BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gangguan tingkah laku dikenal dengan istilah-istilah
lain seperti Conduct disorder, behavioral disorder, behavioral problems,
behavioral disturbances emotional disorder, dan lain-lain. Gangguan tingkah
laku merupakan wujud klinis tersendiri yang di manifestasikan dengan berbagai
perilaku antisosial : agresi,pencurian, penipuan, pembolosan, kekejaman
terhadap binatang, kekejaman pada orang lain, kabur dari rumah. Gangguan tingkah
laku bukan merupakan suatu penyakit melainkan di tandai dengan 3 sindrom yang
berbeda yaitu perilaku Agresi, perilaku antisosial, Kenakalan anak (Behrman,
1999). Gangguan tingkah laku ini bisa muncul pada hampir semua tahapan usia
dengan karakteristik khasnya masing-masing, dari taraf yang paling ringan
hingga yang berat. Khususnya pada anak-anak usia sekolah dasar, gangguan
tingkah laku yang paling umum adalah perilaku agresi, gangguan belajar, serta
pelanggaran aturan (Hertinjung, 2010). Tipe awitan masa kanak – kanak mencakup
gejala – gejala yang terjadi sebelum usia 10 tahun, termasuk agresi fisik
terhadap orang lain dan gangguan hubungan teman sebaya (DSM-IV-TR, 2000).
Berdasarkan Studi pendahuluan yang di lakukan
peneliti pada tanggal 21 maret mengenai gangguan tingkah laku anak usia sekolah
di dusun Wonokerto RT 03 RW 05, Sebagian besar anak usia 6-12 tahun mengalami
gangguan tingkah laku. Yaitu dari 13 Responden. Di dapatkan 38,4% (5 anak) yang
tidak mengalami gangguan tingkah laku. Dan 61,5% (8 anak) termasuk dalam
kategori gangguan tinggkah laku. Seperti: sering melanggar peraturan sekolah,
membolos, ketika anak di suruh belajar sering membantah, jika marah selalu
berteriak-teriak mengeluarkan kata-kata kasar, kata-kata kotor bahkan ada yang
sampai membanting barang atau sebaliknya malah berperilaku pasif, takut bertemu
orang asing.Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan warga sekitar, ada
perilaku yang tidak tepat di masyarakat setahun terakhir. Seperti orang tua
yang sering berkata kasar, keluarga yang tidak harmonis, adanya penduduk yang
mabuk – mabukan di ketika ada acara hajatan nikah. Padahal keberadaan desa
wonokerto berdekatan dengan area pondok. Hal ini sangatlah bertentangan dengan
sikap dan periku yang seharusnya di kawasan lingkungan pondok pesantren.
Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Wong (2008:23)
hendaknya mempunyai tangung jawab baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan rumah. Masalah tumbuh kembang anak masih banyak di temui sampai
sekarang, situasi dan kondisi yang tidak kondusif turut menjadi penyebab makin
banyaknya anak yang mengalami gangguan tingkah laku. Beberapa model teori
mengemukakan mengenai penyebab terjadinya gangguan tingkah laku pada masa anak-anak.
Para ahli perkembangan anak berpendapat bahwa lingkungan sosial keluarga
merupakan salah satu faktor yang memainkan peran yang penting dalam menimbulkan
gangguan tingkah laku dan emosi anak. Pola pengasuhan, ketidakharmonisan orang
tua, keperibadian orang tua serta sosio ekonomi yang rendah merupakan faktor
eksternal anak yang dapat menimbulkan gangguan tersebut (Videbeck, 2008:89).
Faktor keluarga yang mencangkup pola asuh orang tua
terhadap anak berperan terhadap perkembangan tingkah laku dan emosi anak.
hendaknya kita juga menoleh kebelakang, karena perkembangan anak saat ini juga
di pengaruhi oleh latar belakang orang tua mendidik anak di masa lalu (Doenges,
2006:56). Anak yang memiliki gangguan tingkah laku secara berkepanjangan akan
membawa dampak yang negatif bagi perkembangan aspek-aspek lainnya, baik aspek
kognitif, sosial, maupun psikomotoriknya. Aspek-aspek tersebut saling terkait
dalam mendukung perkembangan anak secara utuh, sehingga apabila satu aspek
terhambat kematangannya maka aspek lain akan menjadi kurang optimal
(Hertinjung, 2010:56).
Anak yang mengalami gangguan tingkah laku hendaknya
perlu mendapat penanganan segera agar tidak berkepanjangan dan menghambat
perkembangan psikologisnya secara umum. Jika dalam fase perkembangan ini anak
tetap tidak bisa melewati dan menyelesaekan tugas perkembangannya dengan baik
maka akan mengganggu tugas perkembangan pada fase-fase berikutnya (Nelson, 1999:45).
Penanganan gangguan tingkah laku tentu saja perlu dilakukan secara konsisten
dengan melibatkan berbagai pihak yang signifikan terhadap perkembangan anak.
Dengan asumsi bahwa interaksi yang pertama dan paling lama terjadi adalah
interaksi anak dengan orang tua khususnya ibu, maka perlu dicermati kembali
bagaimana orang tua selama ini telah menciptakan iklim psikologis dalam
keluarga (Putri, 2010:67). Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas
maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan pola asuh orang tua dengan gangguan tingkah laku pada anak usia
sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemahaman, maka yang menjadi
permasalahan nya adalah sebagai berikut:
(a) Bagaimana
karakteristik anak yang mengalami gangguan?
(b) Apa
faktor-faktor yang mempengaruhi tentang gangguan perilaku pada anak?
(c) Bagaimana
cara mengatasi masalah tersebut?
C. Tujuan
(a) Mengetahui
tentang gejala dan tanda gangguan perilaku pada anak usia sekolah.
(b) Mengetahui
tentang factor resiko terjadinya gangguan perilaku pada anak usia sekolah.
(c) Mengetahui
tentang Riwayat Kesehatan atau kondisi medis.
(d) Mengetahui
tentang masalah psikologis atau gangguan mental pada anak.
(e) Mengetahui
beberapa jenis gangguan perilaku yang sering terjadi pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan perilaku pada anak adalah suatu kondisi
ketika anak sering berperilaku menyimpang dan di luar batas, sehingga
berpotensi merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Anak yang memiliki
gangguan perilaku sering kali dianggap nakal dan bahkan agresif Setiap anak
memiliki karakter yang berbeda. Terkadang, anak bisa tampak baik dan
menggemaskan. Namun, ada kalanya anak bisa terlihat nakal dan mengganggu. Akan
tetapi, Bunda dan Ayah perlu waspada jika Si Kecil sering melakukan kenakalan
yang jauh lebih parah dan berbeda dari anak-anak lain yang sebaya
Gangguan Perilaku pada Anak yang Tidak Boleh
Diabaikan.Seorang anak bisa dikatakan mengalami gangguan perilaku jika ia
memiliki pola tingkah laku yang menyimpang dan berulang atau menetap selama
lebih dari 6 bulan. Gangguan perilaku pada anak bisa menyebabkan ia bermasalah
di sekolahnya atau dengan teman-temannya. Anak yang mengalami gangguan perilaku
cenderung sulit bergaul dan memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan
anggota keluarga di rumah atau orang lain di lingkungan sekitarnya.
GEJALA DAN
GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK
Gangguan perilaku pada anak umumnya bisa terlihat
ketika anak sudah bersekolah. Akan tetapi, pada kasus tertentu, gangguan
perilaku juga bisa terlihat ketika anak berusia lebih muda, misalnya ketika
masih balita.
Anak
dengan gangguan perilaku biasanya akan menunjukkan pola tingkah laku sebagai
berikut:
·
Mudah marah atau sulit
menahan emosi
·
Impulsif atau sulit
menahan dorongan untuk melakukan sesuatu
·
Sering membantah atau
melawan orang lain, misalnya orang tua, kakak, atau guru di sekolahnya
·
Kerap melakukan
kekerasan, baik secara fisik maupun verbal, pada orang lain atau hewan
·
Sering mengejek orang
lain atau perilaku bullying, berkelahi, dan berbuat onar
·
Gemar melempar dan
merusak barang saat marah
·
Sering melakukan
perbuatan yang kurang baik, misalnya mencuri dan berbohong, dan malas belajar
·
Sering melanggar aturan
sekolah seperti sering bolos sekolah, merokok, atau bahkan minum minuman
beralkohol dan menggunakan narkoba.
Selain itu, gangguan perilaku juga bisa membuat anak
kecanduan terhadap hal tertentu, misalnya bermain game. Pada sebagian kasus,
anak yang memiliki gangguan perilaku bahkan bisa berbuat asusila, seperti
pelecehan seksual atau melakukan seks bebas dengan teman sebayanyanya
FAKTOR RESIKO TERJADINYA
GANGGUAN PRILAKU PADA ANAK
Hingga saat ini, penyebab terjadinya gangguan
perilaku pada anak belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa
faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko anak mengalami gangguan perilaku,
antara lain:
RIWAYAT
KESEHATAN ATAU KONDISI MEDIS TERTENTU
Masalah
kesehatan tertentu yang dialami anak sejak
ia masih dalam kandungan hingga setelah dilahirkan juga
turut berperan dalam meningkatkan risiko gangguan perilaku yang dialami
anak.Beberapa faktor yang dimaksud meliputi gangguan kesehatan pada ibu selama
hamil, kekurangan gizi, kelahiran prematur, atau adanya kelainan atau gangguan
otak pada anak.
Selain itu, pola hidup buruk seperti sering
mengonsumsi alkohol, merokok, atau menggunakan obat-obatan terlarang saat hamil
juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami gangguan perilaku
nantinya.Masalah psikologis atau gangguan mental pada anak, seperti depresi,
skizofrenia, gangguan kepribadian, dan gangguan bipolar, juga dapat membuat
anak cenderung memiliki gangguan perilaku.
POLA
ASUH DAN HUBUNGAN KELUARGA
Seorang anak juga lebih berisiko mengalami gangguan
perilaku jika ia memiliki masalah dalam hubungan keluarga atau pola asuh yang
tidak baik.Anak yang diasuh atau dibesarkan dalam lingkungan yang kurang
harmonis atau pernah mengalami kekerasan, baik secara fisik, psikologis, atau
seksual, juga lebih berisiko mengalami gangguan perilaku.
FAKTOR
KETURUNAN ATAU GENETIK
Selain kedua faktor di atas, seorang anak juga
berisiko mengalami gangguan perilaku bila salah satu anggota keluarganya juga
ada yang menderita gangguan perilaku.
BEBERAPA
JENIS GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK
Ada beberapa jenis gangguan perilaku yang cukup
sering terjadi pada anak, di antaranya:
1.
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling sering
ditemui pada anak-anak. ADHD ditandai
dengan gejala sulit fokus dalam mengerjakan sesuatu, ceroboh, banyak bicara,
dan tidak bisa diam (hiperaktif). Selain itu, anak dengan ADHD juga sering kali
berbuat usil, jahil, atau mengganggu aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
2.
Autisme
Autisme merupakan gangguan perilaku pada anak yang
membuat anak sulit berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Anak yang
memiliki gangguan autisme sering kali mengalami perubahan atau perilaku yang
berbeda dari anak-anak lain, misalnya:
·
Marah, menangis, atau
tertawa tanpa alasan yang jelas
·
Cenderung bertindak
atau melakukan gerakan tertentu secara berulang, seperti mengayun tangan atau
memutar-mutarkan badan
·
Rutin menjalani
aktivitas tertentu dan marah jika rutinitasnya terganggu
·
Bahasa atau gerakan
tubuh yang cenderung kaku
·
Hanya menyukai atau
mengonsumsi makanan tertentu
3.
Oppositional defiant disorder (ODD)
ODD biasanya mulai muncul pada anak yang berusia
8–12 tahun. Selain mudah marah, anak dengan ODD biasanya berperilaku menentang
atau tidak patuh pada aturan, baik di rumah maupun sekolah.Anak juga sering
kali sengaja mengganggu orang lain bahkan menyalahkan orang lain atas kesalahan
yang diperbuatnya. Penderita ODD juga memiliki sifat pendendam dan sering kali
melakukan balas dendamnya pada orang lain.
4.
Conduct disorder (CD)
Conduct disorder adalah gangguan perilaku dan emosi
serius yang membuat anak menunjukkan perilaku kekerasan, suka merusak benda
tertentu, dan cenderung sulit mengikuti aturan di sekolah maupun di rumah.Anak
yang memiliki gangguan perilaku jenis ini biasanya gemar berbohong dan menipu,
bahkan tidak segan melakukan perbuatan yang melanggar hukum, seperti
vandalisme, berkelahi, atau melukai orang lain. Anak-anak yang memilki gangguan
perilaku conduct disorder juga mungkin suka menyiksa hewan.
Apa pun jenisnya, gangguan perilaku pada anak
merupakan kondisi yang perlu segera dideteksi dan ditangani oleh psikolog dan
psikiater. Jika tidak ditangani sejak dini, gangguan perilaku pada anak
berpotensi berkembang menjadi gangguan mental yang dapat mengganggu tumbuh kembang dan kualitas
hidup anak.Untuk menentukan jenis gangguan perilaku, psikiater dan psikolog
dapat melakukan pemeriksaan psikologi pada anak. Setelah jenis gangguan
perilaku pada anak diketahui, ia mungkin akan mendapatkan penanganan berupa
psikoterapi, terapi bermain, atau mendapatkan obat-obatan, jika diperlukan.
Mendidik anak dengan gangguan perilaku memang tidak
mudah. Para orang tua yang anaknya memiliki gangguan perilaku perlu bersabar
dan memberikan perhatian serta kasih sayang lebih kepada anak. Jangan ragu
untuk meminta saran dari psikolog atau psikiater terkait cara tepat mendidik
dan membimbing anak dengan gangguan ini.
KASUS
GANGGUAN
PERILAKU PADA ANAK USIA SEKOLAH
Anak – anak yang mengalami gangguan perilaku ini
selalu menunjukkan bahwa dirinya tidak mematuhi aturan sehingga mendapatkan cap
sebagai anak nakal. Perilaku ini lebih cenderung ditunjukkan oleh anak laki –
laki daripada anak perempuan. Gejala conduct disorder yang berupa salah
satu gangguan perilaku yaitu:
- Selalu
mengabaikan aturan yang berlaku
- Cenderung
melakukan penyelesaian masalah secara fisik
- Cenderung
mengalami kecanduan narkoba dan alkohol sejak dini
- Kurang
memiliki empati terhadap orang lain
- Suka
melakukan perilaku yang menjurus kepada kriminalitas
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkembangan social anak ditandai oleh perilaku anak, anak mampu
mengetahui aturan-aturan baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun
lingkungan bermain. Sedikit demi sedikit anak akan patuh pada peraturan dan
anak juga mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain, dan anak senang
bermain dengan anak sebayanya.
SARAN
Berdasarkan pemahaman diatas, ada beberapa saran diantaranya yaitu:
Perlunya perhatian,pengarahan dan dukungan terhadap perkembangan
perilaku anak. Mengapa ? karena orang tualah yang pertama kali menjadi acuan
dimana anak pertama kali melihat dan meniru apa yang orang tua lakukan pada
umumnya. Dengan itu anak tidak menyimpang dari batas perilaku yang seharusnya
tidak ia lakukan pada seusianya, dan akan selalu dalam pengawasan orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/gangguan-perilaku-pada-anak-yang-tidak-boleh-diabaikan
No comments:
Post a Comment