BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) masih merupakan masalah besar yang dihadapi berbagai negara di dunia terutama di negara berkembang. Tahun 2015 di seluruh dunia diperkirakan
830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan. AKI di dunia mencapai 216/100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai
43/1000 kelahiran hidup (WHO, 2015).
AKI adalah indikator
dampak dari berbagai upaya yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
ibu. Oleh karena itu kehamilan merupakan determinan proksi dari kematian ibu,
disamping komplikasi kehamilan dan persalinan untuk menurunkan angka kematian
ibu. Upaya efektif untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan
meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan professional di
fasilitas kesehatan, meningkatkan penggunaan kontrasepsi pasca salin dan
penanganan komplikasi maternal (Kemenkes RI, 2016).
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2016, AKI (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup
tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan ASEAN seperti
AKI di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000
kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan
Vietnam sama-sama mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016).
AKI pada tahun
2016 di Provinsi Aceh mencapai 167
per 100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 11 per 1000 kelahiran hidup. Data
ini diperoleh berdasarkan laporan dari fasilitas pelayanan dasar (puskesmas)
dan jaringannya serta fasilitas rujukan (Dinas Kesehatan Aceh, 2016).
Data Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2016 tercatat AKI sebanyak 9 jiwa dan AKB sebanyak 6 jiwa. Cakupan ibu
hamil 8.988 jiwa, K1 berjumlah 7.960 jiwa, K4 berjumlah 7.110 jiwa, ibu
bersalin berjumlah 8.580 jiwa, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
adalah 7.037, jumlah kelahiran bayi adalah 6.895 jiwa dan ibu nifas berjumlah
8.580 jiwa (Dinas Kesehatan Aceh Besar, 2016).
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum
Untuk dapat
melaksanakan asuhan kebidanan persalinan pada
bayi Ny. C dengan Asfiksia ringan sampai dengan pendokumentasian nya.
2.
Tujuan khusus
a.
Untuk dapat melakukan pengumpulan data subjektif pada bayi Ny. C dengan
Asfiksia ringan
b.
Untuk dapat mengumpulkan data objektif pada bayi Ny. C dengan Asfiksia
ringan Untuk dapat menegakkan assessment (diagnose,
masalah dan kebutuhan) pada mbayi Ny. C dengan Asfiksia ringan.
c.
Untuk dapat melakukan perencanaan asuhan pada bayi Ny. C dengan Asfiksia
ringan
C. Manfaat Penulisan
1.
Bagi mahasiswa
Sebagai bahan bacaan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan Asfiksia ringan dan
mampu menerapkan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan Asfiksia ringan.
2.
Bagi lahan praktik
Dapat membimbing mahasiswa dalam melakukan asuhan
kebidanan yang sesuai pada ibu bersalin dengan Asfiksia ringan di BPM Fitri
Yanti Harahap, Amd.Keb
D.
Persalinan
1.
Pengertian
Asuhan persalinan normal
Asuhan persalinan
normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal yang mengacu kepada
asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta
upaya pencegahan komplikasi (Depkes, 2014).
2. Tujuan
asuhan persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah untuk
menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi,
walaupun dengan intervensi yang minimal, namun upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetap harus dijaga agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan optimal
(Prawirohardjo, 2014).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Fisiologi
persalinan
Proses persalinan terdiri
dari 4 kala (Sofian, 2016),
yaitu:
1) Kala
1(kala pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah (bloody show) karena
servik mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (Effacement). Kala 1
pembukaan dibagi atas dua fase:
a) fase
laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya
7-8 jam.
b) fase
aktif : berlangsung selama 6 jam (Sofian, 2015).
2) Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his tekoordinasi,
pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin akan lahir kepala di ikuti
oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama satu setengah
sampai dua jam, pada multigravida setengah sampai satu jam (Sofian, 2015). Dalam waktu 1 jam pastikan
pemberian ASI segera setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk
memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem
dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
Posisi untuk menyusui menurut (Sofian, 2015):
a) Ibu
memeluk kepala dan tubuh bayi secara lurus agar muka bayi menghadapi ke
payudara ibu dengan hidung di depan puting susu ibu.
b) Perut
bayi mengahadap ke perut ibu dan ibu harus menopang seluruh tubuh bayi tidak
hanya leher dan bahunya.
c) Dekatkan
bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap puting susu.
d) Membantu
bayinya untuk menempelkan mulut,mulut bayi pada puting susu di payudaranya,
meliputi :
1. Dagu
menyentuh payudara ibu
2. Mulut
terbuka lebar;
3. Mulut bayi
menutupi sampai ke areola;
4. Bibir
bayi bagian bawah melekung keluar;
5. Bayi
menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-kadang berhenti.
e) Langkah
IMD :Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap
di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu ntuk melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal (partus
spontan) :
1. Suami
atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu dikamar bersalin;
2. Bayi
lahir segera dikeringkan kecuali tangannya,tanpa menghilangkan vernik, kemudian
tali pusat diikat;
3. Bila
bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada ibu dengan kulit
bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti
dan bayi diberi topi;
4. Ibu
diajarkan merangsang bayi dengan sentuhan,dan biarkan bayi sendiri mencari
puting susu ibu;
5. Ibu
didukung dan dibantu tenaga kesehatan mangenali perilaku bayi sebelum menyusu;
6. Biarkan
kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal 1 jam dan bila menyusu awal
terjadi sebelum1 jam,biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam;
7. Jika
bayi belum mendapatkan puting susu ibu dalam1 jam posisikan bayi lebih dekat
dengan puting susu ibu , dan biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama
30 menit atau selama 1 jam berikutnya (Cunningham, 2014).
3) Kala III
Setelah bayi lahir kontraksi rahim beristirahat
sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi
plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit
seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau
dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Sofian, 2015).
4) Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan mulai lahirnya
ari-ari selama 1 sampai 2 jam (Sofian, 2015).
a. Persiapan Persalinan
Menurut Sumarah (2014), persiapan persalinan
diantaranya adalah;
1. Penolong persalinan;
2 Tempat bersalin;
3 Transportasi;
4 Persiapan donor darah;
5 Biaya;
6 Pengambil keputusan ketika keadaan darurat.
b. Tanda-tanda persalinan
Menurut (Sofian,
2015) adapun tanda persalinan
yaitu:
1)
Tanda-tanda permulaan
persalinan
a)
Lightening, yaitu
kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada
multigravida hal tersebut tidak begitu jelas.
b)
Perut kelihatan lebih
melebar, fundus uteri turun.
c)
Sering buang air kecil atau
sulit berkemih karena kandung kemih tertekan oleh bagian bawah janin.
d)
Perasaan nyeri di perut dan
di pinggang oleh adanya kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut false
labor pains.
e)
Serviks menjadi lembek, mulai
mendatar dan sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).
2)
Tanda-tanda inpartu
a)
Rasa nyeri oleh adanya his
yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
b)
Keluar lendir bercampur darah
yang lebih banyak karena robekan robekan kecil pada serviks.
c)
Kadang-kadang ketuban pecah
dengan sendirinya.
d)
Pada pemeriksaan dalam,
serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
3.
Faktor-faktor
yang memengaruhi persalinan
Menurut
(Manuaba, 2015) factor yang mempengaruhi persalinan:
1)
Power (Tenaga/Kekuatan)
Kekuatan
yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan
dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah
tenaga meneran ibu.
2)
Passage (Jalan
Lahir)
Jalan
lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan
lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas bagian keras
(tulang-tulang panggul) dan bagian lunak (uterus, otot dasar panggul, dan
perineum).
3)
Passenger (Janin,
Plasenta, dan Air Ketuban)
Cara
janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa
faktor, yaitu ukuran kepala janin, prresentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya.
Oleh karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai
penumpang yang menyertai janin, namun jarang menghambat proses persalinan pada
persalinan normal. Waktu persalinan, air ketuban membuka serviks dengan
mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri, bagian selaput janin di atas
ostium uteri yang menonjol waktu terjadi his disebut ketuban. Ketuban inilah
yang membuka serviks.
4)
Psikis
(Psikologis)
Faktor
psikologis meliputi hal-hal sebagai berikut, melibatkan psikologis ibu, emosi,
dan persiapan intelektual; pengalaman; melahirkan bayi sebelumnya; kebiasaan
adat; dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
5)
Penolong
Peran
dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan
kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
c. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Persalinan
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang
bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya
pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hiportemia, dan
asfiksia bayi baru lahir (Rohani, 2015).
4.
Asuhan
Kebidanan selama persalinan normal
Menurut Rohani (2014), asuhan yang dilakukan
pada persalinan adalah sebagai berikut:
1) Asuhan
kala I persalinan
a) Bantulah
ibu dalam persalinan jika tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan dengan cara:
memberikan dukungan dan menyakinkan dirinya dan memberikan informasi mengenai
kemajuan persalinan.
b) Jika ibu
tampak kesakitan, asuhan yang dapat diberikan adalah lakukan perubaan posisi
sesuai keinginan ibu, sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri, sarankan ibu
untuk berjalan dan ajaklah orang yang menemaninya untuk menggosok punggungnya,
ajarkan kepada ibu teknik bernapas pajang, menahan napanya sebentar kemudian
dilepaskan dengan cara meniup udara ke luar.
c) Penolong
tetap menjaga privasi ibu dalam persalinan, memperbolehkan ibu untuk kekamar
mandi.
d) Berikan
ibu minum untuk memenuhi kebutuhan energi.
2) Asuhan
kala II persalinan
a) Memberikan
dukungan terus-menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar merasa nyaman dan
menawarkan minuman.
b) Menjaga
kebersihan ibu agar terhindar dari infeksi dan masase untuk menambah kenyamanan
bagi ibu.
c) Memberikan
dukungan mental untuk mengurangi kecemasan ibu dengan cara menjaga privasi ibu
dan menjelaskan tentang proses dan kemajuan persalinan disertai prosedur yang
akan dilakukan.
d) Mengatur
posisi ibu, dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi seperti jongkok,
menungging, tidur miring, dan setengah duduk.
e) Menjaga
kandung kemih ibu tetap kosong.
f) Memberikan
minum yang cukup untuk tenaga.
3) Asuhan
kala III persalinan
a) Memberikan
okitosin untuk merangsang uterus berkontraksi mempercepat lahirnya plasenta.
b) Melakukan
perengangan tali pusat terkendali dan dilakukan hanya selama uterus
berkontraksi.
c) Begitu
plasenta terlepas, keluarkan dengan gerakan kebawah keatas sesuai jalan lahir.
d) Segera
setelah lahir plasenta, masase fundus agar uterus berkontraksi.
e) Jika
menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit
berikan ulang oksitosin 10 IU IM dan apabila plasenta belum lahir dalam waktu
30 menit periksa kandung kemih, periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta,
siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
f) Memeriksa
ibu tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada servik atau vagina.
4) Asuhan
kala IV persalinan
a) Melakukan
pemeriksaan fundus, TD, nadi, kandung kemih setiap 15 menit pada jam pertama
dan setiap 30 menit pada jam kedua.
b) Menganjurkan
ibu untuk makan dan minum.
c) Membersikan
perineum ibu dan menggunakannya pakaian yang bersih.
d) Membiarkan
ibu beristirahat.
e) Membiarkan
bayi pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi sebagai permulaan dengan
menyusui bayinya.
f) Segera
setelah bayi lahir diberikan ASI. Menyusui dapat membantu uterus berkontraksi.
g) Mengajari
ibu dan anggota keluarga tentang memeriksa fundus uteri dan tanda bahaya bagi
ibu dan bayi.
B.
Bayi
Baru Lahir
a.
Pengertian
Bayi Baru Lahir
Bayi baru
lahir adalah neonatus individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan
intruterin ke kehidupan ekstrauterin (Rukiyah, 2012).
b.
Ciri-ciri
bayi baru lahir
Menurut Maryanti, (2012) ciri-ciri bayi baru
lahir, yaitu :
1. berat badan 2500 – 4000 gram;
2. panjang badan 48 – 52 gram;
3. lingkar dada 30 – 38 cm;
4. lingkar kepala 33 – 35 cm;
5. frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit;
6. pernafasan ± 60 – 40 kali/menit;
7. kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup;
8. rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna;
9. kuku agak panjang dan lemas;
10. genitalia:
perempuan : labia mayora sudah
menutupi labia minora. Laki-laki :
testis sudah turun, skrotum sudah
ada;
11. reflek hisap dan menelan sudah terbentuk
dengan baik;
12. reflect
morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik;
13. reflect
grabs atau mengenggam sudah baik;
14. eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
c. Tanda Bahaya Bayi Baru
Lahir
Tanda bahaya pada bayi baru lahir menurut Dewi, (2015) adalah :
1) Pernapasan sulit atau
labih dari 60 kali permenit.
2) Terlalu hangat (>38oC)
atau terlalu dingin (<36oC).
3) Kulit bayi kering
(terutama 24 jam pertama) biru dan pucat.
4) Isapan saat menyusu
lemah, rewel, sering muntah.
5) Tali pusat merah,
keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah.
6) Tidak BAB dalam 3 hari,
tidak BAK dalam 24 jam, feses cair,
sering berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau darah.
7) Menggigil, rewel,
lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
d.
Penanganan
Bayi Baru Lahir
Menurut Rukiyah (2016)
penanganan yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah:
1. membersihkan jalan nafas
2. memotong dan merawat tali pusat
3. mempertahankan suhu tubuh bayi
4. memberikan vitamin K
5. memberikan obat tetes/ salep mata
6. identifikasi bayi
7. pemantauan bayi baru lahir, meliputi :
a. dua jam
pertama sesudah lahir
b. sebelum
penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.
C.
Asfiksia
a.
Pengertian Asfiksia
neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Sehingga bayi tidak
dapat memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dalam
tubuhnya (Dewi, 2015).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang
sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada
bayi atau sesudah persalinan (Rohani, 2016).
b. Etiologi dan faktor prediposisi
Penyebab asfiksia secara umum disebabkan
adanya gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu kejanin, pada
masakehamilan, persalinan atau segera setelah lahir (Arief dan Sari, 2015).
Menurut Dewi (2015), penggolongan
penyebab asfiksia pada bayi adalah :
1. Gangguan sirkulasi dari ibu ke janin
disebabkan oleh :
a. Gangguan
aliran pada tali pusat, hal ini biasanya berhubungan dengan adanya lilitan tali
pusat, tekanan yang kuat pada tali pusat, ketuban telah pecah yang menyebabkan
tali pusat menumbang, dan kehamilan lebih bulan (post-term).
b. Adanya pengaruh obat misalnya pada tindakan SC
yang menggunakan narkosa
2. Faktor dari ibu selama kehamilan
a. Gangguan
his, misalnya karena atonia uteri yang dapat menyebabkan hipertomi.
b. Adanya
perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta yang dapat menyebabkan
turunnya tekanan darah secara mendadak.Patofisiologi Menurut Sondakh (2015)patofisiologis
yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi karbon
dioksida berlebihan, dan asidosis metabolik.
Kombinasi ketiga peristiwa tersebut
menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan.
Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat untuk membalikkan efek-efek biokimia
asfiksi, sehingga mencegah kerusakan otak dan organ yang iriversibel.
Pada awalanya, frekuensi jantung dan
tekanan darah akan meningkat dan bayi melakukan upaya megap-megap (gasping).
Bayi kemudian masuk pada periode apnea primer. Bayi yang menerima stimulasi
adekuat selama apnea primer akan melakukan usaha nafas dan bayi yang mengalami
asfiksia jauh lebih berbeda dalam tahap apnea sekunder. Apnea sekunder cepat
menyebabkan kematian kalau tidak dibantu dengan pernafasan buatan dan warna
bayi berubah dari biru menjadi putih karena bayi baru lahir menutupi sirkulasi
perifer sebagai upaya memaksimalkan aliran darah keorgan-organ, seperti jantung
dan ginjal. Penurunan oksigen yang tersedia menyebabkan pembuluh darah
diparu-paru mengalami konstriksi. Konstriksi ini meyebabkan 21 paru-paru
resistian terhadap ekspansi sehingga mempersulit kerja resusitasi janin yang
persisten.
Kurangnya oksigen dalam periode singkat
menyebabkan metabolisme pada bayi baru lahir berubah menjadi metabolisme
anaerob, terutama karena kurangnya glukosa yang dibutuhkan sebagai sumber
energi pada saat darurat. Hal ini mengakibatkan akumulasi asam laktat dan
asidosis metabolik, dan hanya akan hilang setelah periode waktu yang
signifikan. Efek hipoksia terhadap otak sangat terlihat.
Aliran darah ke otak meningkat, sebagai
bagian dari mekanisme kompensasi, kondisi ini hanya dapat memberikan
penyesuaian sebagian. Jika hipoksia berlanjut maka tidak akan terjadi
penyesuaian akibat hipoksia pada sel-sel otak. Beberapa efek hipoksian yang
paling berat muncul akibat tidak adanya zat penyedia energi, seperti;
berhentinya kerja pompa ion-ion transeluler, akumulasi air, natrium, dan
kalsium, dan kerusakan akibat radikal bebas oksigen.
Menurut
Dewi (2015), klasifikasi serta tanda dan gejala asfiksia meliputi :
1)
Asfiksia berat (nilai APGAR 0 – 3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan
mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan
segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat meliputi :
a. Frekuensi
jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit.
b. Tidak
ada usaha napas.
c. Tonus
otot lemah bahkan hampir tidak ada.
d. Bayi
tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.
e. Bayi
tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f. Terjadi
kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.
2) Asfiksia sedang (nilai APGAR 3 – 5)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala
yang munculmeliputi :
a. Frekuensi
jantung menurun menjadi 60 – 80 kali per menit.
b. Usaha
napas lambat.
c. Tonus
otot biasanya dalam keadaan baik.
d. Bayi
masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
e. Bayi
tampak sianosis.
f. Tidak
terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan.
3) Asfiksia ringan (nilai APGAR 5 – 7)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala
yang muncul meliputi :
a. Takipnea
dengan napas lebih dari 60 kali per menit.
b. Bayi
tampak sianosis.
c. Adanya
retraksi sela iga.
d. Bayi
merintih.
e. Adanya
pernapasan cuping hidung.
f. Bayi
kurang aktivitas.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
A. Asuhan
Pada Masa Persalinan
a.
Persalinan
Kala I
Tanggal persalinan : 17 Januari 2022
Waktu :
2.00 WIB
Tempat :
BPM Fitri Yanti H.,Amd.Keb
Nama ibu : Ny. C Nama
: Tn. R
Umur : 22 tahun Umur : 24 tahun
Alaamt : Baet Alaamt : Baet
Agama : islam Agama : islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan
: wiraswasta
Subjektif:
Ny.C berusia 22 tahun datang bersama dengan suami ke BPM Fitri Yanti Ibu mengeluh perut mules dan keluar lendir bercampur
darah disertai rasa nyeri dibawah perut sampai ke pinggang, gerakan janin masih
dirasakan dan ini merupakan kehamilan yang pertama HPM : 6-04 -2021
Kala 1 pukul 1:00 wib
Objektif:
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 100/70 mmHg
RR : 22 x/m
N :
82 x/m
T :
36, 4 ℃
TTP : 13-01-2022
UK : 38 minggu 5 hari
TBBJ : (30-11=19 x155=2,945 gram)
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih
Wajah : Tidak Oedema
Mata : Simetris, Konjungtiva
merah muda
Hidung : Bersih, Polip (tidak
ada)
Mulut : Bersih, Carries
(tidak ada)
Telinga : Simetris, Serumen
(tidak ada)
Leher : Tidak ada
pembengkakan kelenjar tyroid
Payudara : Simetris, putting susu
menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas operasi
L1 : 30 cm
L2 : Pu-ka
L3 : Kepala
L4 : Divergen
DJJ : 157x/m
Genetalia : Luka (tidak ada),
varises (tidak ada), cairan normal dan tidak berbau
Ekstremitas : Oedema (tidak ada ),
Varises (tidak ada ), Reflek Patella (tidak ada)
Vt : 4-5cm
Ketuban : Utuh
Asassement:
Ibu C G1 P0 A0
Usia kehamilan 38 minggu 5 hari. Keadaan ibu baik dan keadaan janin baik.
Planning:
Pukul 12.00 WIB
1.
Memberitahu ibu semua hasil
pemeriksaan.
2.
Menganjurkan ibu untuk makan
dan minum
3.
Menganjurkan ibu untuk miring
ke kiri dan kekanan
4.
Memberitahukan ibu posisi
yang nyaman saat kontraksi
5.
Memberitahukan ibu cara
mengedan yang benar
6.
Memantau keadaan umum ibu,
kontraksi,Djj, dan Nadi ibu
7.
Mempersiapkan alat dan
melengkapinya
8.
Ibu mengerti dengan
penjelasan bidan.
Kala II pukul 1:30
S
Ibu mengeluh sakit perut sampai ke pinggang dan
kontraksi semakin kuat serta rasa ingin BAB.
O
TD: 100/70 mmHg
N : 80x/m porsio : tipis
R : 21x/m ketuban : jernih
T : 36,6 c kandung
kemih : kosong
DJJ: 142 x/m Vt : 10 cm
A
Inpartu kala II fase aktif k/u ibu baik
P
1.
Memberitahukan
ibu hasil pemeriksaan
2.
Memberi
dukungan emosional pada ibu
3.
Mengnjurkan
ibu posisi yang nyaman
4.
Menganjurkan
ibu cara mengejan tampak kepala 5-6 cm didepan vulva kemudian memimpin
persalinan
5.
Melakukan
stenen atas dan bawah,periksa ada dan tidak terlilit tali pusat tunggu dan
pertahankan paksi luar lakukan teknik bipariental,lahirkan bahu depan dan
bokong kemudian sanggah susur
6.
Menilai
bayi spintas : tanggisan bayi,pernafasan,tonus otot dan warna kulit
7.
Lakukan
palpasi abdomen ada janin kedua atau tidak
8.
Suntik
oksitosin 10 Ui di pahan bagian luar
Catatan :
Jenis kelamin : perempuan
BB :
3600 gram
Pb :
47 cm
Ld :
35 cm
Lk :
32 cm
Kala III pukul 1:45 wib
S
Ibu mengatakan perut masih
terasa sakit dan sedikit mules
O K/U:
ibu baik
TD : 100 / 60 mmHg kontraksi : Baik
N : 78x/m kandung
kemih : kosong
R : 22x/m TFU : setinggi pusat
A
kala III pengeluaran
plasenta
P
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
2. Melakukan perenggangan tali pusat terkendali saat
adanya kontraksi
3. Melahirkan plasenta: lahir lengkap
4. Melakukan massase
5. Memeriksa jalan lahir
6. Menilai pendarahan
Kala IV 2:00 wib
S
Ibu mengatakan senang
atas kelahiran bayinya
O K/U
: lemah
TD :
100/70 mmHg kandung
kemih : kosong
N : 75x/m TFU : 2 jari dibawah pusat
R : 21 x/m pendarahan : 50 cc
T : 36,5 c kontraksi : baik
A Ibu
dalam pengawasan
P
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
2. Memberitahukan ibu cara menilai kontraksi dan
massase uterus
3. Melakukan pemantauan
TTV, pendarahan setiap 15 menit 1 jam pertama dan 30 menit jam ke dua.
4. mengajurkan ibu
untuk makan dan minum
5. Memberikan konseling
tentang Asi esklusif ,perawatan payudara dan cara menyusui yang benar,perawatan
tali pusat dan personal hygine.
B.
Asuhan
Kebidanan pada Bayi Baru lahir
Tanggal :
17 Januari 2022
Pukul : 2.15 WIB
Tempat : BPM Fitri Yanti Harahap,Amd.Keb
Subjektif:
Bayi Ny. C lahir
secara normal pada pukul 2:30 wib di BPM Fitri Yanti lahir bayi 1 jam yang lalu,bergerak aktif.
Objektif:
Keadaan Umum : lemah
Suhu :
36,5˚C
Pernafasan :
39 x/menit
Nadi :
140 x/menit
Jenis Kelamin : Perempuan
BB :
3500 gram
PB :
46 cm
Reflek Hisap :
Bagus (+)
Reflek Moro :
Ada (+)
Pemeriksaan Antropometri
Lingkar Kepala : 32 cm
Lingkar Dada : 35 cm
Hisapan :
lemah
Genetalia :
Normal
APGAR :
7
Asassement:
Bayi baru lahir dengan asfiksia ringan
Planning:
1. Memberitahu
hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
2. Menjelaskan
pada ibu tentang: Menjaga kehangatan bayi dengan cara membedung dan menjauhkan
bayi dari paparan udara dingin, Perawatan tali pusat dan perawatan bayi
sehari-hari seperti menjaga tali pusat agar tetap kering, melakukan imunisasi
dibulan tertentu, memberitahu ibu apa saja tanda bahaya bayi baru lahir.
3. Memberikan salep mata gentamicyn
dan penyutikan Vit. K secara intramuscular di paha kiri bagian luar
4. Memberikan imunisasi HB 0 pada bayi
setelah 1 jam suntikan vit. K.
5. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang
sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan.
Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada
bayi atau sesudah persalinan
Berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil praktik yang telah dilaksanakan pada tanggal 17 januari 2022 di PMBFitri
Ynati H,Amd.Keb, di dapatkan pasien bersalin dengan kasusasfiksia ringan, yaitu
Ny.C G1 P0 Ao usia kehamilan 38 Minggu. Dari gejala tersebut, Asuhan kebidanan
yang diberikan kepada Ny.C adalah menganjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup, menganjurkan ibu untuk memberikan asi
eksklusif. memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 4 minggu lagi atau jika ada
keluhan ibu segera kembali.
B.
Saran
1.
Bagi mahasiswa
Di harapkan bagi mahasiswa agar dapat mempelajari
kasus patologi sehingga mampu menerapkan asuhan dan mengevaluasi ada tidaknya
kesenjangan antara teori dengan praktik lahan
2.
Bagi lahan praktek
Di harapkan tenaga kesehatan memperhatikan pelayanan
kesehatan terhadap Pasien dengan baik dan sesuai standar asuhan kebidanan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraini, Y dan Martini, 2015. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohina Press.
Anwar M.
2015. Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Asin.
2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media.
Bahiyatun,
2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Cunningham F,G. 2015. Obsetri
Williams. Cetakan 23. Jakarta: EGC.
Dinkes Aceh Besar, 2016. Profil Kesehatan Aceh Besar. Aceh: Dinkes Aceh Besar.
Dewi, V.
2015. Asuhan Neonatus dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
. 2015. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Jakarta: SalembaMedika.
Hidayat, A dan Sujiantini. 2012. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Kemenkes
RI. 2015. Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Manuaba
IBG. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.
No comments:
Post a Comment