DAFTAR
ISI
2.1. Endokrinologi
Kehamilan Dan Persalinan
2.3. Pemajangan
Fungsi Korpus Luteum
2.4. Desidua &
Hormon Desidua Desidua
2.6. Adaptasi Ibu
Terhadap Kehamilan
3.1. Perubahan
Payudara Selama Kehamilan
3.2. Perubahan
Payudara Di Trimester I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Hormon merupakan suatu zat yang
dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ yang berperan dalam sekresi
hormon dinamakan kelenjar endokrin.. Disebut demikian karena hormon yang
disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati saluran
khusus Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya,
kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi hormon
yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti seimbang. Di dalam tubuh
manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipotalamus,
hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar gonad
(ovarium atau testis).
Kehamilan merupakan suatu anugerah yang
menyenangkan bagi setiap wanita. Sepanjang daur kehidupan wanita, sudah menjadi
kodratnya akan mengalami proses kehamilan, persalinan dan masa nifas. Kehamilan
merupakan fenomena normal yang terjadi karena adanya pertemuan sel sperma
dengan sel telur di tuba fallopi, kemudian bernidasi dilapisan endometrium yang
akan berkembang menjadi janin, lamanya kehamilan normal 280 hari atau 40
minggu.
Proses kehamilan yang dialami setiap
wanita akan menimbulkan perubahan-perubahan pada fisik, maupun psikologis.
Direncanakan atau tidak, calon ibu perlu mempersiapkan diri secara psikologis
sejak sebelum, selama, dan sesudah kehamilan.
Janin di dalam kandungan memerlukan
makanan dan nutrisi yang tumbuh dan berkembang. Di dalam rahim ibu, janin
memiliki pengikatan antara ibu dan bayi yang biasa kita sebut sebagai plasenta.
Plasenta tumbuh saat janin berusia kurang lebih satu minggu pertama. Pada
plasenta terdapat berbagai macam fungsi diantaranya sebagai respirasi, ekskresi
dan produksi hormone, sehingga terjadi pertukaran zat antara ibu dan janin.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
menjelasakan definisi dari kerja hormon, apa pengertian dari kelenjar
endokrinologi, apa macam-macam dari hormone reproduksi, dan menjelaskan
klafikasi kelenjar endokrin pada janin
2.
Rumusan masalah yang
kami angkat yaitu mengenai perubahan payudara pada ibu hamil trimester II
3.
Menjelaskan
perkembangan dan pertumbuhan plasenta
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Endokrinologi Kehamilan Dan Persalinan
Gambar 1.
Interaksi antara ibu dan janin, dikenal sebagai foto plasenta unit, tempat
utama untuk repoduksi dan sekresi hormon protein dan steroid.
Endokrinologi kehamilan manusia
melibatkan perubahan baik endokrin maupun metabolik yang terjadi pada batas
antara ibu dan janin yang dikenal sebagai unit plasenta-janin. Struktur ini
adalah merupakan tempat utama produksi dan sekresi hormon steroid dan protein.
Perubahan endokrin dan metabolik yang terjadi selama kehamilan merupakan akibat
langsung dari sinyal hormon yang dihasilkan unit plasenta-janin. Permulaan dan
perkembangan kehamilan tergantung dari interaksi neuronal dan faktor hormonal.
Pengaturan neuro endokrindi dalam plasenta, pada janin dan kompartemen ibu
sangat penting dalam mengarahkan pertumbuhan janin dan perkembangannya
sebagaimana juga dalam mengkoordinasi awal suatu persalinan. Adaptasi maternal
terhadap perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan secara langsung
menggambarkan perkembangan plasenta dan janin. Adaptasi gestasional yang
terjadi selama kehamilan meliputi implantasi dan perawatan kehamilan dini,
modifikasi sistem maternal dalam rangka mempersiapkan dukungan nutrisi
perkembangan janin; dan persiapan persalinan dan menyusui.
Protein-protein yang
berhubungan dengan kehamilan dapat ditemukan dalam sirkulasi maternal segera
setelah konsepsi. Sebagai contoh, suatu platelet activating
(PAF)-likesubstance, yang dihasilkan oleh ovum yang dibuahi dapat terdeteksi
segera. Setelah ovulasi dan fertilisasi, embrio masih berada dalam ampula tuba
sampai hari ke tiga. Konsepsi yang sedang berkembang mengarah pada uterus,
melalui bagian istmus tuba, selama 10 jam,dan kemudian memasuki uterus sebagai
suatu embrio 2-8 sel. Pada perkembanganselanjutnya, antara 3-6 hari setelah
konsepsi, embrio menjadi blastokist mengambang dalam rongga endometrium.
Gambar 2. Siklus
ovarium, fertilisasi dan perkembangan embrio yang terjadi selama minggu pertama
setelah konsepsi
Sebelum implantasi, blastokist juga
mensekresikan substansi spesifik yang meningkatkan penerimaan endometrium.
Implantasi yang berhasil memerlukan sinkronisasiyang tepat antara perkembangan
blastokist dan pematangan endometrium. Sampai saat ini, sedikit informasi yang
diketahui mengenai peranan pengaturan produksi hormon steroid pada janin.
Embrio awal dan sel kumulus yang mengelilinginya menghasilkan estradiol dan
progesteron sebelum implantasi. Pengambilan secara mekanis sel-sel ini
menyebakan terhentinya sekresi hormon steroid, sementara pengembalian sel
melalui co-culture menghasilkan sekresi steroid seperti semula. Berdasarkan
penemuan ini, produksi steroid oleh konseptus diduga tidak berarti pada saat
mencapai rongga endometrium, yang pada akhirnya sel kumulus akan makin
berkurang pada saat melintasi tuba fallopi. Progesteron yang dihasilkan konseptus
berpengaruh pada motilitas tuba pada saat konseptus dibawa kearah uterus.
Progesteron, dengan pengaruh
katekolamin dan prostaglandin, dipercaya melemaskan otot utero-tuba. Lebih jauh
lagi, progesteron diduga memegang peranan penting pada saat transportasi embrio
tuba uterus ke rongga uterus karena ditemukan adanya reseptor progesteron dalam
kadar yang tinggi pada mukosa 1/3 distal tuba fallopi. Estradiol, juga
dihasilkan oleh struktur ini, bisa menyeimbangkan pengaruh progesteron pada
keadaan motilitasi dan tonus tuba tert entu yang diharapkan, Progesteron
mengantagonis estrogen meningkatkan aliran darah pada uterus melalui penurunan
reseptor estrogen dalam sitoplasma Seperti juga estrogen dan progesteron juga
berada dalam keseimbangan dalam pengaturan aliran darah pada tempat implantasi.
2.2.
Fase Implantasi
Messenger RNA hCG dapat dideteksi pada
blastomer 6-8 sel embrio; dilain pihak, hal tersebut tidak terdeteksi pada
media kultur blastokist sampai hari ke 6. Segera setelah implantasi dimulai,
hCG dapat dideteksi pada serum ibu. Akan tetapi karena masih terbatasnya aliran
darah langsung, sekresi hCG ke dalam sirkulasi ibu masih terbatas. Jadi, selama
proses implantasi, embrio aktif menghasilkan hCG, yang dapat dideteksi pada
serum ibu pada saat hari ke 8 setelah ovulasi. Peranan utama hCG adalah
memperlama aktifitas biosintesis korpus luteum, yang memungkinkan produksi
progesteron dan mempertahankan endometrium gestasional. Sebagaimana proses
implantasi berlangsung, konseptus berkelanjutan mensekresi hCG dan
protein-protein kehamilan yang memungkinkan deteksi produksi steroid.
Blastomer melapisi blastokist dibagian
luar dan akhirnya akan membentuk plasenta yang dapat diidentifikasi pada hari
ke 5 setelah konsepsi. Fase ini dikenal sebagai fase trofektoderm.
Pertukaran sirkulasi antara ibu dan
janin. Darah ibu berasal dari arteri spiralis dan bersirkulasi di dalam rongga
intervilus, sehingga darah janin dan ibu tidak pernah tercampur dalam sistem
ini. Sel kunci utama di dalam villi khorionik adalah sitotrofoblas. Mereka
mempunya kemampuan mengadakan proliferasi, invasi dan migrasi atau untuk
berdiferensiasi, melalui agregasi dan fusi, membentuk lapisan sinsitial dari
lapisan sel villi plasenta berinti banyak dikenal sebagai sinsitiotrofoblas.
Pada hari ke 10 pasca-konsepsi, 2 lapis sel berbeda dari trofoblast telah
terbentuk. Lapisan dalam, sitotrofoblast, terdiri dari sel-sel individual nyata
yang cepat membelah. Lapisan luar, sinsitiotrofoblast, adalah lapisan tebal
yang terdiri dari gabungan sel yang sulit dibedakan batas-batasnya.
Sinsitiotrofoblast membatasi ruang intervilus dengan. endometrium ibu. Secara
imunohistokimia, sitotrofoblas terwarnai untuk protein hypothalamus: gonadotropin
releasing hormone (GnRH), corticotrophin releasing hormone (CRH),
dan thyrotropin releasing hormone (TRH). Sambungan sinsitiotrofoblast
terwarnai mengandung hormon yang berhubungan dengan hormon hormon hipofise:
seperti human chorionic gonadotropin (hCG); analog dengan pituitary
luteinizing hormone,(LH), adrenocorticotropic hormone (ACTH) and human
chorionic thyrotropin (hCT). Secara anatomis, susunan ini menunjukkan 2
lapis hubungan parakrin dari aksis hypothalamus-hipofise.
2.3.
Pemajangan Fungsi Korpus Luteum
Produksi steroid primer korpus luteum adalah progesteron,
17a- progesteron, estradiol and androstenedion. Low-density lipoprotein (LDL)
kholesterol adalah prekursor utama yang bertanggung jawab terhadap produksi
korpus luteum Antara 6 dan 7 minggu kehamilan, fungsi korpus luteum mulai
menurun.
Gambar
3. Pergeseran produksi progesterone dari korpus luteum ke
plasenta terjadi pada saat minggu ke 7-9 kehamilan. Daerah abu-abu
menggambarkan perkiraan funsi transisi ini.
2.4. Desidua & Hormon Desidua
Desidua
adalah endometrium
dalam kehamilan Desidua endometrium adalah tempat biosintesis hormon steroid
dan protein maternal yang berhubungan langsung dengan kelangsungan dan proteksi
kehamilan dari penolakan secara imunologis. Sebagai contoh jaringan desidua
mensekresikan kortisol, dan dengan kombinasi dengan hCG dan progesteron yang
dihasilkan konseptus, kortisol yang dihasilkan desidua bekerja menekan respon
imun maternal membuahkan keadaan imunologis khas yang diperlukan untuk
implantasi konseptus.
A. Prolaktin Desidua
Prolaktin desidua adalah hormon peptida
yang mempunyai aktifitas kimia dan biologis identik dengan prolaktin hipofise.
Prolaktin, dihasilkan oleh desidua endomerium, pertama dideteksi dalam
endometrium pada hari ke 23 setelah implantasi. Progesteron diketahui
menginduksi sekresi prolaktin desidua Prolaktin desidua masuk kedalam sirkulasi
janin atau maternal setelah mengalami transportasi melintas membran fetal dari
desidua dan dilepaskan kedalam cairan amnion. Tanpa dipengaruhi oleh pemberian
bromokriptin, produksi prolaktin desidua terjadi secara independent, juga
terhadap kontrol dopaminergik.
Sekresi prolaktin desidua meningkat
secara paralel sejalan dengan peningkatan bertahap prolaktin serum ibu yang
terlihat sampai minggu ke 10. sehamilan, yang kemudian meningkat secara cepat
sampai minggu ke 20, dan kemudian turun sampai mendekati kehamilan aterm.
Prolaktin desidua bekerja mengatur cairan dan elektrolit yang melalui membran
fetal dengan mengurangi permeabilitas amnion dalam arah fetal-maternal. Tidak
seperti prolaktin desidua, prolaktin dalam sirkulasi, pada janin, disekresikan
oleh kelenjar hipofise janin, sementara prolaktin dalam sirkulasi maternal
disekresikan oleh hipofise maternal dibawah pengaruh estrogen. Kedua prolaktin
dalam sirkulasi ini keduanya ditekan oleh bromokriptin yang dimakan ibu.
b. Decidual Insulin-like Growth Factor Binding Protein-1
(IGFBP-1)
IGF binding protein-1 (IGFBP-1)
adalah hormon peptida yang berasal dari sel stroma desidua. Pada wanita yang
tidak hamil, circulating IGFBP-1 tidak berubah selama siklus endometrium.
Selama kehamilan, terjadi peningkatan beberapa kali lipat kadar IGFBP-1 yang
dimulai selama trimester pertama, meningkat pada trimester kedua, dan akhirnya
turun sebelum aterm. IGFBP-1 menghambat ikatan insulin-like growth factor (IGF)
pada reseptor di desidua.
c. Decidual Pregnancy Protein-14 (PP14)
Pregnancy protein-14 adalah hormon
glikoprotein yang disintesis oleh endometrium sekretori dan desidua yang
terdeteksi sekitar siklus hari ke 24 (26). Pada serum, kadarnya meningkat
sekitar hari 22-24, mencapai puncak pada saat mulainya menstruasi; jika
kehamilan terjadi, kadarnya tetap tinggi. Dalam kehamilan, PP14 meningkat
secara paralel dengan hCG. Seperti juga hCG, PP14 diduga mempunyai aktifitas
immunosupresan dalam kehamilan (26). Kadar PP14 yang rendah ditemukan pada
pasien dengan kehamilan ektopik, yang mempunyai sedikit jaringan desidua
2.5.
Kompartemen Plasenta
Fungsi plasenta adalah memastikan
komunikasi efektif antara ibu dengan janin yang tengah berkembang sementara
tetap memelihara keutuhan imun dan genetik dari kedua individu. Pada awalnya
plasenta berfungsi secara otonom. Namun pada akhir kehamilan, sistem endokrin
janin telah cukup berkembang untuk mempengaruhi fungsi plasenta dan menyediakan
prekursor-prekursor hormon untuk plasenta.
2.6.
Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan
Sebagai suatu "parasit" yang
berhasil, unit janin-plasenta mampu memanipulasi "pejamu" ibu untuk
kepentingannya sendiri dan dapat menghindari terjadinya stres yang berlebihan
yang dapat mengganggu "pejamu", dan dengan itu mengganggu
"parasit" itu sendiri. Produksi polipeptida dan hormon-hormon steroid
yang sangat banyak oleh unit janin-plasenta secara langsung atau tidak langsung
berakibat adaptasi fisiologis dari hampir setiap sistem organ ibu.
3.1.
Perubahan Payudara Selama Kehamilan
Perubahan
payudara selama masa kehamilan adalah hal yang normal terjadi guna
mempersiapkan kelahiran Si Kecil. Payudara yang membesar dan terasa sakit
bahkan sering kali disebut sebagai tanda-tanda awal kehamilan. Kondisi tersebut
dimulai saat kandungan berusia sekitar 4-6 minggu dan berlangsung selama
trimester pertama. Perubahan Payudara Saat Hamil Berubahnya payudara saat hamil
disebabkan oleh peningkatan kadar hormon selama kehamilan. Naiknya kadar hormon
kehamilan ini membuat aliran darah pada payudara meningkat, sehingga
menyebabkan perubahan pada jaringan payudara. Saat hamil, Bumil bisa mengalami
beberapa perubahan pada payudara, seperti:
·
Payudara membesar
serta terasa padat, nyeri, dan sensitive
·
Warna puting dan
areola (kulit di sekitar puting) menjadi lebih gelap
·
Pembuluh darah di
payudara terlihat lebih jelas
·
Keluar cairan kental
kekuningan (kolostrum) dari puting
·
Muncul benjolan kecil
di permukaan areola akibat saluran susu tersumbat
3.2. Perubahan Payudara Di Trimester I
Perubahan pada payudara sudah dimulai
di awal awal kehamilan. Pada trimester pertama kehamilan, sekitar usia 4-6
minggu kehamilan, beberapa dari ibu hamil, mungkin merasa payudara kesemutan,
nyeri, atau lebih sensitif, terutama di area puting. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya kadar hormon progesteron dan aliran darah di payudara. Pembentukan
lebih banyak kelenjar susu untuk produksi susu dan perkembangan saluran susu
sebagai jalan untuk susu keluar dari payudara juga sudah dimulai. Hal ini membuat ukuran payudara juga menjadi lebih besar.
Selanjutnya, puting dan areola (area sekitar puting yang berwarna gelap)
menjadi lebih gelap dan lebih besar, serta pembuluh darah di bawah kulit
payudara menjadi lebih terlihat. Kelenjar montgomery, yaitu kelenjar yang
memproduksi minyak yang berada di sekitar puting juga menjadi lebih terlihat.
3.3.
Perubahan payudara pada trimester II
Payudara membesar Payudara akan semakin
membesar dan mengeluarkan cairan yang disebut kolostrum. Putting dan sekitarnya
akan semakin berwama gelap dan besar. Bintik-bintik kecil akan timbul disekitar
putting, dan itu adalah kelenjar kulit. Pada trimester dua Estrogen dan
progesteron mempengaruhi pertumbuhan dari sistem duktus, lobuli dan alveoli
dapat meningkatkan produksi susu selama kehamilan. Konsentrasi dan kadar
prolaktin dalam darah ibu meningkat. Tanda-tanda umum:
1.
Perubahan warna areola
menjadi gelap dan pembentukan bercak kulit disekitar dan diluar areola primer
atau disebut juga areola skunder.
2.
Spinder angioma di
dada atas Striae payudara
3.4.
Perkembangan payudara
Kelenjar mammae manusia berasal dari
ektoderm. Kelenjar ini pertama kali dapat terlihat pada embrio yang berusia 4
minggu sebagai tunas (bud) atau nodul jaringan epitel yang tampak di sepanjang
garis yang disebut krista susu. Pada embrio yang lebih berkembang, krista ini
meluas dari midaksila sampai daerah inguinal dan mungkin merupakan lokasi
payudara atau puting yang berjumlah banyak pada orang dewasa. Nodul epitel yang
rudimenter awalnya terbenam di dalam mesenkim embrionik, yang kemudian akan
mengalami diferensiasi lebih lanjut, tampaknya dibawah pengaruh sinyal parakrin
dari mesenkim. Tunas epitel sekunder membentuk korda selular yang memanjang,
bercabang, dan berongga. Korda ini menjadi duktus ekskretoris dan laktiferus
pada kelenjar mammae.
Kelenjar mammae manusia merupakan struktur
tuboalveolar yang terdiri atas 15-25 lobus yang iregular yang letaknya radier
menjauhi puting. Setiap lobus terbenam dalam jaringan adiposa dan dipisahkan
oleh lapisan jaringan ikat padat. Setiap lobus lebih jauh lagi dibagi menjadi
lobulus, dihubungkan ke puting oleh duktus laktiferus. Duktus laktiferus
dibatasi oleh epitel skuamosa berlapis. Jaringan ikat longgar mengelilingi
duktus laktiferus dan dapat mengalami pelebaran selama menyusui. Sekresi
alveolar dimulai pada kehamilan trimester kedua.
Mammae akan membesar dan tegang akibat
hormon somatomammotropin, esterogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan
air susu. Pada kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih
besar. Apabila mammae akan membesar, lebih tegang dan tampak lebih hitam
seperti seluruh areolla mammae karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu
keatas dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut
colostrum
3.5.
Penyuluhan Kesehatan Tentang Perawatan Payudara Di Pukesmas Lamteuba Kacamatan
Seulimum Kabupaten Aceh Besar
United Nations Children's Fund (UNICEF)
menyebutkan sebanyak 30 ribu kematian bayi dan 10 ribu kematian balita di dunia
dalam satu tahun dicegah melalui pemberian ASI selama 6 bulan, tanpa memberikan
makanan dan minuman tambahan kepada bayi sehingga perawatan payudara sangat
penting dalam meningkatkan produksi ASI. Jumlah bayi di Indonesia yang mendapat
ASI eksklusif cenderung menurun karena semakin banyak bayi di bawah usia 6
bulan yang diberikan susu formula. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI), cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan pada tahun 2002
adalah 40%, tahun 2007 turun menjadi 32% dan tahun 2010 turun lagi menjadi
27,2%. Penyebab ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara, antara lain
disebabkan oleh faktor-faktor berikut kurangnya informasi yang diperoleh dari
petugas kesehatan, ketakutan dan kemalasan, serta ketersediaan waktu untuk
melakukan perawatan payudara selama kehamilan. Perawatan Payudara Sangat
penting agar tidak terjadi komplikasi saat menyusui bayi nantinya. Sehingga
diperlukan tingkat perilaku khususnya bagi ibu primigravida mengenai pentingnya
perawatan payudara selama kehamilan.
4.1. Struktur
Plasenta
Plasenta merupakan organ penting bagi
janin, karena sebagaiman alat pertukaran zat antara ibu dan bayi atau
sebaliknya. Plasenta berbentuk bundar atau hamper bundar dengan diameter 15-20
cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm, berat rta rata 500 gram. Umumnya plasenta
terbentuk lengkap pada kehamilan kurang dari 16 minggu dengan ruang amnion
telah mengisi seluruh kavum uteri.
Plasenta terletak didepan atau
dibelakang dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri, dikarenakan alasan
isiologis, permukaan bagian atas korpus uterus lebih luas, sehingga lebih
banyak tempat untuk berimplementasi. Plasentaberasal dari sebagian besar dari
bagian janin,yaitu vili koriales atau jonjotchorion dan sebagian kecil dari
bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu
permukaan fetal dan maternal. Permukaan fetal adalah permukaan yang menghadap
ke janin, karena nya keputih putihan dan licin. Hai ini di sebabkan karena
permukaan fetal ditutup oleh omnion, dibawah Nampak pembuluh-pembuluh darah.
Permukaan maternal adalah permukaan yang menghadap dinding Rahim, berwarna
merah dan terbagi dari celah-celah yang berasal dari jaringan ibu. Jumlah-jumlah
pada plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon.
Plasenta terdiri dari 3 bagian:
1.
Bagian janin (fetal
partion), terdiri dari karion prondosom dan vili-vili dari plasenta yang
matang, terdiri atas :
a.
Vili corialis
b.
Ruang-ruang interviler
Dibawah lapisan omnion ini berjalan cabang-cabang pembuluh darah tali pusat.
c.
Permukaan janin dan
plasenta yang di lapisi omnion yang kelihatan licin. Tali pusat akan berinsersi
pada plasenta pada permukaan janin.
2.
Bagian maternal
(matemal partion), terdiri atas desidua komparta yang berbentuk dari berarapa
lobus dan kotiledon (12-20). Desidua basalis plasenta mata disebut lempeng
korionik, dimana sirkulasi oteroplasenta berjalan ke runag-ruang intravili
melaui tali pusat
3.
Tali pusat Tali pusat
merentang dari pusat janin ke plasenta, panjangnya 50-55 cm, sebesar jari
(diameter 1-12 cm). Pernah di jumpai tali pusat terpendek 1/2 cm dan terpanjang
b 200 cm
Penampakan plasenta terbagi menjadi 2 bagian yang terbentuk
oleh jaringan anak. Bagian ini terdiri dari jaringan anak disebut membrane
chori, yang dibentuk oleh amnion,pembuluh darah janin, korion dan vili.
4.2.
Pembentukan Plasenta
Perkembangan tropoblas berlangsung
cepat pada hari ke 8-9, dari selapis sel tumbuh menjadi terlapis-lapis.
Terbentuk ronggga pakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotropoblas (disebut
sinsitium) yang akhimya saling berhubungan. Stadium ini disebut stadium
berombak (lacunar stage). Pertumbuhan sinsition kedalam endometrium makin dalam
kemudian terjadi kerusakan endotel kapiler disekitarnya, sehingga rongga
sinsitium (system lacuna) tersebut masuk dialiri oleh darh ibu, membentuk
sinisoit. Bagian yang berbatas. dengan sitotropoblas disebut mesoderm
eks-traibrional somatopleural, kemudian akan menjadi selaput korior.
Bagian yang berbatasan dengan selaput
Heuser dan menutupi abakl yolksac disebut mesoderm ekstrabrional
splanknopleural. Menjelang ahir minggu ke 2 (hari 13 14), seluruh lingkaran
blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi tropobllas yang terdiri
dari darh ibu. Didalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah
celah yang makin lama makin besar dan makin bersatu, sehingga terjadilah rongga
yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari sitotropoblas. Rongga ini
di sebut rongga selom ekstraibional atau rongga korion.
Disisi embrioblas (tutup embrional),
tampak sel-sel kuboit sitotropablas yang mengadakan infasi ke arah lapisan
sinsitiium, membentuk sekelompok sel dan di kelilingi sinsitium disenut
janjat-janjat primer. Jonjot ini emamnjang sampai bertemu dengan aliran darah
ibu. Pada awal minggu ke 3, mesoderm ekstraibional somatoplural yang terdapat
dibawah jonjot sekkunder yang terdiri dari inti mesoderm di lapisi selapis sel sitotropoblas
dan sinsitiotropablas. Menjelang ahir minggu ke 3, dengan karakteristik
angiogenik yang dimilikinya mesoderm dan jonjot dalam jonjot tersebut
berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang
tadi hanya seluler kemudian menjadi suatu jaringan vascular. Setelah infiltrasi
pembuluh darah tropoblas kedalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan
tropoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuk lah komponen sirkulasi
utero-plasenta. Melaui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta
dihubungkan dengan sirkulasi janin.
4.3
Fungsi Plasenta
Supaya janin timbih dengan sempurna,
dibutuhkan penyaluran darah, yang membawa zat asam, asam amino, vitamin dan
mineral dari ibu kapada janin, begitu pula pembuangan karbon dioksida dan
limbah metabolism janin ke sirkulasi ibu. Fungsi dari plasenta adalah:
1.
Sebagai alat nutritive
untuk mendapatkan bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin.
2.
Sebagai alat pembuangan metabolisme: ginjal,
hati dan usus metabolisme akan di buang melaui plasenta, yang akan dapat
menghubungkan janin dengan sum luar secar tidak langsung.
3.
Sebagai alat
pernafasan dimana janin mengambil O2 dan membuang CO2. Dalam sirkulasi terdapat
hemoglobin janin (f) yang memiliki ainitas tinggi terhadap 02 dan sebaliknya
mudah melepaskan CO2 melalui system difusi dalam plasenta
4.
Menghasilkan hormone pertumbuhan dan persiapan
pemberian asi
5.
Sebagai alat penyalur
anti bodi ke tubuh janin.
6.
Sebagai barier atau
filter
Hormon yang Dihasilkan Plasenta Sumon yang Hormone yang
dihasilkan plasenta,mochtar, 1998 adalah:
1.
Human chorionic gonado
tropin (heg)
2.
Somatomammotropin
korionik (plasenta laktogen)
3.
Estrogen.
4.
Progesteron
5.
Trirotropin korionic,
relaksin dan lain-lain
4.4.
Sirkulasi Darah Plasenta
Darah ibu yang berada di ruang
interfiler berasal dari spiral arteris yang berada di desidua basalis. Pada
sitosel darah di semprotkan dengan tekanan 70-80 Mmhg seperti air mancur
kedalam ruang interfiler sampai mencapai chorionic plat, pangkal
kotiledon-kotiledon janin, Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan
kembali perlahan-lahan dengan mem tekanan 80 Mmhg menuju ke vena-vena desidua.
Darah ibu yang mengalir keseluluruh
plasenta di perkirakan naik dari 300ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu
sampai 600ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interfiler
tanpa vili koriales mempunyai volume lebih kurang 150-250 ml. Permukaan semua
villi korialis di perkirakan seluas lebih kurang 11m2. Pada kehamilan 24 minggu
lapisan sinsitum gdari villi tidak beruba, akan tetapi dari lapisan
sititropablas sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok sel
sel.stroma jonjot jadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan
pembuluh-pembuluhn darahnya menjadi lebih besar dan lebih mendekati lapisan
trofoblas. Pada kehamilan ke 36 minggu sebagian besar sel-sel sitotofablas taka
da lagi, tetapi antara sirkulasi ibu dan janin selalu ada lapisan trofoblas.
Tujuan Fungsi Plasenta
Plasenta manusia adalah oran yang serbaguna. Plasenta
memiliki banyak fungsi yang sama dengan organ dan system tubuh:
·
Transfer gas (paru)
·
Tranfor
nutrient(saluran gastrointestinal)
·
Ekskresi zat
ziza(ginjal)
·
Transfer panas(kulit)
·
Konjugasi obat dan
hormone(hati)
·
Produksi berbagai proteindan
hormone steroid (kelenjar endokrin)
4.5.
Perkembangan Plasenta
Plasenta berasal dari jaringan
trofoblas yang tumbuh menutupi seluruh permukaan endometrium. Trofoblas
ressebut (korion Frondosum) kemudian mengalami diferensiasi membentuk plasenta.
Dari plasenta akan terbentuk jaringan berupa rangkai penghubung antara placenta
dengan janin yang akan berkembang menjadi tali pusat. Jaringan trofoblas
lainnya(korion Laeve) Menghilang. Pada keadaan tertentu sel trofoblas yang
berada marginal pada ostium uteri,sering menyerupai plasenta previa. Proses
penyusutan relative ukuran plasenta dar urerus dan pembentukan sekmen bawah
Rahim pada trimester ahir kehamilan akan memperpanjang jarak anatara batas
bawah palsenta dan ostium uteri internum. Keadaan ini disebut Migrasi plasenta
atau perifelpik plasenta.
Oleh sebab itu jangan membuat diagnosis
plasenta previa pada kehamilan trimester pertama. Bila didapatkan plasneta
berinsersi di bawah diusulakn untuk pemeriksaan ulang pada kehamilan 28 minggu.
Keadaan umum pada persalinan akan tetap sebagai plasenta previa apabila
plasenta ditemukan menutupi ostium uteri internum dan lebih dari 1/3 plasenta
berada disisi lain dari ostium.
BAB III
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
Sistem endokrin erat kaitannya dengan
sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini
bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homoestatis tubuh. Fungsi mereka satu
sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan homoestatis,
membantu mensekresikan hormon-hormon yang berkerja dalam sistem persyarafan,
pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan
reproduksi.
Pada wanita hamil terjadi
perubahan-perubahan fisiologis yang sangat spesifik, termasuk perubahan pada
payudara. Dan perubahan-perubahan yang terjadi saling berhubungan satu dengan
yang lain. Perubahan ini merupakan hal yang wajar dan normal yang tidak perlu
ditakuti. Perubahan perubahan yang terjadi selama kehamilan akan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
Bayi dalam kandungan membutuhkan
makanan dan nutrisi yang cukup dalam masa tumbuh kembangnya. Plasenta merupakan
alat yang sangat penting bagi janin, karena plasenta merupakan alat pertukaran
zat antara ibu dan anak sebaliknya, melalui plasenta bayi bias mendapatkan
makanan, nutrisi serta alat untuk melakukan pernafasan. Plasenta dari hari
kehari semakin membesar seiring membesarnya janin dalam Rahim.
5.2. Saran
Pada sistem endokrin ditemukan berbagai
macam gangguan dan kelainan, baik karena bawaan maupun karena faktor luar,
seperti virus atau kesalahan mengonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan
anda agar selalu dapat beraktivitas dengan baik selama masa kehamilan.
Perubahan fisiologis adalah respon
tubuh karena adanya pembuahan atau fertilisasi yang terjadi didalam uterus yang
bertujuan untuk mempertahankan hasil pembuahan agar tetap hidup dan berkembang.
Peristiwa ini normal dan wajar terjadi kemudian akan kembali seperti semula
keadaan semula beberapa minggu. Selain itu menyusui juga dapat membantu
mempercepat pemulihan kondisi tubuh, karena menyusui menyebabkan rahim
berkontraksi dan mempercepat kembalinya ke ukuran normal.
Plasenta merupakan organ yang sangat
dibutuhkan bagi kehidupan. bayi dalam rahim, oleh karena itu pemenuhan
kebutuhan nutrisi serta gizi harus tercukupi melalui ibu yang sedang
mengandung. Proses pertumbuhan plasenta sangat berpengaruh besar bagi kehidupan
janin dalam kandungan, pasokan makanan pada ibu sangat mempengaruhi tumbuh
kembang pada plasenta, kerusakan pada plasenta juga merupakan akibat dari
buruknya pasokan makanan yang dikonsumsi ibu. Oleh sebab itu perlu bagi ibu
yang sedang mengandung untuk mengetahui proses pertumbuhan plasenta, organ yang
merupakan hubungan pengikat antara ibu dan bayi.
Demikian yang dapat saya paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah yang saya
susun tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Chandraharan E.
(2016). Obstetric and Intrapartum Emergencies. New York. Cambridge
University Press.
Lisa EM, Nigel P. (2016). Physiological Changes
of Pregnancy. New York. Cambridge University Press
Monika S. John DR.
(2017). Cardiovaskular Physiology of Pregnancy. American Heart
Association
Aspiani y.r.2017.
"Asuhan keperawatan Maternitas aplikasi Nanda Nic Noc"Jakarta
Timur:CV.Trans info Media.
No comments:
Post a Comment