BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Keluhan pada sistem musculoskeletal telah menjadi trend
penyakit terbaru berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara
berkembang maupun negara industri (Chung, 2013).Keluhan muskuloskeletalatau
Musculoskeletal Disorder (MSDs) bersifat kronis, disebabkan adanya kerusakan
pada tendon, otot, ligament, sendi, saraf, kartilago, atau spinal disc biasanya
menimbulkan rasa tidak nyaman, nyeri, gatal dan pelemahan fungsi. Keluhan ini
dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pekerjaan contohnya
peregangan otot berlebih, postur kerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif,
dan lingkungan seperti getaran, tekanan dan mikroklimat (Tarwaka, 2013).
Pada tahun 2007, perawat di Amerika Serikat menduduki peringkat
ketujuhdiantara seluruh pekerja yang menderita MSDs, dan insiden cedera
muskuloskeletal 4.62/100 perawat per tahun (Shafiezadeh, 2011). Data dari The
Taiwan National Health Insurance Research Database selama tahun 2004 – 2010,
dari 3914 perawat, 3004 orang perawat menderita MSDs(76.24%). Namun keterangan
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, di Indonesia belum
terdapat data yang signifikan sehubungan bahaya di rumah sakit khususnya
keluhan muskuloskeletal. Sedangkan,
literatur dan penelitian sebelumnya lebih banyak dilakukan pada pekerja
industri.
Shafiezadeh (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
diantara petugas kesehatan yang bekerja di rumah sakit, perawat memiliki
tingkat resiko tertinggi terhadap keluhan muskuloskeletal karena mereka
merupakan kelompok terbesar yang bekerja di rumah sakit. Perawat memberikan
pelayanan keperawatan selama 24 jam penuh terlebih perawat Instalasi Gawat
Darurat (IGD). Perawat IGD dituntut memberikan pelayanan secara sigap, cermat,
cekatan serta tepat baik untuk klien maupun keluarga sesuai dengan standart
operasional prosedur (SOP) yang telah ditentukan.
B.Rumusan
Masalah
1. pengertian gangguan
muskuluskuletal
2. penyakit/gangguan trauma pada
sistem muskuluskuletal
3. Gejala dan tanda pada gangguan
muskuloskuletal
4. pemeriksaan
penunjang pada gangguan muskuloskuletal
5. Penatalaksanaan
6. Komplikasi
7. Asuhan keperawatan
C.Tujuan
Tujuan khusus
1. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah keterampilan dasar keperawatan
Tujuan
umum
1. Untuk
mengetahui hal yang berhubungan dengan muskuluskuletal
2. Untuk
mengetahui gangguan muskuluskuletal
BAB II
PEMBAHASAN
A.
GANGGUAN
MUSKULOSKELETAL
1.
Pengertian gangguan muskuloskuletal
Gangguan
muskuloskeltal adalah suatu kondisi yang menggangu fungsi
sendi,ligament,otot,safar dan tendon,serta tulang belakang.Siatem
muskoloskeltal anda melibatkan struktur yang mendukung anggota badan,leher dan
punggung.gangguan muskuloskelatal seringnya merupakan penyajit
degeneratife,penyekit menyebabkan jaringan tubuh anda rusak secara lambat
laun.hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan anda untuk
bergerak,yang dapat mencegah anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
2.
Jenis gangguan muskuloskeletal
Gangguan
muskulosketal dapat mempempengaruhi setiap
area dalam tubuh.utama termasuk leher,bahu,pergelangantangan,punggung,pinggul,lutut,dan
kaki.contoh gangguan muskuloskuletal
secara umum yaitu :
a.
Nyeri pada punggung
bagian bawah
Low
back pain adalah gejala yang mungkin terjadi dari berbagai proses yang
berbeda.low back pain bukanlah suatu
penyakit sebanyak hingga 85% orang dengan nyeri punggung bawah, meski
mendapat pemeriksaan medis menyeluruh, tidak ada penyebab spesipik rasa sakit
yang di indentifikasi.Ada beberapa faktor dapat meningkatkan risiko sakit tulang
belakang bawah. Misalnya kelebihan berat
badan,
hamil, merokok, stres atau depresi, serta konsumsi obat-obatan yang dapat
memengaruhi kondisi tulang, misalnya kortikosteroid.
Gejala
sakit tulang belakang bawah dapat dirasakan berupa rasa nyeri, kebas, atau mati
rasa yang menjalar pada satu kaki, nyeri sendi atau terasa kaku ketika berjalan
pada pagi hari, dan lain-lain. Rasa sakitnya membuat tidak nyaman, bahkan dapat
mengganggu aktivitas.
Penyebab antara lain:
1. Mengalami
ketegangan otot
Ketegangan
otot (muscle strain) atau juga sering dikenal sebagai keseleo biasanya terjadi saat mengangkat
benda berat yang salah atau gerakan secara tiba-tiba. Lain dari itu, ketegangan
juga bisa dihasilkan dari aktivitas yang berlebihan saat bekerja.
2. Timbul
gangguan pada struktur tulang belakang
Misalnya masalah pada cakram tulang
belakang, artritis (radang tulang dan persendian), osteoporosis (pengeroposan tulang), atau
lengkung tulang belakang yang abnormal seperti skoliosis.
3. Menderita
penyakit tertentu
Penyebab lainnya bisa juga datang
karena kondisi penyakit tertentu, seperti di antaranya penyempitan kanal tulang
belakang (stenosis spinal), degeneratif spondylolisthesis,
hilangnya fungsi saraf di sumsum tulang belakang bagian bawah atau disebut cauda
equina syndrome, infeksi jamur atau bakteri pada tulang belakang,
dan juga kanker pada tulang belakang.Untuk memastikan penyebab sakit tulang
belakang bawah, dokter dapat melakukan beberapa tes pendukung seperti Rontgen, CT scan, MRI, pemindaian tulang, ataupun electromyography
(EMG). Jika dicurigai terjadi infeksi, dokter bisa merekomendasikan pemeriksaan
darah.
3. Penanganan
Pengobatan sakit tulang belakang
bawah tergantung dari penyebabnya. Berikut beberapa pilihan pengobatan yang
dapat dilakukan:
- Obat
pereda nyeri. Misalnya paracetamol dapat membantu meringankan rasa sakit
untuk jangka pendek. Selalu konsultasikan dosis dan durasi konsumsi obat
ini dengan dokter. Selain itu, pereda nyeri juga bisa berupa krim atau
salep yang dioles langsung di lokasi yang terasa nyeri.
- Pemberian
obat seperti antidepresan ataupun beberapa jenis narkotik untuk mengobati
sakit tulang belakang yang sudah kronis. Namun, harus selalu dilakukan di
bawah pengawasan dokter.
- Suntikan
antiradang, misalnya obat jenis kortikosteroid, dapat diberikan jika sakit
tulang belakang terasa menjalar hingga ke kaki dan tidak mempan dengan
obat pereda nyeri yang lain. Salah satunya adalah suntikan kortison, yang
akan membantu menurunkan peradangan di sekitar akar saraf sehingga
membantu meringankan rasa sakit untuk sementara.
- Operasi
tulang belakang merupakan pilihan paling akhir jika pengobatan lain
tidak berhasil, ataupun jika rasa sakit sangat parah sehingga penderitanya
tidak dapat tidur atau beraktivitas. Prosedur operasi yang umum dilakukan
yaitu discectomy (bagian dari diskus yang berada di antara tulang
belakang diangkat agar diskus tidak menekan saraf tulang belakang) dan spinal
fusion (dua atau lebih tulang belakang digabungkan untuk menstabilkan
tulang belakang dan mengurangi nyeri). Meski demikian, tindakan operasi
ini memiliki risiko komplikasi serius, seperti kerusakan saraf di sekitar
area operasi atau bahkan kelumpuhan.
Selain itu, ada pula beberapa
alternatif yang bisa dilakukan untuk meringankan rasa sakit tulang belakang
bawah, seperti yoga atau akupunktur. Namun, selalu
konsultasikan lebih dulu dengan dokter sebelum menjalani metode pengobatan
apapun.
Gangguan
muskuloskuletal antara lain
a. Fibromyalgia
Fibromyalgia atau fibromyalgia syndrome (FMS) adalah
penyakit kronis yang membuat penderitanya mengalami rasa sakit di sekujur
tubuh.Fibromyalgia bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak. Namun
sebagian besar penderitanya berusia di antara 30 hingga 50 tahun. Selain
itu, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit ini
dibandingkan dengan pria.
Gejala utama fibromyalgia adalah rasa sakit yang menyebar ke seluruh
tubuh. Rasa sakit ini dapat berupa sensasi terbakar, seperti
ditusuk-tusuk, atau nyeri tumpul yang dapat terus dirasakan selama setidaknya
12 minggu.
Indikasi
tersebut akan berlangsung secara terus-menerus dengan tingkat keparahan yang
mungkin berubah-ubah. Terkadang juga bisa disertai dengan gejala-gejala lain
yang meliputi:
- Tubuh sangat sensitif terhadap rasa
sakit.
- Otot kaku.
- Sulit tidur dan kelelahan. Rasa
sakit akibat fibromyalgia akan menyebabkan penderita sulit tidur sehingga
akan memicu kelelahan.
- Sakit kepala.
- Gangguan kognitif, misalnya sulit
berkonsentrasi atau mengingat sesuatu.
- Depresi.
- Kecemasan.
- Kram perut.
- Sindrom iritasi usus.
- Haid disertai nyeri yang parah.
- Kepanasan atau kedinginan. Gejala
ini terjadi karena penderita tidak mampu mengatur temperatur tubuh.
Keparahan gejala fibromyalgia umumnya berbeda-beda pada tiap
penderita. Perbedaan ini bisa dipicu oleh tingkat stres yang dialami oleh
penderita, banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh penderita, serta perubahan
cuaca.
Penyebab
dan Faktor Risiko Fibromyalgia
Penyebab di balik fibromyalgia belum diketahui secara pasti, tetapi
para pakar menduga ada sejumlah faktor yang bisa memicu kondisi ini.
Faktor-faktor pemicu tersebut adalah:
- Usia.
Kondisi ini umumnya dialami oleh orang-orang yang berusia 30-50 tahun.
- Jenis kelamin.
Wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami fibromyalgia
dibandingkan pria.
- Kadar abnormal pada
senyawa-senyawa dalam sistem saraf pusat.
Perubahan ini dapat menyebabkan reaksi sistem saraf pusat yang lebih
sensitif terhadap sinyal-sinyal rasa sakit.
- Faktor keturunan.
Risiko seseorang untuk mengalami fibromyalgia bisa meningkat jika memiliki
anggota keluarga yang menderita kondisi sama.
- Trauma fisik atau
emosional, misalnya
mengalami cedera, menjalani operasi, menderita infeksi virus, atau
mengalami kejadian traumatis.
- Senyawa kimia dalam
otak yang tidak seimbang, seperti
serotonin atau dopamin.
- Gangguan tidur.
Penderita insomnia
berpotensi memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rasa sakit.
- Penyakit yang berhubungan
dengan sendi, otot, dan tulang.
Misalnya, lupus,
rheumatoid arthritis,
atau osteoarthritis.
Diagnosis
Fibromyalgia
Fibromyalgia termasuk penyakit yang sulit didiagnosis karena
gejala-gejalanya cenderung mirip dengan penyakit lain. Prosedur diagnostik
khusus untuk penyakit ini juga belum ditemukan.Dokter umumnya akan menanyakan
gejala-gejala yang dialami oleh pasien sebelum memeriksa kondisi kesehatan
pasien. Beberapa kriteria yang umumnya bisa digunakan untuk membantu diagnosis
meliputi:
- Pasien mengalami tingkat keparahan
gejala yang sama, setidaknya selama 12 minggu.
- Tidak adanya penyebab lain yang
ditemukan.
- Pasien mengalami rasa sakit,
setidaknya pada 4 hingga 6 bagian tubuhnya.
Dokter kemudian akan menganjurkan sejumlah pemeriksaan yang dapat
menghapus kemungkinan adanya penyakit lain yang diderita pasien sebelum
memastikan diagnosis, seperti pemeriksaan darah dan foto Rontgen.
Penanganan
Fibromyalgia
Fibromyalgia termasuk kondisi kronis yang tidak bisa disembuhkan.
Tujuan pengobatannya adalah untuk meringankan gejala agar tidak menghambat
kehidupan sehari-hari penderitanya.Penanganan fibromyalgia berbeda untuk tiap
penderita, namun secara umum meliputi:
- Penggunaan obat-obatan,
misalnya obat pereda sakit (paracetamol atau tramadol),
antidepresan (seperti amitriptyline,
fluoxetine,
paroxetine, venlafaxine, dan duloxetine), serta antikonvulsan (gabapentin).
Jika dibutuhkan, dokter juga bisa memberikan obat relaksan otot, obat
penenang, atau obat tidur untuk meningkatkan kualitas tidur penderita.
- Terapi psikologis, contohnya
terapi perilaku kognitif. Konselor dapat membantu penderita untuk
menemukan strategi agar bisa menangani stres yang dipicu atau memicu
kondisi ini.
- Terapi fisik untuk meringankan rasa sakit,
seperti teknik relaksasi serta olahraga ringan atau berenang dalam air
hangat.
b.
Encok
Encok merupakan penyakit yang disebabkan penumpukan kristal asam
urat di dalam jaringan ikat, yaitu ruang antara dua tulang atau di dalam tulang
itu sendiri.Penumpukan kristal ini menyebabkan peradangan artritis yang memicu
pembengkakan, kemerahan, rasa panas, nyeri serta kekakuan di sendi.
Asam urat yang menumpuk tersebut merupakan zat yang dihasilkan dari
pemecahan purin, zat ini merupakan bagian dari semua jaringan manusia dan
ditemukan pada berbagai jenis makanan.Seharusnya asam urat ini terlarut dalam
darah dan melewati ginjal hingga akhirnya dikeluarkan melalui urin. Tapi jika
produksi asam urat di tubuh meningkat dan ginjal tidak cukup kuat menghilangkan
asam urat, maka kondisi ini memicu terjadinya hyperuricemia (peningkatan kadar
asam urat dalam darah).
Seperti dikutip
dari Medic8.com, Kamis (27/5/2010) ada faktor penyebab encok yaitu:
- Kelebihan berat badan. Hal ini
karena terdapat lebih banyak jaringan yang bisa pecah atau berganti
sehingga memicu meningkatnya produksi asam urat.
- Terlalu banyak minum alkohol,
sehingga mengganggu perjalanan asam urat untuk keluar dari tubuh.
- Adanya gangguan pada salah satu
enzim yang membantu pemecahan senyawa purin yang membuat seseorang kena
encok jika makanan makanan yang mengandung purin.
- Mengonsumsi obat tertentu seperti
salisilat, cyclosporine, levodopa atau obat diuretik.
- Genetik kemungkinan memainkan
peran, meskipun tidak terlalu besar. Karena diperkirakan sekitar 18 persen
orang yang encok memiliki riwayat penyakit ini.
Jika tubuh
rentan terkena encok maka yang harus dilakukan:
- Minum banyak cairan terutama air
putih, karena cairan bisa membantu menghilangkan asam urat berlebih dari
dalam tubuh.
- Menghindari makanan yang mengandung
banyak purin seperti bir, minuman alkohol, teri, ikan sardin, telur ikan,
ragi, hati, ginjal, kacang-kacangan (kacang polong, melinjo), ekstrak
daging, kaldu, jamur, asparagus, bayam dan kembang kol.
- Menjaga berat badan dengan
berolahraga secara teratur.
- Jangan melakukan diet secara
ekstrim, karena hal ini juga bisa meningkatkan kadar asam urat dalam
darah.
Memberitahu dokter semua obat dan vitamin yang dikonsumsi untuk
mencegah peningkatan risiko hyperuricemia dari obat-obatan yang diminum.Encok
sering disebut asam urat, tapi penyakit ini berbeda dengan rematik. Karena
encok terkait dengan gangguan metabolisme pengeluaran kadar asam urat dalam
darah yang tersumbat menjadi kristal. Sedangkan rematik adalah penyakit sendi
karena adanya gangguan autoimun yang berlangsung lama.
c.
Tendinitis
Penyebab
Tendinitis
Meski tendinitis bisa disebabkan oleh cedera mendadak, kondisi ini
lebih umum terjadi karena gerakan yang terjadi berulang. Sebagian orang
mengalami tendinitis akibat pekerjaan atau hobi yang melibatkan gerakan
berulang dan memberi tekanan pada tendon.
Usia yang semakin menua bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami
tendinitis, karena kelenturan tendon semakin berkurang. Tendinitis juga
berisiko terjadi akibat aktivitas yang melibatkan gerakan berulang-ulang atau
olahraga tanpa melakukan peregangan sebelumnya.
Selain sejumlah
hal di atas, penderita obesitas, diabetes, dan rheumatoid arthritis juga berisiko
mengalami tendinitis. Faktor lain yang bisa menyebabkan tendinitis adalah
penggunaan antibiotik, seperti levofloxacin dan ciprofloxacin, serta kebiasaan
merokok.
Jenis
Tendinitis
Tendinitis
terbagi dalam beberapa kondisi menurut letak tendon yang terdampak, antara
lain:
- Lateral epicondylitis, yaitu
tendinitis pada tendon di siku bagian luar. Penyebabnya adalah aktivitas
yang melibatkan putaran pada pergelangan tangan, seperti pada atlet tenis
dan bulutangkis.
- Medial epicondylitis,
yaitu tendinitis pada tendon di siku bagian dalam. Umumnya terjadi karena
gerakan siku seperti yang dilakukan atlet golf dan bisbol.
- Achilles tendinitis,
yaitu tendinitis pada tendon Achilles (tendon di belakang pergelangan
kaki) yang umumnya terjadi akibat aktivitas lari dan lompat.
- Rotator cuff tendinitis,
yaitu tendinitis yang umumnya terjadi pada olahraga yang melibatkan
gerakan mengangkat lengan, seperti perenang, sehingga menimbulkan
peradangan pada tendon rotator cuff (otot yang mengendalikan
putaran bahu).
- De Quervain tendinitis,
yaitu tendinitis pada pergelangan tangan, tepatnya di pangkal ibu jari
yang umumnya terjadi karena gerakan menggenggam atau mencubit. Kadang terjadi
pada wanita dalam masa kehamilan tanpa diketahui sebabnya.
- Knee tendinitis, yaitu
tendinitis yang terjadi pada tendon patellar yang terletak di
bawah lutut atau pada tendon quadriceps yang berada di atas
lutut. Umumnya terjadi pada atlet basket atau pelari jarak jauh.
Gejala
Tendinitis
Tendinitis akan menimbulkan rasa sakit di bagian tendon yang
meradang. Biasanya memburuk saat tendon tersebut digerakkan, namun bisa
juga muncul saat penderita sedang istirahat. Selain itu, tendon juga bisa
mengalami pembengkakan
Diagnosis
Tendinitis
Tendinitis biasanya bisa diketahui lewat pemeriksaan fisik, namun
pada kasus tertentu dokter membutuhkan prosedur pencitraan, seperti USG, foto
Rontgen, atau MRI,
untuk melihat kemungkinan robekan dan penebalan tendon, atau dislokasi sendi.
Pengobatan
Tendinitis
Dokter akan memberikan obat pereda rasa sakit, seperti paracetamol atau ibuprofen,
untuk dikonsumsi, dan menyuntikkan kortikosteroid ke area tendon pasien untuk
meredakan peradangan. Kortikosteroid
tidak disarankan untuk tendinitis yang sudah lebih dari 3 bulan karena berisiko
melemahkan tendon dan membuat tendon putus.
Pengobatan dengan menyuntikkan plasma darah kaya trombosit (PRP)
juga bisa menjadi pilihan. Dokter akan mengambil sampel darah pasien, serta
memisahkan trombosit dan plasma darah dari komponen darah lainnya, kemudian
disuntikkan kembali ke area tendon. Namun, pilihan terapi ini masih terus
diteliti untuk mendapatkan hasil yang optimal.Pasien juga akan disarankan untuk
melakukan fisioterapi yang bertujuan untuk memperkuat tendon yang terkena. Jika
fisioterapi tidak membantu, dokter akan menyarankan beberapa prosedur, antara
lain:
- Dry needling.
Dokter akan membuat lubang kecil di tendon menggunakan jarum halus untuk
merangsang faktor-faktor yang dapat memperbaiki tendon.
- Ultrasound.
Sayatan kecil akan dibuat untuk memasukkan alat gelombang suara ultrasonik
untuk membuang jaringan parut.
- Bedah. Tindakan bedah
oleh dokter bedah
akan dilakukan pada kondisi tendinitis parah seperti terlepasnya tendon
dari tulang.
Untuk membantu proses penyembuhan, mengistirahatkan tendon yang
meradang berguna untuk mengurangi nyeri dan bengkak, juga untuk penyembuhan
jaringan. Namun pasien tetap bisa melakukan aktivitas yang tidak membebani
tendon. Pasien juga bisa mengompres area yang sakit dengan es selama 20 menit
beberapa kali dalam sehari. Langkah ini berguna untuk mengurangi nyeri,
bengkak, dan ketegangan otot. Selain itu, untuk mengurangi bengkak, dapat
digunakan perban elastis dan meninggikan bagian yang meradang tersebut. Tetap
jalani aktivitas ringan agar sendi tidak kaku.
Komplikasi
Tendinitis
Tendinitis bisa meningkatkan risiko tendon putus sehingga perlu
dilakukan tindakan bedah. Jika iritasi pada tendon berlangsung selama beberapa
minggu atau beberapa bulan, penderita bisa mengalami tendinosis, yaitu kondisi
tendon yang mengalami perubahan degeneratif dan diikuti terbentuknya pembuluh
darah tidak normal.
Pencegahan
Tendinitis
Lakukan
tindakan pencegahan berikut untuk menghindari risiko tendinitis:
- Hindari aktivitas yang memberi
tekanan berlebih pada tendon, terutama jika dilakukan secara terus
menerus, dan hentikan aktivitas jika muncul nyeri.
- Beralih ke pilihan olahraga yang
lain, jika olahraga yang biasa dilakukan menimbulkan nyeri.
- Ikuti saran instruktur olahraga
profesional agar gerakan yang dilakukan tidak menimbulkan masalah pada
tendon.
- Lakukan peregangan setelah latihan
untuk memaksimalkan gerakan sendi dan mengurangi cedera berulang pada
jaringan yang tegang.
- Jika memungkinkan, atur kursi dan
meja di tempat kerja agar sesuai dengan posisi ergonomis, yaitu posisi
paling baik sehingga tidak mencederai otot, tendon, atau sendi.
- Memperkuat otot yang biasa
digunakan saat aktivitas bisa menghindari cedera tendon dan sendi tempat
otot tersebut menempel.
d.Radang
sendi
Radang sendi atau disebut juga sebagai artritis merupakan suatu
kondisi terjadinya peradangan (inflamasi) dalam satu atau beberapa sendi.
Gejala yang dirasakan penderita biasanya berupa nyeri, bengkak, kemerahan, atau
sensasi hangat pada sendi. Radang sendi juga dapat menyebabkan sendi menjadi
kaku dan sulit untuk digerakkan.
Risiko terkena radang sendi biasanya meningkat seiring pertambahan
usia. Selain itu, obesitas,
jenis kelamin, dan riwayat kesehatan keluarga juga dapat turut berpengaruh.
Terlebih lagi jika ada riwayat cedera pada sendi, maka rasa sakit di sekitar
sendi tersebut dapat kambuh di kemudian hari.
Gejala
Radang Sendi
Gejala radang
sendi pada umumnya adalah:
- Nyeri dan kaku pada sendi.
- Gerakan sendi terbatas.
- Kulit pada sendi berubah menjadi
merah dan hangat.
- Otot sekitar sendi mengecil dan
kekuatannya menurun.
Jenis-jenis
Radang Sendi
Ada beberapa
jenis radang sendi, di antaranya:
1. Artritis karena kondisi degeneratif (degenerative arthritis)
Osteoarthritis
merupakan jenis yang paling sering terjadi. Kondisi ini terjadi ketika tulang
rawan sendi mulai menipis seiring usia, sehingga tulang bisa bergesekan
langsung dengan tulang lain dan menyebabkan rasa sakit serta terhambatnya
gerakan. Osteoarthritis umumnya diderita oleh orang berusia 50 tahun
ke atas, dan biasanya menyerang sendi di bagian tangan, lutut, pinggul, atau
tulang belakang.Salah satu osteoarthritis yang menyerang tulang
belakang daerah leher adalah spondilosis
servikal. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala nyeri dan kaku pada leher.
2.
Artritis karena reaksi
peradangan (inflammatory arthritis).
Sistem
kekebalan tubuh umumnya melindungi tubuh dengan menimbulkan reaksi peradangan
untuk menghilangkan infeksi dan mencegah penyakit. Namun sistem kekebalan tubuh
dapat salah dan menyerang sendi dengan mengakibatkan reaksi peradangan yang
tidak terkontrol (reaksi autoimun). Keadaan ini dapat mengakibatkan erosi pada
sendi dan dapat menyerang organ lain juga. Beberapa contoh inflammatory
arthritis adalah:
3.
Rheumatoid arthritis.
Rheumatoid arthritis terjadi
ketika membran sinovial (lapisan pembungkus sendi) mengalami peradangan dan
bengkak akibat serangan dari sistem kekebalan tubuh kita sendiri. Kondisi ini
lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria dengan usia antara 40-50
tahun. Jika tidak ditangani dengan benar, dapat menyebabkan kerusakan tulang,
tulang rawan dan organ tubuh lainnya.
4.
Psoriatic arthritis.
Merupakan
jenis radang sendi yang biasanya muncul pada penderita penyakit psoriasis.
5.
Enteropathic arthritis.
Penyakit ini umumnya dirasakan pada sendi
tungkai dan tulang belakang. Enteropathic arthritis merupakan
komplikasi dari penyakit kolitis ulseratif dan Crohn’s Disease.
6.
Reactive arthritis.
Reactive arthritis
yang dulu disebut Reiter syndrome merupakan kondisi autoimun yang
timbul akibat respon tubuh terhadap infeksi sehingga menimbulkan peradangan di
sendi. Penyakit ini berhubungan dengan infeksi di saluran pencernaan akibat Shigella
(disentri)
atau Salmonella (tifus) serta infeksi saluran kemih dan genital (chlamydia)
7.
Artritis karena infeksi (infectious arthritis).
Virus,
bakteri atau jamur di dalam darah langsung masuk dan menyerang ke dalam sendi
sehingga menimbulkan reaksi peradangan. Berbeda dengan reactive arthritis,
dimana reaksi peradangan di dalam sendi diakibatkan oleh infeksi di tempat
lain. Radang sendi dengan nama lain septic arthritis ini berisiko pada
orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penyakit kanker
dan diabetes.
8.
Artritis karena gangguan metabolik (metabolic arthritis).
Penyakit asam urat
merupakan metabolic arthritis. Kondisi yang umumnya menyerang bagian
sendi jempol kaki ini disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam
sendi. Selain sakit, sendi yang terkena penyakit asam urat juga bisa memerah
dan membengkak. Kondisi ini lebih berisiko menyerang pria.
Diagnosis
Radang Sendi
Untuk memastikan kondisi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
terlebih dahulu, antara lain mengamati adanya pembengkakan dan melihat
kemampuan pasien dalam menggerakkan sendi. Jika pasien dicurigai menderita
radang sendi, maka dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, misalnya pemeriksaan
darah, cairan sendi, dan urine di laboratorium, untuk menguatkan diagnosis.
Pemeriksaan radang sendi yang dilakukan akan bervariasi tergantung
dari jenis kondisi yang dicurigai. Selain pemeriksaan laboratorium, diagnosis
radang sendi juga bisa dilakukan menggunakan metode pemindaian, contohnya
dengan USG, foto Rontgen, CT scan, atau MRI.
Pengobatan
Radang Sendi
Pengobatan radang sendi yang diberikan oleh dokter bergantung kepada
jenis dan tingkat keparahannya. Selain untuk meringankan gejala, pengobatan
radang sendi juga bertujuan untuk meningkatkan fungsi sendi-sendi.
Untuk mengurangi rasa sakit, biasanya digunakan obat
antiinflamasi nonsteroid atau OAINS (misalnya ibuprofen atau diclofenac),
analgesik (misalnya paracetamol atau tramadol), serta
mengoleskan krim atau salep yang mengandung capsaicin atau mentol
sesuai dengan dosis dan aturan pakai dari dokter.
Untuk mengatasi kasus radang sendi akibat autoimun dokter dapat
meresepkan kelompok obat disease-modifying antirheumatic drugs
(DMARDs), misalnya hydroxychlorquine atau methotrexate.
Bersamaan dengan pemberian DMARDs, infliximab atau etanercept
(golongan biologic response modifiers) juga dapat diberikan. Selain
itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan golongan kortikosteroid,
seperti prednison.
Selain dengan obat-obatan, fisioterapi juga direkomendasikan oleh
dokter dengan tujuan memperkuat otot-otot di sekitar sendi dan meningkatkan
kemampuan gerak tubuh. Mengurangi berat badan, olahraga teratur (terutama olahraga di dalam air), kompres
hangat atau dingin pada sendi, serta menggunakan tongkat juga diperlukan untuk
mengurangi gejala radang sendi.
Apabila gejala radang sendi sudah sangat parah dan tidak bisa
diatasi lagi, baik oleh obat atau pun fisioterapi, maka dokter akan
merekomendasikan operasi. Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan adalah
prosedur penyatuan sendi atau arthodesis, prosedur pemotongan tulang
untuk memperbaiki garis normal tubuh (osteotomy), serta prosedur
penggantian sendi atau artroplasti.
e.
Osteoartritis
Penyakit ini biasanya diderita
oleh orang yang berumu 40-60tahun, namun lebih sering pada orang yang berumur
di atas 60 tahun.Osteoartritis bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti
bertambahnyausia, obesitas, dan trauma. Osteoartritis dibagi 2 yaitu
osteoartritis primerdan osteoartritis sekunder. Gambaran klinik pada
osteoartritis primerbiasanya terjadi pada lansia yang berumur lebih dari 50 tahun,
rasa tidaknyaman pada sendi, kerja sendi memburuk ketika banyak gerak, tiak
adakekakuan pada pagi hari, pembengkakan tulang atau jaringan lemak.Kriteria
diagnosis dari osteoartritis adalah sebagai berikut:a. Bagian Lutut :Nyeri lutut, kekakuan pada pagi
hari sekitar 30 menit, pembesarantulangb. Bagian pinggul :Nyeri pinggul dan kekakuan pada
pagi hari kurang lebih selama 60menit.c. Bagian tangan :Nyeri tangan, sakit dan
kekakuan, pembesaran jaringan keras darisendi tangan tertentu
B. ETIOLOGI
DAN FAKTOR
TERJADINYA TRAUMA PADA
SYSTEM MUSCULOSKELETAL
fraktur pada umumnya terjadi karena kecelakaan
mobil,jatuh,atau cidera olahraga. Penyebab
lainnya adalah kepadatan tulang yang rendah.fraktur terjadi karena tekanan yang
menimpa tulang lebih besar dari pada daya tulang akibat trauma (syam hidayat d
jong 2008)
1.
fraktur
Fraktur tulang pun terjadi saat tulang dihantam atau terbentur oleh
sesuatu yang kekuatannya melebihi kekuatan tulang itu sendiri. Contohnya patah
tulang dapat terjadi ketika terjatuh dari tempat tinggi, mengalami kecelakaan
saat berkendara, cedera saat olahraga, atau saat tulang terhantam benda-benda
keras. Selain itu, kondisi fraktur tulang juga dapat terjadi akibat osteoporosis.
Apabila kamu mengalami hal ini, rasa nyeri akan sangat terasa.
Selain itu, kamu juga akan mengalami pembengkakan, memar, pendarahan, atau ada
bagian tulang yang menonjol di bawah kulit yang luka. Tingkat keparahan fraktur
tulang biasa bergantung pada lokasi terjadinya fraktur tulang dan seberapa luas
area kerusakan tulang dan jaringan di sekitarnya. Apabila kondisi ini tidak
segera ditangani dengan tepat, dapat terjadi komplikasi seperti kerusakan pada pembuluh darah dan saraf, infeksi tulang, atau infeksi pada
jaringan di sekitarnya.
Menurut Apley
& Solomon (1995: 239), etiologi yang menyebabkan fraktur adalah sebagai
berikut:
1. Traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pukulan, penghancuran, penekukan, penarikan. Bila
terkena kekuatan langsung tulang patah pada tempat yang terkena dan jaringan
lunakpun juga rusak.
2. Kelelahan
atau tekanan berulang-ulang
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda
lain, akibat tekanan yang berulang-ulang. Keadaan ini paling banyak ditemukan
pada tibia fibula, terutama pada atlit, penari
3. Kelemahan
dan abnormal pada tulang (patologis) Fraktur dapat terjadi pada tekanan yang
normal jika tulang itu lemah atau tulang itu sangat rapuh.
Jenis-Jenis Fraktur Tulang
Dalam dunia
medis, terdapat beragam jenis patah tulang, antara lain:
- Fraktur Terbuka: Patah tulang jenis
ini menyebabkan tulang menonjol keluar melalui kulit, atau luka mengarah
ke situs fraktur. Kondisi ini akan sangat memungkinkan terjadinya Infeksi
dan perdarahan eksternal.
- Fraktur Tertutup: Jenis patah
tulang yang tidak membuat tulang menonjol melalui kulit.
- Fraktur Lembut: Contoh paling
umumnya adalah cedera pada tulang kaki dan terjadi karena aktivitas yang
berulang seperti lari dan berjalan.
- Fraktur Kominutif: Patah tulang
yang menyebabkan tulang remuk dan retak menjadi tiga bagian.
- Fraktur Greenstick: Kondisi yang
terjadi saat satu sisi tulang patah, lalu sisi lainnya membengkok akibat
menanggapi tekanan yang berlebih. Biasanya terjadi pada anak-anak.
- Fraktur Oblig: Patah tulang yang
melengkung atau miring.
Cara Mengatasi Patah Tulang
Apabila kamu mengalami patah tulang, dokter spesialis ortopedi akan
membantu kamu menyembuhkannya. Mereka akan mencoba untuk mengembalikan kondisi
tulang yang telah patah ke posisi awal serta menghindari tulang bergeser
sebelum kondisi pulih.
Sebelum dilakukan pengobatan, dokter biasanya akan menanyakan
kronologis kejadian, riwayat kesehatan, dan gejala yang muncul. Setelah itu,
akan dilakukan pemeriksaan tulang dengan bantuan sinar X. Selain itu, terdapat
beberapa jenis metode untuk mengatasi patah tulang:
1.
Memasang Gips
Cara ini adalah metode paling umum yang digunakan untuk mengatasi
fraktur tulang. Dokter akan membuat tulang dalam kondisi sejajar, kemudian baru
dipasang gips hingga cedera sembuh total.
2.
Memakai Sling atau Perban
Metode ini digunakan saat patah tulang terjadi pada
area yang sulit dijangkau oleh gips.
3.
Operasi
Apabila tulang patah menjadi beberapa bagian, metode ini adalah yang
paling tepat untuk dilakukan. Dokter akan menyambung tulang-tulang tersebut
dengan memasang pen atau pelat khusus.
Menyembuhkan tulang yang patah membutuhkan waktu yang tidak
sebentar, tergantung pada tingkat keparahan serta kepatuhan kamu dalam
menjalani semua instruksi dokter. Selama proses penyembuhan pun, otot-otot
tetap perlu dilatih agar tidak melemah dengan cara olahraga tertentu. Tidak
hanya itu, olahraga tersebut juga akan mampu membuat persendian menjadi lebih
fleksibel.
b.
Dislokasi
Dislokasi adalah cedera pada sendi yang terjadi ketika tulang
bergeser dan keluar dari posisi normalnya. Seluruh sendi pada tubuh dapat
mengalami dislokasi, termasuk sendi bahu, jari, lutut, pinggul, dan pergelangan
kaki.
Penyebab
Dislokasi
Dislokasi terjadi akibat cedera, terutama benturan keras yang
dialami oleh sendi. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang
untuk mengalaminya adalah:
- Olahraga, seperti ketika
bermain basket, sepak bola, senam, atau gulat.
- Kecelakaan kendaraan bermotor.
- Keturunan. Beberapa orang lahir
dengan kondisi ligamen yang lebih lemah, sehingga lebih rentan mengalami
dislokasi.
- Orang lanjut usia. Orang
lanjut usia memiliki kecenderungan untuk jatuh dan mengalami dislokasi.
- Anak-anak. Anak-anak
cenderung memiliki aktivitas fisik yang tinggi. Jika tidak diawasi oleh
orang dewasa, maka dislokasi dapat terjadi.
Gejala
Dislokasi
Berikut ini
adalah beberapa gejala dislokasi, di antaranya adalah:
- Sendi bengkak dan memar.
- Bagian sendi yang terkena berwarna
merah atau menghitam.
- Bentuk sendi menjadi tidak normal.
- Terasa sakit ketika bergerak.
- Mati rasa di sekitar area sendi.
Diagnosis
Dislokasi
Dislokasi cenderung sulit dibedakan dengan patah tulang. Sebagai
langkah awal, dokter akan memeriksa area sendi yang dicurigai mengalami
dislokasi, serta sirkulasi darah di sekitar area dislokasi. Selanjutnya, dokter
akan melakukan beberapa tes untuk memastikan diagnosis, antara lain:
- Foto Rontgen, untuk menunjukkan
adanya dislokasi atau kerusakan lain di area sendi, misalnya patah tulang.
- MRI,
untuk membantu dokter menilai kerusakan pada struktur jaringan lunak di
sekitar sendi yang mengalami dislokasi.
Pengobatan
Dislokasi
Pengobatan akan disesuaikan dengan area dan tingkat keparahan dislokasi
yang pasien alami. Beberapa bentuk pengobatan yang mungkin dilakukan, antara
lain adalah:
- Reduksi. Tindakan yang
dilakukan dokter untuk mengembalikan tulang ke posisi semula.
- Imobilisasi. Setelah tulang
telah kembali ke posisi semula, dokter akan menghambat gerak sendi dengan
menggunakan penyangga sendi, seperti gips, selama beberapa minggu.
- Operasi. Jika dokter tidak
mampu mengembalikan tulang ke posisi semula atau jika pembuluh darah,
saraf, atau ligamen yang berdekatan dengan dislokasi mengalami kerusakan,
maka dokter akan melakukan operasi.
- Rehabilitasi. Setelah penyangga
sendi dilepas, pasien akan menjalani program rehabilitasi untuk memulihkan
jangkauan gerak dan kekuatan sendinya.
Selain melalui
pengobatan, ada beberapa langkah sederhana yang dapat pasien lakukan sendiri
untuk membantu proses penyembuhan. Di antaranya adalah:
- Mengistirahatkan sendi yang mengalami dislokasi.
Jangan terlalu banyak menggerakkan sendi yang cedera dan hindari gerakan
yang memicu rasa sakit.
- Mengonsumsi obat
pereda nyeri jika diperlukan. Obat-obatan yang dijual bebas di
apotek, seperti ibuprofen,
dapat membantu meredakan rasa sakit yang dirasakan.
- Mengompres sendi dengan air hangat dan es.
Letakkan es pada sendi yang terluka untuk mengurangi peradangan dan rasa
sakit. Gunakan kompres dingin selama 1-2 hari pertama. Setelah 2-3 hari,
ketika rasa sakit dan peradangan mulai menghilang, gunakan kompres panas
untuk membantu melemaskan otot-otot yang kencang dan sakit.
- Melatih sendi yang cedera.
Setelah 1-2 hari, lakukan sedikit latihan terhadap sendi yang cedera
sesuai petunjuk dokter. Hal ini dilakukan agar sendi tidak kaku.
Komplikasi
Dislokasi
Jika dislokasi
tidak segera diobati, kondisi ini dapat bertambah parah dan bisa menyebabkan
beberapa komplikasi, seperti:
- Kerusakan saraf dan pembuluh darah
di sekitar sendi.
- Sobeknya otot, ligamen, dan
jaringan penghubung otot dengan tulang (tendon) pada sendi yang cedera.
- Peradangan pada sendi
yang cedera. Risiko ini akan semakin tinggi pada lansia.
- Meningkatnya risiko cedera kembali
pada sendi yang mengalami dislokasi.
Pencegahan
Dislokasi
Untuk mencegah
terjadinya cedera yang dapat mengakibatkan dislokasi, antara lain dengan:
- Selalu berhati-hati dan waspada
ketika melakukan aktivitas.
- Selalu berpegangan pada sisi tangga
setiap naik atau turun
- Memindahkan kabel listrik di lantai
ke lokasi yang aman agar tidak tersandung.
- Menggunakan perlengkapan pelindung
ketika berolahraga.
- Tidak berdiri di atas tempat-tempat
yang tidak stabil, misalnya kursi.
- Menutupi lantai dengan karpet yang
tidak licin.
- Melakukan latihan kebugaran secara
rutin untuk meningkatkan keseimbangan dan memperkuat otot-otot tubuh.
- Memeriksakan kesehatan mata secara teratur
dan memastikan rumah memiliki pencahayaan yang cukup.
Sedangkan pada
anak-anak, risiko cedera dan dislokasi dapat ditekan dengan cara:
- Memastikan rumah aman bagi anak.
- Memerhatikan dan mengawasi
anak-anak ketika bermain.
- Mengajari mereka mengenai perilaku
aman ketika bermain atau beraktivitas.
- Memasang pintu pengaman di tangga
untuk mencegah anak jatuh.
C.
PATOLOGIS PADA MUSKULOSKULETAL
1. Gangguan fisik
Gangguan yang paling umum terjadi
pada tulang adalah kerusakan fisik tulang seperti patah atau retak tulang.
Apabila terjadi fraktura (patah tulang) akan terbentuk zona fraktura yang
runcing dan tajam. Pada zona tersebut timbul rasa sakit karena pergeseran
tulang yang akan mengakibatkan pembengkakan bahkan perdarahan.Berdasarkan jenis
fraktura yang terbentuk, fraktura dapat dibedakan menjadi empat kelompok
sebagai berikut :
a. Fraktura sederhana,Fraktura sederhana merupakan
fraktura yang tidak melukai otot yang ada di sekitarnya.
b. Fraktura kompleks,Fraktura kompleks merupakan fraktura
yang melukai otot atau organ yang ada di sekitarnya, bahkan terkadang bagian
fraktura dapat muncul ke permukaan kulit.
c. Greenstick merupakan fraktura sebagian yang
tidak memisahkan tulang menjadi dua bagian.
d. Comminuted merupakan fraktura yang
mengakibatkan tulang terbagi menjadi beberapa bagian, tetapi masih berada di
dalam otot.
2. Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis pada tulang dapat disebabkan oleh
kelainan fungsi hormon atau vitamin. Gangguan fisiologis pada tulang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Rakhitis
Rakhitis
merupakan penyakit tulang yang disebabkan kekurangan vitamin D. Vitamin D
berperan dalam proses penimbunan senyawa kapur di tulang. Kekurangan vitamin D
akan menyebabkan tulang menjadi tidak keras. Pada penderita rakhitis terlihat
bagian kaki (tulang tibia dan fibula) melengkung menyerupai huruf X atau 0
b. Mikrosefalus
Mikrosefalus
merupakan gangguan pertumbuhan tulang tengkorak sehingga kepala berukuran
kercil. Kepala berukuran kecil karena pertumbuhan tulang tengkorak pada masa
bayi kekurangan kalsium.
c. Osteoporosis
Osteoporosis
merupakan gangguan tulang dengan gejala penurunan massa tulang sehingga tulang
rapuh. Hal ini dikarenakan lambatnya osifikasi dan penghambatan reabsorpsi
(penyerapan kembali) bahan bahan tulang. Osteoporosis terjadi karena
ketidakseimbangan hormon kelamin pada pria maupun wanita.
d. Kelainan akibat suatu penyakit
Penyakit
seperti tuberkulosis tulang dan penyakit tumor dapat menyebabkan tekanan fisik
dan fisiologis terhadap mekanisme gerak tubuh.
3. Gangguan persendian
Gangguan persendian dapat terjadi karena sendi tidak
berfungsi dengan normal. Jenis gangguan sendi dikelompokkan menjadi empat yaitu
sebagai berikut
a. Dislokasi
Dislokasi
merupakan gangguan yang terjadi karena pergeseran tulang penyusun sendi dari
posisi awal. Dislokasi disebabkan oleh jaringan ligamen yang sobek atau
tertarik.
b. Terkilir (keseleo)
Terkilir
merupakan tertariknya ligamen sendi karena gerakan tiba-tiba atau gerakan yang
tidak biasa dilakukan. Terkilir menyebabkan timbulnya rasa sakit disertai
peradangan pada daerah sendi
c. Ankilosis
Ankilosis
merupakan gangguan yang terjadi karena tidak berfungsinya persendian
d. Artritis
Artritis
merupakan gangguan yang disebabkan adanya peradangan sendi. Gangguan artritis
dapat dibedakan menjadi rhematoid, osteoartritis dan gautartritis. Rhematoid
merupakan proses peradangan atau pengapuran pada jaringan tulang rawan yang
menghubungkan tulang di persendian. Osteoartritis merupakan penipisan tulang
rawa yang menghubungkan persendian. Gautartritis merupakan gangguan gerak
akibat kegagalan rnetabolisme asam urat sehingga terjadi penimbunan asam urat
pada persendian.
4.Gangguan tulang belakang
Gangguan pada tulang belakang
terjadi karena adanya perubahan posisi tulang belakang, sehingga menyebabkan
perubahan kelengkungan batang tulang belakang. Gangguan yang disebabkan oleh
kelainan tulang belakang dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Skoliosis, melengkungnya tulang
belakang ke arah samping, mengakibatkan tubuh melengkung ke arah kanan atau
kiri
b. Kifosis, perubahan kelengkungan pada
tulang belakang secara keseluruhan sehingga orang menjadi bongkok
c. Lordosis, melengkungnya tulang
belakang di daerah lumbal atau pinggang ke arah depan sehingga kepala tertarik
ke arah belakang
d. Subluksasi, gangguan tulang belakang
pada segmen leher sehingga posisi kepala tertarik ke arah kiri atau kanan.
e. Gangguan pada Sistem Otot
Otot
berperan penting dalam aktivitas gerak manusia sehingga gangguan pada otot akan
mempengaruhi aktivitas gerak. Gangguan pada otot dapat terjadi dalam beberapa
bentuk seperti berikut ini:
f. Atrofi
Atrofi
merupakan penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau kehilangan kemampuan
untuk berkontraksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh penyakit poliomielitis
yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus ini menyebabkan
kerusakan saraf yang mengkoordinasi otot ke anggota gerak bawah.
g. Hipertrofi
Hipertrofi
merupakan otot yang berkembang menjadi lebih besar dan kuat. Hipertrofi
disebabkan aktivitas otot yang kuat sehingga diameter serabut-serabut otot
membesar
h. Hernia abdominalis
Hernia
abdominalis merupakan sobeknya dinding otot abdominal sehingga usus memasuki
bagian sobekan tersebut.
i.
Tetanus
Tetanus
merupakan otot yang mengalami kekejangan karena secara terus-menerus
berkontraksi sehingga tidak mampu lagi berkontraksi. Tetanus disebabkan luka
yang terinfeksi oleh bakteri Clostridium tetani.
j.
Distrofi otot
Distrofi
otot merupakan penyakit kronis yang menyebabkan gangguan gerak. Penyakit ini
merupakan penyakit yang disebabkan adanya cacat genetik.
k.
Miastenia gravis
Miastenia
gravis merupakan otot yang secara berangsur-angsur melemah dan menyebabkan
kelumpuhan. Penyakit ini disebabkan oleh hormon tiroid dan sistem imunitas yang
tidak berfungsi dengan normal.
D.
GEJALA GANGGUAN
MUSKULUSKOLETAL
Gangguan muskuloskeletal juga menyebabkan peradangan
di banyak bagian tubuh yang berbeda. Orang dengan gangguan
muskuloskeletal mungkin merasa sakit di seluruh tubuh mereka. Otot-otot
mungkin terasa panas atau berkedut seolah-olah mereka seperti
ditarik. Gejala akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan
gejala umum termasuk:
1.
yeri/ngilu
2.
Kelelahan
3.
Gangguan tidur
4.
Peradangan, pembengkakan, kemerahan
5.
Penurunan rentang gerak
6.
Hilangnya fungsi
7.
Kesemutan
8.
Mati rasa atau kekakuan
9.
Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman
menurun
10. Pegal
pegal
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA GANGGUAN MUSKULOSKULETAL
1. Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang,
tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk
pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang
dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar –
X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan
perubahan struktur sendi
2. CT Scan (Computed Tomografi
Scan)
Menunjukkan
rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi
dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti
asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan
berlangsung sekitar satu jam.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik
pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio,
dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan
jaringan lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau pacemaker tidak bisa
menjalani pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang klaustrofobia
biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang.
4. Angiografi
Pemeriksaan
sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri
tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh
arteri tersebut. Pemeriksaan ini
sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi
tindakan amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan setelah dilakukan prosedur
yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan pada
tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan, perdarahan dan hematoma
serta nya pantau ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya
adekuat.
5. Digital
Substraction Angiography (DSA)
Menggunakan
teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri melalui kateter vena.
Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk
mendeteksi adanya trombosis vena dalam
6. Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan
menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal,
dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan
kanalis spinalis) atau adanya tumor. Sementara, diskografi adalah pemeriksaan
diskus vertebralis dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan
dilihat distribusinya
7.Arthrografi
Penyuntikkan
bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur
jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya
sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat berguna
untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen
penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila terdapat
robekan bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar sendi dan akan terlihat
dengan sinar-X. Perawatan setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi selama
12-24 jam dan diberi balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien sesuai
kebutuhan
8.Arthrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan
untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
meghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan
volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu diperiksa secara makroskopis terkait
dengan volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara mikroskopis
diperiksa jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan Gram, dan elemen
penyusunannya. Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid
artritis dan atrofi inflamasi, serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi)
yang mengarah pada trauma atau kecenderungan perdarahan.
9.Arthroskopi
Merupakan
prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi.
Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dan memerlukan anestesi lokal atau
umum sebelumnya. Jarum bor besar dimasukkan dan sendi direnggangkan dengan
salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi, sinovium dan permukaan
sendi dapat dilihat. Perawatan yang dilakukan setelah tindakan adalah dengan
menutup luka dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk
menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan rasa
tidak nyaman.
10.Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan
derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus tulang
yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai
enam jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan nuklida berhubungan
langsung dengan metabolisme tulang.
Peningkatan ambilan tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada
jenis patah tulang.
11.Termografi
Mengukur
derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti artritis
dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial berguna untuk
mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien terhadap terapi
pengobatan antiinflamasi.
12.Elektromiografi
Memberi
infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi. Tujuannya
adalah menentukan abnormalitas fungsi
unit motor end. Setelah
tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.
13.Absorpsiometri foton tunggal dan
ganda
Uji
noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan
atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat
densitometri.
14.Biopsi
Dilakukan
untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta untuk
membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan
prosedur adalah memantau adanya edema,
perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan
pemberian analgetik untuk mengatasi nyeri.
F.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum gangguan
muskuloskuletal
Tips
1. Pelaksanaan didasarkan pada masalahyang
dikeluhkan pasien.
2. Lakukan
Informed
Consent.
3. Tujuan ditetapkan dengan kriteria waktu.
4. Jangan membuat masalah baru
5. Lakukan
pelaksanaan tindakan denganpendekatan secara individu.
6. Lakukan tindakan sesuaiprosedur/standar
yang berlaku.
7. Ciptakan kerja
sama yang baik.8.Pilih tindakan sesuai prioritas masalah.
Pembedahan pada Sendi
- Pembedahan sendi
denganteknik terbuka (artrotomi) daneksplorasi dengan
artroskopi.Intervensi ini dilakukanterhadap berbagai gangguanpada sendi.
- Pembedahan denganmelepaskan
kapsul disebutdengan kapsulotomi, apabiladalam kondisi penyakit yangberat
seperti pada artritisrematik di mana kerusakanmembran sinovia sangat
parah,maka akan dilakukansinovektom
Terapi Bedah
- Metode terapi
bedah pada gangguanmuskuloskeletal dilaksanakan secara 5R(1)repair ,
(2)release, (3)resection,(4)reconstructiondan (5)replacement
- Pada pemilihannya,
setiap intervensi iniakan digunakan sesuai kebutuhan padapasien
Pembedahan pada Tulang
- Pembedahan
dilaksanakan pada beberapakondisi, misalnya dengan tujuan untukmendrainase
pus pada pasien denganosteomielitis hematogen, pengangkatansekuestrum
(sekuestromi) padaosteomielitis kronis, membuka tulang(saukerisasi) untuk
tujuan drainase tulang,
- pengangkatan
sebagian tulang (osteotomi)
- pada kondisi tumor
tulang atau optimalisasianatomis tulang dengan tujuanmenghilangkan
gangguan osteoartritispada pembedahan rekonstruksi. Untuk
- menstabilisasi
osteotomi, maka dipasang
- piranti internal
agar bisa dapat terjadipenyatuan tulang
Terapi Radiasi
- Terapi radiasi
atau radioterapi juga disebutradiasi onkologi, adalah penggunaan
radiasimedis sebagai bagian dari pengobatan kankeruntuk mengontrol sel-sel
ganas.
- Radioterapi dapat
digunakan untuk tujuanpengobatan kuratif atau ajuvan kanker. Hallain juga
digunakan sebagai perawatan paliatif (di mana tidak mungkin
menyembuhkan dantujuannya adalah untuk pengendalian penyakitlokal atau
mengurangi gejala-gejala) atausebagai terapi pengobatan (di mana
terapimemiliki manfaat kelangsungan hidup dandapat kuratif)
Manipulasi Bedah
- Penatalaksanaan
manipulasi bedahdilakukan untuk melakukan koreksideformitas pada
tulang fraktur atau sendiyang mengalami dislokasi.
- Pemberian
manipulasi ini biasa dilakukan dibawah anestesi umum denganpenatalaksanaan
reduksi tertutup
Terapi Fisik dan
Okupasi
- Terapi
fisik dan okupasi terutama berfokuspada mengevaluasi dan
memperbaikipenurunan kemampuan fungsional individu.
- Seorang terapis
akan membantu pasiendalam mengoptimalkan kemandirian dankemampuan untuk
menyelesaikan kegiatansehari-hari mereka setelah cedera ataudalam
situasi gangguan muskuloskeletal
Penatalaksanaan Ortopedi
1. Istirahat
2. Support
3. Pencegahan dan koreksi
Terapi Obat-obatan
- Sebagian besar
pasien dengan gangguanmuskuloskeletal tidak ada terapi obat-obatan
spesifik.Contoh: tidak ada terapi obat khusus untukmeningkatkan akselerasi
pertumbuhan normal jaringan lunak setelah mengalami injuri.
Walaupunbegitu, peran terapi obat-obatan sangat pentingdalam
penatalaksanaan gangguan muskuloskeletal.Setelah berkembangnya preparat
farmasi, beberapa obat memberikan dampak terhadap
penatalaksanaanberbagai gangguan muskuloskeletal.
- Terapi obat-obatan
yang lazim digunakan untukgangguan muskuloskelatal, meliputi: analgetik,
obatantiinflamasi non-steroid, agen kemoterapi,kortikosteroid, vitamin,
dan obat-obat khusus
G.
KOMPLIKASI
Komplikasi
fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Price (2005) antara lain:
Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom
emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler
nekrosis.
a. Syok
Syok hipovolemik atau traumatic, akibat
perdarahan (banyak kehilangan darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang
bias menyebabkan penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak,
dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.
b. Sindrom
emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat
masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari
tekanan kapiler atau karena katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress
pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak
pada aliran darah.
c. Sindroma
Kompartement
Merupakan masalah yang terjadi saat
perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan
jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartement otot karena
fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang
menjerat ataupun peningkatan isi kompatement otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan cidera remuk).
d. Kerusakan
Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bias
ditandai denagan tidak ada nadi, CRT menurun, syanosis bagian distal, hematoma
yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
e.
Infeksi Sistem pertahanan tubuh
rusak
bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam.
Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka,
tapi bias juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat. f. Avaskuler nekrosis Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena
aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bias menyebabkan nekrosis
tulang dan di awali dengan adanya Volkman’s Ischemia (Smeltzer dan Bare, 2001).
H.
ASUHAN KEPERAWATAN
Riwayat perjalanan penyakit.
Riwayat pengobatan sebelumnya.
Pertolongan pertama yang dilakukan
Pemeriksaan fisik :
a. Identifikasi fraktur
b. Inspeksi
c. Palpasi (bengkak, krepitasi,
nadi, dingin)
d. Observasi spasme otot.
Pemeriksaan diagnostik :
a.
Laboratorium (HCt, Hb, Leukosit, LED)
b.
R Ö
c.
CT-Scan
Obat-obatan :
golongan antibiotika gram (+)
dan gram (-)Penyakit yang dapat memperberat dan mempermudah terjadinya fraktur
:
a.
Osteomyelitis acut
b.
Osteomyelitis kronik
c.
Osteomalacia
d.
Osteoporosis
e.
Gout
f. Rhematoid arthritis
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Manusia bisa bergerak karena ada rangka dan otot. Rangka
tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu oleh otot. Dengan
adanya kerja sama antara rangka & otot, manusia dapat berjalan, melompat,
berlari dan sebagainya.
3.2
Saran
Demi kebaikan dan kesempurnaan makalah (Gangguan
Muskuloskeletal) yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang
membangun. Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah (Gangguan Muskuloskeletal) ini
DAFTAR
PUSTAKA
Helmi, Noor Zairin. 2013. Trigger
Finger.
Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 236-238 Emamalinda, Icha. 2014.
Physio-Muda: Januari 2014.Diakses pada
15 Mei 2014 jam 00.05. fisioterapiduniaku.blogspot.com/2014_01_01_archive.html
Nopriansyah, Hendra dr. 2012. Lunar: Jari Macet/ Trigger Finger
Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : Salemba Medika.
No comments:
Post a Comment