Thursday, 22 November 2018

Proposal Penelitian ANALISIS RENTABILITAS USAHATANI “TIRAM’’ SECARA GENERATIF DI DESA LAMNGA KECAMATAN MESJID RAYA KABUPATEN ACEH BESAR


Proposal Penelitian

ANALISIS RENTABILITAS USAHATANI TIRAM’’ SECARA GENERATIF DI DESA LAMNGA KECAMATAN
MESJID RAYA KABUPATEN
ACEH BESAR





OLEH
RIVAL ZULFI
12130022
















PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
LAMPOH KEUDE – ACEH BESAR
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perairan laut Indonesia, Aceh khususnya mempunyai potensi besar terhadap tiram, usaha penyelaman dan pemeliharaan terhadap tiram juga sudah berkembang.Di beberapa daerah di kecamatan Mesjid Raya contohnya, usaha penyelaman tiram merupakan mata pencarian bagi sebagian masyarakat setempat.
Masyarakat disekitaran perairan Lamnga umumnya sudah lama mengenal dan memanfaatkan tiram sebagai sumber pangan, karena selain rasanya enak, tiram juga mengandung protein yang tinggi.Selain itu kerang juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tingginya nilai jual tiram tersebut mengakibatkan tingginya aktifitas penangkapan tiram secara terus menerus dikwatirkan akan berakibat buruk bagi keberadaan (kelestarian) populasinya.
Menghadapi situasi yang demikian sangat perlu diusahakan kegiatan yang mengarah pada kegiatan penyediaan benih melalui pembenihan buatan di hatchery. Sehingga dapat menjadi suatu unit budidaya tiram yang akan menghasilkan produksi tiram yang jauh lebih besar. Akibat dari keterbatasan ini maka dalam usaha budidaya tiram, perlu melakukan kegiatan untuk mempelajari sifat dan kebiasan hidup tiram, baik dari persyaratan lingkungan pemeliharaan, metode atau cara pemeliharaan dan peralatan yang digunakan untuk memproduksi tiram yang berkualitas. Mengingat lokasi budidaya di laut yang dipengaruhi oleh alam dan sekitarnya, sehingga membudidayakan tiram haruslah menyesuaikan dengan kondisi alam atau perairan sekitarnya sebagai tempat hidupnya dengan kehidupan biologis dan fisiologis dari tiram yang dipelihara, dengan tujuan agar tiram hidup dengan baik (Winanto, dkk 1998).
Garis pantai Aceh yang sangat luas dan banyaknya muara di Aceh, sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tiram selama ini belum memberikan hasil yang positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat.Di karenakan hasil hasil produksi yang tidak dapat di prediksi, dan juga faktor pasang surutnya air laut yang mempengaruhi hasil tangkapan petani. Untuk itu perlu di kembangkan model atau cara pembudidayaannya. Salah satunya adalah dengan cara generatif. Cara ini tidak jauh berbeda dengan cara tangkap tradisional hanya saja cara intensif menggunakan cara budidaya yaitu benih yang diambil secara tradisional dilaut, kemudian dibuat wadah berupa kayu yang dibuat rak-rak dalam air, jaring-jaring dan ban mobil sebagai tempat hidup baru.
Seiring dengan meningkatnya permintaan akan tiram di pasaran baik dalam memenuhi kebutuhan lokal maupun di daerah di luar kabupaten Aceh Besar  menyebabkan eksploitasi sumberdaya ini cenderung mengesampingkan prinsip-prinsip kelestarian sumberdaya alam. Disamping itu semakin meningkatnya aktifitas masyarakat dikawasan ini, dapat pula menambah tekanan terhadap kelestarian tiram di daerah tersebut.Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui informasi tentang budidaya tiram di Kecamatan Mesjid Raya.



1.2     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi masalahnya, apakah usahatani tiram secara generatif menguntungkan untuk dikembangkan ditinjau dari aspek rentabilitas.

1.3     Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui  usahatani tiram generatif menguntungkan untuk dikembangkan ditinjau dari aspek rentabilitas di Desa Lamnga Kecamatan Masjid Raya Aceh Besar.

1.4     Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
a.       Aspek pengembangan ilmu
Menambah wawasan pengetahuan yang penulis dapatkan secara teoritis di bangku kuliah dan mencoba menerapkan dalam bentuk karya ilmiah.
b.      Aspek guna laksana:
-          Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan tentanganalisis rentabilitas usahatani tiram secara generatif
-          Bagi akademik, penelitian ini dapat menambah referensi tentang analisis rentabilitas usahatani tiram secara generatif
-          Bagi masyarakat, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi petani yang ingin mengusahakan tiram di daerah penelitian dan merupakan masukan bagi pihak pembuat kebijaksanaan dalam pengembangan usahatani ‘tirom’

1.5     Kerangka Pemikiran
1.5.1        Deskripsi Tiram
Tiram merupakan salah satu jenis kerang yang terdapat di pantai laut pada subtrat lumpur berpasir dengan kedalaman 10 – 30 m. tiram dapat hidup di perairan dengan suhu optimal 20 30 0C serta salinitas 26 – 31 ppt. berikut klasifikasi tiram.
Filum                                : Moluska
Kelas                                : Pelecypoda
Ordo                                 : Arcoida
Family                              : Arcidae
Genus                               : Anadara
Spesies                             : Anadara granosa
Tiram tersebar luas di wilayah indo-pasifik Barat, populasi tiram tertinggi pada umumnya di temukan di daerah pasang surut berlumpur lunakyang berbatasan dengan hutan bakau.Kepadatan tertinggi terdapat pada hamparan lumpur pantai tetapi tidak terletak di daerah mulut atau muara sungai dengan salinitas bervariasi yang di pengaruhi oleh musim. Tiram yang hidup pada perairan selama enam bulan panjangnya  4 – 5 mm, sedangkan tiram yang berada selama satu tahun pada perairan memiliki panjang 30mm. hal tersebut dapat bervariasi tergantung dengan kondisi lingkungan seperti air, suhu kandungan oksigen terlarut, ammonia dan salinitas.
Ciri-ciri dari tiram adalah mempunyai dua keping cangkang yang tebal, elips, dan kedua sisi sama kurang lebih 20 rib. Cangkang berwarna putih kecoklat coklatan yang ditutupi perostrakum yang berwarna kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman.Ukuran tiram dewasa mencapai 6 – 9 cm (Latifah, 2011).Tiram mempunyai dua buah cangkang yang dapat mempuka dan menutupdengan menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya.
Komposisi kimia tiram adalah air 83%, lemak 0.91%, protein 10.33%, dan kadar abu 1.84%. (Moeljanto dan Heruwati 1975). Kerang darah yang sudah dewasa yang berukuran diameter 4 cm dapat memberikan sumbangan energy sebesar 59  kalori serat mengandung 8 gram protein, 1,1 gram lemak, 3,6 grm karbohidrat, 133 mg kalsium, 170 mg posfor, 300 SI vitamin A dan dan 0.01 mg vitamin B. (Bahtiar, 2005.)
Alat pernafasan kerang berupa insang dan bagian mantel.Insang kerang berbentuk W dengan banyak lamella yang mengandung banyak batang insang.Hewan ini bersifat hemaprodit dan kebanyakan dari hewan ini mempunyai alat kelamin yang terpisah yaitu jantan dan betina. Semua tiram adalah jantan ketika muda dan beberapa akan menjadi betina seiring dengan kedewasaan.
1.5.2        Usahatani Tiram
Wilayah pesisir yang merupakan sumberdaya potensial, yang merupakan suatu wilayah peralihan antara dataran dan lautan.Sumberdaya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 (Dahuri et al 2001).    
Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, petani adalah sebuah cara hidup (way of live atau livehood) bagi sebagian besar petani.oleh karena sektor dan sistem pertanian harus mendapatkan subjek petani sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai hoom economicus, melainkan juga sebagai home socius dan home religious. Konsekuensi pandangan ini adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-budayalokal, yang memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi dan budaya ke dalam kerangka paradigma pembangunan sistem pertanian secara menyeluruh. (Panjhar Simatupang, 2003:14-15).
Pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam struktur perekonomian Indonesia, dengan adanya pengembangan pertanian diharapkan akan menjadi peningkatan pendapatan petani khususnya dan masyarakat umumnya, karena sebahagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektorpertanian. Disamping itu juga dapat menambah pendapatan daerah dan devisa Negara.Walaupun demikian peningkatan produksivitas ini masih dibayangi oleh laju pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup tinggi, dan tingginya biaya sarana produksi pertanian serta kendala lainnya ini menjadi permasalahan, khususnya bagi para petani dan pemerintah.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya, dan khususnya untuk Provinsi Aceh.
            Untuk produktivitas sekaligus pendapatan petani merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh seperti pengembangan proses penerapan teknologi maju, mengitensifikasi program penyuluhan pertanian, menyediakan bantuan bagi para petani pelaksana intensifikasi pada usahataninya.
Tiram merupakan salah satu jenis kerang yang berpotensi dan bernilai ekonomis tinggi untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral tinggi.Dalam upaya melangsungkan kebutuhan hidupnya, mahluk hidup berintraksi dengan lingkungan dan cenderung memilih kondisi lingkungan serta tipe habitat yang terbaik untuk tumbuh dan berkembang biak. Tiram banyak ditemukan pada subtract yang berlumpur. Tiram bersifat infauna yaitu hidup dengan cara membenankan diri di bawah permukaan lumpur.
Semua spesies kerang termasuk ekonomis penting dan umumnya mendiami subtrat yang lunak.Tiram dapat ditemukan pada subtrat lumpur berpasir tetapi densitas tertinggi di daerah intertidal berbatasan dengan mangrove (Phatansali, 1966) hasil penelitian tentang populasi alami tiram menunjukkan bahwa tiram hidup pada subtrat berpasir (Broom, 1988).
Modal biaya produksi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan besar kecilnya keuntungan yang diterima petani, ini berarti dengan mengefesienkan modal (biaya produksi) maka pendapatan yang diperoleh petani akan lebih besar, demikian sebaliknya.
            Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap pengunaan lahan, termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia di masa lampau dan sekarang seperti hasil reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi (FAO dalam Arsyad, 1998).
            Avenia Nur Aulia (2008: 13) mengemukakan pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan penerimaan. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan dan tindakan. Bentuk dan jumlah pendapatan ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu memenuhi keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan petani agar dapat melanjutkan kegiatannya. Pendapatan ini juga digunakan untuk mencapai keinginan-keinginan dan memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Dari segi petani, pengelolaan usahatani pada dasarnya terdiri dari pemilihan antara berbagai alternatif penggunaan sumberdaya yang terbatas yang terdiri dari lahan, tenaga kerja, modal, waktu, dan pengelolaan.Hal ini dilakukan agar dapat mencapai tujuan sebaik-baiknya dalam lingkungan yang penuh resiko dan kesukaran-kesukaran lain yang dihadapi dalam melaksanakan usahataninya.
Beberapa faktor kendala yang mempengaruhi produksi usahatani yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor kendala internal terdiri dari kualitas dan kuantitas unsur-unsur produksi seperti lahan, tenaga kerja, dan modal.Faktor eksternal meliputi adanya pasar bagi produksi yang dihasilkan, tingkat harga sarana produksi dan hasil, termasuk tenaga kerja buruh dan sumber kredit, tersedianya informasi dan teknologi yang mutakhir dan kebijaksanaan yang menunjang (Avenia Nur Aulia, 2008: 15). Selanjutnya Avenia Nur Aulia (2008: 19) mengemukakan bahwa setiap usahatani membutuhkan input untuk menghasilkan output, sehingga produksi yang dihasilkan akan dinilai secara ekonomi berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani.Pendapatan ini dianggap sebagai balas jasa untuk faktor-faktor produksi yang digunakan.
Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi total usahatani tiram dalam jangka waktu 1 kali MT. Sedangkan pengeluaran usahatani adalah nilai semua input yang habis terpakai dalam proses produksi  usahatani tiram tetapi tidak termasuk biaya tenaga kerja dalam keluarga. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang harus dibayar langsung dengan uang, seperti pembelian sarana produksi, biaya untuk membayar tenaga kerja dan sebagainya.Selisih antara penerimaan dan pengeluaran usahatani disebut pendapatan usahatani.
1.5.3 Rentabilitas
Evaluasi kegiatan usahatani tiram akan ditinjau kemampuan dari seluruh modal yang digunakan dalam kegiatan usahatani tiram untuk menghasilkan keuntungan yang diperoleh petani pengusaha dengan menggunakan analisis rentabilitas. Rentabilitas usahatani menunjukkan perbandingan antara laba dengan modal yang mengasilkan laba tersebut dengan rumus :
Menurut Basu Swasta dalam Firdaus, (2008 : 5) “Rentabilitas adalah sebagai kemampuan dihasilkan laba dan sejumlah modal yang dipakai untuk menghasilkan laba” hal ini sejalan dengan pendapat Banoewijoyo (1979 : 29) menjelaskan bahwa: “pembangunan pertanian rakyat, aspek yang sangat penting adalah bagaimana caranya meningkatkan secara kontinu produksi usahatani yang senantiasa lebih menguntungkan sehingga kesejahteraan petani maupun masyarakat terus meningkat, sejauh mana tingkat rentabilitas”.
Evaluasi rentabilitas usahatani tiram khususnya bagi petani di Kabupaten Aceh Besar diharapkan dapat memperlihatkan apakah penggunaan biaya produksi dari seluruh kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani tersebut telah memberikan keuntungan yang sesuai dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil dari usaha yang dilakukan. Hal ini diketahui melalui perhitungan rentabilitas usahanya.
Menurut Hanafi dan Halim (2009 : 81) Rentabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mengukur keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu.  Pengukuran rentabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan berbagai komponen yang ada didalam laporan laba-rugi atau neraca. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa priode. Tujuannya adalah untuk memonitor dan mengevaluasi tingkat perkembangan rentabilitas perusahaan dari waktu ke waktu (Hery : 2015 : 227).
Menurut Bambang Rianto (1995 : 28) rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama priode tertentu . kriteria penilaian yang dianggap baik dan valid dengan menggunakan rentabilitas yang digunakan sebagai alat ukur tentang hasil pelaksanaan operasional perusahaan, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.         Rentabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi atau penanam modal yang sudah tentu sesuai dengan tingkat resikonya masing-masing. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar resiko suatu investasi maka dituntut rentabilitas yang semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.
b.        Rentabilitas menggambarkan tingkat laba yang dihasilkan menurut jumlah modal yang ditanamkan karena rentabilitas dinyatakan dalam angka relatif.  
Pengertian rentabilitas sebagai kriteria penilaian hasil operasi perusahaan
mempunyai tujuan pokok dan dapat digunakan sebagai berikut.
a.                     Sebagai indikator tentang efektifitas manajemen,
b.                     Suatu alat untuk membuat proyeksi laba suatu perusahaan dan
c.                     Sebagai alat pengendalian bagi manajemen.
1.6    Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan maka dapat diturunkan hipotesis adalah usahatani tiram secara generatif menguntungkan dan dapat dikembangkan di desa Lamnga Aceh Besar ditinjau dari aspek rentabilitas.

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1.   Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Lamnga Kecamatan Masjid Raya Kabupaten Aceh Besar.Penentuan daerah tersebut sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode“purposive sampling” berdasarkan pertimbangan daerah tersebut terdapat petani yang mengusahakan usahatani tiram secara generatif.
Objek yang diteliti dalam penelitian ini yaitu petani yang mengusahakan usahatani tiram.Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada masalah produksi, biaya produksi, harga tiram, nilai produksi dan pendapatan usahatani tiram.

2.2    Populasi, Metode dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan usahatani tiram secara generatif di Desa Lamnga Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar yaitu sebanyak 37 orang petani. Besar populasi yang digunakan sebagai sampel adalah 18 orang petani dari 50% populasi petani. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah study kasus (case stady).
Susilo Rahardjo dan Gudnanto (2011 : 250) Stady kasus (case stady) adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan konprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik.
Sedangkan menurut Bimo Walgito (2010 : 92) menyatakan bahwa study kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada metode kasus ini diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang luas. Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode lain.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa study kasus merupakan metode pengumpulan data secara konprehensif yang meliputi aspek fisik dan psikologis individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan metode simple random sampling (sampel acak sederhana). Yaitu cara pengumpulan data sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Sugiyono, 2001: 59).

2.3    Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani sampel dilapangan.Sedangkan data sekunder diperoleh dari perpustakaan, intansi terkait dan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini.







2.4    Batasan Variabel
Untuk menguji hipotesis yang diturunkan maka dibutuhkan beberapa variabel dan data menguji kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan, variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.       Luas area yaitu luas area usahatani tiram milik petani yang membudidayakan usahatani tiram secara generatif (m2).
b.      Sarana produksi yaitu sarana yang ada hubungan langsung dengan kegiatan uasahatani tiram secara generatif.
c.       Biaya penyusutan. Biaya ini dihitung berdasarkan umur ekonomis alat yang digunakan, dengan menggunakan rumus :  
P =
Dimana :
P          = Penyusutan (Rp)
Nb       = Nilai baru (Rp)
n          = Umur ekonomis (Tahun)
d.      Tenaga kerja adalah besarnya curahan tenaga kerja fisik yang digunakan untuk berbagai kegiatan pada usahatani tiram, baik berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga yang dinyatakan dalam Hari Kerja Pria (HKP). Tenaga kerja yang dihitung apabila ada tenaga kerja wanita dan anak-anak, semuanya dikonversikan kedalam Hari Kerja Pria (HKP). Sesuai upah yang berlaku untuk masing-masing tenaga kerja. Perhitungan Hari Kerja Pria digunakan rumus ( Collier dan Sajogyo, dalam Mubyarto dan Suritno 1981: 210) sebagai berikut:
L =
Dimana :
L          = Tenaga Kerja (HKP)
t           = Jumlah Tenaga Kerja (orang)
h          = Jumlah Hari Kerja (hari)
j           = Jumlah Jam Kerja (Jam)
w         = Jumlah Rata-rata Jam Kerja/Hari (Jam/Hari/Orang)
e.       Biaya produksi adalah seluruh korbanan atau pengeluaran (biaya tetap dan biaya variabel) yang digunakan dalam proses produksi tiram yang dinyatakan dalam satuan rupiah perkilo gram permusim panen (Rp/kg/MP)
f.       Hasil produksi adalah produksi tiram yang dinyatakan dalam satuan kilogram permusim panen (Kg/MP).
g.      Nilai produksi adalah hasil perkalian antara produksi tiram dengan harga yang berlaku yang dinyatakan dalam satuan rupiah perkilo gram permusim panen (Rp/kg/MP).
h.      Pendapatan adalah pendapatan bersih usahatani tiram yang merupakan hasil pengurangan antara nilai produksi dengan keseluruhan biaya produksi yang dinyatakan dalam satuan rupiah perkilogram permusim Panen (Rp/kg/MT).
i.        Rentabilitas adalah rentabilitas usahatani tiram yang menunjukkan perbandingan antara laba (pendapatan bersih) dengan modal (biaya produksi) yang menghasilkan laba tersebut.

2.5   Model dan Metode Analisis
Data yang telah diperoleh dari lapangan diolah dan ditabulasikan kedalam bentuk tabel sesuai dengan kebutuhan analisis. Hipotesis yang telah diturunkan diuji dengan menggunakan analisis Pendapatan dan analisis rentabilitas yaitu dengan menggunakan rumus:
1.      Analisis Pendapatan
       = TR - TC……………………………(Soekartawi, 2005)
Dimana:
     = Total Pendapatan bersih yang diperoleh petani dari usahatani tiram
TR   = Total Reveneu/total penerimaan yaitu jumlah seluruh penerimaan    yang diterima oleh petani dari usahatani tiram.
TC   = Total Cost/total pengeluaran yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan petani dalam menjalankan usahatani tiram.
2.      Analisis Rentabilitas .
 ...............................(Firdaus, 2008 :11)
Dimana :
RMS    = Rentabilitas Modal Sendiri
Lb        = Jumlah laba yang diperoleh selama priode per satu kali panen
MS      = Modal sendiri atau aktiva yang diperlukan untuk   menghasilkan laba tersebut.

Jika RMS > SOCC, maka terima Ha tolak Ho, dan RMS ≤ SOCC, maka tolak Ha terima Ho.
Ho = Rentabilitas modal sendiri lebih kecil dari Sosial Opportunity Cost Of Capital, maka usahatani tiram tidak layak untuk dikembangkan.
Ha = Rentabilitas modal sendiri lebih besar dari Sosial Opportunity Cost Of Capital, maka usahatani tiram  layak untuk dikembangkan.


BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

3.1. Letak, Luas, dan Batasan Daerah
Kecamatan Mesjid Raya merupakan salah satu Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Besar. Letak Kecamatan Mesjid Raya dengan Ibukota  ± 31 Km2.
Batasan-batasan administrasi wilayah kecamatan Kabupaten Aceh Besar adalah sebagai berikut :
-          Sebelah Utara              : Selat Malaka
-          Sebelah Selatan           : Kabupaten Aceh Jaya
-          Sebelah Timur             : Kabupaten Pidie
-          Sebelah Barat              : Samudra Hindia

Luas wilayah Kecamatan Mesjid Raya ± 110,38 Km2, yang terdiri dari 2 Pemukiman yaitu Mukim Krueng Raya dan Mukim Lamnga dengan jumlah desa yaitu 13 Desa.
Kecamatan Mesjid Raya terletak pada garis 50,05 – 50,75 Lintang Utara dan 940,99 – 950,93 Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Durung, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gampong Baro, sebelah Timur berbatasan dengan Ladong, dan sebelah Barat berbatasan dengan Neuhen.







3.2    Iklim, Tanah dan Topografi
1.    Iklim
Iklim merupakan salah satu faktor yang berperan penting bagi kehidupan mahluk hidup. Sebagaimana halnya daerah-daerah lain di provinsi Aceh, Kabupaten Aceh Besar pada umumnya beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan.Musim kemarau berkisar antara bulan Januari sampai dengan Juni. Musim hujan, biasanya bekisar antara bulan Juni sampai Desember. Tentang keadaan curah hujan di Kabupaten Aceh Besar dapat di lihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Keadaan Hujan Di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 - 2015
Bulan
Keadaan Hujan
Curah Hujan
Hari Hujan
2013
2014
2015
2013
2014
2015
Januari
195.9
160.9
276.5
15
17
21
Februari
7.7
3.7
113
5
6
7
Maret
144.7
162.1
114.6
9
15
15
April
118.8
86.4
191
9
17
11
Mai
80.1
62.3
178.1
13
13
15
Juni
100.1
18.4
21.9
15
8
1
Juli
75.5
49.1
6.2
9
11
9
Agustus
21
53.2
118.3
8
14
18
September
81.5
60.3
126.8
14
9
12
Oktober
125.5
62.3
43.5
17
16
7
November
179.7
302
316.5
18
21
21
Desember
197.8
166.7
254
15
18
17
Sumber : Aceh Besar Dalam Angka Tahun 2017.

Struktur dan jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Mesjid Raya berupa tanah jenis podzoloid merah kuning yaitu sekitar 31,55 persen dari seluruh tanah yang ada di kabupaten ini. Jika dilihat dari klasifikasi lereng, dapat dikatakan bahwa 44,35 persen wilayah Kabupaten Aceh Besar memilik kelas lereng 40% lebih pada kelas lereng 0 – 2 % hanya 14,28 persen.

3.3    Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil dari BPS Kabupaten Aceh Besar 2015, penduduk di Kecamatan Mesjid Raya berjumlah 21,342 jiwa, tersebar dalam dua Kemukiman dan terdiri dari 13 Desa. Untuk lebih jelasnya seperti terlihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2.  Jumlah KK Berdasarkan Permukiman diKecamatan Mesjid Raya
Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2015.

No
Permukiman
Jumlah KK
Jumlah
Desa
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Luas Wilayah
(Ha)
1
Kreung Raya
1678
8
14.228
73.586
2
Lamnga
1289
5
7.114
36.793
Jumlah
2967
13
21.342
110.38
Sumber : badan pusat statistik aceh besar dalam angka 2016

Adapun jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besarseperti terlihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Permukiman dan Kelompok Umur Tertentu di Kecamatan Mesjid Raya tahun 2015.

No
Permukiman
Jumlah penduduk yang berumur/tahun
Jumlah
0-14
15-64
65+
1
Krueng raya
2.619
7.154
689
14.228
2
Lamnga
2.282
5.861
440
7.114

Jumlah
4.901
13.015
1129
21.342
Sumber : badan pusat statistik aceh besar dalam angka 2016

Adapun mata pencaharian penduduk di Kecamatan Mesjid Raya bermaca-macam, namun sebagian besar bekerja disektor pertanian.Secara rinci mata pencaharian penduduk di Kecamatan Mesjid Raya dapat dilihat pada Tabel 4 Berikut.
Tabel 4. Rincian Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar, Tahun 2015.

No
Jenis mata pencaharian
Jumlah (jiwa)

1
Petani/perkebunan
3.227
2
Nelayan
116
3
Peternak
4
4
Pedagang
27
5
PNS
401
6
TNI/POLRI
46
7
Lain-lain
8434

Jumlah
12.255
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Besar 2015
                                                                                                                         
Berdasarkan Tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk di Kecamata Mesjid Raya bermata pencaharian sebagai petani yang berjumlah 3.227 jiwa yaitu sebesar 38,26 persen dari jumlah penduduk yang bekerja.



DAFTAR PUSTAKA.

Avenia Nur Aulia, 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Tasikmalaya Skripsi.Sosial Ekonomi.Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian.IPB.

Adiwilaga, A. 1992.Ilmu Usahatani. Alumni, Bandung.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2010 Kabupaten Aceh Besar Dalam Angka. Tahun 2010.

            2015 Kabupaten Aceh Besar Dalam Angka. Tahun 2015

Bahtiar, 2005. Kajian Populasi Kerang Pokea (Batissa Violacea Celebensis Martens, 1897) Disungai Pohara Kendiri Sulawesi Tenggara, (Thesis) Sekolah Pasca Sarjana Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Broom,M.J.1985. The Biology and Culture of Marine Bilvavea Mollusca of   Genus Anadara.Internasional center for Living Aqutik Resources Management. Manila. ICLARM. (Internasional Center For Living Aquatic Recources Managemen).

Bambang Rianto, 1995. Analisis laporan keuangan. Yokyakarta. Kanisius.

Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Dahuri. R. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Penerbit Pradnya Pramita. Jakarta.

Firdaus, 2008. Prospek Pengembangan Usahatani Jahe. Ditinjau dari Rentabilitas. Universitas Abulyatama.

Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim 2009. Analisis Laporan Keuangan, Yokyakarta: UPPSTIM YKPN.

Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan Cetakan Pertama, yokyakarta. CAPS.

Karlinger, 2006.Asas-Asas Penelitian Behavior. Bandung. Alfabeta.


Latifah, A. 2011.Karakteristik Morfologi Tiram.Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanaan dan Ilmu Kelautan. Institute Pertanian Bogor, Bogor.

Mubyarto. 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi – 3 Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial. Jakarta. PT. Raja Grafindo.

Mosher, A.T. 1991.Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Dinas Pendidikan, Departemen Pertanian, CV Yusa Guna, Jakarta.

Margono, 2004.Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor. Ghalia Indonesia.

Masyuri Dan Zainuddin, 2008 Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung. PT. Refika Aditama.

Nazir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. (2011). Pemahaman individu teknis non tes. Kudus : Nora Media Enterprise.  

Simatupang  Pantjar,2003,Petani dan Pemasalahan Petani,Rajawali Press,Jakarta.

Sukartawi, 2005.Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Tiori dan Aplikasinya.Universitas Indonesia. Jakarta.

Supranto, 2008.Statistik (Teori Dan Aplikasi). Erlangga. Jakarta.

Sugiyono, 2001.Metode Penelitian Kuantitatif  Dan R&D. Bandung. Alfabeta.

           2001.  Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta

Soekartawi, Dkk. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press, Jakarta.

Soedarsono, H. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro.LP3ES, Jakarta.

Winanto,T Dan S.Basi Dhon., 1998. Rekayasa Teknologi Pemeliharaan Larva Tiram Mutiara (Pinctada Maxima). Pertemuan Koordinasi dan Pemantapan Rekayasa Teknologi Pembenihan Lintas UPT, Ditjen. Perikanan, Maret 1998. Puncak, Bogor.

Walgito, Bimo (2010). Bimbingan dan konselingstudy dan karir. Yokyakarta.





No comments:

Post a Comment