DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
........................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
..................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
C.
Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
...................................................................................................... 3
A.
Pengertian aliran.................................................................................................................. 3
B.
Contoh aliran....................................................................................................................... 3
BAB III PENUTUP
........................................................................................................... .14
A.
Simpulan ........................................................................................................................... 14
B.
Saran ................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA…..................................................................................................... .15
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Filsafat merupakan terjemahan dari
bahasa inggris yaitu Philosophy dan kata ini berasal dari bahasa Yunani yang
terbagi dalam dua kata yaitu Philein atau Philia dan Sophia. Apa arti dari
kedua kata tersebut? Di sini, kita akan menemukan “cinta” yang pertama pada
filsafat. Kedua kata tersebut memiliki arti Philen atau Philia yaitu cinta atau
mencintai, sedangkan Sophia memiliki arti kebijaksanaan. Secara keseluruhan,
filsafat memiliki arti mencintai kebijaksanaan atau love of wisdom. Yup,
seorang filsuf (ahli berpikir) sangat mencintai kebijaksanaan. Aku rasa mereka
tidakakan mudah percaya pada hoax atau berita-berita bohong yang banyak terjadi
saat ini.Seseorang yang mencintai kebijaksanaan akan lebih berhati-hati dalam
menerima dan percaya pada hal yang tidak jelas sumbernya. Mereka akan terus
bertanya hingga jawaban yang mereka terima sudah cukup menjawab segala keraguan
dan kebingungannya. Bisa dibilang, hidup mereka akan jauh terasa lebih tenang.
Dengan pertanyaan-pertanyaan dan usahanya mencari jawaban, dapat membantu
mereka untuk tidak terlalu larut dalam hal yang tidak jelas kebenarannya. Hal
ini sesuaidengan ciri-ciri filsafat yaitu universal, radikal, dan sistematis.
Filsafat itu universal, artinya pemikiran yang ada pada aliran filsafat berlaku
untuk semua tidak terkecuali. Lalu filsafat itu memiliki ciri radikal yaitu
menggali sesuatu sampai ke akarnya, seorang filsuf tidak hanya berhenti pada
satu atau dua pertanyaan saja, pertanyaan akan terus muncul hingga sudah tidak
ada lagi hal yang membuatnya ragu atau heran. Terakhir adalah sistematis,
filsafat memiliki ciri sistematis yang artinya segala pemikiran yang muncul
atau pertanyaan hingga jawaban semuanya berurutan dan saling berkaitan.
Nantinya kamu akan menemukan bahwa aliran-aliran filsafat yang ada merupakan
aliran yang saling berkaitan dan terhubung satu sama lainnya.
Filsafat moral terdapat dua teori etika yaitu
etika teleologis dwontologis.
Teleogis menentukan baik buruknya suatu
tindakan bdari akibat yang menjadi tujuannya.
Deontologis, suatu sistem etika yang
berdasarkan maksud si pellaku dalamdalam melakukan perbuatannya.
-Pembedanya para Ahli moral akan
bertindak seperti guru atau ulama/ pendeta sedangkan zahli etika mempunyai
keahlian teoretis yang dapat di pelajari tanpa mempedulikan moral para
pembelajarnya.
B.Rumusan Masalah
a .Apa saja yang termasuk macam-macam Aliran Filsafat moral?
b.apa saja pengertian
aliran?
c.contoh contoh aliran
C. Tujuan
a.Menjelaskan macam-macam Aliran Filsafat Moral.
b.Menentukan apa- apa saja
contoh aliran.
BAB
II
PEMBAHASAN
Filsafat moralFilsafat Moral merupakan
bagian dari kehidupan Manusia, dan karena itu tercermin dari sikap manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Aliran-aliran filsafat dan kaitanya dengan ilmu
pengetahuan, merupakan penelahan dua aspek sekaligus menyangkut paham dan
pandangan para ahli pikir atau filsafat.
A.
Aliran hedonisme
Kata
hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan.
Hedonisme sendiri dapat diartikan sebagai pandangan hidup seseorang atau
merupakan ideologi yang kemudian diwujudkan dalam bentuk gaya hidup dan
memiliki tujuan utama untuk menikmati serta merasakan kebahagiaan pribadi
ketika menjalani hidup.
Hedonisme
juga dapat diartikan pula sebagai pandangan hidup yang menganggap bahwa
seseorang akan merasakan bahagia dengan cara mencari kebahagiaan sebanyak
mungkin serta dengan cara bagaimana pun harus menghindar dari perasaan yang
dapat membuatnya merasakan sakit.
Ukuran
baik dan buruk bagi aliran ini adalah segala perbuatan yang membawa kebahagiaan
dan kenikmatan yang merupakan tujuan hidup manusia. Yang dimaksud kebahagiaan
adalah suatu keadaan yang tanpa menderita, yang dapat dicapai dengan akal
manusia. Hedonisme dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu:
1)
Hedonisme yang egoistik
Aliran ini mengatakan bahwa manusia harus
mencari kenikmatan yang sebesar-besarnya untuk diri sendiri.
2)
Hedonisme yang universalistik
Aliran ini orang dalam hidupnya harus berusaha untuk mencapai
kebahagiaan dan kenikmatan bagi seluruh Umat manusia.
Ciri-ciri
gaya hidup hedonisme
Gaya
hidup hedonisme memang mudah ditemukan di masyarakat, namun tidak sedikit pula
yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terjebak dalam gaya hidup hedonisme.
Untuk dapat menghindari gaya hidup hedonisme, maka Grameds perlu mengetahui
ciri-cirinya terlebih dahulu.
- Orang yang memiliki gaya hidup hedon, maka ia memiliki pandangan bahwa
tujuan utama dalam hidupnya adalah untuk kenikmatan serta kesenangan pribadinya
saja.
-
Orang dengan gaya hidup hedonisme, tidak memedulikan kepentingan serta
kebahagiaan orang lain sehingga orang tersebut menjadi pribadi yang egois.
-
Orang dengan gaya hidup hedon tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah ia
miliki baik harta maupun keluarga.
-
Orang dengan gaya hidup memiliki sifat konsumtif dan lebih mengutamakan untuk
membeli barang-barang atau suatu hal karena kesenangan dianggap lebih utama
dibandingkan dengan kebutuhan.
-
Orang dengan gaya hidup hedonisme cenderung memiliki sifat yang diskriminatif
serta sombong.
-
Orang dengan gaya hidup hedonisme selalu melihat orang lain berdasarkan harta kekayaan
dan merasa dirinya lebih baik dari orang lain.
Itulah
enam ciri-ciri yang dimiliki oleh orang yang memiliki gaya hidup hedonisme.
Apabila Grameds mulai merasakan salah satu dari enam ciri tersebut, maka
segeralah memperbaiki diri dan jangan menutup diri. Apabila Grameds merasakan
orang terdekat memiliki salah satu dari keenam ciri tersebut, maka
peringatkanlah orang terdekat Grameds agar tidak berlarut-larut dan jatuh lebih
dalam pada gaya hidup hedonisme.
Contoh Gaya Hidup Hedonisme
Berikut
adalah beberapa contoh gaya hidup hedonisme yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat.
1. Memiliki Mobil Mewah
Mobil merupakan kendaraan pribadi
yang tidak selalu dibutuhkan untuk setiap orang, namun ada beberapa orang yang
memang membutuhkan mobil sebagai alat transportasi yang dapat menunjang
kebutuhannya.Contohnya orang tersebut harus bepergian setiap hari ke luar kota
dengan jarak yang cukup jauh. Orang tersebuttidak merasa nyaman apabila setiap
hari harus mengendarai motor maupun kendaraan umum, karena terkadang cuaca
hujan maupun terlalu panas dapat membuatnya kelelahan. Oleh karena itu, ia
merasa membutuhkan mobil sebagai alat penunjang kebutuhannya tadi.
2. Memiliki Sifat Gemar Belanja
Sebelumnya, ciri-ciri orang yang
memiliki gaya hidup hedonisme adalah membeli barang yang sebenarnya tidak
terlalu ia butuhkan, karena ia memiliki pandangan bahwa kesenangan lebih
penting dibandingkan kebutuhan.
Oleh karena itu, memiliki sifat gemar
belanja merupakan salah satu contoh dari gaya hidup hedonisme. Orang yang
memiliki sifat gemar belanja biasanya tidak terlalu memikirkan kegunaan dari
barang tersebut ataupun memikirkan apakah ia membutuhkan barang tersebut
ataupun tidak, karena ia hanya ingin membeli barang tersebut.
Beberapa orang yang memiliki sifat gemar
belanja pun akhirnya hanya membuang-buang uang untuk barang yang tidak terlalu
penting dan telah ia beli itu.
3. Mentraktir Teman dengan Uang Hasil Berhutang
Tentu tidak masalah apabila ada
seorang teman yang ingin mentraktir dan sedikit menyisihkan uangnya untuk
temannya. Walaupun begitu apabila terlalu sering membelanjakan barang maupun
makanan untuk teman, maka budget pengeluaran akan membengkak dan mengakibatkan
orang tersebut membuang-buang uang. Aktivitas satu ini baik apabila dilakukan
sewaktu-waktu dan tidak setiap saat.
Perlu diperhatikan pula apabila orang
tersebut mentraktir menggunakan uang hasil dari dia berhutang kepada orang
lain. Maka traktiran tersebut merupakan bentuk dari gaya hidup hedonisme.
Karena orang itu sebenarnya tidak mampu
untuk mentraktir orang lain dan harus membuatnya berhutang.
4. Memberikan Aksesoris Berlebihan pada Hewan Peliharaan
Orang yang memiliki hewan peliharaan
tentu memiliki tanggung jawab untuk merawat hewan tersebut sepenuh hati dengan
memberikan makanan yang cukup, memerhatikan ketika hewan tersebut sakit dan
lain sebagainya.
Pemilik hewan peliharaan juga perlu
senantiasa menjaga kebersihan dari hewan tersebut, agar hewan peliharaannya
terhindar dari penyakit seperti kutu dan lainnya.
5. Memilih Makanan Enak Setiap hari
Makan merupakan kebutuhan seorang
manusia dan harus terpenuhi setiap hari dengan mempertimbangkan gizi yang
seimbang. Apabila tidak makan, maka manusia akan kehilangan energinya dan tidak
dapat mengembalikan energinya sehingga membuat orang tersebut menjadi lemah dan
mengganggu aktivitasnya
Oleh karena itu, seseorang tentu perlu
makan. Akan tetapi untuk dapat memenuhi gizi dalam sehari, setiap orang tidak
perlu makan makanan enak atau mahal setiap hari. Terkadang makanan dengan harga
terjangkau seperti sayuran dan tempe lebih bergizi dibandingkan dengan makanan
mahal.
Maka, apabila seseorang terlalu
memilih-milih makanan dan hanya ingin mengkonsumsi makanan enak setiap saat
maka hal tersebut merupakan salah satu contoh dari gaya hidup hedon.
Dampak dari Gaya Hidup Hedonisme
Perilaku serta gaya hidup hedonisme akan
memberikan dampak pada pribadi yang menganut hedonisme serta lingkungan
sekitarnya. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perilaku hedonisme ini
cenderung memberikan dampak negatif dibandingkan dampak positif. Berikut
penjelasan lengkapnya.
1. Individualisme
Individualisme atau sering menyendiri merupakan dampak pertama yang
diberikan oleh gaya hidup hedonisme. Selain sering menyendiri, seseorang yang
menganut gaya hidup hedonisme juga menganggap dirinya lebih penting daripada
orang lain.
2. Konsumtif
Gaya hidup hedonisme datang bersamaan dengan sifat konsumtif. Hal ini
dikarenakan pandangan orang yang menganut gaya hidup hedonisme adalah
mementingkan kesenangan dibandingkan dengan kebutuhan.
Umumnya, orang yang memiliki gaya hidup
hedonisme berpendapat bahwa dengan membelanjakan uangnya maka ia akan
mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan.
Oleh karena itu, ia akan terus membeli sesuatu dan menghamburkan uangnya.
3. Egois
Dampak ketiga ini merupakan buntut dari individualisme. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, orang yang memiliki gaya hidup hedonisme akan cenderung
memiliki sifat individualis serta mementingkan dirinya sendiri atau bersikap
egois Ketika orang tersebut memiliki sifat egois, maka ia tidak akan
memedulikan orang lain dan hanya pada dirinya sendiri.
4. Memiliki Sifat Pemalas
Orang yang terlanjur terjerumus dalam hidup hedonisme umumnya memiliki
sifat pemala karena ia menjadi tidak menghargai waktu dan hanya fokus pada
hal-hal yang dapat membuatnya merasa senang saja.
B.
Aliran utilitarianisme
Utilitarianisme
adalah teori etis dan filosofis yang menyatakan bahwa tindakan terbaik adalah
tindakan yang memaksimalkan utilitas. Utilitas itu sendiri bukanlah konsep yang
sederhana, meskipun tujuannya adalah untuk mewakili keadaan yang baik untuk
individu.
Aliran
ini mengatakan bahwa yang baik ialah yang ada manfaatnya atau utility. Semua
perbuatan manusia harus diarahkan kepada kemanfaatan, jadi baik dan buruk
dilihat dari manfaatnya.
Menurut
aliran ini kebahagiaan manusia dapat dicapai dengan panggilan “natuur” atau
panggilan alam. Sesuatu perbuatan dikatakan bermoral apabila sesuai dengan
panggilan alam. Gangguan terhadap kelangsungan hidup kan mengakibatkan
hilangnya kebahagiaan.
Macam Teori Utilitarianisme
Terdapat dua macam teori etika normatif utilitarianisme, yaitu:
-
Tindakan
Utilitarianisme sebagaimana
yang lazim dipahami adalah Utilitarianisme Tindakan. Kaidah dasarnya bisa
dirumuskan sebagai berikut yaitu “Bertindaklah sedemikian rupa sehingga setiap
tindakanmu tersebut dapat menghasilkan akibat-akibat baik yang lebih besar di
dunia daripada akibat buruknya“.
Pertanyaan pokok yang perlu diajukan
bagi para penganut aliran ini dalam mempertimbangkan suatu tindakan ialah
Apakah tindakan tertentu yang dilakukan pada situasi tertentu pula, jika
memperhatikan semua pihak yang bersangkutan, akan membawa dampak baik yang
lebih besar daripada akibat buruknya?.
Bagi Utilitarianisme jenis ini tidak ada
peraturan umum yang dengan sendirinya berlaku; tapi setiap tindakan haus
dipertimbangkan akibatnya.
- Peraturan
Untuk mengatasi kelemahan pokok di atas,
maka kemudian berkembanglah etika utilitarian yang kedua, yaitu Utilitarianisme
Peraturan. Berdasarkan teori ini yang diperhitungkan bukan lagi akibat baik dan
buruk dari tiap-tiap tindakan sendiri, melainkan dari peraturan umum yang
mendasari tindakan itu.
Jadi yang dipersoalkan sekarang ialah
akibat-akibat baik dan buruk dari suatu peraturan jika diberlakukan secara
umum. Sekarang kaidah dasarnya berbunyi: “Bertindaklah selalu sesuai dengan
kaidah-kaidah yang penerapannya menghasilkan akibat baik yang lebih besar di
dunia ini daripada akibat buruknya”
Ciri Utilitarianisme
Teori utilitarianisme memiliki 3
karakteristik utama yaitu sebagai berikut:
Universalisme
Utilitarianisme berpendapat bahwa
moralitas itu universal, bahwa standar moral yang sama berlaku untuk semua
orang dan semua situasi. Standar yang menentukan apa yang benar adalah sama
untuk kita semua, terlepas dari siapa kita. Ini tidak terlalu kontroversial,
karena sebagian besar filsafat etis sejak masa Enlightenment (pencerahan)
bersifat universal.
Konsekuensialime
Utilitarianisme berpendapat bahwa yang
penting, secara moral, adalah konsekuensi dari tindakan. Kata teknis untuk ini
adalah “Teleologis“. Artinya, bagi para Utilitarian, ini adalah hasil dunia
nyata dari sesuatu yang baik atau buruk, bukan sesuatu yang intrinsik dengan
tindakan itu sendiri.
Misalnya, berbohong itu buruk jika
menghasilkan konsekuensi buruk (yang biasanya dilakukan kebohongan). Itu tidak
akan salah hanya karena itu bohong. Pandangan ini cukup kontroversial, dan
penentang utama kaum konsekuensialis adalah orang-orang yang mendukung untuk
penegakan dalam pengertian hak.
Welfarisme (Kesejahteraan)
Welfarisme adalah pandangan bahwa
konsekuensi signifikan secara moral adalah dampak pada kesejahteraan manusia
(atau hewan). Ada banyak pemahaman yang berbeda tentang kesejahteraan manusia,
tetapi istilah “welfarisme” biasanya dikaitkan dengan konsepsi ekonomi tentang
kesejahteraan.
Dampak Utilitarianisme
Adapun untuk serangkaian akibat positif
dan negarif dari adanya penarapan utilitarianisme, antara lain adalah sebagai
berikut;
Kebahagiaan
Prinsip utama teori moral utilitarian,
prinsip utilitas, menyatakan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang
menghasilkan kebahagiaan paling menyeluruh. John Stuart Mill mengadaptasi teori
Jeremy Bentham, dan menyatakan bahwa kebahagiaan adalah kesenangan dan tidak
adanya rasa sakit.
Tidak Ada Deskriminasi
Prasangka dan dalam arti diskriminasi
tidak memiliki tempat di sini, karena masing-masing individu menghitung sama
ketika menghitung kebahagiaan yang dihasilkan oleh tindakan kita. Mill sendiri
berjuang untuk hak-hak perempuan, melawan perbudakan, dan untuk praktik
perburuhan yang adil, yang konsisten dengan keyakinan utilitariannya.
Contoh utilirianisme
contoh
utilitarianisme yang ada di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
adalah sebagai berikut;
1. Seseorang yang
mengumpulkan dana dari para pejalan kaki untuk membantu orang yang tidak mampu.
2. Perusahaan rokok yang
memproduksi rokok dari tembakau pilihan, dengan tingkat produk yang banyak
beredar dipasaran maka akan diperoleh keuntungan yang besar, tapi keuntungan
yang besar tersebut juga meneyebabkan tingkat pajak yang tinggi terhadap
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan mengambil keputusan yaitu dengan
menggunakan metode utilitarian dengan cara setiap pembeli rokok yang diproduksi
oleh perusahaan tersebut akan membayar pajak yang ditangguhkan. Sehingga
perusahaan tidak lagi membayar pajak, tapi konsumenlah yang membayarnya.
3. Penggunaan pewarna
pakaian pada makanan anak-anak, sebagai contoh di sekolah ada penjual makanan
yaitu agar-agar dan gulali ternyata menggunakan pewarna pakaian dalam jajanan
yang dijual untuk anak-anak tersebut bukan menggunakan pewarna makanan. Secara
etis hal ini memang tidak beretika, karena dapat merugikan konsumen yaitu
anak-anak. Tapi dalam konsep utilitarianisme hal tersebut akan menghasilkan
keuntungan yang banyak bagi penjual sebab dia mampu menggantikan pewarna
makanan yang mahal dengan pewarna yang murah.
C.
Pragmatisme
Pragmatisme
adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau
hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Paham ini terkesan "baik" karena
mengajarkan hal yang langsung pada manfaat yang dapat dirasakan.
Contohnya:
- kamu sekolah ya supaya pintar, nanti sudah lulus cari uang yang banyak
biar jadi orang sukses
-
kalau kerja ya supaya dapat banyak uang biar kaya
_
mengasuh anak ya yang penting cukupi saja semua kebutuhannya, sampai nanti dia
mandiri, bisa kerja dan jadi sukses.
Fase
Teori Pragmatisme
Ada 3 fase
pertumbuhan teori pragmatisme yaitu fase awal menurut Charles S. Pierce, fase
perkembangan menurut John Dewey, dan fase radikal menurut William James.
Berikut adalah penjelasannya:
Fase
Awal
Menurut
Pierce, hal yang penting dalam konsep pragmatisme adalah apa yang dilakukan
terhadap ide tersebut dan tidak mempermasalahkan hakikat dari ide.
Fase
Perkembangan
Pada
fase ini seperti yang dikemukakan Dewey, menyebutkan bahwa teori pragmatisme
bukan mengenai benar atau salahnya suatu pengetahuan, melainkan pada sejauh
mana manusia dapat memecahkan masalahnya. Kebenaran diukur hanya berdasarkan
kegunaannya secara umum sedangkan akal manusia danya dijadikan sebagai
sarananya saja.
Fase
Radikal
Dalam
fase radikal, James mengajarkan bahwa ukuran kebenaran ditentukan oleh
akibatnya yang praktis. Dalam paham ini menyatakan setiap pengetahuan tidak
pernah benar namun dapat menjadi benar. Hal tersebut dapat dicari dari taraf
kepuasaan manusia sebagai pribadi dan psikisnya.
Pikiran
manusia selalu mengalami perkembangan, sehingga manusia dapat menguasai alam
sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Contoh Pragmatis
1. Contoh Pragmatis Bidang Pendidikan
Contoh
pragmatis dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya pada
bidang pendidikan. Pendidikan wajib dari sekolah dasar, menengah, hingga
tingkat atas dan perguruan tinggi memiliki nilai pragmatis tidak hanya
dikaitkan dengan kepercayaan.
2. Contoh Pragmatis Bidang Seni
Pragmatis
juga dapat ditemukan dalam bidang seni. Nilai pragmatis dalam bidang seni
adalah menenpatkan seni rupa sebagai media untuk mencapai tujuan tertentu.
Contohnya membuat gambar karikatur dengan tujuan politik, menyampaikan moral,
agama, sosial, dsb.
3. Contoh Cara Berpikir Pragmatis
Cara
berpikir pragmatis adalah pola pikir yang praktis yang digunakan pada kondisi
tertentu dan biasanya untuk tujuan jangka pendek. Contohnya adalah seseorang
yang mengalami kesulitan ekonomi dan harus menghidupi keluarganya.
Untuk
mencukupi kebutuhan dan tanggungannya, akhirnya ia bekerja sebagai kuli
bangunan walaupun sebelumnya tidak pernah memiliki keterampilan tersebut.
D.
Pandangan teologi dan filsafat moral
Pendiri
negara Indonesia nampaknya menentukan pilihan yang khas.dan inovatif tentang
bentuk negara dalam hubungannya dengan agama.Dengan melalui pembahasan yang
sangat serius disertai dengan komitmen.moral yang sangat tinggi sampailah pada
suatu pilihan bahwa negara.Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas
‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.Mengingat kekhasan unsur-unsur rakyat dan bangsa
Indonesia yang terdiri.atas berbagai macam etnis, suku, ras, agama, dan budaya
nampaknya.Founding Fathers kita sulit untuk menentukan begitu saja bentuk
negara.sebagaimana yang ada di dunia.
sebagai dasar negara dan falsafah kenegaraan
Indonesia.diterima dan ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila merupakan
hasil.kesepakatan luhur para pendiri bangsa dalam mendirikan negara
Indonesia.yang terdiri dari keanekaragaman suku, ras, agama, dan budaya
(Pluralitas).Pancasila yang secara sadar dan sengaja itu ditempatkan dalam
pembukaan.UUD 1945 sebagai landasan kefilasafatan yang mendasari dan
menjiwai.dalam penyusunuan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dasar
itu.Dengan demikian, maka Pancasila melandasi kebijakan-kebijakan dalam
penyelenggaraan bernegara dan berbangsa yang dituangkan dalam politikhukumnya,
sejak berlakunya undang-undang.
Ketuhanan dalam perspektif teologikristen
Teologi juga merupakan ilmu tentang
pengenalan esensi Tuhan sebagai realitas moral. Dari pengertian ini teologi
merupakan pemahaman ketuhanan yang dimiliki oleh agama-agama sebagai landasan
berkeyakinan dalam menjalankan rutinitas keagamaan. Teologi dikenal oleh semua
agama. Setiap agama memiliki penafsiran dan pemahaman ketuhanan yang berbeda.
Secara pengertian, konsep teologisnya sama, setiap agama memiliki keyakinan
ketuhanan, namun berbeda dalam hal praktik bahkan keyakinan. Sehingga banyak kita
kenal dalam perkembangan agama-agama ada teologi Islam, teologi Kristen,
teologi Hindu, dan sebagainya. Perbedaan konsep keyakinan (teologi)
masing-masing agama ini sifatnya sensitif. Hal yang paling dasar dalam
keyakinan umat beragama adalah konsep teologis. Seringnya terjadi benturan
internal maupun eksternal umat beragama kebanyakan dipicu oleh adanya saling
singgung soal hal-hal teologis. Dalam konsep toleransi agama mestinya yang
paling utama adalah mengedepankan kepentingan sosialkemasyarakatan,
bukan atas keyakinan. Karena jelas bahwa konsep teologisnya berbeda dan tidak
akan pernah bisa bertemu. Dalam melahirkan kerukunan umat beragama harus
mengedepankan hubungan dan kepentingan bersama dalam tujuan-tujuan sosial.
BAB
III
PENUTUP
- kesimpulan
Filsafat moral merupakan kajian ilmu yang secara garis besar membahas
tentangmacam macam teori etika. Dalam teori etika terdapat dua pembagian
diantaranyateleologis dan deontologis. Teori teleologis menentukan baik
buruknya suatu tindakandari baik buruknya akibat yang menjadi tujuannya.
Berbeda dengan etika teleologis,etika deontologis berpandangan bahwa moralitas
suatu tindakan melekat padatindakan itu sendiri bukan finalitasnya.Etika
sebagai filsafat moral berarti melakukan perenungan secara mendalammengenai
berbagai ajaran moral (kebaikan) secara kritis. Namun harus dibedakanantara
etika dan moral. Etika mempelajari berbagai ajaran moral secara kritis
danlogis. Sedangkan moral adalah nasihat-nasihat yang berupa ajaran-ajaran pada
adatistiadat suatu masyarakat/golongan/agama. Moral bersifat aplikatif mengenai
tindakanmanusia yang baik dan buruk.Pokok bahasan yang sangat khusus pada etika
adalah sikap kritis manusia dalammenerapkan ajaran-ajaran moral terhadap
perilaku manusia yang bertanggung jawab.Ajaran-ajaran tersebut sangat
menentukan bagaimana moral manusia itu “dibina” baikmelalui pendidikan formal
maupun non formal.
- Saran
Langkah pertama bagi seseorang untuk dapat memahami etika adalah
memahami cara berpikir manusia tentang moral dan moralitas setiap perbuatan.
Etika memiliki aliran-aliran berpikir yang beragam yang seluruhnya harus
dipahami sebelum melakukan kegiatan berpikir etik. Pemahaman terhadap
aliran-aliran berpikir ini akan membantu untuk memahami langkah-langkah selanjutnya
dalam pemahaman tentang etika.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamil Ma’mur. 2015. Tips Menjadi
guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, Jogjakarta: DIVA Press.
Barizi, Ahmad. 2009. Buku Panduan
Praktis menjadi Guru Unggul, Jogjakarta: AM Ar Ruzz Media.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan
Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis,
Jakarta: Rineka Cipta.
.
No comments:
Post a Comment