Friday, 21 January 2022

ASUHAN KEBIDANAN DASAR PADA BAYI NY. C DENGAN ASFIKSIA RINGAN DI PMB FITRI YANTI HARAHAP,Amd.Keb

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih merupakan masalah besar yang dihadapi berbagai negara di dunia terutama di negara berkembang. Tahun 2015 di seluruh dunia diperkirakan 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi dalam kehamilan dan persalinan. AKI di dunia mencapai 216/100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 43/1000 kelahiran hidup (WHO, 2015).

AKI adalah indikator dampak dari berbagai upaya yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu. Oleh karena itu kehamilan merupakan determinan proksi dari kematian ibu, disamping komplikasi kehamilan dan persalinan untuk menurunkan angka kematian ibu. Upaya efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan professional di fasilitas kesehatan, meningkatkan penggunaan kontrasepsi pasca salin dan penanganan komplikasi maternal (Kemenkes RI, 2016).

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2016, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN seperti AKI di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam sama-sama mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016).

AKI pada tahun  2016  di Provinsi Aceh mencapai 167 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 11 per 1000 kelahiran hidup. Data ini diperoleh berdasarkan laporan dari fasilitas pelayanan dasar (puskesmas) dan jaringannya serta fasilitas rujukan (Dinas Kesehatan Aceh, 2016).

Data Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Besar Tahun 2016 tercatat AKI sebanyak 9 jiwa dan AKB sebanyak 6 jiwa. Cakupan ibu hamil 8.988 jiwa, K1 berjumlah 7.960 jiwa, K4 berjumlah 7.110 jiwa, ibu bersalin berjumlah 8.580 jiwa, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah 7.037, jumlah kelahiran bayi adalah 6.895 jiwa dan ibu nifas berjumlah 8.580 jiwa (Dinas Kesehatan Aceh Besar, 2016).

 

B.     Tujuan Penulisan

1.        Tujuan umum

Untuk dapat melaksanakan asuhan kebidanan persalinan pada  bayi Ny. C dengan Asfiksia ringan sampai dengan pendokumentasian nya.

2.        Tujuan khusus

a.         Untuk dapat melakukan pengumpulan data subjektif pada bayi Ny. C dengan Asfiksia ringan

b.        Untuk dapat mengumpulkan data objektif pada bayi Ny. C dengan Asfiksia ringan Untuk dapat menegakkan assessment (diagnose, masalah dan kebutuhan) pada mbayi Ny. C dengan Asfiksia ringan.

c.         Untuk dapat melakukan perencanaan asuhan pada bayi Ny. C dengan Asfiksia ringan

 

C.       Manfaat Penulisan

1.        Bagi mahasiswa

Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada ibu bersalin  dengan Asfiksia ringan dan mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan  Asfiksia ringan.

2.        Bagi lahan praktik

Dapat membimbing mahasiswa dalam melakukan asuhan kebidanan yang sesuai pada ibu bersalin dengan Asfiksia ringan di BPM Fitri Yanti Harahap, Amd.Keb


 

D.    Persalinan

1.    Pengertian Asuhan persalinan normal

Asuhan persalinan normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (Depkes, 2014).

2.      Tujuan asuhan persalinan

Tujuan asuhan persalinan normal adalah untuk menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi, walaupun dengan intervensi yang minimal, namun upaya yang terintegrasi dan lengkap tetap harus dijaga agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan optimal (Prawirohardjo, 2014).

 


 

BAB II

TINJAUAN TEORI

 

A.    Fisiologi persalinan

Proses persalinan terdiri dari 4 kala (Sofian, 2016), yaitu:

1)   Kala 1(kala pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) karena servik mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (Effacement). Kala 1 pembukaan dibagi atas dua fase:

a)      fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

b)      fase aktif : berlangsung selama 6 jam (Sofian, 2015).

2)   Kala II

Pada kala pengeluaran janin, his tekoordinasi, pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin akan lahir kepala di ikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama satu setengah sampai dua jam, pada multigravida setengah sampai satu jam (Sofian, 2015). Dalam waktu 1 jam pastikan pemberian ASI segera setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.

Posisi untuk menyusui menurut (Sofian, 2015):

a)      Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara lurus agar muka bayi menghadapi ke payudara ibu dengan hidung di depan puting susu ibu.

b)      Perut bayi mengahadap ke perut ibu dan ibu harus menopang seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.

c)      Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap puting susu.

d)     Membantu bayinya untuk menempelkan mulut,mulut bayi pada puting susu di payudaranya, meliputi :

1.      Dagu menyentuh payudara ibu

2.      Mulut terbuka lebar;

3.      Mulut bayi menutupi sampai ke areola;

4.      Bibir bayi bagian bawah melekung keluar;

5.      Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-kadang berhenti.

e)      Langkah IMD :Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu ntuk melaksanakan proses IMD.

Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan) :

1.      Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu dikamar bersalin;

2.      Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya,tanpa menghilangkan vernik, kemudian tali pusat diikat;

3.      Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi;

4.      Ibu diajarkan merangsang bayi dengan sentuhan,dan biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu;

5.      Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mangenali perilaku bayi sebelum menyusu;

6.      Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal 1 jam dan bila menyusu awal terjadi sebelum1 jam,biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam;

7.      Jika bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam1 jam posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu , dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau selama 1 jam berikutnya (Cunningham, 2014).

 

3)   Kala III

Setelah bayi lahir kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Sofian, 2015).

4)   Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan mulai lahirnya ari-ari selama 1 sampai 2 jam (Sofian, 2015).

 

a. Persiapan Persalinan

Menurut Sumarah (2014), persiapan persalinan diantaranya adalah;

1. Penolong persalinan;

2 Tempat bersalin;

3 Transportasi;

4 Persiapan donor darah;

5 Biaya;

6 Pengambil keputusan ketika keadaan darurat.

b. Tanda-tanda persalinan

Menurut (Sofian, 2015) adapun tanda persalinan yaitu:

1)      Tanda-tanda permulaan persalinan

a)      Lightening, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multigravida hal tersebut tidak begitu jelas.

b)      Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c)      Sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung kemih tertekan oleh bagian bawah janin.

d)     Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut false labor pains.

e)      Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).

2)      Tanda-tanda inpartu

a)      Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.

b)      Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan robekan kecil pada serviks.

c)      Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d)     Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

 

3.      Faktor-faktor yang memengaruhi persalinan

Menurut (Manuaba, 2015) factor yang mempengaruhi persalinan:

1)        Power (Tenaga/Kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu.

2)        Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas bagian keras (tulang-tulang panggul) dan bagian lunak (uterus, otot dasar panggul, dan perineum).

3)        Passenger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)

Cara janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, prresentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya. Oleh karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin, namun jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal. Waktu persalinan, air ketuban membuka serviks dengan mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri, bagian selaput janin di atas ostium uteri yang menonjol waktu terjadi his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.

4)        Psikis (Psikologis)

Faktor psikologis meliputi hal-hal sebagai berikut, melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual; pengalaman; melahirkan bayi sebelumnya; kebiasaan adat; dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

5)        Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

 

c. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan

Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hiportemia, dan asfiksia bayi baru lahir (Rohani, 2015).

 

4.      Asuhan Kebidanan selama persalinan normal

Menurut Rohani (2014), asuhan yang dilakukan pada persalinan adalah sebagai berikut:

1)   Asuhan kala I persalinan

a)      Bantulah ibu dalam persalinan jika tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan dengan cara: memberikan dukungan dan menyakinkan dirinya dan memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan.

b)      Jika ibu tampak kesakitan, asuhan yang dapat diberikan adalah lakukan perubaan posisi sesuai keinginan ibu, sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri, sarankan ibu untuk berjalan dan ajaklah orang yang menemaninya untuk menggosok punggungnya, ajarkan kepada ibu teknik bernapas pajang, menahan napanya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara ke luar.

c)      Penolong tetap menjaga privasi ibu dalam persalinan, memperbolehkan ibu untuk kekamar mandi.

d)     Berikan ibu minum untuk memenuhi kebutuhan energi.

2)   Asuhan kala II persalinan

a)      Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar merasa nyaman dan menawarkan minuman.

b)      Menjaga kebersihan ibu agar terhindar dari infeksi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu.

c)      Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan ibu dengan cara menjaga privasi ibu dan menjelaskan tentang proses dan kemajuan persalinan disertai prosedur yang akan dilakukan.

d)     Mengatur posisi ibu, dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi seperti jongkok, menungging, tidur miring, dan setengah duduk.

e)      Menjaga kandung kemih ibu tetap kosong.

f)       Memberikan minum yang cukup untuk tenaga.

3)   Asuhan kala III persalinan

a)      Memberikan okitosin untuk merangsang uterus berkontraksi mempercepat lahirnya plasenta.

b)      Melakukan perengangan tali pusat terkendali dan dilakukan hanya selama uterus berkontraksi.

c)      Begitu plasenta terlepas, keluarkan dengan gerakan kebawah keatas sesuai jalan lahir.

d)     Segera setelah lahir plasenta, masase fundus agar uterus berkontraksi.

e)      Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit berikan ulang oksitosin 10 IU IM dan apabila plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit periksa kandung kemih, periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta, siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.

f)       Memeriksa ibu tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada servik atau vagina.

4)   Asuhan kala IV persalinan

a)      Melakukan pemeriksaan fundus, TD, nadi, kandung kemih setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

b)      Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.

c)      Membersikan perineum ibu dan menggunakannya pakaian yang bersih.

d)     Membiarkan ibu beristirahat.

e)      Membiarkan bayi pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi sebagai permulaan dengan menyusui bayinya.

f)       Segera setelah bayi lahir diberikan ASI. Menyusui dapat membantu uterus berkontraksi.

g)      Mengajari ibu dan anggota keluarga tentang memeriksa fundus uteri dan tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

 

B.     Bayi Baru Lahir

a.    Pengertian Bayi Baru Lahir

           Bayi baru lahir adalah neonatus individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intruterin ke kehidupan ekstrauterin (Rukiyah, 2012).

 

b.   Ciri-ciri bayi baru lahir

Menurut Maryanti, (2012) ciri-ciri bayi baru lahir, yaitu :

1. berat badan 2500 – 4000 gram;

2. panjang badan 48 – 52 gram;

3. lingkar dada 30 – 38 cm;

4. lingkar kepala 33 – 35 cm;

5. frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit;

6. pernafasan ± 60 – 40 kali/menit;

7. kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup;

8. rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna;

9. kuku agak panjang dan lemas;

10.  genitalia: perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora. Laki-laki : testis sudah turun, skrotum sudah ada;

11. reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik;

12. reflect morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik;

13. reflect grabs atau mengenggam sudah baik;

14. eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

c.    Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda bahaya pada bayi baru  lahir menurut Dewi, (2015)  adalah :

1)      Pernapasan sulit atau labih dari 60 kali permenit.

2)      Terlalu hangat (>38oC) atau terlalu dingin (<36oC).

3)      Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama) biru dan pucat.

4)      Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah.

5)      Tali pusat merah, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.

6)      Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses cair, sering berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau darah.

7)      Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.

d.      Penanganan Bayi Baru Lahir

Menurut Rukiyah (2016) penanganan yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah:

1. membersihkan jalan nafas

2. memotong dan merawat tali pusat

3. mempertahankan suhu tubuh bayi

4. memberikan vitamin K

5. memberikan obat tetes/ salep mata

6. identifikasi bayi

7. pemantauan bayi baru lahir, meliputi :

 a. dua jam pertama sesudah lahir

 b. sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.

 

C.    Asfiksia

a.       Pengertian Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dalam tubuhnya (Dewi, 2015).

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi atau sesudah persalinan (Rohani, 2016).

b. Etiologi dan faktor prediposisi

Penyebab asfiksia secara umum disebabkan adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu kejanin, pada masakehamilan, persalinan atau segera setelah lahir (Arief dan Sari, 2015).

Menurut Dewi (2015), penggolongan penyebab asfiksia pada bayi adalah :

1. Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin disebabkan oleh :

a.       Gangguan aliran pada tali pusat, hal ini biasanya berhubungan dengan adanya lilitan tali pusat, tekanan yang kuat pada tali pusat, ketuban telah pecah yang menyebabkan tali pusat menumbang, dan kehamilan lebih bulan (post-term).

b.       Adanya pengaruh obat misalnya pada tindakan SC yang menggunakan narkosa

 2. Faktor dari ibu selama kehamilan

a.       Gangguan his, misalnya karena atonia uteri yang dapat menyebabkan hipertomi.

b.      Adanya perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta yang dapat menyebabkan turunnya tekanan darah secara mendadak.Patofisiologi Menurut Sondakh (2015)patofisiologis yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan, dan asidosis metabolik.

Kombinasi ketiga peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan. Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat untuk membalikkan efek-efek biokimia asfiksi, sehingga mencegah kerusakan otak dan organ yang iriversibel.

Pada awalanya, frekuensi jantung dan tekanan darah akan meningkat dan bayi melakukan upaya megap-megap (gasping). Bayi kemudian masuk pada periode apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi adekuat selama apnea primer akan melakukan usaha nafas dan bayi yang mengalami asfiksia jauh lebih berbeda dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder cepat menyebabkan kematian kalau tidak dibantu dengan pernafasan buatan dan warna bayi berubah dari biru menjadi putih karena bayi baru lahir menutupi sirkulasi perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah keorgan-organ, seperti jantung dan ginjal. Penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh darah diparu-paru mengalami konstriksi. Konstriksi ini meyebabkan 21 paru-paru resistian terhadap ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi janin yang persisten.

Kurangnya oksigen dalam periode singkat menyebabkan metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme anaerob, terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber energi pada saat darurat. Hal ini mengakibatkan akumulasi asam laktat dan asidosis metabolik, dan hanya akan hilang setelah periode waktu yang signifikan. Efek hipoksia terhadap otak sangat terlihat.

Aliran darah ke otak meningkat, sebagai bagian dari mekanisme kompensasi, kondisi ini hanya dapat memberikan penyesuaian sebagian. Jika hipoksia berlanjut maka tidak akan terjadi penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak. Beberapa efek hipoksian yang paling berat muncul akibat tidak adanya zat penyedia energi, seperti; berhentinya kerja pompa ion-ion transeluler, akumulasi air, natrium, dan kalsium, dan kerusakan akibat radikal bebas oksigen.

Menurut Dewi (2015), klasifikasi serta tanda dan gejala asfiksia meliputi :

1) Asfiksia berat (nilai APGAR 0 – 3)

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat meliputi :

a.       Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit.

b.      Tidak ada usaha napas.

c.       Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.

d.      Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.

e.       Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.

f.       Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.

 2) Asfiksia sedang (nilai APGAR 3 – 5)

Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang munculmeliputi :

a.       Frekuensi jantung menurun menjadi 60 – 80 kali per menit.

b.      Usaha napas lambat.

c.       Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.

d.      Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.

e.       Bayi tampak sianosis.

f.       Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.

3) Asfiksia ringan (nilai APGAR 5 – 7)

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang muncul meliputi :

a.       Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit.

b.      Bayi tampak sianosis.

c.       Adanya retraksi sela iga.

d.      Bayi merintih.

e.       Adanya pernapasan cuping hidung.

f.       Bayi kurang aktivitas.

 

 


 

BAB III

TINJAUAN KASUS

 

A.    Asuhan Pada Masa Persalinan

a.    Persalinan Kala I

Tanggal persalinan       : 17 Januari 2022

Waktu                          : 2.00 WIB

Tempat                        : BPM Fitri Yanti H.,Amd.Keb

 

Nama ibu : Ny. C                                Nama : Tn. R

Umur        : 22 tahun                           Umur  : 24 tahun

Alaamt      : Baet                                 Alaamt      : Baet

Agama      : islam                                 Agama      : islam

Pekerjaan : IRT                                   Pekerjaan : wiraswasta

 

Subjektif:

Ny.C berusia 22 tahun datang bersama dengan suami ke BPM Fitri Yanti Ibu mengeluh perut mules dan keluar lendir bercampur darah disertai rasa nyeri dibawah perut sampai ke pinggang, gerakan janin masih dirasakan dan ini merupakan kehamilan yang pertama  HPM : 6-04 -2021

 

Kala 1 pukul 1:00 wib

Objektif:

     K/U        : Baik

     Kesadaran : Composmentis

     TD          : 100/70 mmHg

     RR          : 22 x/m

     N            : 82 x/m

     T             : 36, 4 ℃

     TTP         : 13-01-2022

     UK         :  38 minggu 5 hari

            TBBJ      : (30-11=19 x155=2,945 gram)

Pemeriksaan Fisik

Kepala         : Bersih

Wajah          : Tidak Oedema

Mata            : Simetris, Konjungtiva merah muda

Hidung        : Bersih, Polip (tidak ada)

Mulut           : Bersih, Carries (tidak ada)

Telinga         : Simetris, Serumen (tidak ada)

Leher           : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid

Payudara     : Simetris, putting susu menonjol

Abdomen    : Tidak ada bekas operasi

L1                : 30 cm

L2                : Pu-ka

L3                : Kepala

L4                : Divergen

DJJ              : 157x/m

 

Genetalia     : Luka (tidak ada), varises (tidak ada), cairan normal dan tidak berbau

Ekstremitas  : Oedema (tidak ada ), Varises (tidak ada ), Reflek Patella (tidak ada)

Vt                : 4-5cm

Ketuban       : Utuh

 

Asassement:

Ibu C G1 P0 A0 Usia  kehamilan 38 minggu 5 hari. Keadaan ibu baik dan keadaan janin baik.

 

Planning:

Pukul 12.00 WIB

1.    Memberitahu ibu semua hasil pemeriksaan.

2.    Menganjurkan ibu untuk makan dan minum

3.    Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri dan kekanan

4.    Memberitahukan ibu posisi yang nyaman saat kontraksi

5.    Memberitahukan ibu cara mengedan yang benar

6.    Memantau keadaan umum ibu, kontraksi,Djj, dan Nadi ibu

7.    Mempersiapkan alat dan melengkapinya

8.    Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.

 

Kala II pukul 1:30

S

Ibu mengeluh sakit perut sampai ke pinggang dan kontraksi semakin kuat serta rasa ingin BAB.

O

TD: 100/70 mmHg

N  : 80x/m                        porsio              : tipis

R  : 21x/m                        ketuban           : jernih

T   : 36,6 c                                    kandung kemih : kosong

DJJ: 142 x/m                    Vt                      : 10 cm

A

  Inpartu kala II fase aktif k/u ibu baik

 

P

1.    Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan

2.    Memberi dukungan emosional pada ibu

3.    Mengnjurkan ibu posisi yang nyaman

4.    Menganjurkan ibu cara mengejan tampak kepala 5-6 cm didepan vulva kemudian memimpin persalinan

5.    Melakukan stenen atas dan bawah,periksa ada dan tidak terlilit tali pusat tunggu dan pertahankan paksi luar lakukan teknik bipariental,lahirkan bahu depan dan bokong kemudian sanggah susur

6.    Menilai bayi spintas : tanggisan bayi,pernafasan,tonus otot dan warna kulit

7.    Lakukan palpasi abdomen ada janin kedua atau tidak

8.    Suntik oksitosin 10 Ui di pahan bagian luar

Catatan :

Jenis kelamin : perempuan

BB         : 3600 gram

Pb          : 47 cm

Ld          : 35 cm

Lk          : 32 cm

Kala III pukul 1:45 wib

S

Ibu mengatakan perut masih terasa sakit dan sedikit mules

O K/U: ibu baik

TD   : 100 / 60 mmHg                  kontraksi : Baik

N      : 78x/m                                kandung kemih : kosong

R      : 22x/m                                TFU                   : setinggi pusat

 

A

kala III pengeluaran plasenta

P

1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan

2. Melakukan perenggangan tali pusat terkendali saat adanya kontraksi

3. Melahirkan plasenta: lahir lengkap

4. Melakukan massase

5. Memeriksa jalan lahir

6. Menilai pendarahan

Kala IV 2:00 wib

S

Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya

O K/U : lemah

TD : 100/70 mmHg                      kandung kemih : kosong

N   : 75x/m                                   TFU                  : 2 jari dibawah pusat

R  : 21 x/m                                   pendarahan       : 50 cc

T  : 36,5 c                                     kontraksi           : baik

A Ibu dalam pengawasan

P

1. Memberitahukan  ibu hasil pemeriksaan

2. Memberitahukan ibu cara menilai kontraksi dan massase uterus

3. Melakukan pemantauan TTV, pendarahan setiap 15 menit 1 jam pertama dan 30 menit jam ke dua.

4. mengajurkan ibu untuk makan dan minum

5. Memberikan konseling tentang Asi esklusif ,perawatan payudara dan cara menyusui yang benar,perawatan tali pusat dan personal hygine.

 

B.     Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru lahir

Tanggal         : 17 Januari 2022

Pukul : 2.15 WIB

Tempat          : BPM Fitri Yanti Harahap,Amd.Keb

Subjektif:

Bayi Ny. C lahir secara normal pada pukul 2:30 wib di BPM Fitri Yanti  lahir bayi 1 jam yang lalu,bergerak aktif.

Objektif:

Keadaan Umum         : lemah

Suhu                           : 36,5˚C

Pernafasan                  : 39 x/menit

Nadi                           : 140 x/menit

Jenis Kelamin             : Perempuan

BB                              : 3500 gram

PB                              : 46 cm

Reflek Hisap              : Bagus (+)

Reflek Moro               : Ada (+)

Pemeriksaan Antropometri

Lingkar Kepala          : 32 cm

Lingkar Dada             : 35 cm

Hisapan                      : lemah

Genetalia                    : Normal

APGAR                     : 7

 

Asassement:

Bayi baru lahir  dengan asfiksia ringan

 

Planning:

1.      Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga

2.      Menjelaskan pada ibu tentang: Menjaga kehangatan bayi dengan cara membedung dan menjauhkan bayi dari paparan udara dingin, Perawatan tali pusat dan perawatan bayi sehari-hari seperti menjaga tali pusat agar tetap kering, melakukan imunisasi dibulan tertentu, memberitahu ibu apa saja tanda bahaya bayi baru lahir.

3.      Memberikan salep mata gentamicyn dan penyutikan Vit. K secara intramuscular di paha kiri bagian luar

4.      Memberikan imunisasi HB 0 pada bayi setelah 1 jam suntikan vit. K.

5.      Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

 


 

BAB IV

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi atau sesudah persalinan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil praktik yang telah dilaksanakan pada tanggal 17 januari 2022 di PMBFitri Ynati H,Amd.Keb, di dapatkan pasien bersalin dengan kasusasfiksia ringan, yaitu Ny.C G1 P0 Ao usia kehamilan 38 Minggu. Dari gejala tersebut, Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny.C  adalah menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk memberikan asi eksklusif. memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 4 minggu lagi atau jika ada keluhan ibu segera kembali.

 

B.       Saran

1.        Bagi mahasiswa

Di harapkan bagi mahasiswa agar dapat mempelajari kasus patologi sehingga mampu menerapkan asuhan dan mengevaluasi ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan praktik lahan

2.        Bagi lahan praktek

Di harapkan tenaga kesehatan memperhatikan pelayanan kesehatan terhadap Pasien dengan baik dan sesuai standar asuhan kebidanan.

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anggraini, Y dan Martini, 2015. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohina Press.

Anwar M. 2015. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Asin. 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media.

Bahiyatun, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Cunningham F,G. 2015. Obsetri Williams. Cetakan 23. Jakarta: EGC.

Dinkes Aceh Besar, 2016. Profil Kesehatan Aceh Besar. Aceh: Dinkes Aceh Besar.

Dewi, V. 2015. Asuhan Neonatus dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

                   . 2015. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: SalembaMedika.

Hidayat, A dan Sujiantini. 2012. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kemenkes RI. 2015. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Manuaba IBG. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.

 

No comments:

Post a Comment