Tuesday, 9 November 2021

MAKALAH INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

 

DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................................... i

Daftar isi................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A.    Latar Belakang........................................................................................................... 1

B.     Tujuan........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3

A.    Masyarakat Sejahtra................................................................................................... 3

B.     Kesejateraan Keluarga............................................................................................... 3

C.     Jenis Indikator Masyarakat........................................................................................ 4

D.    Indikator Keluarga Sejahtera..................................................................................... 5

E.     Manfaat Indikator...................................................................................................... 6

F.      Ukuran-ukuran Indikator........................................................................................... 6

G.    Indikator Kemiskinan................................................................................................ 8

H.    Penyebab kemiskinan................................................................................................. 8

I.       Kriteria Masyarakat Miskin....................................................................................... 9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 10

Kesimpulan............................................................................................................................ 10

Daftar pustaka....................................................................................................................... 11

 

 

 

 

 

 


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam paradigma pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan masyarakat semakin baik.kesenjangan dan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat di akibatkan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi yang tanpa disertai peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut Badrudin (2012) Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu kondisi yang menunjukkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar yang terlihat dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan akan sandang (pakaian) dan pangan (makanan), pendidikan,dan kesehatan, atau keadaan dimana seseorang mampu memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmai dan rohani (Todaro dan Stephen C.smith). Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial yaitu kondisi yang menunjukkan terpenuhinya kebutuhan material,spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak serta mampu menggembangkan diri.

Untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu masyarakat atau kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat 13 dijadikan ukuran , yaitu tingkat pendapatan keluarga,komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non-pangan ,tingkat pendidikan keluarganya, dan tingkat kesehatan keluarga (BPS Indonesia 2014).

Dalam memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan antara lain sosial ekonomi rumah tangga atau masyarakat, potensi regional (sumber daya alam, lingkungan, infrastruktur) yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi dan kondisi kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi an pemasaran [ada skala lokal, regional dan global (Sururi, 2017).

Keterbatasan indikator ekonomi dalam merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat telah meningkatkan perhatian dunia terhadap aspek sosial dalam pembangunan. Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator ekonomi, seperti: pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan dinilai belum cukup untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya. Indikator ekonomi tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang (monetary-based indicators) (hidayat, 2016).

Tingkat kesejahteraan dapat di nilai dari dua cara, yaitu dengan menggunakan indikator objektif dan menggunkan indikator subjektif. Indikator ini bukan bermaksud menggantikan pendapatan dalam mengukur tingkat kesejahteraan, melainkan indikator ini memperluas skala pengukuran tingkat kesejahteraan dengan pendapatan sebagai indikator objektif dan memasukan indikator subjektif seperti kesehatan, pendidikan, pekerjaan, hubungan sosial, ketersediaan waktu luang, kondisi lingkungan, keharmonisan keluarga, kondisi rumah, dan kemanan. Indeks kebahagian merupakan indikator subjektif dalam mengukur tingkat kesejahteraan yaitu ukuran kepuasan seseorang terhadap indikator yang ada di dalam indeks kebahagiaan tersebut. Sedangkan untuk mengukur tingkat kesejahteraan dengan indikator objektif dapat diukur melalui pendapatan.

Di Indonesia pengukuran indeks kebahagiaan mulai dilakukan sejak tahun 2013 dengan menggunakan indikator kepuasan hidup, yaitu penelitian kepuasan responden terhadap 10 aspek kehidupan sosial meliputi: kesehatan,pendidikan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga,keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, kondisi rumah dan aset, keadaan lingkungan, dan kondisi keamanan.

 

B.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat

2.      Untuk mengetahui indikator kesejahteraan masyarakat

3.      Untuk mengetahui kesejahteraan keluarga

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Masyarakat Sejahtera

Kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam paradigma pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan masyarakat semkin baik.kesenjangan dan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat di akibatkan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi yang tanpa disertai peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut Badrudin (2012) Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu kondisi yang menunjukkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar yang terlihat dari rumah yang layak, tercukupinya kebutuhan akan sandang (pakaian) dan pangan (makanan), pendidikan, dan kesehatan, atau keadaan dimana seseorang mampu memaksimalkan utilitasnya pada tingkat batas anggaran tertentu dan kondisi dimana tercukupinya kebutuhan jasmai dan rohani (Todaro dan Stephen C.smith). Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, kesejahteraan sosial yaitu kondisi yang menunjukkan terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak serta mampu menggembangkan diri untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu masyarakat atau kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran, yaitu tingkat pendapatan keluarga, komposisi keluarga, rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk konsumsi pangan dan non-pangan, tingkat pendidikan keluarganya, dan tingkat kesehatan keluarga (BPS Indonesia 2014).

 

B.     Kesejahteraan Keluarga

Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiapkeluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan nilai yang berbeda tentang faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan (BKKBN). Kesejahteraan menurut BPS (2011) adalah suatu kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tanggatersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup.

Keluarga Sejahtera merupakan keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yanglayak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi,selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat danlingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009).

Status kesejahteraan dapat diukur berdasarkan proporsi pengeluaran rumahtangga (Bappenas, 2000). Rumah tangga dapat dikategorikan sejahtera apabila proporsi pengeluaran untuk kebutuhan pokok sebanding atau lebih rendah dari proporsi pengeluaran untuk kebutuhan bukan pokok. Sebaliknya rumah tangga dengan proporsi pengeluaran untuk kebutuhan pokok lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk kebutuhan bukan pokok, dapat dikategorikan sebagai rumah tangga dengan status kesejahteraan yang masih rendah.

 

C.    Jenis Indikator Masyarakat

a.       Indikator input

Berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan turut menentukan keberhasilan program. Contohnya:

·         Rasio murid-guru

·         Rasio dokter-penduduk

·         Rasio puskesmas-penduduk

b.      Indikator proses

Menggambarkan bagaimana proses pembangunan berjalan.  Contohnya:

·         Rata-rata jml jam kerja

·         Rata-rata jml kunjungan ke puskesmas

·         % kelahiran yang ditolong dukun

c.       Indikator output

Menggambarkan bagaimana hasil (output) dari suatu program kegiatan telah berjalan. Contohnya:

·         AKB

·         Angka harapan hidup

·         TPAK

 

D.    Indikator Keluarga Sejahtera

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan kriteria yang digunakan untuk mengukur Kesejahteraan Keluarga untuk mengukur kemiskinan,menurut BKKBN Keluarga sejahtera dikelompokkan menjadi lima tahapan yaitu :

a)      Keluarga pra sejahtera Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu kebutuhan dasarnya sebagai keluarga sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama,konsumsi pangan dan non pangan serta kesehatan.

b)      Keluarga sejahtera tahap I Dapat dikatakan sebagai keluarga sejahtera tahap pertama apabila keluarga mampu memenuhi kebutuhan yang sangat mendasar, akan tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, indikatotnya yaitu :

1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah berdasarkan agama yang di anutnya.

2. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk dipakai di rumah,bekerja,sekolah maupun bepergian.

3. Seluruh anggota keluarga dapat makan 2 kali sehari atau lebih.

4. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah

5. Bila anak atau anggota keluarga sakit dapat dibawa ke sarana atau petugas kesehatan.

c)      Keluarga Sejahtera Tahap III Dapat dikatakan Keluarga Sejahtera Tahap III apabila keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kriteria dari Keluarga Tahap I harus juga memenuhi syarat sosial psikologis 6-14 yang terdiri dari :

6.      Anggota keluarga dapat beribadah secara teratur

7.      Minimal sekali dalam satu minggu seluruh anggota keluarga keluarga dapat memakan daging,ikan,telur sebagai lauk pauknya.

8.      Seluruh anggota keluarga dapat membeli paling kurang satu stel pakaian baru dalam setahun.

9.      Luas lantai tempat tinggalnya paling kuran apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah.

10.  Anggota keluarga dalam keadaan sehat dalam waktu tiga bulan terakhir.

11.  Paling sedikit satu orang dari anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas sudah mempunyai penghasilan tetap.

12.  Semua anggota keluarga yang ber usia 10-60 tahun dapat membaca.

13.  Anak yang berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini.

14.  Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih dalam usia subur harus memakai alat kontrasepsi.

 

E.     Manfaat Indikator

1.      Menilai hasil pembangunan ekonomi.

2.      Memantau dampak sosial dari kebijakan dan pengeluaran masyarakat.

3.      Mengukur kondisi, keadaan, dan trend kesejahteraan masyakat.

4.      Membandingkan antar berbagai masalah sosial, kesenjangan sosial, serta memantau perkembangannya sepanjang waktu.

5.      Memantau kondisi kelompok penduduk pada lapisan masyarakat tertentu yang  mungkin masih membutuhkan perhatian dan bantuan khusus.

 

F.     Ukuran-ukuran Indikator

·      Jumlah:  lebih sering digunakan ukuran per unit, misal: jumlah murid per kelas, kepadatan penduduk, dll

·      Rasio: menyatakan suatu perbandingan antara dua bilangan  (a/b) dan dapat dinyatakan dalam persentase, misal: rasio jenis kelamin, rasio guru-murid, dll

·      Proporsi: menyatakan perbandingan antara suatu bagian bilangan (jumlah) dengan bilangan/jumlah keseluruhan (a/a+b), apabila dinyatakan dalam perseratus, menjadi persentase, missal : persentase penduduk miskin, persentase penduduk migran, dll

·      Angka/Tingkat : jumlah unit yang mengalami suatu peristiwa/kejadian dibandingkan dengan jml unit yang berpeluang mengalami/mempunyai resiko peristiwa tersebut, misal : TPAK, AKB, dll

 

G.    Indikator Kemiskinan

Menurut BPS, kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar dari kebutuhan dasar, baik makanan maupun bukan makanan. Standar ini disebut sebagai garis kemiskinan, yakni kebutuhan dasar makanan setara 2100 kalori energi per kapita per hari, ditambah nilai pengeluaran untuk kebutuhan dasar bukan makanan yang paling pokok (BPS, 1996).

BPS telah mengembangkan model penentuan penduduk miskin didasarkan pada model estimasi konsumsi sebagai berikut:

Ln yvh = xvh β + nv + Evh

Dimana :

Ln yvh : log konsumsi per kapita dari rumah tangga h dalam desa v

Xvh : suatu vektor dari karakteristik observasi, termasuk di dalamnya variabel tingkat desa

nv : merepresentasikan unsur galat (error term) tingkat desa

Evh      : unsur galat rumah tangga, diasumsikan nv tidak berkorelasi antar desa dan Evh tidak berkorelasi antar rumah tangga.

 

Variabel yang digunakan untuk sebagai indikator kemiskinan (BPS, 2001)

 No

Variable

1

Luas tanah bangunan tempat tinggal

2

Jenis lantai bangunan tempat tinggal

3

Jenis dinding tempat tinggal

4

Fasilitas tempat buang air besar

5

Sumber penerangan

6

Sumber air minum

7

Bahan bakar untuk memasak

8

Konsumsi daging  susu  ayam / minggu

9

Pembelian pakaian baru untuk setiap anggota rumah tangga dalam setahun

10

Makan dalam sehari untuk setiap anggota rumah tangga

11

Kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas/poliklinik

12

Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga

13

Pendidikan teringgi kepala keluarga

14

Pemilikan asset / tabungan

 

H.    Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu situasi dimana seseorang yang dalam keadaan serba kekurangan harta serta benda berharga, hal ini tergantung pada situasi tertentu, biasanya membandingkan keadaan sekelompok orang dengan kelompok lain di dalam masyarakat, terjadinya kemiskinan di akibatkan karena akumulasi berbagai persoalan, bukan hanya semata-mata aspek ekonomi. Sosial, politik, budaya sumberdaya manusia (pendidikan) serta berbagai aspek lainnya juga berkaitan dengan kemiskinan.

Hal ini biasa di sebut dengan Lingkaran Perangkap Kemiskinan (The Vicious Circle) yaitu, terjadinya suatu rangkaian ataupun kekuatan yang saling bersangkutan atau yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga akan menimbulkan keadaan dimana suatu negara akan tetap berada dalam kondisi miskin dan akan kesulitan untuk mencapai tingkat pembagunan yang lebih tinggi, Lingkaran perangkap kemiskina ini akan menyebabkan suatu negara terkesan seolah-olah untuk memberantas kemiskinan merupakan sesuatu yang sangat sulit, karena adanya keterkaitan dari berbagai aspek yang akan berputar terus menerus. Dimana masyarakat miskin akan memiliki konsumsi yang rendah, sandang, papan, dan pangan rendah, hal ini akan mengakibatkan status gizi masyarakat juga rendah, rendahnya status gizi akan membuat kesehatan masyarakat juga rendah, sedangkan apabila kesehatan rendah kinerja masyarakat akan menurun dan dengan menurunya kinerja akan mengakibatkan produksi menjadi rendah, rendahnya produksi akan membuat masarakat berada dalam kemiskinan, kembali lagi apabila masyarakat dalam keadaan miskin mereka akan memiliki produktifitas yang rendah darendahnya produktifitas ini akan mengakibatkan pengetahuan masyarakat juga menurun dengan rendahnya pengetahuan masyarakat akan membuat daya beli pendidikan dan informasi juga rendah apabila pendidikan masyarakat rendah akan mengakibatkan pendapatan masyarakat rendah, rendahnya pendapatan masyarakat ini akan membuat produksi menjadi rendah, rendahnya produksi ini akan membuat masyarakat kesulitan 24 dalam mengumpulkan modal sehingga tabungan menjadi rendah, dan rendahnya tabungan akan membuat masyarakat menjadi miskin. Hal ini akan terus berputas sehingga masyarakat kesulitan dalam mengatasinya.

 

I.       Kriteria Masyarakat Miskin Menurut Standar BPS

Adapun kriteria yang digunakan untuk mengukur dan menentukan suatu keluarga dapat dikatakan miskin (tidak sejahtera) yaitu:

a.       Luas latai tempat tinggal delapan meter persegi per orang

b.      Jenis lantai terbuat dari tanah,bambu maupun kayu murahan

c.       Dinding tempat tinggal terbuat dari bambu,rumbia,kayu dengan kualitas rendah,tembok tanpa diplester (dihaluskan)

d.      Tidak memiliki WC atau menggunakan WC umum

e.       Sumber penerangan rumah tidak menggunakan listrik

f.       Sumber air minum berasal dari sumur,mata air tidak terlindungi,sungai, maupun air hujan

g.      Bahan bakar untuk memasak berupa kayu bakar,aramg,minyak tanah

h.      Seluruh anggota keluarga hanya mampu mengkonsumsi dging,ayam dan susu satu kal dalam seminggu

i.        Seluruh anggota keluarga hanya mampu membeli satu stel pakaian dalam satu tahun

j.        Hanya sanggup makan sebanyak satu atau dua kali dalam sehari

k.      Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di layanan kesehatan atau puskesmas

l.        Pekerjaan kepala rumah tangga adalah petani yang memiliki luas lahan 500 ,buruh tani,nelayan,buruh bagunan,buruh perkebunan,ataupun pekerjaan lainnya yang memiliki penghasilan dibawah Rp.600.000 per bulan. m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga yaitu,tidak sekolah,tamat SD,ataupun hanya SD 21 n. Tidak memiliki tabungan,barang yang jika dijual mudah dengan nilai minimal Rp.500.000. Apabila 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dapat dikatakan sebagai rumah tangga miskin atau rumah tangga yang tidak sejahtera.

 

 

 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kesejahteraan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam paradigma pembangunan ekonomi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil jika tingkat kesejahteraan masyarakat semkin baik.kesenjangan dan ketimpangan dalam kehidupan masyarakat di akibatkan oleh keberhasilan pembangunan ekonomi yang tanpa disertai peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut Badrudin (2012) Kesejahteraan masyarakat yaitu suatu kondisi yang menunjukkan tentang keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat.

Keluarga Sejahtera merupakan keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yanglayak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi,selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat danlingkungan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 2007. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang No.52 Tahun 2009 tantang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Lembaga Negara RI Tahun 2009, No.52. Jakarta: Sekretariat Negara

Sururi, Ahmad. 2017. Pemberdayaan masyarakat melalui program pembangunan infrastruktur perdesaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecamatan wanasalam kabupaten lebak. Jurnal administrasi Negara, 3(2). 1-25.

 

No comments:

Post a Comment