Proposal
Penelitian
ANALISIS
RENTABILITAS USAHATANI “TIRAM’’ SECARA
GENERATIF DI DESA LAMNGA KECAMATAN
MESJID
RAYA KABUPATEN
ACEH
BESAR
OLEH
RIVAL
ZULFI
12130022
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
LAMPOH
KEUDE – ACEH BESAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perairan laut Indonesia, Aceh khususnya
mempunyai potensi besar terhadap tiram, usaha penyelaman dan pemeliharaan
terhadap tiram juga sudah berkembang.Di beberapa daerah di kecamatan Mesjid Raya
contohnya, usaha penyelaman tiram merupakan mata pencarian bagi sebagian
masyarakat setempat.
Masyarakat disekitaran perairan Lamnga umumnya
sudah lama mengenal dan memanfaatkan tiram sebagai sumber pangan, karena selain
rasanya enak, tiram juga mengandung protein yang tinggi.Selain itu kerang juga
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tingginya nilai jual tiram tersebut
mengakibatkan tingginya aktifitas penangkapan tiram secara terus menerus
dikwatirkan akan berakibat buruk bagi keberadaan (kelestarian) populasinya.
Menghadapi situasi yang demikian sangat perlu
diusahakan kegiatan yang mengarah pada kegiatan penyediaan benih melalui
pembenihan buatan di hatchery. Sehingga dapat menjadi suatu unit
budidaya tiram yang akan menghasilkan produksi tiram yang jauh lebih besar.
Akibat dari keterbatasan ini maka dalam usaha budidaya tiram, perlu melakukan
kegiatan untuk mempelajari sifat dan kebiasan hidup tiram, baik dari
persyaratan lingkungan pemeliharaan, metode atau cara pemeliharaan dan
peralatan yang digunakan untuk memproduksi tiram yang berkualitas. Mengingat lokasi
budidaya di laut yang dipengaruhi oleh alam dan sekitarnya, sehingga
membudidayakan tiram haruslah menyesuaikan dengan kondisi alam atau
perairan sekitarnya sebagai tempat hidupnya dengan kehidupan biologis dan
fisiologis dari tiram yang dipelihara, dengan tujuan agar tiram hidup
dengan baik (Winanto, dkk 1998).
Garis pantai Aceh yang sangat luas dan banyaknya
muara di Aceh, sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tiram selama ini belum
memberikan hasil yang positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat.Di karenakan
hasil hasil produksi yang tidak dapat di prediksi, dan juga faktor pasang
surutnya air laut yang mempengaruhi hasil tangkapan petani. Untuk itu perlu di
kembangkan model atau cara pembudidayaannya. Salah satunya adalah dengan cara
generatif. Cara ini tidak jauh berbeda dengan cara tangkap tradisional hanya
saja cara intensif menggunakan cara budidaya yaitu benih yang diambil secara
tradisional dilaut, kemudian dibuat wadah berupa kayu yang dibuat rak-rak dalam
air, jaring-jaring dan ban mobil sebagai tempat hidup baru.
Seiring dengan meningkatnya permintaan akan
tiram di pasaran baik dalam memenuhi kebutuhan lokal maupun di daerah di luar
kabupaten Aceh Besar menyebabkan
eksploitasi sumberdaya ini cenderung mengesampingkan prinsip-prinsip
kelestarian sumberdaya alam. Disamping itu semakin meningkatnya aktifitas
masyarakat dikawasan ini, dapat pula menambah tekanan terhadap kelestarian
tiram di daerah tersebut.Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
informasi tentang budidaya tiram di Kecamatan Mesjid Raya.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi masalahnya, apakah usahatani tiram secara generatif menguntungkan untuk dikembangkan ditinjau dari aspek rentabilitas.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
identifikasi masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui usahatani tiram generatif
menguntungkan untuk dikembangkan ditinjau dari aspek
rentabilitas di Desa Lamnga Kecamatan
Masjid Raya Aceh Besar.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi:
a.
Aspek
pengembangan ilmu
Menambah
wawasan pengetahuan yang penulis dapatkan secara teoritis di bangku kuliah dan
mencoba menerapkan dalam bentuk karya ilmiah.
b.
Aspek
guna laksana:
-
Bagi
penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan tentanganalisis rentabilitas usahatani tiram secara generatif
-
Bagi
akademik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang analisis rentabilitas usahatani tiram
secara generatif
-
Bagi
masyarakat,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan informasi bagi petani yang ingin mengusahakan tiram di daerah
penelitian dan merupakan masukan bagi pihak pembuat kebijaksanaan dalam
pengembangan usahatani ‘tirom’
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1
Deskripsi Tiram
Tiram
merupakan salah satu jenis kerang yang terdapat di pantai laut pada subtrat
lumpur berpasir dengan kedalaman 10 – 30 m. tiram dapat hidup di perairan
dengan suhu optimal 20 30 0C serta salinitas 26 – 31 ppt. berikut
klasifikasi tiram.
Filum :
Moluska
Kelas :
Pelecypoda
Ordo :
Arcoida
Family : Arcidae
Genus :
Anadara
Spesies : Anadara granosa
Tiram
tersebar luas di wilayah indo-pasifik Barat, populasi tiram tertinggi pada
umumnya di temukan di daerah pasang surut berlumpur lunakyang berbatasan dengan
hutan bakau.Kepadatan tertinggi terdapat pada hamparan lumpur pantai tetapi
tidak terletak di daerah mulut atau muara sungai dengan salinitas bervariasi
yang di pengaruhi oleh musim. Tiram yang hidup pada perairan selama enam bulan
panjangnya 4 – 5 mm, sedangkan tiram
yang berada selama satu tahun pada perairan memiliki panjang 30mm. hal tersebut
dapat bervariasi tergantung dengan kondisi lingkungan seperti air, suhu
kandungan oksigen terlarut, ammonia dan salinitas.
Ciri-ciri
dari tiram adalah mempunyai dua keping cangkang yang tebal, elips, dan kedua
sisi sama kurang lebih 20 rib. Cangkang berwarna putih kecoklat coklatan yang
ditutupi perostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat
kehitaman.Ukuran tiram dewasa mencapai 6 – 9 cm (Latifah, 2011).Tiram mempunyai
dua buah cangkang yang dapat mempuka dan menutupdengan menggunakan otot aduktor
dalam tubuhnya.
Komposisi
kimia tiram adalah air 83%, lemak 0.91%, protein 10.33%, dan kadar abu 1.84%.
(Moeljanto dan Heruwati 1975). Kerang darah yang sudah dewasa yang berukuran
diameter 4 cm dapat memberikan sumbangan energy sebesar 59 kalori serat mengandung 8 gram protein, 1,1
gram lemak, 3,6 grm karbohidrat, 133 mg kalsium, 170 mg posfor, 300 SI vitamin
A dan dan 0.01 mg vitamin B. (Bahtiar, 2005.)
Alat
pernafasan kerang berupa insang dan bagian mantel.Insang kerang berbentuk W
dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang.Hewan ini bersifat
hemaprodit dan kebanyakan dari hewan ini mempunyai alat kelamin yang terpisah
yaitu jantan dan betina. Semua tiram adalah jantan ketika muda dan beberapa
akan menjadi betina seiring dengan kedewasaan.
1.5.2
Usahatani Tiram
Wilayah
pesisir yang merupakan sumberdaya potensial, yang merupakan suatu wilayah
peralihan antara dataran dan lautan.Sumberdaya ini sangat besar yang didukung
oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 (Dahuri et al 2001).
Pertanian
(agriculture) bukan hanya merupakan
aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari
itu, petani adalah sebuah cara hidup (way
of live atau livehood) bagi sebagian besar petani.oleh karena sektor dan sistem
pertanian harus mendapatkan subjek petani sebagai pelaku sektor
pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai hoom economicus, melainkan juga sebagai home socius dan home
religious. Konsekuensi pandangan ini adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai
sosial-budayalokal, yang memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik,
ekonomi dan budaya ke dalam kerangka paradigma
pembangunan sistem pertanian secara menyeluruh. (Panjhar Simatupang,
2003:14-15).
Pertanian
merupakan sektor yang paling penting dalam struktur perekonomian Indonesia,
dengan adanya pengembangan pertanian diharapkan akan menjadi peningkatan pendapatan
petani khususnya dan masyarakat umumnya, karena sebahagian besar penduduk
Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektorpertanian. Disamping itu
juga dapat menambah pendapatan daerah dan devisa Negara.Walaupun demikian
peningkatan produksivitas ini masih dibayangi oleh laju pertumbuhan jumlah
penduduk yang cukup tinggi, dan tingginya biaya sarana produksi pertanian serta
kendala lainnya ini menjadi permasalahan, khususnya bagi para petani dan
pemerintah.
Untuk
menanggulangi permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya yang bertujuan
untuk meningkatkan produksi pangan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia pada umumnya, dan khususnya untuk Provinsi Aceh.
Untuk produktivitas sekaligus pendapatan petani merupakan
salah satu jalan yang dapat ditempuh seperti pengembangan proses penerapan
teknologi maju, mengitensifikasi program penyuluhan pertanian, menyediakan
bantuan bagi para petani pelaksana intensifikasi pada usahataninya.
Tiram merupakan salah satu jenis kerang yang
berpotensi dan bernilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan sebagai sumber protein
dan mineral tinggi.Dalam upaya melangsungkan kebutuhan hidupnya,
mahluk hidup berintraksi dengan lingkungan dan cenderung memilih kondisi
lingkungan serta tipe habitat yang terbaik untuk tumbuh dan berkembang biak.
Tiram banyak ditemukan pada subtract yang berlumpur. Tiram bersifat infauna
yaitu hidup dengan cara membenankan diri di bawah permukaan lumpur.
Semua spesies kerang termasuk ekonomis penting
dan umumnya mendiami subtrat yang lunak.Tiram dapat ditemukan pada subtrat
lumpur berpasir tetapi densitas tertinggi di daerah intertidal berbatasan
dengan mangrove (Phatansali, 1966) hasil penelitian tentang populasi alami
tiram menunjukkan bahwa tiram hidup pada subtrat berpasir (Broom, 1988).
Modal biaya produksi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menentukan besar kecilnya keuntungan yang diterima petani,
ini berarti dengan mengefesienkan modal (biaya produksi) maka pendapatan yang
diperoleh petani akan lebih besar, demikian sebaliknya.
Lahan diartikan
sebagai lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan
vegetasi serta benda diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap pengunaan
lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang
seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang
merugikan seperti yang tersalinasi (FAO dalam Arsyad, 1998).
Avenia Nur Aulia (2008: 13) mengemukakan pendapatan adalah keuntungan
yang diperoleh dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi dengan penerimaan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah untuk
menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan dan tindakan. Bentuk
dan jumlah pendapatan ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan
sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya.
Pendapatan ini juga digunakan untuk mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi
kewajiban-kewajibannya.
Dari
segi petani, pengelolaan usahatani pada dasarnya terdiri dari pemilihan antara berbagai
alternatif penggunaan sumberdaya yang terbatas yang terdiri dari lahan, tenaga
kerja, modal, waktu, dan pengelolaan.Hal ini dilakukan agar dapat mencapai
tujuan sebaik-baiknya dalam lingkungan yang penuh resiko dan
kesukaran-kesukaran lain yang dihadapi dalam melaksanakan usahataninya.
Beberapa
faktor kendala yang mempengaruhi produksi usahatani yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.Faktor kendala internal terdiri dari kualitas dan kuantitas
unsur-unsur produksi seperti lahan, tenaga kerja, dan modal.Faktor eksternal
meliputi adanya pasar bagi produksi yang dihasilkan, tingkat harga sarana
produksi dan hasil, termasuk tenaga kerja buruh dan sumber kredit, tersedianya
informasi dan teknologi yang mutakhir dan kebijaksanaan yang menunjang (Avenia
Nur Aulia, 2008: 15). Selanjutnya Avenia Nur Aulia (2008: 19) mengemukakan
bahwa setiap usahatani membutuhkan input untuk menghasilkan output, sehingga
produksi yang dihasilkan akan dinilai secara ekonomi berdasarkan biaya yang
dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan
pendapatan dari kegiatan usahatani.Pendapatan ini dianggap sebagai balas jasa
untuk faktor-faktor produksi yang digunakan.
Penerimaan
usahatani merupakan nilai produksi total usahatani tiram dalam jangka waktu 1 kali
MT. Sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang habis
terpakai dalam proses produksi usahatani
tiram tetapi tidak termasuk biaya tenaga kerja dalam keluarga. Pengeluaran
tunai adalah pengeluaran yang harus dibayar langsung dengan uang, seperti
pembelian sarana produksi, biaya untuk membayar tenaga kerja dan
sebagainya.Selisih antara penerimaan dan pengeluaran usahatani disebut
pendapatan usahatani.
1.5.3 Rentabilitas
Evaluasi kegiatan usahatani tiram akan ditinjau kemampuan dari seluruh modal
yang digunakan dalam kegiatan usahatani tiram untuk
menghasilkan keuntungan yang diperoleh petani pengusaha dengan menggunakan
analisis rentabilitas. Rentabilitas usahatani menunjukkan perbandingan antara
laba dengan modal yang mengasilkan laba tersebut dengan rumus :
Menurut Basu Swasta dalam Firdaus,
(2008 : 5) “Rentabilitas adalah sebagai kemampuan dihasilkan laba dan sejumlah
modal yang dipakai untuk menghasilkan laba” hal ini sejalan dengan pendapat
Banoewijoyo (1979 : 29) menjelaskan bahwa: “pembangunan pertanian rakyat, aspek
yang sangat penting adalah bagaimana caranya meningkatkan secara kontinu
produksi usahatani yang senantiasa lebih menguntungkan sehingga kesejahteraan
petani maupun masyarakat terus meningkat, sejauh mana tingkat rentabilitas”.
Evaluasi rentabilitas
usahatani tiram
khususnya bagi petani di Kabupaten Aceh Besar
diharapkan dapat memperlihatkan apakah penggunaan biaya produksi dari seluruh
kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani tersebut telah
memberikan keuntungan yang sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan hasil dari usaha yang dilakukan. Hal ini diketahui melalui
perhitungan rentabilitas usahanya.
Menurut Hanafi dan Halim (2009 : 81) Rentabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk mengukur keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal
saham tertentu. Pengukuran rentabilitas
dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai komponen yang ada didalam laporan
laba-rugi atau neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa priode.
Tujuannya adalah untuk memonitor dan mengevaluasi tingkat perkembangan
rentabilitas perusahaan dari waktu ke waktu (Hery : 2015 : 227).
Menurut Bambang Rianto (1995 : 28) rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama priode tertentu . kriteria penilaian
yang dianggap baik dan valid dengan menggunakan rentabilitas yang digunakan
sebagai alat ukur tentang hasil pelaksanaan operasional perusahaan, mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Rentabilitas
merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi atau penanam modal
yang sudah tentu sesuai dengan tingkat resikonya masing-masing. Secara umum
dapat dikatakan bahwa semakin besar resiko suatu investasi maka dituntut
rentabilitas yang semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.
b.
Rentabilitas
menggambarkan tingkat laba yang dihasilkan menurut jumlah modal yang ditanamkan
karena rentabilitas dinyatakan dalam angka relatif.
Pengertian rentabilitas sebagai kriteria
penilaian hasil operasi perusahaan
mempunyai tujuan pokok dan dapat digunakan
sebagai berikut.
a.
Sebagai
indikator tentang efektifitas manajemen,
b.
Suatu
alat untuk membuat proyeksi laba suatu perusahaan dan
c.
Sebagai
alat pengendalian bagi manajemen.
1.6 Hipotesis
Berdasarkan
permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan maka dapat diturunkan
hipotesis adalah usahatani tiram secara generatif menguntungkan dan dapat dikembangkan
di desa Lamnga Aceh Besar ditinjau dari aspek rentabilitas.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Desa Lamnga Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh
Besar.Penentuan daerah tersebut sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode“purposive
sampling” berdasarkan pertimbangan daerah tersebut terdapat petani yang mengusahakan
usahatani tiram secara generatif.
Objek
yang diteliti dalam penelitian ini yaitu petani yang mengusahakan
usahatani tiram.Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada masalah produksi, biaya produksi,
harga tiram, nilai produksi dan
pendapatan usahatani tiram.
2.2 Populasi, Metode dan Teknik Pengambilan
Sampel
Populasi
dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani tiram secara
generatif di Desa Lamnga Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar yaitu
sebanyak 37 orang petani. Besar populasi yang digunakan
sebagai sampel adalah 18 orang petani dari 50% populasi petani. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
study kasus (case stady).
Susilo Rahardjo dan Gudnanto (2011 : 250) Stady kasus (case stady) adalah
suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan
konprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut
beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan
dan memperoleh perkembangan diri yang baik.
Sedangkan menurut Bimo Walgito (2010 : 92) menyatakan bahwa study kasus
merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian
mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada metode kasus ini diperlukan banyak
informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang luas. Metode ini merupakan
integrasi dari data yang diperoleh dengan metode lain.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa study kasus merupakan metode
pengumpulan data secara konprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologis
individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan metode simple random sampling (sampel acak sederhana). Yaitu
cara pengumpulan data sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian
dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Sugiyono,
2001: 59).
2.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
diperoleh dari dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani sampel
dilapangan.Sedangkan data sekunder diperoleh dari perpustakaan, intansi terkait
dan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.
2.4 Batasan Variabel
Untuk
menguji hipotesis yang diturunkan maka dibutuhkan beberapa variabel dan data
menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.
Luas area
yaitu luas area usahatani tiram milik petani yang membudidayakan usahatani tiram
secara generatif (m2).
b.
Sarana
produksi yaitu sarana yang ada hubungan langsung dengan kegiatan uasahatani tiram secara generatif.
c.
Biaya
penyusutan. Biaya ini dihitung berdasarkan umur ekonomis alat yang digunakan,
dengan menggunakan rumus :
P =
Dimana :
P = Penyusutan (Rp)
Nb = Nilai baru (Rp)
n = Umur ekonomis (Tahun)
d.
Tenaga
kerja adalah besarnya curahan tenaga kerja fisik yang digunakan untuk berbagai
kegiatan pada usahatani tiram, baik berasal dari dalam keluarga maupun luar
keluarga yang dinyatakan dalam Hari Kerja Pria (HKP). Tenaga kerja yang
dihitung apabila ada tenaga kerja wanita dan anak-anak, semuanya dikonversikan
kedalam Hari Kerja Pria (HKP). Sesuai upah yang berlaku untuk masing-masing
tenaga kerja. Perhitungan Hari Kerja Pria digunakan rumus ( Collier dan
Sajogyo, dalam Mubyarto dan Suritno 1981: 210) sebagai berikut:
L =
Dimana :
L = Tenaga Kerja (HKP)
t = Jumlah Tenaga Kerja (orang)
h = Jumlah Hari Kerja (hari)
j = Jumlah Jam Kerja (Jam)
w = Jumlah Rata-rata Jam Kerja/Hari
(Jam/Hari/Orang)
e.
Biaya
produksi adalah seluruh korbanan atau pengeluaran (biaya tetap dan biaya
variabel) yang digunakan dalam proses produksi tiram yang dinyatakan dalam
satuan rupiah perkilo
gram permusim panen (Rp/kg/MP)
f.
Hasil
produksi adalah produksi tiram yang dinyatakan dalam satuan kilogram permusim
panen (Kg/MP).
g.
Nilai
produksi adalah hasil perkalian antara produksi tiram dengan harga yang berlaku
yang dinyatakan dalam satuan rupiah perkilo gram permusim panen (Rp/kg/MP).
h.
Pendapatan
adalah pendapatan bersih usahatani tiram yang merupakan hasil pengurangan
antara nilai produksi dengan keseluruhan biaya produksi yang dinyatakan dalam
satuan rupiah perkilogram
permusim Panen (Rp/kg/MT).
i.
Rentabilitas
adalah rentabilitas usahatani tiram yang menunjukkan perbandingan antara laba
(pendapatan bersih) dengan modal (biaya produksi) yang menghasilkan laba
tersebut.
2.5 Model dan Metode Analisis
Data
yang telah diperoleh dari lapangan diolah dan ditabulasikan kedalam bentuk
tabel sesuai dengan kebutuhan analisis. Hipotesis
yang telah diturunkan diuji dengan menggunakan analisis Pendapatan dan analisis
rentabilitas yaitu dengan menggunakan rumus:
1.
Analisis
Pendapatan
Dimana:
TR = Total Reveneu/total penerimaan yaitu jumlah
seluruh penerimaan yang diterima oleh
petani dari usahatani tiram.
TC = Total Cost/total pengeluaran yaitu jumlah biaya
yang dikeluarkan petani dalam menjalankan usahatani tiram.
2.
Analisis Rentabilitas .
Dimana :
RMS = Rentabilitas Modal Sendiri
Lb = Jumlah laba yang diperoleh selama priode per satu kali panen
MS =
Modal sendiri atau aktiva yang diperlukan untuk menghasilkan laba tersebut.
Jika RMS > SOCC, maka terima Ha tolak Ho, dan
RMS ≤ SOCC, maka tolak Ha terima Ho.
Ho = Rentabilitas modal
sendiri lebih kecil dari Sosial
Opportunity Cost Of Capital, maka usahatani tiram tidak layak untuk
dikembangkan.
Ha = Rentabilitas modal
sendiri lebih besar dari Sosial
Opportunity Cost Of Capital, maka usahatani tiram layak untuk dikembangkan.
BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
3.1. Letak,
Luas, dan Batasan Daerah
Kecamatan
Mesjid Raya merupakan salah satu Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Besar. Letak
Kecamatan Mesjid Raya dengan Ibukota ±
31 Km2.
Batasan-batasan administrasi wilayah kecamatan Kabupaten Aceh Besar adalah
sebagai berikut :
-
Sebelah
Utara : Selat Malaka
-
Sebelah
Selatan : Kabupaten Aceh Jaya
-
Sebelah
Timur : Kabupaten Pidie
-
Sebelah
Barat : Samudra Hindia
Luas
wilayah Kecamatan Mesjid Raya ± 110,38 Km2, yang terdiri dari 2 Pemukiman yaitu Mukim
Krueng
Raya dan Mukim Lamnga dengan jumlah desa yaitu 13 Desa.
Kecamatan
Mesjid Raya terletak pada garis 50,05 – 50,75 Lintang Utara dan 940,99 – 950,93 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Durung,
sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gampong Baro, sebelah Timur
berbatasan dengan Ladong, dan sebelah Barat berbatasan dengan Neuhen.
3.2 Iklim, Tanah dan Topografi
1.
Iklim
Iklim
merupakan salah satu faktor yang berperan penting bagi kehidupan mahluk hidup. Sebagaimana
halnya daerah-daerah lain di provinsi
Aceh, Kabupaten Aceh Besar pada umumnya
beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.Musim
kemarau berkisar antara bulan Januari sampai dengan Juni. Musim hujan, biasanya bekisar antara
bulan Juni sampai Desember. Tentang keadaan curah hujan di Kabupaten Aceh Besar
dapat di lihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Keadaan Hujan Di Kabupaten Aceh
Besar Tahun 2013 - 2015
Bulan
|
Keadaan Hujan
|
|||||
Curah Hujan
|
Hari Hujan
|
|||||
2013
|
2014
|
2015
|
2013
|
2014
|
2015
|
|
Januari
|
195.9
|
160.9
|
276.5
|
15
|
17
|
21
|
Februari
|
7.7
|
3.7
|
113
|
5
|
6
|
7
|
Maret
|
144.7
|
162.1
|
114.6
|
9
|
15
|
15
|
April
|
118.8
|
86.4
|
191
|
9
|
17
|
11
|
Mai
|
80.1
|
62.3
|
178.1
|
13
|
13
|
15
|
Juni
|
100.1
|
18.4
|
21.9
|
15
|
8
|
1
|
Juli
|
75.5
|
49.1
|
6.2
|
9
|
11
|
9
|
Agustus
|
21
|
53.2
|
118.3
|
8
|
14
|
18
|
September
|
81.5
|
60.3
|
126.8
|
14
|
9
|
12
|
Oktober
|
125.5
|
62.3
|
43.5
|
17
|
16
|
7
|
November
|
179.7
|
302
|
316.5
|
18
|
21
|
21
|
Desember
|
197.8
|
166.7
|
254
|
15
|
18
|
17
|
Sumber
: Aceh Besar Dalam Angka Tahun 2017.
Struktur
dan jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Mesjid Raya berupa tanah jenis
podzoloid merah kuning yaitu sekitar 31,55 persen dari seluruh tanah yang ada
di kabupaten ini. Jika dilihat dari klasifikasi lereng, dapat dikatakan bahwa
44,35 persen wilayah Kabupaten Aceh Besar memilik kelas
lereng 40% lebih pada kelas lereng 0 – 2 % hanya 14,28 persen.
3.3 Keadaan
Penduduk dan Mata Pencaharian
Berdasarkan
data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dari BPS Kabupaten Aceh Besar
2015, penduduk di Kecamatan Mesjid Raya berjumlah 21,342 jiwa, tersebar dalam dua
Kemukiman dan terdiri dari 13 Desa. Untuk lebih jelasnya seperti terlihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Jumlah KK Berdasarkan Permukiman diKecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2015.
Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2015.
No
|
Permukiman
|
Jumlah KK
|
Jumlah
Desa |
Jumlah Penduduk
(jiwa) |
Luas Wilayah
(Ha)
|
1
|
Kreung Raya
|
1678
|
8
|
14.228
|
73.586
|
2
|
Lamnga
|
1289
|
5
|
7.114
|
36.793
|
Jumlah
|
2967
|
13
|
21.342
|
110.38
|
Sumber : badan pusat statistik aceh besar dalam angka
2016
Adapun
jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh
Besarseperti terlihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut
Permukiman dan Kelompok Umur Tertentu di Kecamatan Mesjid Raya tahun 2015.
No
|
Permukiman
|
Jumlah penduduk
yang berumur/tahun
|
Jumlah
|
||
0-14
|
15-64
|
65+
|
|||
1
|
Krueng raya
|
2.619
|
7.154
|
689
|
14.228
|
2
|
Lamnga
|
2.282
|
5.861
|
440
|
7.114
|
|
Jumlah
|
4.901
|
13.015
|
1129
|
21.342
|
Sumber : badan pusat statistik aceh besar dalam angka
2016
Adapun
mata pencaharian penduduk di Kecamatan Mesjid Raya bermaca-macam, namun
sebagian besar bekerja disektor pertanian.Secara rinci mata pencaharian
penduduk di Kecamatan Mesjid Raya dapat dilihat pada Tabel 4 Berikut.
Tabel 4. Rincian Mata Pencaharian
Penduduk di Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2015.
No
|
Jenis mata
pencaharian
|
Jumlah (jiwa)
|
|
1
|
Petani/perkebunan
|
3.227
|
|
2
|
Nelayan
|
116
|
|
3
|
Peternak
|
4
|
|
4
|
Pedagang
|
27
|
|
5
|
PNS
|
401
|
|
6
|
TNI/POLRI
|
46
|
|
7
|
Lain-lain
|
8434
|
|
|
Jumlah
|
12.255
|
|
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Besar 2015
|
Berdasarkan
Tabel 4
diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Kecamata Mesjid Raya
bermata pencaharian sebagai petani yang berjumlah 3.227 jiwa yaitu sebesar
38,26 persen dari jumlah penduduk yang bekerja.
DAFTAR PUSTAKA.
Avenia Nur Aulia, 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi di
Kabupaten Tasikmalaya Skripsi.Sosial Ekonomi.Pertanian dan Sumberdaya,
Fakultas Pertanian.IPB.
Adiwilaga, A. 1992.Ilmu Usahatani. Alumni, Bandung.
Badan Pusat Statistik (BPS), 2010
Kabupaten Aceh Besar Dalam Angka. Tahun 2010.
2015
Kabupaten Aceh Besar Dalam Angka. Tahun 2015
Bahtiar, 2005. Kajian Populasi Kerang Pokea (Batissa
Violacea Celebensis Martens, 1897) Disungai Pohara Kendiri Sulawesi
Tenggara, (Thesis) Sekolah Pasca Sarjana Institute Pertanian Bogor. Bogor.
Broom,M.J.1985.
The Biology and Culture of Marine
Bilvavea Mollusca of Genus
Anadara.Internasional center for Living Aqutik Resources Management. Manila. ICLARM. (Internasional Center For Living Aquatic Recources Managemen).
Bambang Rianto,
1995. Analisis laporan keuangan.
Yokyakarta. Kanisius.
Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta. PT.
Bumi Aksara.
Dahuri. R. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan
Lautan Secara Terpadu. Penerbit Pradnya Pramita. Jakarta.
Firdaus, 2008. Prospek Pengembangan Usahatani Jahe.
Ditinjau dari Rentabilitas. Universitas Abulyatama.
Hanafi, Mamduh dan
Abdul Halim 2009. Analisis Laporan
Keuangan, Yokyakarta: UPPSTIM YKPN.
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan Cetakan Pertama, yokyakarta. CAPS.
Karlinger, 2006.Asas-Asas Penelitian Behavior. Bandung.
Alfabeta.
Latifah, A. 2011.Karakteristik Morfologi Tiram.Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas
Perikanaan dan Ilmu Kelautan. Institute Pertanian
Bogor, Bogor.
Mubyarto. 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi – 3
Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial. Jakarta. PT.
Raja Grafindo.
Mosher, A.T. 1991.Menggerakkan dan Membangun Pertanian,
Dinas Pendidikan, Departemen Pertanian, CV Yusa Guna, Jakarta.
Margono, 2004.Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor.
Ghalia Indonesia.
Masyuri Dan Zainuddin, 2008 Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan
Aplikatif. Bandung. PT. Refika Aditama.
Nazir. 1999. Metode
Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Rahardjo, Susilo
dan Gudnanto. (2011). Pemahaman individu
teknis non tes. Kudus : Nora Media Enterprise.
Simatupang Pantjar,2003,Petani dan Pemasalahan Petani,Rajawali Press,Jakarta.
Sukartawi, 2005.Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Tiori dan
Aplikasinya.Universitas Indonesia. Jakarta.
Supranto, 2008.Statistik (Teori Dan Aplikasi).
Erlangga. Jakarta.
Sugiyono, 2001.Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta.
2001. Statistika untuk Penelitian, Bandung:
Alfabeta
Soekartawi, Dkk. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk
Pengembangan Petani Kecil. UI Press, Jakarta.
Soedarsono, H. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro.LP3ES,
Jakarta.
Winanto,T Dan S.Basi Dhon., 1998. Rekayasa Teknologi Pemeliharaan Larva Tiram
Mutiara (Pinctada Maxima). Pertemuan Koordinasi dan Pemantapan Rekayasa
Teknologi Pembenihan Lintas UPT, Ditjen. Perikanan, Maret 1998. Puncak, Bogor.
Walgito, Bimo
(2010). Bimbingan dan konselingstudy dan
karir. Yokyakarta.
No comments:
Post a Comment