Friday, 21 January 2022

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP NOVEL LASKAR PELANGI

 

 

Abstrak

 

Penelitian ini menganalisis Citra pendidikan nilai yang terjadi pada novelLaskar Pelangi karya Andrea Hirata. Pendekatan yang digunakan dalam novel ini adalah pendekatan sosiologi sastra yang bertumpuan bahwa karya sastra mencerminkan kehidupan dalam suatu masyarakat. Citra pendidikan nilai yang dibahas peneliti, merupakan cerminan kehidupan suatu kelompok masyarakat di suatu daerah, yakni Belitung.        

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menganalisis tokoh dan penokohan dan citra pendidikan nilai dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.         

Hasil analisis tokoh dan penokohan, menunjukan bahwa tokoh utama novel ini adalah Ikal, Lintang, dan Mahar. Kehadiran Ikal, Lintang, dan Mahar dalam novel Laskar Pelangi paling banyak diceritakan, sebagai pelaku ceritanya langsung maupun sebagai pencerita beberapa tokoh yang lainya. Tokoh tambahan novel ini adalah Sahara, Syahdan, Kucai, Trapani, Borek/Samson, A Kiong, Harun, Flo, Bu Mus, Pak Harfan, dan A Ling. Citra pendidikan nilai di Belitung

juga ditunjukan secara nyata, dan hal itu mempengaruhi perilaku tiap-tiap tokohnya dalam mengahadapi suatu peristiwa.            

Citra pendidikan nilai yang terjadi dalam novel Laskar Pelangi, merupakan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan nilai berisi tentang: penghargaan pada nilai kemanusiaan, penghargaan atas hak asasi manusia, penghargaan pada perbedaan, kemampuan hidup pada perbedaan, persaudaraan, sopan santun, demokrasi, kejujuran, tanggung jawab, keadilan, daya juang, kerohanian, dan kelestarian alam.               

Citra pendidikan nilai yang ada dalam novel ini adalah kejujuran, tekad kuat, penemuan identitas, bertanggung jawab, bekerja keras, keikhlasan, menepati

janji, dapat dipercaya, beradaptasi, baik hati, kebijaksanaan, keramahan, kesabaran, dan silaturahmi.              

Citra pendidikan nilai menurut Andrea Hirata dalam novelnya Laskar Pelangi adalah citra pendidikan nilai yang menggambarkan tentang kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya masyarakat Belitung. Citra pendidikan nilai harus mencerminkan kualitas pendidikan yang bermutu.

 


PENDAHULUAN

 

Karya sastra, baik sebagai fiksi, sebagai kualitas fiksional, maupun fakta, sebagai kualitas objektivitas sudah dibicarakan dari berbagai segi, untuk berbagai kepentingan. Berbagai cara telah ditempuh untuk memhami sastra, khususnya dalam rangka menganalisis karya sastra sebagai kajian ilmiah. Klasifikasi dianggap sebagai cara-cara terpenting dalam mengidentifikasi objek. Dua klasifikasi terbesar dikemukakan oleh Wallek dan Waren (1962), analisis terhadap karya sastra yang dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu analisis intrinsik dan ekttinsik.

Karya sastra dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu karya sastra imajinatif dan karya sastra nonimajinatif. Ciri karya sastra imajinatif adalah karya sastra yang menonjolkan sifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Kalimat konotasi adalah kalimat yang mengandung makna yang bukan sebenarnya pada kata atau kelompok kata. Makna konotasi juga biasanya disebut dengan makna kias. Sedangkan nonimajenatif adalah karya sastra yang lebih banyak unsur faktualnya dari pada khayalinya, cenderung menggunakan bahasa denotatif dan tetap memenuhi syarat estetika seni. Kalimat donotasi adalah kalimat yang mengandung makna sebenarnya pada suatu kata atau kelompok kata tersebut. Pembagian genre sastra

imajinatif dapat dirangkumkan dalam bentuk puisi, fiksi, atau prosa naratif dan drama.

Sedangkan, genre sastra nonimajinatif ini belum berkembang dengan baik,sehingga adanya genre tersebut kurang dikenal sebagai bagian dari sastra.                 Perkembangan karya sastra dalam dunia sastra tidak dapat lepas dari perubahan atau pengaruh yang ada dalam masyarakat.keberadaan karya sastra sebagai sebuah refleksi kehidupan dapat dilihat lewat perkembangan zamannya. Misalnya pada zaman penjajahan, baik puisi maupun prosa lebih banyak bermakna perjuangan, serta bagaimana hadirnya budaya asing di tengah-tengah masyarakat. Ada juga yang berkisah tentang perjodohan dan kawin paksa. Pada zaman modern seperti sekarang tentu perjodohan masih sering dijadikn topik dalam karya sastra, tapi yang mebedakan adalah nilai budaya, adat istiadat, dan norma kepatuhan.

Kesusastraan mengenal beberapa genre, yaitu: puisi, prosa, dan drama. Ketiganya memiliki banyak persamaan serta perbedaan dalam perannya masing-masing. Karya sastra bentuk prosa khususnya novel sudah mendapat tempat yang kuat dalam masyarakat pembaca dan penikmat sastra, karena mengulas drama-drama kehidupan masyarakat secara luas dan terbuka..

Novel Laskar Pelangi bercerita tentang persahabatan dan kemiskinan anak-anak kampung melayu Belitung. Sepuluh orang sahabat yang mencoba memperbaiki masa depan meraka dengan bersekolah di SD Muhamadiayah. Sekolah yang tampak begitu rapuh dan menyedihkan dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah ( Perusahaan Negara Timah). Sekolah SD Muhamadiayah ini dibangun atas jiwa dan hati yang ikhlas dari dua orang guru yaitu seorang kepala sekolah yang sudah tua, Bapak Harfan Efendy Noor dan Ibu guru muda, Ibu Muslimah Hafsari, yang juga kehidupannya sangat miskin, namun selalu berusaha mempertahankan sekolah ini karena nyaris dibubarkan oleh pengawas sekolah Depdikbud Sumsel karena sekolah ini kekurangan murid dan terselamatkan berkat seorang anak idiot yang sepanjang masa tidak pernah mendapat rapor. Sekolah yang dihidupi lewat uluran tangan donatur di komunitas marjinal itu begitu miskin. Gedung (Damono, 1983:17). Dapat disimpulkan bahwasekolah yang rapuh, ruang kelas yang hanya beralaskan tanah, berbangku seadanya bahkan atapnya pun bocor, sampai kapur tulis pun terasa begitu mahal bagi sekolah ini.  Sudut pandang dalam novel ini menggunakan orang pertama yakni “aku” aku sendiri adalah Ikal. Dia adalah anak yang pandai meski dia adalah urutan kedua setelah lintang, anak terpandai dalam kelas mereka. Si ikal menaruh minat yang sangat besar terhadap sastra itu terlihat dari gemarnya menulis puisi. Sedangkan lintang digambarkan sebagai anak yang sangat jenius. Orang tuanya adalah seorang nelayan miskin yang perahu pun tidak punya.

        

A.      Rumusan Masalah

Dalam penilitian ini, peneliti berusaha untuk memahami fenomena sosial yang dituliskan pengarang dalam karyanya melalui unsur-unsur pembentuk karya sastra.

Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti membatasi apa saja yang akan dikaji dalam penelitian ini:

(1)    Bagaimana hubungan antara pengarang dan karyanya dalam novel “Laskar Pelangi?

(2)    Bagaimana perbedaan sosial antara tokoh-tokoh berdasarkan masyarakat yang dituangkan dalam novel “Laskar Pelangi”

 

B.       Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji fenomena sosial yang ada dalam novel ‘Laskar Pelangi” dihubungkan dengan pengarang. Dengan demikian peneliti akan menjawab rumusan masalah:

1.       Mendeskripsikan hubungan pengarang dan karyanya

2.       Mengkaitkan penokohan dan masyarakat dengan fenomena sosial yang meliputi tokoh-tokoh dalam novel ini.

          Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis untuk

memperdalam pemahaman tentang kajian sosiologi sastra, lebih khusus mengenai analisis sosiologi sastra terhadap novel Laskar Pelangi.

 

Manfaat dalam penelitian ini yaitu :

  1. Bagi peneliti lainnya, skripsi ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian lainnya khususnya di bidang sosiologi sastra.
  2. Bagi pembaca dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang status sosial dalam masyarakat.

Sudah banyak peneliti meneliti karya sastra khususnya novel dengan menggunakan tinjauan sosiologi sastra dan ada salah satu tinjauan sosiologi khusus untuk novel “Laskar Pelangi”

 


LANDASAN TEORI

 

Menurut Ritzer dalam Faruk (2010: 3), sosiologi merupakan disiplin ilmu tentang masyarakat yang berdasarkan tiga paradigma, yaitu: 1) paradigma fakta sosial yang berupa lembaga-lembaga dan struktur sosial yang dianggap sebagai suatu yang nyata, yang berada di luar individu. 2) paradigm definisi sosial yang memusatkan perhatian kepada cara-cara individu dalam mendefinisikan situasi sosial dan efek-efek dari definisi itu terhadap tindakan yang mengikutinya. Paradigma ini dianggap sebagai pokok persoalan sosiologi bukanlah fakta-fakta sosial yang objektif, melainkan cara pandang subjektif individu dalam menghayati fakta-fakta sosial tersebut. 3) paradigma perilaku manusia sebagai subjek yang nyata.  sastra pada hakikatnya adalah interdisiplin antara sosiologi dengan sastra,

yang menurut Ratna (2009: 3) keduanya memiliki objek yang sama, yaitu manusia dalam masyarakat.

Daono (1979: 2) menjelaskan kecenderungan telaah sosiologi dalam sastra (Kurniawan, 2012: 5) adalah:

  1. Pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cermin proses sosial- ekonomis belaka. Pendekatan ini bergerak dari factor-faktor di luarr sastra, sastra hanya berharga dalam hubungannya dengan factor-faktor di luar sastra sendiri. Jelas bahwa dalam pendekatan ini teks satra tidak dianggap sebagai obejk yang utama.
  2. Pendekatan yang mengutamakan sastra sebagai bahan penelaahan. Metode ini yang dipergunakan yaitu sosiologi sastra adalah anlisis teks sastra untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada dalam sastra.

Dengan demikian, sosiologi sastra di sini objek kajian utamanya adalah sastra, yang berupa karya sastra, sedangkan sosiologi berguna sebagai ilmu untuk memahami gejala sosial yang ada dalam sastra.

 


METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

 

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode. Sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan. Metode kualitatif menurut Muhamad, 2011: 19, mengembangkan pengertian tentang individu dan kejadian dengan memperhatikan  yang relevan dengan tujuan memahami fenomena sosial holistic dan mengali pemahama

  1. Sumber Data

 Sumber data dalam penelitian ini sebagai data utama adalam novel “Lalskar Pelangi” karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bintang Pustaka Pada Tahun 2005. Sumber-sumber lainnya yaitu dari beberapa buku yang berkaitan dengan kesusastraan serta beberapa dari media online.

  1. analisis sosiologi terhadap novel laskar pelangi

Pendekatan mimesis adalah pendekatan yang dalam pengkajian terhadap karya sastra berkaitan fenomena hubungan karya sastra dengan realita atau kenyataan. Selanjutnya aspek-asopek sosiologi ditinjau dari segi penokohan, status sosial, sikap hidup, adat istiadat, dan perilaku sehari-hari para tokoh dan peristiwa yang terjadi di dalamnya.

  1. Tokoh dan Penokohan

 Penokohan merupakan salah satu hal yang penting kehadirannya dalam sebuah karya sastra. Bahkan penokohan turut menentukan terbentuknya sebuah karya sastra. Tidak ada karya sastra ( dalam hal ini novel ) tanpa ada tokoh yang dikisahkan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak.              Tokoh cerita menurut Abrams dalam buku Teori Pengkajian fiksi, ( R. Adampe, 2015: 21) yaitu orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yangn lebih dalam dan lebih banyak. ditafsirkan pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu serperti diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.            

Dalam hal ini, penulis membatasi penulisan hanya menganalisis beberapa tokoh utama dalam novel “Laskar Pelangi”. Adapun tokoh-tokoh yang akan dibahas adalah Ikal, Lintang, Mahar, dan tokoh tambahan adalah Bu Mus serta Flo.

Tokoh dan penokohan adalah hal wajib dalam sebuah novel atau cerita rekaan. Sejauh ini, tokoh ada untuk menggerakkan cerita. Tokoh utama menurut Burhan dalam teori pengkajian fiksi (2009: 176-177), yaitu”Tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.”

 Selanjutnya menurut Burhan (2009:177), mungkin saja tokoh utama dalam novel lebih dari satu orang, meski kadar keutamaannya tidak sama, keutamaan itu ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan dan pengaruh tokoh-tokoh tersebut dalam perkembangan plot.

Berikut ini adalah analisis penokohan beberapa tokoh utama dalam novel Laskar pelangi.

1.      Tokoh  ikal

Ikal adalah tokoh aku dalam cerita ini. Ia hadir dari awal cerita dan menceritakan semua kisah yang terjadi dalam novel Laskar Pelangi. Ikal adalah anak yang selalu ingin tahu, rambut ikal yang selalu menjadi peringkat kedua dalam kelas. Ia berminat pada sastra, terlihat dari kesehariannya dia senang menulis puisi2.1.2 Tokoh Lintang Lintang adalah anak jenius yang selalu mendapat peringkat satu. Lintang telah menunjukan minat besar untuk bersekolah semenjak hari pertama berada di sekolah. Ia selalu aktif di dalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli matematika.

2.      Tokoh Mahar

 Mahar digambarkan sebagai pria tampan bertubuh kurus dan memiliki bakat dan minat besar pada seni.

3.      Tokoh Tambahan

 Tidak lengkap jika sebuah cerita hanya dihuni oleh tokoh-tokoh utama. Ada beberapa tokoh tambahan yang diciptakan oleh pengarang untuk membantu para tokoh utama sehingga membuat cerita dalam novel berkembang. Tokoh tambahan atau tokoh bawahan, tidak berperan penuh dan hanya sesekali muncul dalam cerita sebagai pelengkap yang membantu tokoh utama. Dalam setiap novel terdapat banyak tokoh tambahan. Dalam hal ini penulis mengangkat bebrapa tokoh tambahan yang berperan penting dalam alur cerita ini yang akan di kaji.

4.      Bu Muslimah

Bu Mus adalah satu-satunya guru perempuan di sekolah Muhamadiyah. Dia adalah Ibunda Guru bagi laskar pelangi. Wanita ini lembut dan merupakan Guru yang paling berharga bagi mereka.

5.      Flo

Berbeda dengan tokoh-tokoh yang lain,Flo adalah anak orang kaya yang tomboy dan sangat terobsesi dengan dunia gelap. Ia bersekolah di PN kemudian pindah ke sekolah Muhamadiyah karena ingin dekat dengan Mahar10 gelap bersama Mahar. Dia pun adalah tokoh terakhir yang muncul sebagai bagian dari Laskar Pelangi.

6.      Status Sosial

 Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial, pergaulan hidup tersebut akan terajadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama. Ikal, Bu Mus, Kepala Sekolah, orang tua murid, serta anggota Laskar Pelangi lainnya yang memperjuangkan sekolah Muhamadiyah pada awal masuk sekolah karena sekolah akan ditutup kalau tidak mencapai target sepuluh orang murid ini sedang resah dan gelisah.

Dalam novel Laskar Pelangi terdapat realitas sosial yang mengacu pada masalahsoial. Masalah sosial yang dalam novel Laskar Pelangi disebabkan oleh faktor ekonomi dan kebudayaan. Permasalahan tersebut sebagai dampak adanya interaksi sosial antar tokoh, serta antar tokoh dengan kelompok. Masalah-masalah tersebut adalah masalah persahabatan, percintaan, serta masalah kemiskinan. Masalah persahabatan dalam novel

Laskar Pelangi ini tampak pada Ikal, Lintang, Mahar, Sahara, Syhdam, A kiong, Harun, Trapani, Borek, Kucai. Sebuah persahabatan yang dimulai semenjak sekolah di Muhamadiyah. Sebuah persahabatan tentunya akan memiliki masalah namun akhirnya masalah tersebut yang membuat mereka belajar dan membuat persahabatan mereka semakin erat.


HASIL DAN PEMBAHASAN

 

a.       Sikap Hidup dan Perilaku sehari-hari para tokoh

1)      Sikap hidup dalam novel Laskar pelangi berupa kasih sayang terhadap anak dan orang tua

2)      Kasih sayang terhadap sesama teman.

3)      Kasih sayaang terhadap laki-laki kepada wanita.

4)      Humoris

b.      Peristiwa Yang Terjadi dalam Novel Laskar Pelangi

1)      Di sekolah dengan rasa cemas dan menjalank Trapani berteriak sambil menunjuk ke pinggir lapangan rumput sekolah.

2)      Kurcai menggundurkan diri sebagai ketua kelas dengar rasa marah

3)      Pemilhan ketua kelas dimulai

4)      Lintang terlambat masuk kelas

5)      Bodenga menyelamatkan Lintang

6)      Ada cinta di toko Relontok Bobrok itu

7)      Karnaval 17 agustus

8)      Pelanggaran di Mesjid

9)      Flo hilang di hutan

10)  Lomba kecerdasan

11)  Lintang diremehkan dan diminta untuk menjelaskan jawabannya

12)  Nilai rapor Mahar dan Flo hancur

13)  Kunjungan ke Pulau Lanun.

14)  Tragedi saat perjalanan ke Pulau Lanun

15)  Penasaran dengan pesan Tuk-bayan-Tula untuk Mahar dan Flo

16)  Sedih saat perpisahan karena Lintang memutuskan berhenti sekolah.

c.       Aspek Sosiologis Ekspresif

 Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang dalam mengkaji karya sastra memfokuskan perhatiannya kepada sastrawan selaku pencipta karya sastra. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan, atau perasaannya. Karena itu untuk menerapkan pendekatan ini dalam kajian sastra, dibutuhkan sejumlah data yang berhubungan dengan hobinya tentang duniadiri sastrawan seperti kapan, dan di mana dia dilahirkan, pendididkan sastrawan, agama,  latar belakang sosial budayanya, juga pandangan kelompok sosialnya.

Pendekatan ekspresif memiliki sejumlah persamaan dengan pendekatan biografis dalam hal fungsi dan kedudukan karya sastra sebagai menifestasi subjek kreator. Dikaitkan dengan proses pengumpulan data penelitian, pendekatan ekspresif lebih muda dalam memanfaatkan data bopgrafis dibandingkan dengan pendekatan biografi dalam memanfaatkan data pendekatan ekspresif.                    

Pendekatan ekspresif tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya sastra itu diciptakan, seperti studi proses kreatif dalam studi biografis, tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya sastra yang dihasilkan.  Novel Laskar Pelangi ditulis pengarang berdasarkan pengalaman pribadinya sendiri. Ketika ia dan teman-temannya masih kecil yang bersekolah di SD Muhammadiayah. Sekolah termiskin di kampung halamannya

 

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah diuraikan sebelumnya melalui tinjauan sosiologis sastra pada novel “Laskar pelangi”, maka peneliti berkesimpulan

  1. Aspek Sosiologis Mimesis

1)      Tokoh dan penokohanitong.

Tokoh utama dalam novel Laskar Pelangi adalah Ikal, Lintang, Mahar, Sahara, A Kiong, Syahdaan, Kucai, Borek, Trapani, Harun. Serta tokoh-tokoh lain adalah Bu Muslimah, Pak Harfan, Flo, A Ling.

2)      Status sosial

Status sosial yang digambarkan pengarang dalam novel Laskar Pelangi sangat berfokus pada masalah sosial yang disebabkan oleh ekonomi.

 

 

 

3)      Sikap hidup

 Sikap hidup yang digambarkan oleh pengarang adalah berupa kepedulian dan kasih sayang antara anak dan orang tua, Guru kepada murid, teman kesasama teman, dan kasih sayang laki-laki terhadap perempuan.

4)      Perilaku sehari-hari para tokoh

 Perilaku para tokoh dalam novel Laskar Pelangi adalah humoris sebagai perilaku sekeharian mereka.

5)      Peristiwa

a.       Ada cinta di toko Relontok Bobrok itu Toko yang tadinya berbau busuk memusingkan sekarang menjadi harum   semerbak seperti minyak kesturi.   “aku tak peduli lagi dengan kotak kapur yang isinya tinggal setengah.”     

“Aku dihinggapi semacam perasaan bahagia yang aneh, sebuah rasa bahagia  bentuk lain yang belum pernah kualami sebelumnya”.

b.      Bodenga menyelamatkan Lintang           

 “Bodenga berbalik ke arahku. Seperti selalu, ekspresinya dingin dan jelas tak  menginginkan ucapan terima kasih. Kenyataannya aku tak berani   menatapnya, nyaliku runtuh”. 

c.       Kunjungan ke Pulau Lanun.

 “Mereka mempersiapkan diri dengan teliti dan mengarahkan seluruh sumber  daya karena perjalanan ke Pulau Lanun tak mudah dan biayanya sangat  mahal. Mereka harus menyewa perahu dengan kemampuan paling tidak 40 PK, jika tidak maka akan memakan waktu yang sangat lama dan tak’kan kuat              melawan ombak yang terkenal besar di sana”.(Hal. 405)

d.      Tragedi saat perjalanan ke Pulau Lanun

 “Kami segera sadar bahwa situasi telah menjadi gawat, nyawa kami    berada di  ujung tanduk. Begitu cepat alam berubah dari pelayaran yang damai beberapa waktu lalu hingga menjadi usaha mempertahankan hidup yang  mencekam saat ini. Kami dibukankan Allah sebuah lembar kitab yang nyata                         bahwa  kuasa-Nya demikian besar tak terbatas. Kami berkumpul membentuk  lingkaran kecil mengelilingi tiang layar. Tangan kami bertumpuk-tumpuk  berusaha menggenggam tiang itu. Bahu kami saling bersentuhan satu sama     lain.


DAFTAR PUSTAKA

 

Adampe,Regina Yolanda. 2015. “Detik Terakhir karya Alberthiene Endah Tinjauan  Sosiologi. Manado: Unsrat.

Hauser. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hirata, Andrea. 2005. Laskar Pelangi. Jakarta: PT Bentang PustakKurniawan, Heru, 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Purwokerto: Graha Ilmu

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar. Ruzz Media.

Nurgiyantoro, Burhan. 1994. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nyoman. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta. Bebarapa Catatan

Ratna. 2011. Antropologi Sastra Peranan Unsusr-Unsur Kebudayaan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Ratna. 2015.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ratna. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Purwokerto: Graha Ilmu.

Ritzer. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Purwokerto: Graha Ilmu.

Sasube, S. Adrianus.1996. Memahami novel Sebuah Lorong di Kotaku karya Nh. Dini, Suatu tinjauan Sosiologi. Manado: Unsrat.

Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa

Sutri. 2009. Dimensi Sosial Dalam novel “Laskar Pelangi”karya Andrea Hirata. Tinjauan    Sosiologi sastra: UMS

Tamaraw, Juna. 2015. “Analisis Sosiologi Sastra Terhadap Novel “5 CM” karya Donny Dhirgantoro. Manado: Unsrat.

Yudiono K.S. 2009. pengkajian Kritik Sastra Indonesia.;Beberapa catatan. Jakarta: PT Grasindo.

 

 

DAFTAR LAMAN

https://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/sosiologi-sastra/

http://pelitaku.sabda.org/pemahaman_tentang_karya_sastra

http://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-umum-

dan-menurut-para-ahli/a. menjelang ajal.”.(Hal. 409)

No comments:

Post a Comment