BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipospadia merupakan salah satu kelainan kongenital
saluran kemih. Pada hipospadia terdapat gangguan perkembangan uretra yang mana
meatus uretra eksternus terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke
proksimal dari tempatnya yang normal pada ujung penis.1-5 Pada hipospadia
didapatkan tiga kelainan anatomi dari penis yaitu meatus uretra terletak di
ventral, terdapat korde, dan distribusi kulit penis di ventral lebih sedikit
dibanding di distal. Prevalensi hipospadia sekitar 0,3%-0,8%,6 menempati
frekuensi paling banyak di antara kelainan kongenital malformasi genitalia
eksternal pria. Terjadi pada 3,2 dari 1000 kelahiran bayi laki-laki.1
Hipospadia terjadi kira-kira dari 250 anak laki-laki yang lahir di Amerika
Serikat. Di beberapa negara insidensi hipospadia mungkin meningkat tetapi
terlihat agak menetap, 0,26 dari 1000 kelahiran hidup di Meksiko dan
Skandinavia serta 2,11 tiap 1000 kelahiran hidup di Hungaria.8 Menurut studi
yang dilakukan di Amerika Serikat hipospadia sebagian besar pada anak kulit
putih. Terdapat banyak klasifikasi pada hipospadia. Hipospadia dibagi menurut
posisi meatus dan derajat kelengkungan penis. Meatus uretra eksternal bisa
berlokasi dari glans penis hingga perineum. Makin proksimal letak meatus, makin
berat kelainannya dan makin jarang frekuensinya. Klasifikasi hipospadia.
Koreksi bedah untuk memperbaiki kelainan anatomi merupakan satusatunya
penanganan untuk hipospadia. Tujuan dari koreksi bedah tersebut untuk
memperbaiki posisi batang penis, glans, dan meatus, meluruskan aliran kencing,
serta meluruskan penis saat ereksi untuk kepuasan seksual. Fistula uretrakutaneus
merupakan komplikasi dengan frekuensi yang paling banyak pada koreksi
hipospadia.Juga dilaporkan adanya fistula uretra kongenital yang timbul
bersama-sama hipospadia.Dari studi yang dilakukan di RSCM didapatkan 12 pasien
mempunyai fistula uretrokutaneus dari total 116 pasien. Penelitian mengenai
hipospadia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado belum pernah dilakukan. Hal
tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang hipospadia.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui gambaran
angka kejadian hipospadia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari
2009-Oktober 2012.
B. Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan pengertian hipospadia.
2.
Menjelaskan tanda dan gejala
hipospadia.
3.
Menjelaskan penyebab hipospadia.
4.
Menjelaskan penetalaksanaan hipospadia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipospadia
Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti
di bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang..Hipospadia adalah suatu
kelainan bawaan dimana meatus uretra eksterna berada di bagian permukaan
ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glanss
penis) (Arif Mansjoer, 2000). Hipospadia adalah kelainan bawaan berupa urethra
yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis (Ngastiyah, 2005).Berdasarkan
dari dua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa hipospadia adalah suatu
kelainan bawaan sejak lahir dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah
bukan diujung penis. Sebagaian besar anak dengan kelainan hipospadia memiliki
bentuk batang penis yang melengkung. Biasanya di sekitar lubang kencing
abnormal tersebut terbentuk jaringan ikat (fibrosis) yang bersifat menarik dan
mengerutkan kulit sekitarnya. Jika dilihat dari samping, penis tampak
melengkung seperti kipas (chordee, bahasa latin); secara spesifik jaringan
parut di sekitar muara saluran kencing kemudian disebut chordee. Tidak setiap
hipospadia memiliki chordee.
Seringkali anak laki-laki dengan hipospadia juga memiliki
kelainan berupa testis yang belum turun sampai kekantung kemaluannya
(undescended testis). Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang jarang
ditemukan, dengan angka kekerapan 1 kasus hipospadia pada setiap 250-400
kelahiran bayi laki-laki hidup.
B. Epidemiologi
Hipospadia terjadi kurang lebih pada 1 dari 250 kelahiran
bayi laki-laki di Amerika Serikat. Pada beberapa negara insiden hipospadia
semakin meningkat. Laporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian hipospadia
pada bayi laki-laki yang lahir premature, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi
dengan berat badan rendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam
daripada kulit putih, dan pada keturunan Yahudi dan Italia.
C. Etiologi
Hipospadia hasil dari fusi yang tidak lengkap dari
lipatan uretra terjadi pada usia kehamilan pada minggu ke 8 dan ke 14.
Diferensiasi seksual laki-laki pada umumnya tergantung pada hormone
testosteron, dihydrotestosteron, dan ekspresi reseptor androgen oleh sel
target. Gangguan dalam keseimbangansistem endokrin baik faktor-faktor endogen
atau eksogen dapat menyebabkanhipospadia. Indikasi untuk beberapa faktor risiko
lain juga telah dilaporkan. Namun, etiologi hipospadia masih belum diketahui.
(Brouwers, 2006).
1. Metabolisme
Androgen
Diferensiasi seksual yang normal tergantung pada
testosteron dan metabolismenya bersamaan dengan kehadiran reseptor androgen
fungsional. Gangguan genetik dalam jalur metabolisme androgen dapat menyebabkan
hipospadia. Meskipun kelainan dalam metabolism androgen dapat menyebabkan
hipospadia yang berat, namun tidak dapat menjelaskan etiologi terjadinya
hipospadia yang sedang dan ringan. (Baskin, 2000)
2. Gangguan
Endokrin
Salah satu penyebab hipospadia disebabkan adanya
kontaminasi lingkungan, dimana dapat mengintervensi jalur androgen yang normal
dandapat mengganggu sinyal seluler. Hal ini dapat diketahui dari beberapa bahan
yang sering dikonsumsi oleh manusia yang banyak mengandung aktivitas ekstrogen,
seperti pada insektisida yang sering digunakan untuk tanaman, estrogen alami
pada tumbuhan, produk-produk plastik, dan produk farmasi. Selain itu, banyak
bahan logam yang digunakan untuk industry makanan, bagian dalamnya dilapisi
oleh bahan plastic yang mengandung substansi estrogen. Substansi estrogen juga
dapat ditemukan pada air laut dan air segar, namun jumlahnya hanya sedikit.
Ketika estrogen tersebut masuk ke dalam tubuh hewan, jumlah estrogen paling
tinggi berada pada puncak rantai makanan, seperti kain besar, burung, mamalia
laut dan manusia, sehingga menyebabkan kontaminasi estrogen yang cukup besar.
Pada beberapa spesies, kontaminasi estrogen dapat mempengaruhi fungsi
reproduksi dan kesehatan. Sebagai contoh, terjadi penipisan kulit telur karena
pengaruh estrogen. (Baskin, 2000)
3. Faktor Genetik\
Usia ibu saat melahirkan dapat menjadikan salah satu faktor
resiko terjadinya hipospadia. Sebuah langsung korelasi terlihat antara usia ibu
yang tua dapat meningkatkan kejadian hipospadia, dan lebih ditandai dengan
bentuk parah dari cacat lahir.
D. Tanda Dan Gejala
1.
Glans penis bentuknya lebih datar dan
ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra
eksternus.
2.
Preputium (kulup) tidak ada dibagian
bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
3.
Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa
yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih
keras dari jaringan sekitar.
4.
Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5.
Tunika dartos, fasia Buch dan korpus
spongiosum tidak ada.
6.
Dapat timbul tanpa chordee, bila letak
meatus pada dasar dari glans penis.
7.
Chordee dapat timbul tanpa hipospadia
sehingga penis menjadi bengkok.
8.
Sering disertai undescended testis
(testis tidak turun ke kantung skrotum).
9.
Kadang disertai kelainan kongenital
pada ginjal.
E. Diagnosis
Ketika pasien pertama kali datang, pertanyaan dibuat
mengenai riwayat obat-obatan diawal kehamilan, riwayat keluarga, arah dan
kekuatan cairan kemih dan adanya penyemprotan pada saat buang air kecil.
Pemeriksaan fisik meliputi kesehatan umum dan perkembangan pertumbuhan dengan
perhatian khusus pada system saluran kemih seperti pembesaran salah satu atau
kedua ginjal dan amati adanya cacat lahir lainnya. Khas pada hipospadia adalah
maetus uretra pada bagian ventral dan perselubungan pada daerah dorsal serta terdapat
defisiensi kulit preputium, dengan atau tanpa chordee dan hipospadia berat
berupa suatu skrotum bifida. Ukuran meatus uretra dan kualitas dinding uretra
(corpus spongiosum) pada proksimal meatus juga berbeda. Derajat hipospadia
sering digambarkan sesuai dengan posisi meatus uretra dalam kaitannya dengan
penis dan skrotum. Ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk kemungkinan
timbul keraguan karena dengan adanya Chordee yang signifikan.
Sebuah meatus yang
berada di wilayah subcoronal mungkin sebenarnya juga snagat dekat dengan
persimpangan penoscrotal dank arena itu setelah koreksi chordee, meatus akan
surut ke daerah proksimal batang penis memerlukan rekonstruksi uretra yang
luas. Sebaliknya, meatus yang terletak di wilayah subcoronal dalam ketiadaan
chordeecocok dengan hipospadia ringan. Oleh karna itu, karena kehadiran chordee
yang signifikan, posisi meatus uretra harus dijelaskan dalam kaitannya dengan
persimpangan penoscrotal dan korona. Tingkat chordee dapat secara akurat
dinilai dengan induksi ereksi dengan mengompresi kavernosum terhadap rami
pubis. Kehadiran satu atau kedua testis di skrotum harus dicatat. Pada sebagian
besar kasus, pasien dengan testis hipospadia ringan sampai sedang dan kedua
testis yang dapat turun secara genotif adalah laki-laki normal. Namun dalam
kasus hipospadia yang berat terutama bila dikaiatkan dengan testis yang tidak
turun baik unilateral atau bilateral, muncul pertanyaan tentang interseks.
(Man, 1958).
Bebrapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu
urethtroscopy dan cytosocopy untuk memasatikan organ-organ seksinternal
terbentuk secara normal. Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada
tidaknya abnormalitas congenital pada
ginjal dan ureter.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan jalan
pembedahan. Tujuan prosedur pembedahan pada hipospadia adalah:
1.
Membuat penis yang lurus dengan
memperbaiki chordee.
2.
Membentuk uretra dan meatusnya yang
bermuara pada ujung penis(Uretroplasti).
3.
Untuk mengembalikan aspek normal dari
genitalia eksterna (kosmetik).Pembedahan dilakukan berdasarkan keadaan
malformasinya. Padahipospadia glanular uretra distal ada yang tidak terbentuk,
biasanya tanpa recurvatum, bentuk seperti ini dapat direkonstruksi dengan flap
lokal (misalnya, prosedur Santanelli, Flip flap, termasuk preputium plasty).
Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu
enam bulansampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak
diharapkan belum sadar bahwa ia begitu spesial, dan berbeda dengan
teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air
seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok
agar urin tidak merembes ke mana-mana. Anak yang menderita hipospadia hendaknya
jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi
yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang dari sulcus
uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.
Tahapan operasi rekonstruksi antara lain:
1.
Meluruskan penis yaitu orifisium dan
canalis uretra senormal mungkin.Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia
biasanya terdapat suatuchorda yang merupakan jaringan fibrosa yang
mengakibatkan penis penderita bengkok. Langkah selanjutnya adalah mobilisasi
(memotong dan memindahkan) kulit preputium penis untuk menutup sulcus uretra.
2.
(Uretroplasty). Tahap kedua ini
dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans penis.
Uretroplasty yaitu membuat fassanaficularis baru pada glans penis yang nantinya
akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui
tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita
hipospadia adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal
dapat digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde
untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara
dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandungkemih)
melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah sekitar daerah di bawah
umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Hipospadia merupakan kelainan
kongenital yang disebabkan oleh faktor lingkungan, genetika dan
ketidakseimbangan hormon.
2.
Dalam penatalaksanaannya hipospadia
perlu dilakukan pembedahandengan tujuan:
a.
Membuat penis yang lurus dengan
memperbaiki chordee.
b.
Membentuk uretra dan meatusnya yang
bermuara pada ujung penis (Uretroplasti).
c.
Untuk mengembalikan aspek normal dari
genitalia eksterna(kosmetik).
B. Saran
Untuk mencegah terjadinya hipospadia pada neonatus dari
segi faktor lingkungan pada saat ibu hamil, sebaiknya ibu menghindari atau
meminimalisasi paparan polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat
mengakibatkan mutasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/3292/2835
2.
http://hamsahpk4.blogspot.co.id/2013/11/makalah-askep-hypospadia.html
3.
idha2793.blogspot.com/2012/09/makalah-hipospadia.html
No comments:
Post a Comment