Abstrak
Penelitian
ini menganalisis Citra pendidikan nilai yang terjadi pada novelLaskar Pelangi
karya Andrea Hirata. Pendekatan yang digunakan dalam novel ini adalah
pendekatan sosiologi sastra yang bertumpuan bahwa karya sastra mencerminkan
kehidupan dalam suatu masyarakat. Citra pendidikan nilai yang dibahas peneliti,
merupakan cerminan kehidupan suatu kelompok masyarakat di suatu daerah, yakni
Belitung.
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini
digunakan untuk menganalisis tokoh dan penokohan dan citra pendidikan nilai
dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
Hasil
analisis tokoh dan penokohan, menunjukan bahwa tokoh utama novel ini adalah
Ikal, Lintang, dan Mahar. Kehadiran Ikal, Lintang, dan Mahar dalam novel Laskar
Pelangi paling banyak diceritakan, sebagai pelaku ceritanya langsung maupun
sebagai pencerita beberapa tokoh yang lainya. Tokoh tambahan novel ini adalah
Sahara, Syahdan, Kucai, Trapani, Borek/Samson, A Kiong, Harun, Flo, Bu Mus, Pak
Harfan, dan A Ling. Citra pendidikan nilai di Belitung
juga ditunjukan
secara nyata, dan hal itu mempengaruhi perilaku tiap-tiap tokohnya dalam
mengahadapi suatu peristiwa.
Citra
pendidikan nilai yang terjadi dalam novel Laskar Pelangi, merupakan masalah
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan nilai berisi tentang:
penghargaan pada nilai kemanusiaan, penghargaan atas hak asasi manusia,
penghargaan pada perbedaan, kemampuan hidup pada perbedaan, persaudaraan, sopan
santun, demokrasi, kejujuran, tanggung jawab, keadilan, daya juang, kerohanian,
dan kelestarian alam.
Citra
pendidikan nilai yang ada dalam novel ini adalah kejujuran, tekad kuat,
penemuan identitas, bertanggung jawab, bekerja keras, keikhlasan, menepati
janji, dapat
dipercaya, beradaptasi, baik hati, kebijaksanaan, keramahan, kesabaran, dan
silaturahmi.
Citra
pendidikan nilai menurut Andrea Hirata dalam novelnya Laskar Pelangi adalah
citra pendidikan nilai yang menggambarkan tentang kualitas pendidikan di
Indonesia, khususnya masyarakat Belitung. Citra pendidikan nilai harus
mencerminkan kualitas pendidikan yang bermutu.
PENDAHULUAN
Karya
sastra, baik sebagai fiksi, sebagai kualitas fiksional, maupun fakta, sebagai
kualitas objektivitas sudah dibicarakan dari berbagai segi, untuk berbagai
kepentingan. Berbagai cara telah ditempuh untuk memhami sastra, khususnya dalam
rangka menganalisis karya sastra sebagai kajian ilmiah. Klasifikasi dianggap
sebagai cara-cara terpenting dalam mengidentifikasi objek. Dua klasifikasi
terbesar dikemukakan oleh Wallek dan Waren (1962), analisis terhadap karya
sastra yang dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu analisis intrinsik dan
ekttinsik.
Karya
sastra dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu karya sastra imajinatif dan
karya sastra nonimajinatif. Ciri karya sastra imajinatif adalah karya sastra
yang menonjolkan sifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, dan memenuhi
syarat-syarat estetika seni. Kalimat konotasi adalah kalimat yang mengandung
makna yang bukan sebenarnya pada kata atau kelompok kata. Makna konotasi juga
biasanya disebut dengan makna kias. Sedangkan nonimajenatif adalah karya sastra
yang lebih banyak unsur faktualnya dari pada khayalinya, cenderung menggunakan
bahasa denotatif dan tetap memenuhi syarat estetika seni. Kalimat donotasi
adalah kalimat yang mengandung makna sebenarnya pada suatu kata atau kelompok
kata tersebut. Pembagian genre sastra
imajinatif dapat
dirangkumkan dalam bentuk puisi, fiksi, atau prosa naratif dan drama.
Sedangkan,
genre sastra nonimajinatif ini belum berkembang dengan baik,sehingga adanya
genre tersebut kurang dikenal sebagai bagian dari sastra. Perkembangan karya sastra dalam
dunia sastra tidak dapat lepas dari perubahan atau pengaruh yang ada dalam
masyarakat.keberadaan karya sastra sebagai sebuah refleksi kehidupan dapat
dilihat lewat perkembangan zamannya. Misalnya pada zaman penjajahan, baik puisi
maupun prosa lebih banyak bermakna perjuangan, serta bagaimana hadirnya budaya
asing di tengah-tengah masyarakat. Ada juga yang berkisah tentang perjodohan
dan kawin paksa. Pada zaman modern seperti sekarang tentu perjodohan masih
sering dijadikn topik dalam karya sastra, tapi yang mebedakan adalah nilai
budaya, adat istiadat, dan norma kepatuhan.
Kesusastraan
mengenal beberapa genre, yaitu: puisi, prosa, dan drama. Ketiganya memiliki
banyak persamaan serta perbedaan dalam perannya masing-masing. Karya sastra
bentuk prosa khususnya novel sudah mendapat tempat yang kuat dalam masyarakat
pembaca dan penikmat sastra, karena mengulas drama-drama kehidupan masyarakat secara
luas dan terbuka..
Novel
Laskar Pelangi bercerita tentang persahabatan dan kemiskinan anak-anak kampung
melayu Belitung. Sepuluh orang sahabat yang mencoba memperbaiki masa depan
meraka dengan bersekolah di SD Muhamadiayah. Sekolah yang tampak begitu rapuh
dan menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah ( Perusahaan
Negara Timah). Sekolah SD Muhamadiayah ini dibangun atas jiwa dan hati yang
ikhlas dari dua orang guru yaitu seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak
Harfan Efendy Noor dan Ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga
kehidupannya sangat miskin, namun selalu berusaha mempertahankan sekolah ini
karena nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena sekolah
ini kekurangan murid dan terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang
masa tidak pernah mendapat rapor. Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan
donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin. Gedung (Damono, 1983:17).
Dapat disimpulkan bahwasekolah yang rapuh, ruang kelas yang hanya beralaskan
tanah, berbangku seadanya bahkan atapnya pun bocor, sampai kapur tulis pun
terasa begitu mahal bagi sekolah ini. Sudut
pandang dalam novel ini menggunakan orang pertama yakni “aku” aku sendiri
adalah Ikal. Dia adalah anak yang pandai meski dia adalah urutan kedua setelah
lintang, anak terpandai dalam kelas mereka. Si ikal menaruh minat yang sangat
besar terhadap sastra itu terlihat dari gemarnya menulis puisi. Sedangkan
lintang digambarkan sebagai anak yang sangat jenius. Orang tuanya adalah
seorang nelayan miskin yang perahu pun tidak punya.
A.
Rumusan Masalah
Dalam penilitian ini,
peneliti berusaha untuk memahami fenomena sosial yang dituliskan pengarang
dalam karyanya melalui unsur-unsur pembentuk karya sastra.
Berdasarkan uraian
latar belakang maka peneliti membatasi apa saja yang akan dikaji dalam
penelitian ini:
(1)
Bagaimana
hubungan antara pengarang dan karyanya dalam novel “Laskar Pelangi?
(2)
Bagaimana
perbedaan sosial antara tokoh-tokoh berdasarkan masyarakat yang dituangkan
dalam novel “Laskar Pelangi”
B.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah mengkaji fenomena sosial yang ada dalam novel ‘Laskar Pelangi”
dihubungkan dengan pengarang. Dengan demikian peneliti akan menjawab rumusan
masalah:
1.
Mendeskripsikan
hubungan pengarang dan karyanya
2.
Mengkaitkan
penokohan dan masyarakat dengan fenomena sosial yang meliputi tokoh-tokoh dalam
novel ini.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada penulis untuk
memperdalam
pemahaman tentang kajian sosiologi sastra, lebih khusus mengenai analisis
sosiologi sastra terhadap novel Laskar Pelangi.
Manfaat dalam
penelitian ini yaitu :
- Bagi
peneliti lainnya, skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
penelitian lainnya khususnya di bidang sosiologi sastra.
- Bagi
pembaca dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang status sosial dalam
masyarakat.
Sudah
banyak peneliti meneliti karya sastra khususnya novel dengan menggunakan
tinjauan sosiologi sastra dan ada salah satu tinjauan sosiologi khusus untuk
novel “Laskar Pelangi”
LANDASAN TEORI
Menurut
Ritzer dalam Faruk (2010: 3), sosiologi merupakan disiplin ilmu tentang
masyarakat yang berdasarkan tiga paradigma, yaitu: 1) paradigma fakta sosial
yang berupa lembaga-lembaga dan struktur sosial yang dianggap sebagai suatu
yang nyata, yang berada di luar individu. 2) paradigm definisi sosial yang
memusatkan perhatian kepada cara-cara individu dalam mendefinisikan situasi
sosial dan efek-efek dari definisi itu terhadap tindakan yang mengikutinya.
Paradigma ini dianggap sebagai pokok persoalan sosiologi bukanlah fakta-fakta
sosial yang objektif, melainkan cara pandang subjektif individu dalam menghayati
fakta-fakta sosial tersebut. 3) paradigma perilaku manusia sebagai subjek yang
nyata. sastra pada hakikatnya adalah
interdisiplin antara sosiologi dengan sastra,
yang menurut
Ratna (2009: 3) keduanya memiliki objek yang sama, yaitu manusia dalam
masyarakat.
Daono
(1979: 2) menjelaskan kecenderungan telaah sosiologi dalam sastra (Kurniawan,
2012: 5) adalah:
- Pendekatan
yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses
sosial- ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari factor-faktor di
luarr sastra, sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan factor-faktor
di luar sastra sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks satra tidak
dianggap sebagai obejk yang utama.
- Pendekatan
yang mengutamakan sastra sebagai bahan penelaahan. Metode ini yang
dipergunakan yaitu sosiologi sastra adalah anlisis teks sastra untuk
mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam
lagi gejala sosial yang ada dalam sastra.
Dengan
demikian, sosiologi sastra di sini objek kajian utamanya adalah sastra, yang
berupa karya sastra, sedangkan sosiologi berguna sebagai ilmu untuk memahami
gejala sosial yang ada dalam sastra.
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif
memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan
konteks keberadaannya. Cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif
dianggap sebagai multimetode. Sebab penelitian pada gilirannya melibatkan
sejumlah besar gejala sosial yang relevan. Metode kualitatif menurut Muhamad,
2011: 19, mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan
memperhatikan yang relevan dengan tujuan
memahami fenomena sosial holistic dan mengali pemahama
- Sumber
Data
Sumber data
dalam penelitian ini sebagai data utama adalam novel “Lalskar Pelangi” karya
Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bintang Pustaka Pada Tahun 2005.
Sumber-sumber lainnya yaitu dari beberapa buku yang berkaitan dengan
kesusastraan serta beberapa dari media online.
- analisis
sosiologi terhadap novel laskar pelangi
Pendekatan mimesis adalah pendekatan yang dalam
pengkajian terhadap karya sastra berkaitan fenomena hubungan karya sastra
dengan realita atau kenyataan. Selanjutnya aspek-asopek sosiologi ditinjau dari
segi penokohan, status sosial, sikap hidup, adat istiadat, dan perilaku
sehari-hari para tokoh dan peristiwa yang terjadi di dalamnya.
- Tokoh
dan Penokohan
Penokohan
merupakan salah satu hal yang penting kehadirannya dalam sebuah karya sastra.
Bahkan penokohan turut menentukan terbentuknya sebuah karya sastra. Tidak ada
karya sastra ( dalam hal ini novel ) tanpa ada tokoh yang dikisahkan dan tanpa
adanya tokoh yang bergerak.
Tokoh cerita menurut Abrams dalam buku Teori Pengkajian fiksi, ( R.
Adampe, 2015: 21) yaitu orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif
atau drama yangn lebih dalam dan lebih banyak. ditafsirkan pembaca memiliki
kualitas moral dan kecenderungan tertentu serperti diekspresikan dalam ucapan
dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Dalam hal ini, penulis
membatasi penulisan hanya menganalisis beberapa tokoh utama dalam novel “Laskar
Pelangi”. Adapun tokoh-tokoh yang akan dibahas adalah Ikal, Lintang, Mahar, dan
tokoh tambahan adalah Bu Mus serta Flo.
Tokoh dan penokohan
adalah hal wajib dalam sebuah novel atau cerita rekaan. Sejauh ini, tokoh ada
untuk menggerakkan cerita. Tokoh utama menurut Burhan dalam teori pengkajian
fiksi (2009: 176-177), yaitu”Tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel
yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai
pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.”
Selanjutnya menurut Burhan (2009:177), mungkin
saja tokoh utama dalam novel lebih dari satu orang, meski kadar keutamaannya
tidak sama, keutamaan itu ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan dan
pengaruh tokoh-tokoh tersebut dalam perkembangan plot.
Berikut ini adalah
analisis penokohan beberapa tokoh utama dalam novel Laskar pelangi.
1.
Tokoh ikal
Ikal adalah tokoh aku dalam cerita ini. Ia hadir
dari awal cerita dan menceritakan semua kisah yang terjadi dalam novel Laskar
Pelangi. Ikal adalah anak yang selalu ingin tahu, rambut ikal yang selalu
menjadi peringkat kedua dalam kelas. Ia berminat pada sastra, terlihat dari
kesehariannya dia senang menulis puisi2.1.2 Tokoh Lintang Lintang adalah anak
jenius yang selalu mendapat peringkat satu. Lintang telah menunjukan minat
besar untuk bersekolah semenjak hari pertama berada di sekolah. Ia selalu aktif
di dalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli matematika.
2.
Tokoh Mahar
Mahar
digambarkan sebagai pria tampan bertubuh kurus dan memiliki bakat dan minat
besar pada seni.
3.
Tokoh Tambahan
Tidak lengkap
jika sebuah cerita hanya dihuni oleh tokoh-tokoh utama. Ada beberapa tokoh
tambahan yang diciptakan oleh pengarang untuk membantu para tokoh utama
sehingga membuat cerita dalam novel berkembang. Tokoh tambahan atau tokoh
bawahan, tidak berperan penuh dan hanya sesekali muncul dalam cerita sebagai
pelengkap yang membantu tokoh utama. Dalam setiap novel terdapat banyak tokoh
tambahan. Dalam hal ini penulis mengangkat bebrapa tokoh tambahan yang berperan
penting dalam alur cerita ini yang akan di kaji.
4.
Bu Muslimah
Bu Mus adalah satu-satunya guru perempuan di sekolah
Muhamadiyah. Dia adalah Ibunda Guru bagi laskar pelangi. Wanita ini lembut dan
merupakan Guru yang paling berharga bagi mereka.
5.
Flo
Berbeda dengan tokoh-tokoh yang lain,Flo adalah anak
orang kaya yang tomboy dan sangat terobsesi dengan dunia gelap. Ia bersekolah
di PN kemudian pindah ke sekolah Muhamadiyah karena ingin dekat dengan Mahar10
gelap bersama Mahar. Dia pun adalah tokoh terakhir yang muncul sebagai bagian
dari Laskar Pelangi.
6.
Status Sosial
Interaksi
sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak
akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah
belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial,
pergaulan hidup tersebut akan terajadi apabila orang-orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia bekerja sama. Ikal, Bu Mus, Kepala Sekolah, orang tua
murid, serta anggota Laskar Pelangi lainnya yang memperjuangkan sekolah
Muhamadiyah pada awal masuk sekolah karena sekolah akan ditutup kalau tidak
mencapai target sepuluh orang murid ini sedang resah dan gelisah.
Dalam
novel Laskar Pelangi terdapat realitas sosial yang mengacu pada masalahsoial.
Masalah sosial yang dalam novel Laskar Pelangi disebabkan oleh faktor ekonomi
dan kebudayaan. Permasalahan tersebut sebagai dampak adanya interaksi sosial
antar tokoh, serta antar tokoh dengan kelompok. Masalah-masalah tersebut adalah
masalah persahabatan, percintaan, serta masalah kemiskinan. Masalah
persahabatan dalam novel
Laskar
Pelangi ini tampak pada Ikal, Lintang, Mahar, Sahara, Syhdam, A kiong, Harun,
Trapani, Borek, Kucai. Sebuah persahabatan yang dimulai semenjak sekolah di
Muhamadiyah. Sebuah persahabatan tentunya akan memiliki masalah namun akhirnya
masalah tersebut yang membuat mereka belajar dan membuat persahabatan mereka
semakin erat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Sikap Hidup dan
Perilaku sehari-hari para tokoh
1)
Sikap hidup
dalam novel Laskar pelangi berupa kasih sayang terhadap anak dan orang tua
2)
Kasih sayang
terhadap sesama teman.
3)
Kasih sayaang
terhadap laki-laki kepada wanita.
4)
Humoris
b.
Peristiwa Yang
Terjadi dalam Novel Laskar Pelangi
1)
Di sekolah
dengan rasa cemas dan menjalank Trapani berteriak sambil menunjuk ke pinggir
lapangan rumput sekolah.
2)
Kurcai
menggundurkan diri sebagai ketua kelas dengar rasa marah
3)
Pemilhan ketua
kelas dimulai
4)
Lintang
terlambat masuk kelas
5)
Bodenga
menyelamatkan Lintang
6)
Ada cinta di
toko Relontok Bobrok itu
7)
Karnaval 17
agustus
8)
Pelanggaran di
Mesjid
9)
Flo hilang di
hutan
10) Lomba kecerdasan
11) Lintang diremehkan dan diminta untuk menjelaskan
jawabannya
12) Nilai rapor Mahar dan Flo hancur
13) Kunjungan ke Pulau Lanun.
14) Tragedi saat perjalanan ke Pulau Lanun
15) Penasaran dengan pesan Tuk-bayan-Tula untuk Mahar
dan Flo
16) Sedih saat perpisahan karena Lintang memutuskan
berhenti sekolah.
c.
Aspek Sosiologis
Ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang
dalam mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya kepada sastrawan selaku
pencipta karya sastra. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai ekspresi
sastrawan, sebagai curahan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan,
atau perasaannya. Karena itu untuk menerapkan pendekatan ini dalam kajian
sastra, dibutuhkan sejumlah data yang berhubungan dengan hobinya tentang
duniadiri sastrawan seperti kapan, dan di mana dia dilahirkan, pendididkan
sastrawan, agama, latar belakang sosial
budayanya, juga pandangan kelompok sosialnya.
Pendekatan ekspresif
memiliki sejumlah persamaan dengan pendekatan biografis dalam hal fungsi dan
kedudukan karya sastra sebagai menifestasi subjek kreator. Dikaitkan dengan
proses pengumpulan data penelitian, pendekatan ekspresif lebih muda dalam
memanfaatkan data bopgrafis dibandingkan dengan pendekatan biografi dalam
memanfaatkan data pendekatan ekspresif.
Pendekatan ekspresif
tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya sastra itu
diciptakan, seperti studi proses kreatif dalam studi biografis, tetapi
bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya sastra yang dihasilkan. Novel Laskar Pelangi ditulis pengarang berdasarkan
pengalaman pribadinya sendiri. Ketika ia dan teman-temannya masih kecil yang
bersekolah di SD Muhammadiayah. Sekolah termiskin di kampung halamannya
KESIMPULAN
Berdasarkan
analisis yang telah diuraikan sebelumnya melalui tinjauan sosiologis sastra
pada novel “Laskar pelangi”, maka peneliti berkesimpulan
- Aspek
Sosiologis Mimesis
1)
Tokoh dan
penokohanitong.
Tokoh utama dalam novel Laskar Pelangi adalah Ikal,
Lintang, Mahar, Sahara, A Kiong, Syahdaan, Kucai, Borek, Trapani, Harun. Serta
tokoh-tokoh lain adalah Bu Muslimah, Pak Harfan, Flo, A Ling.
2)
Status sosial
Status sosial yang digambarkan pengarang dalam novel
Laskar Pelangi sangat berfokus pada masalah sosial yang disebabkan oleh
ekonomi.
3)
Sikap hidup
Sikap hidup
yang digambarkan oleh pengarang adalah berupa kepedulian dan kasih sayang
antara anak dan orang tua, Guru kepada murid, teman kesasama teman, dan kasih
sayang laki-laki terhadap perempuan.
4)
Perilaku
sehari-hari para tokoh
Perilaku para
tokoh dalam novel Laskar Pelangi adalah humoris sebagai perilaku sekeharian
mereka.
5)
Peristiwa
a.
Ada cinta di
toko Relontok Bobrok itu Toko yang tadinya berbau busuk memusingkan sekarang
menjadi harum semerbak seperti minyak
kesturi. “aku tak peduli lagi dengan
kotak kapur yang isinya tinggal setengah.”
“Aku dihinggapi semacam perasaan bahagia yang aneh,
sebuah rasa bahagia bentuk lain yang belum
pernah kualami sebelumnya”.
b.
Bodenga
menyelamatkan Lintang
“Bodenga
berbalik ke arahku. Seperti selalu, ekspresinya dingin dan jelas tak menginginkan ucapan terima kasih. Kenyataannya
aku tak berani menatapnya, nyaliku
runtuh”.
c.
Kunjungan ke
Pulau Lanun.
“Mereka
mempersiapkan diri dengan teliti dan mengarahkan seluruh sumber daya karena perjalanan ke Pulau Lanun tak
mudah dan biayanya sangat mahal. Mereka
harus menyewa perahu dengan kemampuan paling tidak 40 PK, jika tidak maka akan
memakan waktu yang sangat lama dan tak’kan kuat melawan ombak yang terkenal besar
di sana”.(Hal. 405)
d.
Tragedi saat
perjalanan ke Pulau Lanun
“Kami segera
sadar bahwa situasi telah menjadi gawat, nyawa kami berada di ujung tanduk. Begitu cepat alam berubah dari
pelayaran yang damai beberapa waktu lalu hingga menjadi usaha mempertahankan
hidup yang mencekam saat ini. Kami
dibukankan Allah sebuah lembar kitab yang nyata bahwa kuasa-Nya demikian besar tak terbatas. Kami
berkumpul membentuk lingkaran kecil
mengelilingi tiang layar. Tangan kami bertumpuk-tumpuk berusaha menggenggam tiang itu. Bahu kami
saling bersentuhan satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA
Adampe,Regina
Yolanda. 2015. “Detik Terakhir karya Alberthiene Endah Tinjauan Sosiologi. Manado: Unsrat.
Hauser.
2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hirata,
Andrea. 2005. Laskar Pelangi. Jakarta: PT Bentang PustakKurniawan, Heru, 2012.
Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Purwokerto: Graha Ilmu
Muhammad.
2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar. Ruzz Media.
Nurgiyantoro,
Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nyoman.
2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta. Bebarapa Catatan
Ratna.
2011. Antropologi Sastra Peranan Unsusr-Unsur Kebudayaan. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar
Ratna.
2015.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ratna.
2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Purwokerto: Graha Ilmu.
Ritzer.
2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Purwokerto: Graha Ilmu.
Sasube,
S. Adrianus.1996. Memahami novel Sebuah Lorong di Kotaku karya Nh. Dini, Suatu
tinjauan Sosiologi. Manado: Unsrat.
Semi,
Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa
Sutri.
2009. Dimensi Sosial Dalam novel “Laskar Pelangi”karya Andrea Hirata.
Tinjauan Sosiologi sastra: UMS
Tamaraw,
Juna. 2015. “Analisis Sosiologi Sastra Terhadap Novel “5 CM” karya Donny
Dhirgantoro. Manado: Unsrat.
Yudiono
K.S. 2009. pengkajian Kritik Sastra Indonesia.;Beberapa catatan. Jakarta: PT
Grasindo.
DAFTAR
LAMAN
https://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/sosiologi-sastra/
http://pelitaku.sabda.org/pemahaman_tentang_karya_sastra
http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-
dan-menurut-para-ahli/a.
menjelang ajal.”.(Hal. 409)
No comments:
Post a Comment