diadakan
tindakan Actuating (penggerakan). Ini semata-mata ditujukan untuk mendapatkan sumber daya
manusia yang penuh disiplin, taat, patuh, dan setia dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaannya.
G. Analisis Jabatan dalam Pengelolaan Sumber
Daya Manusia
Dalam melaksanakankan analisis jabatan ada beberapa
prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu proses analisis jabatan
dilakukan untuk memahami tanggung jawab pada setiap jabatan dan kontribusi
hasil jabatan tersebut terhadap pencapaian hasil atau tujuan organisasi.
Objek dari kegiatan analisis ini adalah jabatan, bukanlah si pemegang jabatan
yang memangku jabatan tersebut. Meskipun data diperoleh dari si pemegang
jabatan (incumbent) melalui pengamatan, wawancara atau pun kuesioner/angket,
produk yang menjadi hasil analisis jabatan adalah berupa uraian jabatan
(job description) atau spesifikasi jabatan (specifications of the job), bukan
suatu uraian tentang orang (description of the person). Jabatan yang akan
dideskripsikan kedalam uraian jabatan merupakan jabatan yang sesuai dengan
struktur organisasi pada saat ini.
Kegunaan Analisis Jabatan, yaitu :
1). Fungsi Administratif
Fungsi ini erat hubungannya dengan dokumen yang berhubungan
juga dengan fungsi control dan pengendaliannya. Bagi perusahaan yang telah
menggunakan ISO akan sangat membutuhkan hal ini. seluruh fungsi dalam
pengelolaan sumber daya
manusia membutuhkan job description dalam melakukan berbagai kegiatan
darirekruitment, seleksi dan penempatan pegawai baru., merancang program pendidikan
dan pelatihan yang dibutuhkan, melakukan penilaian dan standar hasil kerja, dan
melakukan evaluasi kerja.
2). Fungsi Maintenance
Bagi perusahaan dan mempertahankan sumber daya manusia dalam karirnya
di masa yang akan datang dalam perusahaan tersebut. Bagi perusahaan, evaluasi
dan pengembangan organisasi menjadi perhatian yang khusus dalam menjawab
tantangan kebutuhan bisnis yang sangat kompetitif saat ini. hasil job analysis
ini dapat digunakan untuk pengembangan organisasi, perencanaan tenaga kerja,
perencanaan karir dan konseling kerjanya.
H. Cara
Memotivasi Sumber Daya Manusia
1). Melakukan pendekatan emosional terhadap para karyawan
Kedekatan emosional antara seorang pimpinan dan bawahan
yang proporsional akan membuat seorang bawahan merasa lebih nyaman saat
berinteraksi. Kenyamanan akan menumbuhkan hubungan yang baik, dan hubungan baik
tersebut bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap perusahaan. Kecintaan dan rasa
memiliki akan membuat seseorang memiliki motivasi kerja yang baik terhadap
perusahaan Anda.
2). Motivasi karyawan dibangun didasarkan pada contoh suri tauladan
Keteladanan meliputi keteladanan sikap, moral, kinerja,
kecerdasan dan sebagainya. Motivasi akan terbangun kuat apabila seorang
pimpinan memiliki hal yang memang pantas untuk di tularkan kepada para karyawan
atau bawahan.
3). Melibatkan karyawan atau bawahan untuk memberikan usul, ide dan saran
Motivasi karyawan akan terbangun apabila ia diberi kesempatan
untuk menyampaikan ide, gagasan atau saran yang membangun bagi perkembangan
perusahaan. Memberikan kesempatan menyampaikan ide, saran dan gagasan tersebut
juga akan membuat kualitas sumber daya manusia perusahaan semakin berkembang.
Bisa jadi usul atau ide mereka lebih cemerlang dan baru dibanding apa yang Anda
pikirkan.
4). Menjelaskan mengenai visi misi, tujuan serta misi mulia apa sebenarnya
yang ada di perusahaan untuk masyarakat.
Melakukan bisnis usaha tidak semata-mata ditujukan
untuk kepentingan profit pribadi pemilik perusahaan, namun juga memiliki misi
kebermanfaatan terhadap masyarakat. Pelayanan bisnis usaha yang baik terhadap
konsumen perlu dibangun pada karyawan agar motivasi karyawan dalam bekerja
tidak hanya untuk kepentingan pribadi, namun juga untuk manfaat kehidupan
masyarakat.
5). Pelatihan Manajemen
Tujuan diadakan pelatihan yang diselenggarakan organisasi/perusahaan
terhadap sumber daya
manusia karena ,menginginkan adanya perubahan dalam prestasi kerja sumber daya
manusia sehingga dapat sesuai dengan tujuan perusahaan.
6). Tata Usaha Sistem Penggajian dan Upah sumber daya manusia
7). Kondisi kerja
Kondisi kerja merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi karyawan, dengan motivasi yang tinggi maka kinerja suatu
perusahaan dapat meningkat bahkan produktivitaspunakan meningkat sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai.
8). Menghargai dan Memerhatikan sumber daya manusia
I.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sumber Daya Manusia
Menurut Baron
& Byrne (1994) ada dua kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja:
1). Faktor organisasi yang berisi kebijaksanaan perusahaan dan iklim kerja.
2). Faktor individual atau karakteristik karyawan.
Pada faktor individual ada dua predictor penting terhadap kepuasan
kerja yaitu status dan senioritas. Status kerja yang rendah dan pekerjaan yang
rutin akan banyak kemungkinan mendorong karyawan untuk mencari pekerjaan
lain.Hal itu berarti dua faktor tersebut dapat menyebabkan ketidakpuasan kerja
dan karyawan yang memiliki ketertarikan dan tantangan kerja akan lebih merasa
puas dengan hasil kerjanya apabila mereka dapat menyelesaikan dengan maksimal.
Pendekatan Wexley dan Yukl (1977) berpendapat bahwa
pekerjaan yang terbaik bagi penelitian-penelitian tentang kepuasan kerja adalah
dengan memperhatikan baik faktor pekerjaan maupun faktor individunya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu: gaji,kondisi kerja, mutu
pengawasan, teman sekerja, jenis pekerjaan, keamanan kerja dan kesempatan untuk
maju serta faktor individu yang berpengaruh adalah kebutuhan-kebutuhan yang
dimilikinya, nilai-nilai yang dianut dan sifat-sifat kepribadian.
Pendapat yang lain dikemukan oleh Ghiselli dan Brown, mengemukakan adanya
lima faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:
a. Kedudukan (posisi)
Umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan
yang lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada
pekerjaan yang lebih rendah. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut
tidak selalu benar, tetapi justru perubahan dalam tingkat pekerjaanlah yang
mempengaruhi kepuasan kerja.
b. Pangkat (golongan)
Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan),
sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang
melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap
sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan
merubah perilaku dan perasaannya.
c. Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan umur karyawan. Umur di antara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40
sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan
kurang puas terhadap pekerjaan.
d. Jaminan finansial dan jaminan social. Masalah finansial dan jaminan
sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
e. Mutu pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting
artinya dalam menaikkan produktifitas kerja. Kepuasan karyawan dapat
ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada
bawahan, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang
penting dari organisasi kerja (sense of belonging).
Sedangkan Faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja menurut Blum (1956)
sebagai berikut:
a. Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak dan harapan.
b. Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat,
kesempatan berkreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan
hubungan kemasyarakatan.
c. Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman
kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan
terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan dalam
menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang
menyangkut pribadi maupun tugas. As’ad
Berbeda dengan pendapat Blum ada pendapat lain dari Gilmer (1966) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut:
a.
Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.
b.
Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi
karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan
karyawan selama kerja.
c.
Gaji. Gaji lebih
banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang mengekspresikan kepuasan
kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
d.
Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang
mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang menentukan
kepuasan kerja karyawan
e.
Pengawasan (Supervise). Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur
ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan
turn over.
f.
Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan
ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan
meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
g.
Kondisi kerja. Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan
tempat parkir.
h.
Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan
tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam
kerja.
i.
Komunikasi. Komunikasi yang
lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk
menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau
mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat
berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
j.
Fasilitas. Fasilitas rumah
sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan
apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpuasan adalah:
1. Kebijaksanaan perusahaan
2. Supervisor
3. Kondisi kerja
4. Gaji
Berdasarkan indikator yang
menimbulkan kepuasan kerja tersebut di atas akan dapat dipahami sikap individu
terhadap pekerjaan yang dilakukan. Karena setiap individu akan memiliki tingkat
kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada
dirinya. Ini disebabkan adanya perbedaan persepsi pada masing-masing individu.
Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu
tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya. Oleh karenanya
sumber kepuasan seorang karyawan secara subyektif menentukan bagaimana
pekerjaan yang dilakukan memuaskan. Meskipun untuk batasan kepuasan kerja ini
belum ada keseragaman tetapi yang jelas dapat dikatakan bahwa tidak ada
prinsip-prinsip ketetapan kepuasan kerja yang mengikat dari padanya.
3. Rekrutmen dan Seleksi Sumber Daya Manusia
Diantara
beberapa unsur dari pengelolaan sumber daya manusia yang sangat terkait dengan
keberadaan organisasi atau perusahaan adalah unsur rekrutmen dan seleksi sumber
daya manusia. Untuk lebih memperjelas mengenai beberapa konsep tentang
rekrutmen dan seleksi, berikut ini akan dipaparkan mengenai kedua hal tersebut.
1. Rekrutmen
Menurut
Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997:227) rekrutmen antara lain
meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat dalam
jumlah tertentu sehingga dari mereka perusahaan dapat menyeleksi orang-orang
yang paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Sebagai akibatnya
rekrutmen tidak hanya menarik simpati atau minat seseorang untuk bekerja pada
perusahaan tersebut, melainkan juga memperbesar kemungkinan untuk
mempertahankan mereka setelah bekerja. Jadi intinya rekrutmen merupakan usaha
yang dilakukan untuk memperoleh sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam
mengisi jabatan-jabatan terntu yang masih kosong. Selain itu rekrutmen
merupakan usaha-usaha mengatur komposisi sumber daya manusia secara seimbang
sesuai dengan tuntutan melalui penyeleksian yang dilakukan.
Melalui
rekrutmen organisasi dapat melakukan komunikasi dengan pihak-pihak tertentu
untuk memperoleh sumber daya manusia yang potensial, sehingga akan banyak
pencari kerja dapat mengenal dan mengetahui organisasi yang pada akhirnya akan
memutuskan kepastian atau tidaknya dalam bekerja. Dengan rekrutmen diharapkan
pencari kerja yang berkualitas tinggi akan mengetahui adanya kesempatan kerja.
Selain itu perlu juga diusahakan adanya kesan dan image yang positif mengenai
organisasi dengan memberikan informasi yang cukup mengenai pekerjaan sehingga
Menurut Umi Sukamti (1989), dalam proses rekrutmen terdiri dari dua fase,
yaitu: (a) untuk memonitor perubahan lingkungan dan organisasi yang menimbulkan
kebutuhan sumber daya manusia baru, dan menetapkan pekerjaan-pekerjaan yang
harus diisi dan tipe-tipe pelamar yang diperlukan; (b) untuk menyebarluaskan
kepada pelamar yang potensial bahwa ada lowongan pekerjaan, sehingga menarik
pelamar yang bersangkutan dan menyisihkan pelamar yang kurang memenuhi
kualifikasi yang diperlukan.
Lebih
lanjut Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997:227) menjelaskan bahwa
kegiatan kunci yang merupakan bagian dari rekrutmen adalah:
1. menentukan
kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang perusahaan dalam hal jenis pekerjaan
(job title) dan levelnya dalam perusahaan;
2. terus
berupaya mendapatkan informasi mengenai perkembangan kondisi pasar tenaga
kerja;
3. menyusun
bahan-bahan rekrutmen yang efektif;
4. menyusun
program rekrutmen yang sistematis dan terpadu yang berhubungan dengan kegiatan
sumber daya manusia lain dan dengan kerja sama antara manajer lini dan
karyawan;
5. mendapatkan
pool calon karyawan yang berbobot atau memenuhi syarat;
6. mencatat
kualitas dan jumlah pelamar dari berbagai sumber dan masing-masing metode
rekrutmennya; dan
7. melakukan
tindak lanjut terhadap para calon karyawan baik yang diterima maupun yang
ditolak, guna mengevaluasi efektif tidaknya rekrutmen yang dilakukan. Dan yang
paling penting semua kegiatan ini harus dilakukan sesuai konteks hukum yang
berlaku.
Adapun
hasil kegiatan rekrutmen adalah identifikasi terhadap suatu pool yang berisikan
para calon karyawan yang memenuhi syarat yang kemungkinan besar akan terpilih
dan ditempatkan. Meskipun demikian, ternyata dalam kenyataannya rekrutmen belum
tentu berhasil dengan baik, hal ini sangat terkait dengan berbagai kendala yang
dihadapi. Menurut Sondang P. Siagaan (1999) berbagai kendala yang dihadapi
menurut berbagai penelitian dan pengalaman banyak orang dalam hal rekrutmen
menunjukkan bahwa kendala yang biasa dihadapi itu dapat mengambil tiga bentuk,
yaitu kendala yang bersumber dari organisasi yang bersangkutan sendiri,
kebiasaan pencari tenaga kerja sendiri dan factor-faktor ekternal yang
bersumber dari lingkungan di mana organisasi bergerak.
Sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya bahwa rekrutmen dimaksudkan untuk mendapatkan calon
karyawan yang memenuhi syarat. Oleh karena itu proses rekrutmen hendaknya perlu
memperhatikan sumber-sumber yang dapat dijadikan wahananya, yaitu meliputi
sumber internal dan sumber eksternal. Menurut Randall S. Schuler dan Susan E.
Jackson (1997) sumber-sumber dan metode tersebut adalah:
a. Sumber
internal. Sumber-sumber internal meliputi karyawan yang ada sekarang yang dapat
dicalonkan untuk dipromosikan, dipindah tugaskan atau dirotasi tugasnya, serta
mantan karyawan yang bisa dikaryakan dan dipanggil kembali. Adapun metode yang
dapat digunakan adalah dengan menempelkan pemberitahuan pada papan pengumuman,
pengumuman lisan, penelitian riwayat kerja karyawan (personnel records),
penelitian daftar promosi berdasarkan kinerja, melakukan pemeringkatan dari
kegiatan penilaian, melakukan pengecekan daftar senioritas, dan melihat daftar
yang dibuat menurut ketrampilan pada Sistem Informasi.
b. Sumber
eksternal, adalah sumber untuk mendapatkan karyawan dari luar perusahaan yang
memiliki bobot atau kualitifikasi tertentu. sumber yang dapat dilakukan adalah
dengan program referal karyawan, yaitu iklan secara lisan. di mana sejumlah
pelamar mencalonkan diri dengan mendatangi langsung bagian rekrutmen di
perusahaan tersebut; melalui biro-biro tenaga kerja melalui perusahaan lain;
melaui biro-biro bantuan sementara; melalui asosiasi dan serikat dagang;
sekolah, WNA (warga negara asing). Adapun metode yang dapat digunakan adalah
melalui iklan radio dan televisi, iklan di koran dan jurnal perdagangan, akuisisi
dan merger, open house, rekrutmen berdasarkan kontrak (contract recruiting),
Contingent Workforce Recruiting (perekrutan tenaga kerja sementara).
Selain
melalui metode yang telah disebutkan oleh Randall S. Schuler dan Susan E.
Jacson tersebut, Sondang P. Siagian (1999) juga menambahkan berbagai sumber
metode yaitu melalui perusahaan pencari tenaga kerja profesional, organisasi
profesi, dan balai latihan kerja milik pemerintah.
Untuk
mendukung suatu rekrutmen agar dapat berjalan dengan baik maka perlu adanya
legalisasi hukum. Hal ini untuk memberikan jaminan perlindungan bagi perusahaan
atau organisasi yang melakukan rekrutmen maupun bagi calon pelamar, khususnya
berkaitan dengan asas keadilan. Oleh karena itu di Indonesia pun, masalah
undang-undang ketenagakerjaan ini telah dibuat sebagai upaya untuk melindungi
hak-hak dan kewajiban pekerja.
beberapa
aspek penting yang merupakan bagian dari rekrutmen, antara lain berupa
penetapan kebutuhan sumber daya manusia baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang dan aspek lainnya Randall (1987:125) esensi dari efektivitas rekrutmen
adalah membantu lembaga dalam memperoleh tujuan umum yang meliputi
produktivitas kerja, kualitas kehidupan kerja, dan kepatuhan kerja.
2. Seleksi
Proses
seleksi merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam keseluruhan proses
manajemen sumber daya manusia. Pernyataan ini didasarkan pada suatu alasan
bahwa suatu organisasi ataupun perusahaan akan mendapatkan sejumlah pegawai
yang memenuhi kualifikasi dan dipersyaratkan atau tidak adalah sangat tergantung pada cermat tidaknya proses seleksi
ini dilakukan. Dan proses seleksi ini merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dengan rekrutmen.
Menurut
Umi Sukamti (1989:153mendefinisikan seleksi sebagai suatu proses penetapan pelamar yang mana
diantara mereka direkrut dengan melalui pertimbangan persyaratan-persyaratan
untuk dapat diterima dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Sedangkan menurut
Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson (1997), yang mengaitkan seleksi dan
penempatan menyebutkan bahwa seleksi adalah proses mendapatkan dan
mempergunakan informasi mengenai pelamar kerja untuk menentukan siapa yang
seharusnya diterima menduduki posisi jangka pendek dan jangka panjang.
Penempatan (placement) berkaitan dengan pencocokan seseorang dengan jabatan
yang akan dipegangnya, berdasarkan pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan,
ketrampilan, kemampuan, preferensi, dan kepribadian karyawan tersebut.
Seleksi
merupakan salah satu cara yang dilakukan organisasi atau perusahaan untuk
melihat kesesuaian atau tidaknya antara individu, pekerjaan, organisasi, dan
lingkungan. Oleh karena itu, prosedur seleksi yang cermat dan penempatan yang
sesuai adalah merupakan esensi dari pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu
perusahaan atau organisasi. Jikalau dilakukan dengan baik, niscaya prosedur ini
akan menjamin bahwa sebuah perusahaan atau organisasi mempunyai karyawan yang
dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan menghasilkan produktivitas yang
tinggi. Namun demikian, dalam proses seleksi menurut Sondang P. Siagian
(1999:133) ada empat macam tantangan yang perlu diperhatikan dan dihadapi oleh
para petugas seleksi dalam menentukan jenis dan langkah-langkah dalam proses
seleksi, yaitu: penawaran tenaga kerja, tantangan etis, tantangan
organisasional, dan kesamaan kesempatan memperoleh pekerjaan.
Lebih
lanjut (Sondang P. Siagian, 1999:133) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam
proses seleksi minimal ada delapan langkah, yaitu:
a. penerimaan
surat lamaran,
b. penyelenggaraan
ujian,
c. wawancara
seleksi,
d. pengecekan
latar belakang pelamar dan surat-surat referensinya,
e. evaluasi
kesehatan,
f. wawancara
oleh manajer yang akan menjadi atasan langsungnya,
g. pengenalan
pekerjaan, dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia ... (Nanang Nuryanta) 67 h.
keputusan atas lamaran.
Sedangkan
tentang isi langkah-langkah seleksi, menurut randdall s.schuler dan susan
e.jackson (1997:264-285),yang didasarkan pada hasil riset tentang reaksi
pelamar dalam prosedur seleksi menunjukkan bahwa pelamar lebih menyukai proses
yang melibatkan mereka dalam kegiatan yang benar-benar berkaitan dengan
lowongan pekerjaan. Bagi pelamar, simulasi dan contoh kerja biasanya dianggap
lebih relevan daripada tes kognitif tertulis dan analisis tulisan tangan
misalnya, dan mungkin karena alasan ini, pelamar menganggap cara seperti itu
lebih adil. Pelamar mungkin bereaksi negatif terhadap wawancara yang dilakukan
secara buruk. Pertanyaan diskriminatif atau menyerang jelas menimbulkan kesan
negatif. Demikian juga pertanyaan dangkal dan tak berkaitan dengan masalahnya.
Untuk
itulah dalam upaya mendapatkan berbagai informasi untuk meramalkan performasi,
organisasi seharusnya mengupayakan berbagai alat seleksi dari yang biasa
dipakai dan yang tidak biasa dipakai. Dalam hal ini menurut Umi Sukamti
(1989:164) ada empat standar yang dapat digunakan organisasi dalam proses
seleksi, yaitu:
a. relevansi,
yaitu sejauhmana alat seleksi dapat mencerminkan sampel yang representatif dari
pekerjaan;
b. reliabilitas,
yaitu sejauhmana suatu alat seleksi memberikan hasil yang sama apabila dipakai
dalam waktu yang tidak sama atau oleh orang yang berbeda;
c. validitas,
yaitu hubungan statis antara skor-skor pada alat seleksi dengan kriteria atau
ukuran performasi pekerjaan; dan
d. faktor
keadilan, yaitu setiap alat seleksi harus dinilai standar keadilannya yang mana
kecenderungan alat ini memperlakukan dan memberi kesempatan sama kepada semua
pelamar untuk mendapatkan pekerjaan.
Dari
berbagai penjelasan dan konsep mengenai seleksi tersebut, apabila dilakukan
dengan prosedur yang benar dan didukung dengan sumber daya manusia yang
dibutuhkan oleh setiap organisasi akan dapat terpenuhi. Karena prosedur yang
benar dalam melakukan seleksi ini akan mempunyai dampak positif bukan saja bagi
perusahaan tetapi juga bagi para pelamar pekerjaan yang diseleksi. Bagi
perusahaan keuntungan yang dapat diperoleh adalah mudah untuk menuntukan
kualifikasi pelamar yang dinyatakan lolos seleksi . Sedangkan keuntungan bagi
para pelamar adalah dapat merasa puas dan tidak menimbulkan
kecurigaan-kecurigaan dalam proses seleksi. Pelamar akan merasakan adanya sikap
dan tindakan yang 68 NO. 1. VOL. I. 2008 fair dari perusahaan atau organisasi
penyelenggara seleksi, sehingga apabila pelamar mengalami kegagalan dalam
seleksi, mereka akan dapat merasakan “kepuasan” atau paling tidak dapat
mengadakan introspeksi diri bahwa mereka belum dapat memenuhi standar yang
ditentukan oleh perusahaan atau organisasi untuk bekerja.
Seangkan
bagi para pelamar yang dapat lolos dalam seleksi, tentunya mereka diharapkan
dapat bekerja sesuai dengan job spesifikasinya masing-masing yang pada akhirnya
dapat menampilkan seluruh potensi yang dimilikinya, baik itu berupa
pengetahuan, kemampuan, ketrampilan, minat, kesukaan, dan kepribadiannya bagi
kepentingan dan tujuan perusahaan atau organisasi tempat mereka bekerja.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah
mencermati latar belakang permasalahan dan pembahasan mengenai pengelolaan
sumber daya manusia, khususnya yang berkenaan dengan aspek rekrutmen dan
seleksi, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan:
1. Pengelolaan
sumber daya manusia adalah merupakan aspek yang sangat penting dalam proses
pendidikan secara umum. Oleh karena itu fungsi-fungsi dalam pengelolaan sumber
daya manusia harus dilaksanakan secara optimal sehingga kebutuhan yang
menyangkut tujuan individu, perusahaan, organisasi ataupun kelembagaan dapat
tercapai. Disamping itu dengan prosedur pengelolaan sumber daya manusia yang
baik diharapkan kekurangan dan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia,
yaitu yang terkait dengan kemampuan daya saing dapat teratasi.
2. Rekrutmen
yang merupakan upaya untuk menghasilkan suatu pool pelamar kerja untuk
ditempatkan pada posisi pekerjaan yang lowong diperoleh melalui sumber
eksternal maupun internal. Rekrutmen harus diupayakan untuk dapat memenuhi
kebutuhan perusahaan, individu pelamar dan masyarakat. Kebutuhan individu dalam
rekrutmen ini mempunyai dua aspek, yaitu menarik calon pelamar dan
mempertahankan karyawan yang diinginkan. Untuk melakukan rekrutmen hendaknya
perusahaan benar-benar mempertimbangkan pelamar yang benar-benar memiliki
potensi yang unggul dan memenuhi persyaratan serta harus disesuaikan dengan
jumlah yang diperlukan sehingga orang yang terpilih benar-benar sesuai dengan
pekerjaanya.
3. Seleksi
yang dilakukan oleh perusahaan, organisasi ataupun lembaga tertentu harus dapat
dipastikan bahwa sumber daya manusia yang terseleksi tersebut adalah orang yang
mampu memenuhi kebutuhan kerja dan dapat bekerja di perusahaan. Oleh karena
itu, perusahaan ingin menyesuaikan antara kebutuhan pelamar dan imbalan yang
ditawarkan menurut kualitas kerja dan konteks perusahaan. Untuk menyesuaikan
pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan seseorang terhadap kebutuhan kerja dan
untuk menyesuaikan kepribadian, minat, dan kesukaan seseorang dengan kerja dan
karakteristik perusahaan maka perusahaan harus mampu mengumpulkan informasi
tentang para pelamar. Dengan informasi yang jelas tersebut perusahaan dapat
melakukan penempatan pelamar sesuai dengan kemampuan, pengetahuan dan
ketrampilannya atau dapat dikatakan bahwa perusahaan akan dapat menentukan
pelamar sesuai dengan job spesifikasinya yang pada akhirnya akan mampu
memberikan kontribusi positif bagi produktivitas perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Cascio
K. Wayne dan Awad A. Yulk. (1981). Human Resources Management: An Information
System Approach. Virginia: Reston Publishing Company. Inc.
Castetter,
W.B. (1982). The Personnel Function in Education Administration. New York: Mac
Millan Publishing Co. Inc. Flippo B. Edwin. (1984). The Personnel Management.
Mc Graw Hill Book Company.
Haneman
H.G. (1981). Managing Personnel and Human Resources: Strategies and Programs.
Illinois: Richard D. Irwin Inc.
Randall
S. Schuler. (1987). Personnel and Human Resources Management. New York
University: Kelogg Borkvard.
Randall S. Schuler dan Susan E. Jackson.
(1997). Manajemen Sumber daya manusia menghadapi abad ke21 jilid 1. edisi
Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Siagian,
Sondang P. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Suyanto
dan Hisyam, Djihad. (2000). Refkleksi dan reformasi Pendidikan Di Indonesia Memasuki Milenium III,
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Sukamti,
Umi. (1989). Management Personalia/sumber daya manusia Jakarta : P2LPTK Dikti
depdikbud.
Muhammad Yusuf. 2016. Peningkatan SDM Yang Handal. Dosen ULM
Banjarmasin.
Syaiful Bahri Jamarah. 2017. Manajemen Madrasah. Dosen UIN
Antasari Banjarmasin.
Ahmad Sanusi. 2016. Teknik Pengelolaan Berbasis IT. Dosen
UNINUS Bandung.
Suparlan Ahmad. 2015. Potret SDM Yang Tangguh. Dosen ULM
Banjarmasin.
No comments:
Post a Comment