Tuesday, 9 November 2021

MAKALAH PROBLEMATIKA MASYARAKAT MODERN DAN PEMBINAAN AKHLAK

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFATAR ISI....................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.    Latar Belakang ............................................................................................ 1

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2

A.    Pengertian Masyarakat Modern................................................................... 2

B.    Problematika Masyarakat Modern............................................................... 3

C.    Perlunya Pembinaan Akhlak........................................................................ 8

 

BAB III PENUTUP............................................................................................. 15

A.    Kesimpulan................................................................................................. 15

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.    Latar Belakang

Dengan perkembangan zaman, manusia harus selalu dibimmbing dengan yang namanya agama, karena dengan agama manusia akan sukses dunia dan akhirat. Manusia yang hebat tetapi tidak mempunyai dasar agama yang kuat maka kehebatannya bisa menjerumuskan kedalam keserakahan dan kerakusan terhadap dunia ini. Begitu pula sebaliknya bagi orang yang tidak mempunyai kemampuan kemudian diberikan beban hidup seperti halnya dizaman modern ini, tanpa dasar agama yang kuat maka bisa mengakibatkan banyak terjadinya tindakan kriminal, serta kesetresan akan meraja lela disebabkan karena tangungan hidup terlalu berat.

Dengan pemaparan yang singkat diatas, kita sebagai calon guru PAI sudah menjadi tanggung jawab kita dalam menanamkan aqidah, menanamkan dasar agama, agar calon-calon orang dewasa kelak dapat menyeimbangi kehebatanya dengan iman, dapat menyeimbangi ketidak tahuannya dengan iman, Karena dengan dasar iman yang kuat, mudah-mudahan generasi manusia berikutnya dapat mengembangkan dunia modern ini dengan IPTEK yang didasari dengan pengetahuan IMTAQ.

Dalam makalah ini disajikan bagaimana pengaruh agama terhadap kehidupan modern, dan lebih rincinya mengenai tasawuf yang harus diterapkan dimasyarakat modern. Harapan kami, semoga apa yang telah kami pelajari dan kami sampaikan, mudah-mudahan dapat terealisasi dalam kehidupan yang akan datang, dan menjadi ilmu yang bermanfaat dikemudian hari.


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Masyarakat Modern

Masyarakat modern terdiri dari dua kata yaitu masyarakat dan modern. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerdawarminta mengartikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia  (himpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu). Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian masyarakat modern dapat di artikan dengan himpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan aturan yang bersifat mutakhir.

        Menurut Deliar Noer yang dikutip dari buku Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A   menyebutkan beberapa ciri modern adalah sebagai berikut:

  1. Bersifat rasional
  2. Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh
  3. Menghargai waktu
  4. Bersikap terbuka
  5. Berfikir obyektif

Selain itu menurut alfin toffler, sebgaimana dikemukakan jalaludin rahmat yang dikutif dari buku Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A   membagi masyarakat kedalam tiga bagian:

  1. Masyarakat pertanian (agricultural society)

 Masyarakat pertanian mendasarken ekonominya pada sektor tanah dan sumber daya alam. Teknologi yang mereka gunakan bersifat kecil dan  tradisional. Informasi yang mereka dapatkan melalui berita dari mulut ke mulut dan berpusat di slah seorang yang dianggap tokoh dalam masyarakat itu. Dalam segi ingkungan mereka menganut sistem keluarga batin, keluarga yang di dasarkan kepada ikatan darah dan keturunan. Dari segi kejiwaan mereka selalu komitmen dengan lingkungan dan suasana masa lalu seperti halnya contoh menyelesaikan masalah dengan cara pergi kedukun dan ahli nujum.

 

  1. Masyarakat industri (industrial society)

Modal dasar masyarakat indutri adalah peralatan mesin untuk mengolah bahan mentah menjadi barang atau makanan untuk siap dikonsumsi. Teknologi yang mereka gunakan adalah teknologi tingi yang hemat tenaga kerja. Informasi yang mereka dapatkan melalui media cetak ataupun tulisan yang dapat disimpan oleh siapa saja. Keluarga yang mereka anut adalah keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak. Secara psikologi yang di perlukan oleh masyarakat ini adalah manusia yang cerdas, berilmu pengetahuan, menguasai teknologi, dan lainnya. Dan masyarakat ini cenderung bersikap keras demi menghasilkan suatu karya.

  1. Masyarakat informasi (informatical society)

Yang paling menentukan bagi masyarakat ini adalah orang –orang yang paling banyak memiliki informasi. Pada umumnya masyarakat ini menggunakan informasi melalui teknologi yang cukup canggih sehingga segala akses serba cepat.  Pemanfaatan teknologi pada tahap berikutnya membawa pada perubahan di bidang lingkungan sosial. Peran informasi yang begitu besar sehingga menggeser agen-agen sosialis. Adapun kejiwaan masyarakat ini mereka sanggup bertahan hanyalah mereka yang berorientasi ke depan yang bijak (mampu mengubah pengetahuan menjadi kebijakan).

 

B.     Problematika Masyarakat Modern

Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap masyarakat, baik itu berdampak positif ataupun berdampak negatif. Dalam hal ini terdapat tiga golongan masyarakat dalam mensikapi kemajuan industri tersebut, yaitu: masyarakat optimis, masyarakat pesimis dan masyarakat diantara keduannya.

Kemajuan industri bagi masyarakat yang optimis merupakan suatu anugrah dan rahmat, sehingga oleh masyarakat ini digunakan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, kerena mereka mempunyai modal yang besar dan lahan perekonomian yang besar pula, sehingga mereka dapat menenaam modal asing yang sangat besar dan mendapatkan hasil yang sangat besar

 

 Sedangkan sebaliknya bagi kaum pesimis dalam menghadapi kemajuan indutri dan teknologi, mereka menganggap bahwa kemajuan industri sangat berdampak negatif bagi mereka, karena mereka menganggap bahwa kemajuan industri hanya dapat memberikan keuntungan bagi kaum yang mempunyai modal, para pengusaha dan para pemegang perekonomian. Sehingga mereka kurang menerima dengan adanya kemajuan di bidang industri ini.

 Kemajuan industri apabila di kuasai oleh orang yang tidak kompoten dan bertanggung jawab, maka perkembangannya akan mengarah ke dalam hal yang negatif dan bahkan bisa jadi menyimpang dari ajaran agama islam. bagi orang yang tidak bertanggung jawab mereka akan memenfaatkan keadaan ini untuk hidup glamor, poya-poya sehingga mereka akan menghalalkkan segala cara demi mendapatkan kepuasan yang mereka harapkan.

 Dengan kemajuan ini bagi mereka yang suka berhubungan bebas akan lebih leluasa, mengapa demikian? Karena dengan kemajuan ini alat-alat kontrasepsi, obat pencegah kehamilan lebih banyak beredar dimana sehingga mudah untuk di dapatkan, menyebabkan para penggunanya tidak merasa takut untuk melakukan hubungan bebas tersebut.

 Adapula kasus lain, seperti halnya dalam bidang persenjataan, mereka melakukan berbagaai hal demi bisnis mereka laku di pasaran. Salasatu cara mereka meningkatkannya yaitu dengan cara membuat suasana yang mencekam sehingga mereka saling bermusuhan, dan konflik dimana-mana, dan akhirnya mereka pun bisa menjual persenjataan dalam jumlah yang sangat besar.

 Menurut Perancis Jacques Elulu yang mengatakan bahwa kemajuan dalam  bidang   teknologi akan memberikan pengaruh sebagai berikut :

1.      Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbananyakni dari satu sisi teknologi memberikan nilai tambah tapi pada sisi lain dapat mengurangi.

2.      Nilai-nilai manusia yang tradisional misalnya: harus di korbankan demi efisiensi

3.      Semua kemajuan teknologi lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang memecahkannya.

4.      Efek negatif teknologi tidak dapat di pisahkan dari efek positifnya. Teknologi tidak pernah netral. Efek negatif dan positif terjadi serentak dan tidak terpisahkan.

5.      Semua penemuan teknologi mempunyai efek yang tidak terduga.

 Sikap manakah dari tiga sikap yang dikemukakan diatas itu yang akan diambil, itu tampaknya amat bergantung kepada cara pandang dan sistem nilai yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Bagi umat islam yang selalu diajarkan bersikap adil terhadap berbagai masalah, tampaknya sikap pertengahan yang perlu diambil, yaitu sikap yang dari satu sisi mau menerima dan memanfaatkan kemajuan dibidang iptek, sedangkan pada sisi lain kita berusaha menjaga agar iptek tidak disalahgunakan,

 Kegiatan dibidang dakwah, jurnalistik, pengakajian islam perbaikan masyarakat dan sosial kemasyarakatan lainnya akan lebih efektif dan berhasil secara efesien jika didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian juga persaudaraan se-iman dan se-agama, sebagaimana diajarkan nabi Muhammad, Saw. Islam ini adalah sebagai suatu bangunan jasad yang satu  dapat dilahirkan dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi namun bagaimanakah agar kegiatan-kegiatan yang bersifat positif dilakukan oleh umat, adalah bergantung kepada sikap mental dan kepribadian umat.

 Sikap hidup yang mengutamakan materi ( materialistik), memperturutkan kesenagan dan kelezatan syahwat (hedonistik), ingin menguasai semua aspek kehidupan (totaliteristik), ditangan mereka yang berjiwa dan bermental demikian itu ilmu pengetahuan dan teknologi modern memang sangat mengkhawatirkan.mereka akan menjadi penyebab kerusakan didaratan dan di lautan sebagaimana diisyaratkan al-qur’an lihat(Q.S, al-Rum 30-41).

 Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran ilmu pengetahuan dan teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat modern sebagai berikut:

  1. Disintegrasi ilmu pengetahuan

 Kehidupan modern antara lain ditandai oleh adanya spesialisasi dibidang ilmu pengetahuan masing-masing ilmu pengetahuan memiliki paradigma (cara pandangnya) sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi masalah lalu ia pergi kepada kaum teologi, ilmuwan, politisi, sosiologi, ahli biologi, psikologi, etnologi dan ekonom misalnya, ia akan memberikan jawaban yang berbeda-beda dan terkadang saling bertolak belakang hal ini pada akhirnya dapat membingungkan manusia.

 Keadaan berbagai ilmu pengetahuan yang saling bertolak belakang itu diakui oleh Max Scheler sebagai dikutip komarudin hidayat menurutnya bahwa antara satu disiplin ilmu atau filsafat dan lainnya terdapat kerenggangan, bahkan tidak tahu menahu, mengingatkan ungkapan pragmented knowledge yang dikemukakan Hussein Nasr, terjadinya kepingan-kepingan ilmu yang mengarah pada spesialisasi sehingga jikalau semuanya berjalan sendiri-sendiri tanpa ada tali pengikat dan penunjuk jalan yang menguasai semuanya yang terjadi adalah kian jauhnya manusia dari pengetahuan (kearifan).

  1. Kepribadian yang terpecah (split personality).

Karena kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan yang coraknya kering nilai-nilai spritual dan terkotak-kotak itu, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah-pecah (split personality). Kehidupan manusia modern diatur menurut rumus ilmu yang eksak dan kering. Akibat kini tengah menggelinding proses hilangnya kekayaan rohaniah, karena dibiarkannya perluasan ilmu-ilmu positif (ilmu yang hanya mengandalkan fakta-fakta empirik, obyektif, rasional dan terbatas), dan ilmu-ilmu sosial. Kita sama sekali bukan meremehkan atau tidak mengahargai jasa yang diberikan ilmu pengetahuan eksak dan sosial tetapi yang kita inginkan agar ilmu-ilmu tersebut diintegrasikan satu dan lainnya melalui tali pengikat yaitu ajaran agama dari tuhan.

 Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada di bawah kendali agama maka proses kehancuran pribadi manusia akan terus berjalan. Dengan berlangsungnya proses tersebut, dengan berlangsungnya proses tersebut, semua kekuatan yang lebih tinggi untuk memprtinggi derajat kehidupan yang hilang, sehingga bukan hanya kehidupan kita yang mengalami kemerosotan, tetapi juga kecerdasan dan moral kita.

  1. Penyalahgunaan iptek

 Sebagai akibat dari terselapasnya ilmu pengetahuan dan tekonologi dari ikatan spritual maka iptek telah di salah guanakan dengan segala implikasi negatifnya sebagaimana disebutkan di atas kemampuan membuat senjata telah di arahkan untuk tujuan penjajahan satu bangsa atau bangsa lain observasi dan lain-lain, kemampuan dibidang rekayasa genetika diarahkan untuk tujuan jual-beli manusia. Kecanggihan dibidang teknologi komunikasi dan lain-lain telah digunakan untuk menggalang kekuatan yang menghancurkan moral umat sebagainya.

  1. Pendangkalan iman

 Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan tersebut di atas, khususnya ilmu-ilmu yang hanya yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat empiris menyebabkan manusia dangkal imannya.

  1. Pola hubungan materialistik

 Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan oleh oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan manfaat secara mental. Akibatnya ia menetapkan pertimbangan material material diatas pertimbangan akal sehat hati nurani, kemanusiann dan imannya.

  1. Menghalalkan segala cara

 prinsip menghalalkan segala acara dalam mencapai tujuan. Jika hal ini terjadi maka terjadilah kerusakan akhlak dalam segala bidang baik ekonomi, politik, sosial dan sebagainya.

  1. Stres dan Prustasi

 Kehidupan modern yang demikian kompotitip menyebabkan manusia harus mengarahkan seluruh pikiran, tenaga, dan kemampuannya. Mereka hanya berpegang atau bertuhan kepada hal-hal yang bersifat material yang sama sekali tidak dapat membimbing hidupnya.

 Akibatnya jika terkena problema yang tidak dapat dipecahkan dirinya segera saja dia stres dan prustasi jika hal ini terus menerus berlanjut akan menjadikan ia gila atau hilang ingatan. Jumlah manusia yang mengalami kondisi jiwa yang demikian itu kian bertambah banyak jumlahnya.

  1. Kehilangan harga diri dan masa depannya

 Terdapat sejumlah orang yang terjerumus atau salah dalam memilih jalan kehidupan. Masa mudanya dihabiskan untuk memperturutkan hawa nafsu dan segala daya dan cara yang telah di tempuhnya.

 Namun ada suatu saat dimana ia sudah tua renta, fisiknya sudah tidak berdaya, tenaganya sudah tidak mendukung, dan berbagai kegiatan sudah tidak dapat ia lakukan. Pasilitas dan kemewahan tidak berguna lagi. Mereka perlu bantuan dari  kekuatan yang berada diluar diriya, yaitu bantuan dari tuhan.

 

C.    Perlunya Pembinaan Akhlak

1.      Apa arti pembentukan akhlak

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pendidikan akhlak. Muhammad Athiyahal-Abrasyi mengatakan bahwa pendididkan budi pekerti dan ahklak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Ada sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Ada pula yang berpendapat bahwa akhlak adalah hasil pendidikan, latihan, pembinaan, dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Imam Al-Ghazali mengatakan sebagai berikut :

Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batallah fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsi hadis nabi mengatakan “perbaikilah akhlakmu sekalian”.

Dengan demikian bahwa akhlak merupakan hasil usaha usaha dari pendidikan dan pelatihan, terhadap potensi rohaniyah yang terdapat dalam diri manusia. hal ini menunjukan bahwa ahklak memang perlu dibina, dalam binaan tersebut ahklak perlu dirancang dengan baik, sistematik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dalam kesungguhan dalam pembinaan akan membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia.

Mengetahui suatu yang baik adalah salah satu dalam mengetahui yang buruk. Didalam ajaran islam penentuan baik buruknya akhlak harus didasarkan pada petunjuk al-Quran dan al-Hadis. Berdasarkan petunjuk tersebut, maka penentuan baik atau buruk dalam islam tidak semata-mata ditentukan berdasarkan amal perbuatan yang nyata saja, tetapi lebih dari itu adalah niatnya. Hal yang dinyatakan oleh ahmad amin dengan mengatakan bahwa hukum akhlak ialah memberi nilai suatu perbuatan bahwa ia baik atau buruk menurut niatnya.

2.      Metode pembinaan akhlak

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam. hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. Yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. dalam satu hadisnya beliau menegaskan :

Saya hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia ( HR. Ahmad dan Baihaqi).

Demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.

Adapun sarana yang paling efektif untuk mempersiapkan dan mendukung tercapainya tujuan mempersiapkan dalam membentuk akhlak mulia adalah pendidikan. Karena pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu ingin berkembang dan berubah. Menurut ilmu psycologi, manusia sesungguhnya dikatakan sebagai makhluk psycho-pysics neutral karena manusia memiliki kemandirian jasmaniah dan rohaniah. Didalam kemandiriannya itu manusia mempunyai potensi dasar atau kemampuan dasar yang merupakan benih yang dapat tumbuh dan berkembang.pertumbuhan itu memerlukan adanya bimbingan dan pendidikan.

Adapun metode bimbingan dan pendidikan itu sendiri meliputi :   

a.       Membiasakan diri dan kontinyu

Dalam pembinaan akhlak mulia membutuhkan berbagai latihan agar dapat membiasakan diri dan berlangsung secara kontunyu untuk melakukannya dengan mudah. Sesungguhnya melatih anak sejak kecil serta mendidik berbuat kebajikan sejak muda merupakan upaya meletakkan fundasi kebajikan. Sehingga nantinya menjadi suatu kebiasaan yang tidak mudah tergoyahkan.

b.      Keteladanan

Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi, dan larangan. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan tidak akan sukses, melainkan disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.

c.       Melatih intropeksi diri.

Dalam hubungan ini Ibn sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama, hendaknya ia lebih dahulu menegetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan.

d.      Melihat faktor kejiwaan

Menurut penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia itu berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia.

3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak

Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada khususnya dan pendidikan umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer yaitu :

a.       Aliran Nativisme

Dalam aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, akal dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut akan baik. Aliran ini tampak begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri manusia.

b.      Aliran Empirisme

Dalam aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu. Demikian sebaliknya. Aliran ini tampak lebih begitu yakin kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.

c.       Aliran konvergensi

Dalam aliran ini berpendapat pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan eksternal yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus. atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan kearah baik yang ada dalam diri manusia dibina secara intensif melalui berbagai metode.

Menurut Hamzah ya’kub Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentukanya akhlak dipengaruhi dan ditentukan oleh dua faktor, yaitu :

  1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang datang pada diri sendiri yaitu fitrah yang suci yang merupakan bakat bawaan sejak manusia lahir dan mengandung pengertian tentang kesucian anak yang lahir dari pengaruh-pengaruh luarnya. Unsur yang terdapat pada faktor intern, diantaranya adalah :

a.       Instink (naluri)

Insting adalah kesanggupan melakukan hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya, terarah pada tujuan yang berarti bagi si subyek, tidak disadari dan berlangsung secara mekanis.

b.      Kebiasaan

Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. kebiasaan dipandang sebagai fitrah yang kedua setelah naluri, karena 99% perbuatan manusia terjadi karena kebiasaan.

c.       Keturunan

Ahmad amin mengatakan bahwa perpindahan sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada keturunannya, maka disebut al-waratsah atau warisan sifat-sifat. Warisan sifat orang tua terhadap keturunannya, ada yang sifatnya langsung dan tidak langsung terhadap anaknya, misalnya terhadap cucunya.

d.      Keinginan atau Kemauan Keras

Kemauan keras atau kehendak merupakan suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, kehendak merupakan kekuatan dari dalam. Itulah yang menggerakkan manusia berbuat dengan sungguh-sungguh.

e.       Hati Nurani

Hati nurani merupakan suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) apabila tingkah laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan. Funsi hati nurani adalah memperingati bahaya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak senang dan selain memberikan isyarat untuk mencegahdari keburukan, juga memberikan kekuatan yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Oleh karena itu, hati nurani termasuk salah satu faktor yang ikut membentuk akhlak manusia.

  1. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang diambil dari luar yang mempengaruhi kelakuan atau perbuatan manusia, yaitu meliputi :

a.       Lingkungan

Lingkungan alam mampu mematahkan/mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa seseorang: lingkungan pergaulan mampu mempengaruhi pikiran, sifat, dan tingkah laku.

b.      Pengaruh keluarga

Fungsi keluarga yaitu memberikan pengalaman kepada anak baik melalui penglihatan atau pembinaan menuju terbentuknya tingkah laku yang diinginkan oleh orang tua.

c.       Pengaruh sekolah

Sekolah adalah lingkungan kedua setelah pendidikan keluarga dimana dapat mempengaruhi akhlak. Didalam sekolah berlangsung beberapa bentuk dasar dari kelangsungan pendidikan. Pada umumnya yaitu pemebentukan sikap-sikap dan kebiasaan, dari kecakapan-kecakapan pada umumnya, belajar bekerja bersama dengan kawan sekelompok melaksanakan tuntunan-tuntunan dan contoh yang baik, dan belajar menahan diri dari kepentingan orang lain.

d.      Pendidikan masyarakat

Masyarakat merupakan kumpulan individu dalam kelompok yang diikat oleh ketentuan negara, kebudayaan, dan agama. Ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat meliputi segala bidang baik pembentukan kebiasaan. Kebiasaan pengertian (pengetahuan), sikap dan minat maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

  1. Tujuan dan manfaat akhlak mulia

Menurut Ali Abdul Halim Mahmud tujuan pembentukan akhlak setidaknya memiliki tujuan yaitu :

a.       Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal sholeh. Tidak ada suatu pun yang menyamai amal saleh dalam mencerminkan akhlak mulia. tidak ada pula yang menyamai akhlak mulia dalam mencerminkan keimanan sesesorang kepada allah dan konsistensinya kepada manhaj islam.

b.      Mempersiapkan insan yang beriman dan saleh yang menjalani kehidupannya sesuai dengan ajaran islam, melaksanakan apa yang diperintahkan agama dengan meninggalkan apa yang diharamkan, menikmati hal-hal yang diperbolehkan serta menjauhi segala sesuatu yang dilarang.

c.       Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi secara baik dengan sesamanya. Baik dengan orang muslim maupun nonmuslim. Mampu bergaul dengan orang-orang yang ada disekelilingnyadengan mencari ridha allah, yaitu dengan mengikuti ajaran-ajarannya dan petunjuk-petunjuk nabinya, dengan semua ini dapat terciptanaya kestabilan masyarakat dan kesinambungan hidup umat manusia.

d.      Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu dan mau mengajak orang lain ke jalan allah, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan berjuang fii sabilillah demi tegaknya agama islam.

e.       Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mau merasa bangga dengan persaudaraanya sesama muslim dan selalu memberikan hak-hak persaudaraan tersebut, mencintai dan membenci hanya karena allah, dan sedikitpun tidak kecut dalam celaan orang hasad selama dia berada dijalan yang benar.

f.       Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mersa bahwa dia adalah bagian dari seluruh umat islam yang berasal dari daerah, suku, dan bahasa. Atau insan yang siap melaksanakan kewajiban yang harus ia penuhi demi seluruh umat islam selama dia mampu.

g.      Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bangga dengan loyalitasnya kepada agama islam dan berusaha sekuat tenaga demi tegaknya panji-panji islam dimuka bumi. Atau insan yang rela mengorbankan harta, kedudukan, waktu, dan jiwanya demi tegaknya syariat islam.

            Adapun manfaat akhlak mulia ini, meliputi :

  1. Memperkuat dan menyempurnakan agama
  2. Mempermudah perhitungan amal diakhirat
  3. Menghilankan kesulitan
  4. Selamat hidup dinunia dan ahkirat

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Masyarakat modern terdiri dari dua kata yaitu masyarakat dan modern. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerdawarminta mengartikan masyarakat sebagai pergaulan hidup manusia  (himpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu). Sedangkan modern diartikan yang terbaru, secara baru, mutakhir. Dengan demikian masyarakat modern dapat di artikan dengan himpunan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan aturan yang bersifat mutakhir.

Selain itu menurut alfin toffler, sebgaimana dikemukakan jalaludin rahmat yang dikutif dari buku Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A   membagi masyarakat kedalam tiga bagian:

  1. Masyarakat pertanian (agricultural society)
  2. Masyarakat industri (industrial society)
  3. Masyarakat informasi (informatical society)

 Kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap masyarakat, baik itu berdampak positif ataupun berdampak negatif. Dalam hal ini terdapat tiga golongan masyarakat dalam mensikapi kemajuan industri tersebut, yaitu: masyarakat optimis, masyarakat pesimis dan masyarakat diantara keduannya.

Ada beberapa cara yang digunakan dalam pembentukan akhlak. Pembinaan akhlak yang ditempuh dalam islam adalah menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaann akhlak. Cara lain yang ditempuh untuk pembinaaan akhlak adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu.

Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriyah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Selanjutnya yang tak kalah ampuhnya yaitu melalui keteladanan. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.

DAFTAR PUSTAKA

 

Brunessen, Van Martin. Urban Sufism. Jakarta: Rajawali Press

http://asno-dharmasraya.blogspot.com/2011/12/peran-tasawuf-dalam-kehidupan-modern.html Diposkan oleh Asno

http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2011/07/peranan-tasawuf-dalam-dunia-moderen.html

Ma’arif, Syamsul. 2009. Selamatkan Pendidikan Dasar Kita. (Semarang: Need’s Press)

Mujab M, Ahmad. 2002. Membangun Pribadi Muslim. (Jogjakarta: Menara Kudus)

Nata, Abuddin. 2012. Akhlak tasawwuf. (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada)

Nata,Abudin.2010.Akhlak Tasawuf,rajawali pers:Jakarta.

Nurulhaq, Dadan & Baihaqi, Wildan. 2014. Ilmu akhlak dan tasawuf (bahan ajar). Bandung.

Toriqudin, Muhammad. Sekularitas Tasawuf.  Malang : UIN-Malang Press

Ya’qub, Hamzah. 1993. Etika Islam. (Bandung: Diponegoro)

 

No comments:

Post a Comment