ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. G DENGAN FRAKTUR DIGIT V METACARPAL SINISTRA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, kehidupan masyarakat telah berubah seiring perkembangan IPTEK yang pesat. Begitu juga pembangunan dibidang transportasi yang semakin maju dan canggih sehingga menimbulkan meningkatnya aktifitas dan mobilitas manusia. Meningkatnya aktifitas manusia diikuti juga dengan meningkatnya kendaraan bermotor. Insiden kecelakaan lalu lintas sering disebabkan karena pengguna kendaraan bermotor tidak tertib mematuhi peraturan dalam berlalu-lintas. Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan fraktur ataupun patah tulang bahkan timbulnya korban jiwa, contohnya fraktur metacarpal.
Fraktur adalah suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang. Jika kulit diatasnya masih utuh, disebut fraktur tertutup sedangkan jika salah satu dari rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka (Apley, 1995). Salah satu penyebab fraktur karena adanya tekanan atau hantaman yang sangat keras dan diterima secara langsung oleh tulang. Prinsip menangani fraktur meliputi (1) reduksi yaitu memperbaiki posisi frakmen yang terdiri dari reduksi tertutup (tanpa operasi) dan reduksi terbuka (dengan operasi), (2) mempertahankan reduksi yaitu tindakan untuk mencegah pergeseran dengan traksi terus menerus, pembebatan dengan gips, fiksasi internal dan eksternal, (3) memulihkan fungsi yang bertujuan mengurangi oedem, mempertahankan gerakan sendi (Apley, 1995). ada kasus fraktur terutama post cast fraktur metacarpal V sinistra akan menimbulkan problematik seperti (1) nyeri, (2) keterbatasan lingkup gerak sendi, (3) penurunan kekuatan otot.
Salah satu ketakutan terbesar pasien fraktur adalah nyeri, untuk itu perawat perlu memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang terapi non farmakologi yang bisa membantu pasien dalam menghilangkan atau mengurangi nyeri antaranya terapi musik. Musik bisa menyentuh individu baik secara fisik, psikososial, dan spiritual (Campbell, 2006).
Perawat sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peran dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang meliputi peran promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam upaya promotif perawat berperawat berperan dalam memberikan pendidikan kesehatan meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit sehingga dapat mencegah bertambahnya jumlah penderita. Dalam upaya preventif, perawat memberi pendidikan kesehatan mengenai cara-cara pencegahan agar pasien tidak terkena penyakit dengan membiasakan pola hidup sehat. Peran perawat dalam upaya kuratif yaitu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon pasien terhadap penyakit yang diderita, seperti : memberikan pasien istirahat fisik dan psikologis, mengelola pemberian terapi oksigen. Sedangkan peran perawat dalam upaya rehabilitatif yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien yang sudah terkena penyakit agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan (Sutrisno, 2013).
Berdasarkan hal hal tersebut, maka kelompok tertarik untuk mempelajari lebih lanjut kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. G dengan Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan secara komperhensif pada pasien Tn. G dengan Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra di Ruang IGD Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu untuk menjelaskan Konsep dasar, Definisi, Etiologi, Manifestasi klinis, Patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan penalaksanaan Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian pada Tn. G dengan Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra.
c. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengobservasi serta merumuskan masalah keperawatan pada Tn. G dengan Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan yang mencakup intervensi pada Tn. G dengan Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan atau melaksaanan tindakan keperawatan pada Tn. G dengan Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi pada Tn. G dengan Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra.
BAB II
PEMBAHASAN
- Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. (Rasjad, 2012).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Brunner dan Suddarth, 2008).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare, 2009).
Fraktur Metatarsal adalah fraktur yang terjadi pada tulang Metatarsal atau punggung kaki yang mengarah kpada jarijari kaki akibat jatuh ataupun trauma. (smelzer, 2002).
- Etiologi
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2008), yaitu :
1. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang.
b) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan.
c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan seperti: Tumor tulang (jinak atau ganas), Infeksi seperti osteomyelitis, dan Rakhitis.
3. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
- Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut (Smeltzer, Bare, 2009) adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
3. Krepitasi
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
4. Pembengkakan dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
5. Fals Moment
Merupakan pergerakan/ bentuk yang salah dari tulang (bengkok)
- Patofisiologis
Menurut (Elizabeth, 2009), Ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. jaringan lunak biasanya mengalami kerusakan akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intens terjadi setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel mast terakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area tersebut. fagositosis dan pembersihan sel dan jaringan mati dimulai.
Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas akan segera terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur, disebut kalus. Bekuan fibrin segera direabsorpsi dan sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan (fraktur pada anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau terhambat apabila hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan.
- Klasifikasi
Klasifikasi fraktur menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) dibagi menjadi beberapa yaitu :
1. Berdasarkan komplet atau ketidakklomplitan fraktur :
a) Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b) Fraktur inkomplet : patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
2. Berdasarkan sifat fraktur :
Fraktur simple/tertutup : tidak menyebabkan robeknya kulit.
Fraktur kompleks/terbuka : merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang.
Fraktur terbuka digradasi menjadi :
a) Grade I dengan luka bersih, panjangnya = 1 cm.
b) Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak.
c) Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan yang paling berat.
3. Berdasarkan bentuk garis patah :
A. Fraktur Greenstick : fraktur salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.
B. Fraktur Tranversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
C. Fraktur Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
D. Fraktur Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang.
- Komplikasi
Menurut (Elizabeth J. Corwin, 2009)
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa. Kadang-kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.
- Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Rasjad, Chairuddin. 2012), pemeriksaan penunjang fraktur berupa:
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
- Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
- Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.
- Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal)
- Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi:
- Darah rutin,
- Faktor pembekuan darah,
- Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi),
- Urinalisa,
- Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).
3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.
- Penatalaksanaan
Menurut (Rasjad, Chairuddin. 2012), Prinsip terapi fraktur yaitu :
1. Reduksi
Adalah pemulihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur. Reposisi memerlukan pemulihan panjang serta koreksi deformitas angular dan rotasional. Reposisi mannipulatif biasanya dapat dilakukan pada fraktura ekstremitas distal (tangan, pergelangan tangan. kaki, tungkai), dimana spasme otot tidak berlebihan. Traksi bisa diberikan dengan plester felt melekat diatas kulit atau dengan memasang pin tranversa melalui tulang, distal terhadap ftaktur. Reduksi terbuka biasanya disertai oleh sejumlah bentuk fiksasi interna dengan plat & pin, batang atau sekrup. Ada dua jenis reposisi, yaitu reposisi tertutup dan reposisi terbuka. Reposisi tertutup dilakukan pada fraktur dengan pemendekan, angulasi atau displaced. Biasanya dilakukan dengan anestesi lokal dan pemberian analgesik. Selanjutnya diimobilisasi dengan gips. Bila gagal maka lakukan reposisi terbuka dikamar operasi dengan anestesi umum.Kontra indikasi reposisi tertutup:
- Jika dilakukan reposisi namun tidak dapat dievaluasi
- Jika reposisi sangat tidak mungkin dilakukan
- Jika fraktur terjadi karena kekuatan traksi, misalnya displaced patellar fracture.
2. Imobilisasi.
Bila reposisi telah dicapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai timbul penyembuhan yang mencukupi. Kebanyakan fraktur ekstremitas dapat diimobilisasi dengan dengan gips fiberglas atau dengan brace yang tersedia secara komersial. Pemasangan gips yang tidak tepat bisa menimbulkan tekanan kuIit, vascular, atau saraf. Semua pasien fraktur diperiksa hari berikutnya untuk menilai neurology dan vascular. Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai imobilisasi dengan ektremitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai sampai reduksi tercapai. Kemudian traksi diteruskan sampai ada penyembuhan yang mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan memakai gips/brace.
3. Rehabilitasi
Bila penyatuan tulang padat terjadi, maka rehabilitasi terutama merupakanmasalah pemulihan jaringan lunak. Kapsula sendi, otot dan ligamentum berkontraksi membatasi gerakan sendi sewaktu gips/bidai dilepaskan. Dianjurkan terapi fisik untuk mgerakan aktif dan pasif serta penguatan otot.
- Asuhan Keperawatan
1. Survai Primari pada klien fraktur
A. Airway
Penilaian kelancaran airway pada klien yang mengalami fraktur, meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trachea. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal karena kemungkinan patahnya tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift, tetapi tidak boleh mengakibatkan hiperekstensi leher. Cara melakukan chinlift dengan menggunakan jari- jari satu tangan yang diletakan dibawah mandibula, kemudian mendorong dagu ke anterior. Ibu jari tangan yang sama sedikit menekan bibir bawah untuk membuka mulut dan jika diperlukan ibu jari dapat diletakkan didalam mulut dibelakang gigi seri untuk mengangkat dagu. Jaw trust juga merupakan tekhnik untuk membebaskan jalan nafas. Tindakan ini dilakukan oleh dua tangan masing-masing satu tangan dibelakang angulus mandibula dan menarik rahang ke depan. Bila tindakan ini dilakukan memakai face-mask akan dicapai penutupan sempurna dari mulut sehingga dapat dilakukan ventilasi yang baik. Jika kesadaran klien menurun pembebasan jalan nafas dapat dipasang guedel (oro- pharyngeal airway) dimasukkan kedalam mulut dan diletakkan dibelakang lidah. Cara terbaik adalah dengan menekan lidah dengan tongue spatol dan mendorong lidah kebelakang, karena dapat menyumbat fariks. Pada klien sadar tidak boleh dipakai alat ini, karena dapat menyebabkan muntah dan terjadi aspirasi. Cara lain dapat dilakukan dengan memasukkan guedel secara terbalik sampai menyentuh palatum molle, lalu alat diputar 180o dan diletakkan dibelakang lidah. Naso-Pharyngeal airway juga merupakan salah satu alat untuk membebaskan jalan nafas. Alat ini dimasukkan pada salah satu lubang hidung yang tidak tersumbat secara perlahan dimasukkan sehingga ujungnya terletak di fariks. Jika pada saat pemasangan mengalami hambatan berhenti dan pindah kelubang hidung yang satunya. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi leher.
B. Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma. Dada klien harus dibuka untuk melihat pernafasan yang baik. Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam rongga pleura. Inspeksi dan palpasi dapat mengetahui kelainan dinding dada yang mungkin mengganggu ventilasi. Evaluasi kesulitan pernafasan karena edema pada klien cedera wajah dan leher. Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension pneumothoraks, flail chest dengan kontusio paru, open pneumothoraks dan hemathotoraks massif. Jika terjadi hal yang demikian siapkan klien untuk intubasi trakea atau trakeostomi sesuai indikasi.
C. Circulation
Control pendarahan bena dengan menekan langsung sisi area perdarahan bersamaan dengan tekanan jari pada arteri paling dekat dengan area perdarahan. Kaji tanda-tanda syok yaitu penurunan tekanan darah, kulit dingin, lembab dan nadi halus. Darah yang keluar berkaitan dengan fraktur femur dan pelvis. Pertahankan tekanan darah dengan infuse IV, plasma. Berikan transfuse untuk terapi komponen darah sesuai ketentuan setelah tersedia darah. Berikan oksigen karena obstruksi jantung paru menyebabkan penurunan suplai oksigen pada jaringan menyebabkan kolaps sirkulsi. Pembebatan ekstremitas dan pengendalian nyeri penting dalam mengatasi syok yang menyertai fraktur.
D. Disability/evaluasi neurologis
Dievalusai keadaan neurologisnya secara cepat, yaitu tingkat kesadaran ukuran dan reaksi pupil. Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigen atau penurunan perfusi ke otak atau perlukaan pada otak. Perubahan kesadaran menuntutu dilakukannya pemeriksaan terhadap keadaan ventilasi, perfusi dan oksigenasi
E. Exporsur/ control lingkungan
Di Rumah Sakit klien harus dibuka keseluruhan pakainnya,untuk evaluasi klien. Setelah pakaian dibuka, penting agar klien tidak kedinginan, harus diberikan selimut hangat dan diberikan cairan intravena yang sudah dihangatkan.
2. Survai sekunder
a. Kaji riwayat trauma, mengetahui riwayat trauma, karena penampilan luka kadang tidak sesuai dedngan parahnya cidera, jika ada saksi seseorang dapat menceritakan kejadiannya sementara petugas melakukan pemeriksaan klien.
b. Kaji seluruh tubuh dengan pemeriksaan fisik dari kepa;a sampai kaku secara sistematis, inspeksi adanya laserasi bengkak dan deformitas.
c. Kaji kemungkinan adanya fraktur multiple:
- Trauma pada tungkai akibat jatuh dari ketinggian sering disertai dengan trauma pada lumbal
- Trauma pada lutut saat pasien jatuh dengan posisi duduk dapat disertai dengan trauma panggul
- Trauma lengan sering menyebabkan trauma pada siku sehingga lengan dan siku harus dievakuasi bersamaan.
- Trauma proksimal fibula dan lutut sering menyebabkan trauma pada tungkai bawah
d. Kaji adanya nyeri pada area fraktur dan dislokasi
e. Kaji adanya krepitasi pada area fraktur
f. Kaji adanya perdarahan dan syok terutama pada fraktur pelvis dan femur.
g. Kaji adanya sindrom kompartemen, fraktur terbuka, tertutup dapat menyebabkan perdarahan atau hematoma pada daerah yang tertutup sehingga menyebabkan penekanan saraf.
h. Kaji TTV secara continue.
3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan b.d diskontinuetas tulang
b. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik b.d fraktur
c. Nyeri b.d adanya robekan jaringan pada area fraktur.
d. Gangguan mobilitas fisik b.d fraktur dan nyeri
4. Intervensi keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan b.d diskontinuitas tulang
- Kaji tanda-tanda vital
- Observasi dan periksa bagian yang luka atau cedera
- Kaji kapilary refill tiap 2 jam.
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan perfusi jaringan; keringat dingin pada ekstremitas bawah, kulit sianosis, baal.
- Luruskan persendian dengan hati-hati dan seluruh splint harus terpasang dengan baik.
b. Nyeri b.d adanya robekan jaringan lunak pada area cidera
- Kaji rasa nyeri pada area disekitar fraktur
- Kaji skala nyeri dan ketidaknyaman pasien.
- Gunakan upaya untuk mengontrol rasa nyeri, seperti ; membidai dan menyangga daerah cedera, melakukan perubahan posisi dengan perlahan, meberikan analgetik sesui ketentuan, menganjurkan tehnik relaksasi
- Atur posisi klien sesuai kondisi, untk fraktur ekstremitas bawah sebaiknya posisikan kaki lebih tinggi dari badan.
- Dorong latihan drentang gerak aktif dan pasif pada sendi yang tidak diimobilisasi; dorong untuk melakukan perubahan posisi sebatas yang bisa dilakukan
- Alat imolisasi.
- Kaji tanda-tanda vital
c. Gangguan mobilitas fisik b.d fraktur
- Kaji tingkat kemampuan mobilisasi fisik
- Bantu klien memenuhi kebutuhan
- Ajarkan secara bertahap dalam memenuhi kabutuhan sehari-hari
- Dorong melakukan aktivitas dengan menggunakan alat bantu.
- Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
- Lakukan imobilisasi sendi dibawah pada area fraktur.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. G DENGAN FRAKTUR DIGIT V METACARPAL SINISTRA DI RUANG IGD RUMAH SAKIT UMUM
DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
Tanggal MRS : 12 Mei 2020 Jam Masuk :10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 12 Mei 2020 No. RM : 1-23-72-33
Jam Pengkajian : 10.10 WIB
Diagnosa Masuk : Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. G
2. Umur : 60 Tahun
3. Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Wiraswasta
7. Alamat : Banda Aceh
8. Sumber Biaya : BPJS
KEADAAN PASIEN SECARA UMUM
Pasien masuk ruang IGD dalam keadaan lemas dan tampak kesakitan, kaki kiri bengkak
KELUHAN UTAMA / ALASAN MASUK RS
P : profokatif, paliatif, pencetus
Klien merasa nyeri di kaki kiri sejak 2 hari yang lalu, klien terjatuh saat turun dari tangga. Klien merasa kakinya terkilir, terasa sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien. Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena nyeri pada kakinya, bila berjalan dibantu oleh anaknya.
Q : Kualitatif/kuantitatif
Sifat sangat nyeri, tetapi masih bisa dikontrol dengan mengusap-usap daerah sekitar lokasi nyeri
R : Regional
Lokasi nyeri pada daerah punggung kaki kiri
S : Skala
Skala nyeri 9 (nyeri berat, sangat nyeri tetapi masih bisa dikontrol oleh klien)
T : Timing
Nyeri ketika klien menggerakkan kaki kirinya, durasi nyeri panjang bila klien menggerak-gerakkan kaki kirinya dan ketika untuk berjalan. Nyeri masih bisa dikontrol dengan mengusap-usap daerah sekitar lokasi nyeri
PENGKAJIAN PRIMER
Airway
Kondisi airway paten tidak ada obstruksi, tidak ada sumbatan, tidak ada snoring/stridor dan pasien masih dapat berbicara
Breathing
Nafas spontan, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada whezing, ronchi,
Circulation
Tekanan darah saat diperiksa 130/90 mmHg, pulsasi nadi kuat, frekuensi 96 x/menit, suhu 37˚Celcius, irama jantung teratur, kulit dan membran mukosa tidak pucat, seluruh permukaan tubuh teraba hangat
Disability
Pasien dalam kondisi sadar dan masih bisa berkomunikasi
Eksposure / environment / event
Terdapat fraktur pada kaki kirinya ( fraktur digit V metacarpal sinistra), oedem pada punggung kaki kiri, klien merasa kakinya sangat nyeri bila berjalan.
PENGKAJIAN SEKUNDER
Riwayat kesehatan sekarang
Menurut keterangan keluarga ( anak ). Klien mengeluh nyeri di kaki kiri sejak 2 hari yang lalu, klien terjatuh saat turun dari tangga. Klien merasa kakinya terkilir, terasa sangat nyeri bila untuk berjalan kaki, kemudian klien dibawa oleh keluarganya ke RSUDZA.
Riwayat kesehatan dahulu
Menurut keterangan keluarga, sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang. Pasien pernah di rawat di RSUDZA pada tahun 2013 karena hipertensi.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit jantung, kencing manis (DM)
ANAMNESA SINGKAT ( AMPLE )
Alergi : Klien tidak pernah mengalami alergi baik obat obatan maupun makanan
Medikasi : Obat yang diminum pasien bila ada masalah kesehatan biasanya berasal dari dokter setempat atau puskesmas
Past Ilness : Klien pada tahun 2013 pernah menderita hipertensi dan dirawat di rumah sakit.
Event : Klien mengeluh nyeri di kaki kiri sejak 2 hari yang lalu, klien terjatuh saat turun dari tangga. Klien merasa kakinya terkilir, terasa sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien
PEMERIKSAAN HEAD TO TOE
Kepala : rambut bersih, tidak ada luka maupun bekas trauma
Mata : penglihatan masih jelas, conjungtiva pucat, ekspresi wajah tampak menahan nyeri.
Hidung : tidak terdapat pernafasan cuping hidung
Mulut : bibir tampak pucat
Leher : leher teraba dingin, tidak terdapat pembesaran kelenjar gondok
Thorak :
- Inspeksi : nafas cepat, tidak ada cidera
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba dingi
- Perkusi : sonor, tidak ada nyeri ketok
- Auskultasi : tidak ada whezing/ronchi, irama jantung teratur, cepat, tidak ada galop
Abdoment :
- Inspeksi : pucat, tidak ada acites, tidak ada cidera
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba dingin, tidak ada defans muskuler
- Perkusi : timpani, tidak ada nyeri ketok
Pelvis : Tidak ada tanda tanda cidera/jejas
Extremitas : Ekstremitas atas gerakan normal tidak ada nyeri, denyut arteri radialis teraba, terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes/menit di tangan kiri. Extremitas bawah kanan gerak normal, tidak ada nyeri gerak. Ekstrimitas bawah kiri ada fraktur pada digital V metacarpal sinistra, klien mengatakan nyeri bila digerakkan, klien merasa sangat nyeri bila untuk berjalan kaki, punggung kaki kiri tambah bengkak.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Rongten pelvis : fraktur digit V metacarpal sinistra
TERAPI MEDIS
IVFD Ringer Laktat 20 tetes/menit
Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 gram intra vena
Injeksi Ranitidine 3 x 50mg intra vena
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg intra vena
ANALISA DATA
No |
Hari/Tgl /Jam |
Symtom |
Etiologi |
Problem |
1 |
Selasa 12 Mei 2020 Jam 10.10 WIB |
DS : - Klien mengatakan terjatuh saat turun dari tangga - Klien mengatakan nyeri pada punggung kaki kiri - Klien mengatakan kakinya nyeri bila untuk berjalan. - Skala nyeri 9 (nyeri berat, tetapi masih bisa dikontrol oleh klien yaitu dengan mengusap-usap daerah sekitar lokasi nyeri DO : - Ekspresi wajah nampak menahan nyeri - Oedem pada punggung kaki kiri - Seluruh permukaan tubuh teraba hangat - T : 100/70mmHg - S : 37˚Celcius - N : 96 x/mnt - Hasil Rogten : fraktur pada digital V metacarpal sinistra |
Gerakan fragmen tulang
|
Nyeri akut |
2 |
Selasa 12 Mei 2020 Jam 10.10 WIB |
DS : - Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena nyeri pada kakinya, bila berjalan dibantu oleh anaknya. DO : - Ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit - Oedem pada kaki kiri - Aktifitas klien waktu di IGD dibantu oleh anaknya. - Ekstremitas bawah kiri ada fraktur pada digital V metacarpal sinistra |
Kerusakan integritas struktur tulang |
Hambatan mobilitas fisik |
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan gerakan fragmen tulang
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan |
Rencana Keperawatan |
|
Tujuan dan Kriteria Hasil |
Intervensi |
|
1. Nyeri akut berhubungan dengan gerakan fragmen tulang |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri teratasi dengan kriteria hasil : Ø NOC 2 : Pengandalian nyeri efektif dibuktikan dengan psien mampu melakukan tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri NOC 3 : Tingkat nyeri berkurang dibuktikan dengan skala nyeri antara 1-5 |
Ø NIC 1 : pemberian analgesic - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik - Kelola nyeri dng pemberian analgetik yang terjadwal - Sesuaikan frekuensi dan dosis dengan hasil pengkajian nyeri - Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil - Ø NIC 3 :Peñatalaksanaan nyeri : - Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kwalitas, intensitas dan factor presipitasinya - Observasi tanda non verbal adanya nyeri - Ajarkan tehnik manipulasi nyeri : tehnik relaksasi - Libatkan pasien dan keluarga untuk menginformasikan kepada perawat jika skala nyeri berkurang atau tehnik pengurangan nyeri tidak tercapai |
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang |
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam hambatan mobilitas klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
|
Ø NIC 1 : monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan Ø NIC 3 : bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cidera Ø NIC 5 : kaji kemampuan klien dalam mobilisasai Ø NIC 7 : berikan alat bantu jika klien memerlukan ØNIC 8 : ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan |
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Dx Kep |
Hari/Tgl /Jam |
Implementasi |
Evaluasi |
Paraf |
1 |
Selasa 12 Mei 2020 Jam 10.10 WIB |
- Mengkaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi,karakteristik durasi, frekuensi, keparahan nyeri dan factor pencetus
- Menganjurkan kepada pasien untuk relaksasi saat nyeri mulai muncul
- Meminta persetujuan tindakan medik pemasangan infus dan injeksi.
- Melaksanakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
- Melaksanakan Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 gram intra vena, Ranitidine 3 x 50mg intra vena , Ketorolac 3 x 30 mg intra vena
- Meminta persetujuan kepada keluarga dan klien tindakan pemasangan bidai
- Melaksakan pemasangan bidai pada telapak kaki kiri sampai ke tumit.
|
DS : - Klien mengatakan nyeri pada punggung kaki kiri - Klien mengatakan kakinya nyeri bila untuk berjalan. - Skala nyeri 9 (nyeri berat, tetapi masih bisa dialihkan yaitu dengan mengusap-usap daerah sekitar fraktur) DO: - Ekspresi wajah nampak menahan nyeri - Oedem pada punggung kaki kiri - Seluruh permukaan tubuh teraba hangat - T : 100/70mmHg - S : 37˚Celcius - N : 96 x/mnt - Hasil Rogten : fraktur pada digital V metacarpal sinistra
DS : - Pasien mengatakan mau mencoba dan mau mengikuti instruksi perawat untuk relaksasi jika muncul nyeri DO: - Pasien Nampak menirukan tehnik relaksasi yang diajarkan perawat
DS : - Keluarga sudah menandatangani persetujuan pemasangan infus DO : - Infus terpasang lancar dengan tetesan 20 tetes/menit
DS : - Pasien mengatakan bersedia untuk diberikan obat injeksi melalui infus DO: - Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 gram intra vena, Ranitidine 3 x 50mg intra vena , Ketorolac 3 x 30 mg intra vena masuk
DS : - Keluarga sudah menandatangani persetujuan pemasangan bidai. - Klien mengatakan terasa lebih nyaman DO : - Klien kooperatif pada saat pemasangan bidai - Bidai sudah terpasang pada telapak kali kiri sampai ke tumit - Tidak terdapat warna kebiruan |
|
2 |
Selasa 12 Mei 2020 Jam 10.10 WIB |
- Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi - Mengajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
|
DS : - Klien mengatakan masih nyeri bila umtuk beraktifitas terutama untuk berjalan. - Klien mengatakan bila berjalan dibantu oleh anaknya. - Klien paham apa yang dianjurkan perawat tetntang cara merubah posisi
DO : - Aktifitas klien dibantu oleh anaknya ketika klien datang ke IGD - Klien hanya bisa mirang-miring diatas tempat tidur - Kaki kiri terpasang bidai - Tidak ada kebiruan
|
|
EVALUASI / C ATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tgl /Jam |
No Dx Kep |
Catatan Perkembangan |
Paraf |
Selasa 12 Mei 2020 Jam 14.00 WIB |
1 |
S : - Klien mengatakan nyeri pada punggung kaki kiri - Klien mengatakan kakinya nyeri bila untuk berjalan. O : - Ekspresi wajah nampak menahan nyeri - Oedem pada punggung kaki kiri - Seluruh permukaan tubuh teraba hangat - T : 100/70mmHg - S : 37˚Celcius - N : 96 x/mnt - Hasil Rogten : fraktur pada digital V metacarpal sinistra
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan - NIC 1 : pemberian analgesic dan - NIC 3 : Peñatalaksanaan nyeri
|
|
Selasa 12 Mei 2020 Jam 14.00 WIB |
2 |
S : - Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena nyeri pada kakinya, bila berjalan dibantu oleh anaknya. - Klien mengatakan masih nyeri bila umtuk beraktifitas terutama untuk berjalan. O : - Ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit - Oedem pada kaki kiri - Ekstrimitas bawah kiri ada fraktur pada digital V metacarpal sinistra - Aktifitas klien dibantu oleh anaknya ketika klien datang ke IGD - Klien hanya bisa mirang-miring diatas tempat tidur - Kaki kiri terpasang bidai - Tidak ada kebiruan
A : Masalah Hambatan mobilitaa fisik belum teratasi
P : Lanjutkan - NIC 1 : monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan - NIC 3 : bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cidera - NIC 5 : kaji kemampuan klien dalam mobilisasai - NIC 7 : berikan alat bantu jika klien memerlukan - NIC 8 : ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan |
|
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2008.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 3.Jakarta: EGC.
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.
Mardiono, (2010). Teknik Distraksi. Posted by Qittun on Wedneday,October 29 2008, (www.qittun.com ,diaksespadatanggal 12 Mei 2020).
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Prof. Chairuddin Rasjad, MD. P. 2012.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Jakarta:PT. Yarsif Watampone
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner &Suddarth( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
A. PENGKAJIAN, DIAGNOSA DAN INTERVENSI
1. Identitas
Nama : Tn. G
Umur : 60 Tahun
No. RM : 1-23-72-33
Cara Datang : Melalui IGD
Tanggal Masuk : 12 Mei 2020
Tanggal Pengkajian : 12 Mei 2020
Dx Medis : Fraktur Digit V Metacarpal Sinistra
2. Pengkajian Primer
Keluhan Utama : Pasien masuk ruang IGD dalam keadaan lemas dan tampak kesakitan, kaki kiri bengkak
Riwayat Kesehatan Saat Ini : Klien mengeluh nyeri di kaki kiri sejak 2 hari yang lalu, klien terjatuh saat turun dari tangga. Klien merasa kakinya terkilir, terasa sangat nyeri bila untuk berjalan kaki, kemudian klien dibawa oleh keluarganya ke RSUDZA.
Airway Data : Kondisi airway paten tidak ada obstruksi, tidak ada sumbatan, tidak ada snoring/stridor dan pasien masih dapat berbicara
|
|
Breathing Data : Nafas spontan, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada whezing, ronchi.
|
|
Circulation Data : Tekanan darah saat diperiksa 100/70 mmHg, pulsasi nadi kuat, frekuensi 96 x/menit, suhu 37˚C, irama jantung teratur, kulit dan membran mukosa tidak pucat, seluruh permukaan tubuh teraba hangat
|
|
Disability Data : DS : - Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena nyeri pada kakinya, bila berjalan dibantu oleh anaknya. DO : - k/u lemah - T : 100/70mmHg - N : 96 x/mnt - RR : 20 x/mnt - S : 37˚Celcius - Oedem pada punggung kaki kiri - Aktifitas klien dibantu oleh anaknya. - Ekstremitas bawah kiri ada fraktur pada digital V metacarpal sinistra - Hasil Rogten : fraktur pada digital V metacarpal sinistra
|
Diagnosa Keperawatan Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
Intervensi NIC 1 : monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan NIC 3 : bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cidera NIC 5 : kaji kemampuan klien dalam mobilisasai NIC 7 : berikan alat bantu jika klien memerlukan NIC 8 : ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan |
Exposure Data DS : - Klien mengatakan nyeri pada punggung kaki kiri DO : - k/u lemah - T : 100/70mmHg - N : 96 x/mnt - RR : 20 x/mnt - S : 37˚Celcius - Ekspresi wajah nampak menahan nyeri - Skala nyeri 9 (nyeri berat, tetapi masih bisa dikontrol oleh klien yaitu dengan mengusap-usap daerah sekitar lokasi nyeri - Oedem pada punggung kaki kiri - Aktifitas klien dibantu oleh anaknya. - Ekstremitas bawah kiri ada fraktur pada digital V metacarpal sinistra - Hasil Rogten : fraktur pada digital V metacarpal sinistra
|
Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan gerakan fragmen tulang
Intervensi NIC 1 : pemberian analgesic - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik - Kelola nyeri dng pemberian analgetik yang terjadwal - Sesuaikan frekuensi dan dosis dengan hasil pengkajian nyeri - Laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil NIC 3 :Peñatalaksanaan nyeri : - Kaji nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kwalitas, intensitas dan factor presipitasinya - Observasi tanda non verbal adanya nyeri - Ajarkan tehnik manipulasi nyeri : tehnik relaksasi - Libatkan pasien dan keluarga untuk menginformasikan kepada perawat jika skala nyeri berkurang atau tehnik pengurangan nyeri tidak tercapai
|
3. Pengkajian Sekunder
Full Vital Sign Data : - k/u lemah - kesadaran compos mentis - T : 100/70mmHg - N : 96 x/mnt - RR : 20 x/mnt - S : 37˚Celcius
|
|
Give Comfort Data : Mempertahankan posisi yang nyaman bagi pasien
|
|
History Data : Menurut keterangan keluarga, sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang.
|
|
Head to Toe Data : Kepala : Rambut bersih, tidak ada luka maupun bekas trauma
Leher : Leher teraba dingin, tidak terdapat pembesaran kelenjar gondok Dada : - Inspeksi : nafas cepat, tidak ada cidera - Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba dingin - Perkusi : sonor, tidak ada nyeri tekan - Auskultasi : tidak ada whezing/ronchi, irama jantung teratur, cepat, tidak ada galop
Abdomen : - Inspeksi : pucat, tidak ada acites, tidak ada cidera - Auskultasi : bising usus normal - Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kulit teraba dingin, tidak ada defans muskuler - Perkusi : timpani
Pelvis dan Genitalia : Tidak ada tanda tanda cidera/jejas bersih, tidak ada hemoroid.
Ekstremitas : Atas : Gerakan normal tidak ada nyeri, denyut arteri radialis teraba, terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes/menit di tangan kiri.
Bawah : Extremitas bawah kanan gerak normal, tidak ada nyeri gerak. Ekstrimitas bawah kiri ada fraktur pada digital V metacarpal sinistra, klien mengatakan nyeri bila digerakkan, klien merasa sangat nyeri bila untuk berjalan kaki, punggung kaki kiri tambah bengkak.
Inspection Back Posterior : Tidak terdapat cedera pada bagian tulang belakang
|
|
No comments:
Post a Comment