DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………... 2
C. Tujuan Makalah……………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 3
A. Konsep HIV/AID……………………………………………………….3
1. Pengertian HIV/AID…………………………………………………3
2. Etiologi HIV/AIDS…………………………………………………..4
3. Manifestasi klinis HIV/AIDS………………………………………..4
4. Pencegahan HIV/AIDS………………………………………………5
B. Konsep Perawatan Paliatif……………………………………………...6
1. Definisi perawatan paliatif…………………………………………..6
2. Prinsip perawatan paliatif……………………………………………7
3. Karakteristik perawatan paliatif……………………………………..7
4. Manfaat perawatan paliatif…………………………………………..7
C. Perawatan Paliatif Pada Pasien HIV/AIDS…………………………….8
D. Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien
HIV………………………..9
E. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul………………………………..11
F. Implementasi…………………………………………………………..16
G. Evaluasi………………………………………………………………..16
BAB III PENUTUP……………………………………………………………17
A. Kesimpulan……………………………………………………………17
B. Saran…………………………………………………………………...17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa
ini Indonesia sedang mengalami masalah kesehatan yang sangat kompleks sehingga
menjadi beban ganda dalam pembiayaan pembangunan bidang kesehatan, bahkan
menimbulkan kerugian negara. Defisit BPJS Kesehatan pada tahun 2018, misalnya,
mencapai Rp 19,4 triliun Pola penyakit yang diderita masyarakat Indonesia
sebagian besar adalah penyakit infeksi menular sebagai contoh adalah infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA), demam berdarah, TBC dan lain- lain. Namun saat
ini, diwaktu yang bersamaan Indonesia mengalami peningkatan penyakit yang tidak
menular seperti stroke, Diabetes Melitus (DM), jantung maupun kanker. Melihat
kondisi ini tentunya Indonesia mengahadapi beban ganda pada waktu yang
bersamaan (double burdens).
HIV
(Human Immunodeficiency Virus) dan Aids (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
saat ini menjadi masalah darurat global, meskipun kita sadari bersama bahwa
upaya baik itu promotif ataupun preventif yang dilakukan pemerintah sudah
demikian besar. Namun demikian jumlah kasus HIV/Aids dari tahun ke tahun
diseluruh bagian dunia terus meningkat, sehingga tidak ada negara yang tidak
terkena dampak penyakit ini. Hal ini tentu menjadikan penyakit HIV/Aids menjadi
pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia. Hal ini disebabkan, disamping
belum ditemukan obat ataupun vaksin untuk upaya pencegahan, penyakit ini juga
memiliki “window periode” dan fase asimptomatik (tanpa gejala) yang relatif
panjang dalam perjalanan penyakitnya. Berdasarkan hasil penelitian tentang
kecenderungan Survival Penderita HIV yang memulai ART dengan jumlah CD4 rendah
mengalami Aids dalam rentan 7,5 bulan Hal tersebut diatas menyebabkan pola
perkembangan penyakit HIV/Aids bagaikan fenomena gunung es (iceberg phenomena). Ummu
Muntamah, S.Kp., M.Kes 2020.
B. Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa
defenisi penyakit HIV?
2. Apa penyebab
HIV?
3. Apa manifestasi
klinis HIV?
4. Bagaimana cara
pencegahan HIV?
5. Apa defenisi
perawatan paliatif?
6. Apa manfaat
perawatan paliatif?
7. Bagaimana cara
perawatan paliatif pada pasien HIV?
C. Tujuan
Makalah
1. Untuk
mengetahaui apa defenisi penyakit HIV
2. Untuk
mengetahaui apa penyebab HIV
3. Untuk
mengetahaui apa manifestasi klinis HIV
4. Untuk
mengetahaui bagaimana cara pencegahan HIV
5. Untuk
mengetahaui apa defenisi perawatan paliatif
6. Untuk
mengetahaui apa manfaat perawatan paliatif
7. Untuk
mengetahaui bagaimana cara perawatan paliatif pada pasien HIV
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
HIV/AIDS
1. Pengertian HIV/AIDS
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu kondisi
klinis oleh infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Pada kebanyakan
kasus infeksi HIV menyebabkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Penyakit AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia dewasa
ini. Penyakit ini terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali
termasuk Indonesia (Irianto, 2014).
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu virus
yang melemahkan system kekebalan tubuh. AIDS adalah singkatan dari Acquired
Immune Deficiency Syndrom yang berarti kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang bersifat diperoleh (bukan bawaan) ( Kusmiran,
2011).
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus,sebuha
virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Aids singkatan
dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, dimana virus ini akan muncul setelah
virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang selama kurang lebih 5-10
tahun. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, sehingga satu atau lebih dari
penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi,beberapa
penyakit bisa menjadi lebih berat dari biasanya. (Ummu Muntamah,
S.Kp.,M.Kes 2020).
Perawatan untuk mencegah, memperbaiki, mengurangi gejala-gejala
suatu penyakit, namun bukan berupaya penyembuhan. Suatu perawatan yang
bertujuan mencapai kwalitas hidup optimal bagi ODHA dan keluarganya, dengan
meminimalkan penderitaan dengan perawatan klinis, psikologis, spiritual, dan
sosial sepanjang seluruh perjalanan penyakit HIV. (Ummu Muntamah,
S.Kp.,M.Kes 2020).
Suatu pendekatan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan
keluarganya dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan,
penilaian, pengobatan nyeri dan masalah-masalah fisik lain, juga masalah
psikologis dan spiritual lainnya . (WHO Palliative care 2016).
2. Etiologi HIV/AIDS
Huda
(2013) menjelaskan bahwa penyebab kelainan pada AIDS adalah suatu agen viral
yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus) dari kelompok virus yang
dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau
Human T-Cell Leukemia Virus (HTL-III yang juga disebut Human T-Cell
Lymphotropic Virus (retrovirus). Ditularkan melalui:
Hubungan
seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
a. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan
dipakai bergantian.
b. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung
virus HIV.
c. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika
dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).
3. Manifestasi klinis
HIV/AIDS
Menurut Ummu Muntamah (2020) seseorang yang terinfeksi virus HIV, proses
perjalanan penyakitnya dibagi beberapa tahap, yaitu:
a. Transmisivirus
Proses
ini terjadi 2-6 minggu setelah seseorang terinfeksi virus HIV.
b. Infeksi HIV primer (sindromretroviralakut)
Sebagian
besar pasien yang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala infeksi seperti
contohnya demam, nyeri otot, nyeri sendi dan rasa lemah. Selain itu akan muncul
kelainan mukokutan yaitu ruam kulit, dan ulkus di mulut. Kemudian pembengkakan
kelenjar limfa, gejala neurologi (nyeri kepala, nyeri belakang kepala,
fotophobia, dan depresi maupun gangguan saluran cerna (anoreksia, nausea,
diare, jamur dimulut). Gejala ini akan muncul 2-6 minggu dan akan membaik dengan
atau tanpa pengobatan.
c. Serokonversi
Pada
tahap ini sering disebut tahap pertama gejala HIV, dimana gejala akan
muncul beberapa minggu setelah tubuh terinfeksi dengan menunjukkan gejala
seperti flu, sakit tenggorokan, diare, demam, muncul peradangan berwarna merah
disertai benjolan kecil disekitarnya, berat badan turun, dan badan terasa
lelah. Gejala ini akan berhenti dan infeksi HIV tidak menunjukan gejala apapun
selama beberapa tahun.
d. Infeksikronikasimptomatik
Pada
fase ini, seseorang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala selama
rata-rata 8 tahun. Penderita akan tampak sehat, dapat melakukan aktiftas
normal, tetapi dapat menularkan penyakit HIV kepada orang lain.
e. Infeksikroniksimptomatik
Di
fase ini, akan muncul gejala-gejala pendahuluan seperti demam, pembesaran
kelenjar limfa yang kemudian diikuti infeksi oportunistik. Dengan adanya
infeksi oportunistik maka perjalanan penyakit telah memasuki stadium Aids.Fase
simptomatik berlangsung rata-rata 1,3 tahun yang berakhir dengan kematian.
f.
Aids (indikator
sesuai dengan CDC 1993 atau jumlah CD4 kurang dari 200/mm3)
g.
Infeksi HIV
lanjut ditandai dengan jumlah CD4 kurang dari 50/mm3.
Tanda dan gejala klinis HIV/AIDS adalah:
1. Fase Klinik 1
Tanpa
gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar/ pembuluh limfe) menetap dan
menyeluruh.
2. Fase Klinik 2
Penurunan
BB (<10%) tanpa sebab. Infeksi saluran pernafasan atas (sinusitis,
tonsillitis, otitis media, pharyngitis) berulang. Herpes zoster, infeksi sudut
bibir, ulkus mulut berulang, popular pruritic eruptions, seborrhoic dermatitis,
infeksi jamur pada kuku.
3.
Fase
Klinik 3
Penurunan
BB (>10%) tanpa sebab diare kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam
menetap (intermiten atau tetap>1 bulan). Kandidiasis oral menetap. TB
pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya:
h.
Pneumonia,
empyema (nanah dirongga tubuh terutama pleura, abses pada otot skelet, infeksi
sendi atau tulang), meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada
pengkajian asuhan keperawatan pada klien kemudian menganalisis kesenjangan
dengan teori proses asuhan keperawatan mulai pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
4. Pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan
HIV/AIDS bisa dilakukan dengan cara: mengusahakan berhubungan seks dengan satu
orang saja, lakukan hubungan seks yang lebih aman: dimana kuman-kuman dalam air
mani laki-laki jangan sampai masuk ke vagina, anus, atau mulut; hindari menusuk
atau memotong kulit dengan jarum atau alat apapun yang tidak disucihamakan dulu
setelah dipakai orang lain; hindari transfusi darah kecuali dalam kondisi
darurat; jangan memakai silet/pisau cukur atau sikat gigi bersama orang lain;
jangan menyentuh darah/luka orang lain tanpa alat pelindung (Burns, 2019).
B.
Konsep
Perawatan Paliatif
1. Definisi perawatan
paliatian
Perawatan paliatif merupakan perawatan total yang
dilakukan secara aktif terutama pada pasien yang menderita penyakit yang
membatasi hidup, dan keluarga pasien, yang dilakukan oleh tim secara interdisplin,
dimana penyakit pasien tersebut sudah tidak dapat lagi berespon terhadap
pengobatan atau pasien yang mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa
hidup.
Istilah perawatan hospis sering digunakan sebagai
sinonim untuk perawat paliatif namun dibeberapa negara perawatan hospis merujuk
pada perawatan paliatif berbasis komuniti. Secara filosifi perawatan paliatif
dan perawatan hospis memiliki makna yang sama. Akan tetapi semua perawat hospis
adalah perawtan paliatif namun tidak semua perawat paliatif adalah perawatan
hospis. Perawatan paliatif disediakan untuk semua pasien yang menderita
penyakit kronis dengan kondisi penyakit yang membatasi masa hidup atau
mengancam jiwa maupun kondisi pasien yang mendapatkan intervensi untuk
memperpanjang masa hidup. Sedangkan perawatan hospis di perlukan kepada pasien
dengan kondisi masa harapan hidup yang diperkirakan kurang dari 6 bulan.
Sebagai mana perawat paliatif perawat hospis
difasilitasi oleh tenaga professional yang berkerja secara tim yang dikenal
dengan istilah tim interprofessional atau tim interdisplin. Pasien akan
mendapatkan pelayana perawatan paliatif dirumah sendiri atau dirumah perawatan
maupun difasilitasi kesehatan seperti rumah sakit di amerika sarikat beberapa
rumah sakit telah melakukan kerja sama dan kesepahaman terhadap kolaborasi
pasien rumah sakit yang membutuhkan pelayanan hospis disaat kondisi pasie
membutuhkan penanganan intervensi secara agresif, atau disaat pasien dinyatakan
dalam kondisi sekarat, atau ketika keluarga ingin beristirahat sejenak dari
rutinitas mengurus anggota keluarganya.
Selain itu, supportive
care juga sering digunakan sebagai kata alternative untuk menggantikan kata
perawatan paliatif. Istilah tersebut awal digunakan untuk menjelaskan kondisi
penanganan pasien dengan efek samping yang berat akibat proses terapi,
teruatama proses penyakit kanker. Dimana efek samping yang dapat ditimbulkan
akibat proses terapi penyakit kanker tersebut dapat berupa anemia,
trombositopenia, dan neutropenic sspticaemnia. Namun saat ini, istilah supportive care digunakan lebih luas
lagi termaksud untuk rehabilitasi dan dukungan psikososial. Jadi supportive care memiliki makna yang
serupa dengan perawatan fpaliatif di dalam arti yang lebih luas dan umum. WHO
paliatif Care (2020).
2. Prinsip perawatan
paliatif
a. Menghilangkan nyeri & gejala-gejala yang
menyiksa lain.
b. Menghargai kehidupan &
menghormati kematian sebagai suatu proses normal.
c. Tidak bermaksud mempercepat atau menunda
kematian.
d. Perawatan yang mengintegrasikan aspek psikologis
dan spiritual, sosial, budaya dari pasien dan keluarganya, termasuk dukungan
saat berkabung.
e. Memberi sistim dukungan untuk mengusahakan
pasien sedapat mungkin tetap aktif sampai kematiannya.
f. Memberi sistim dukungan untuk menolong keluarga
pasien melalui masa sakit pasien, dan sewaktu masa perkabungan. (Ummu Muntamah,
2020).
3. Karakteristik
perawatan paliatif
a. Menggunakan pendekatan tim untuk
mengetahui kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk konseling kedukaan bila diperlukan.
b. Meningkatkan kwalitas hidup, dan juga secara
positif mempengaruhi perjalanan penyakit.
c. Merupakan komponen esensial dari perawatan
konprehensif kontinyu ODHA.
d. Perawaatan aktif, total bagi pasien yang
menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
e. Pendekatan holistik: fisik, mental,
spiritual, sosial.
f. Pendekatan multi-disipliner: medis, non-medis,
keluarga.
(Ummu Muntamah, 2020).
4. Manfaat perawatan
paliatif
a.
Meningkatkan
kualitas hidup ODHA dan keluarganya mengurangi penderitaan pasien.
b. Mengurangi frekwensi kunjungan ke rumah sakit.
c.
Meningkatkan
kepatuhan pengobatan. (HIV/AIDS palliative care guideance. US Dept. of
State 2016).
C.
Perawatan Paliatif Pada Pasien HIV/AIDS
Perwatan paliatif dapat mendukung
kenyamanan fisik, psikososial, dan spiritual bagi anak dan keluarga karena
tujuan utamanya adalah memberikan kenyamanan secara langsung sehingga perawatan
pada anak dengan HIV AIDS dapat lebih komprehensif dengan manajemen terapi yang
diberikan secara farmakologis dan non-farmakologis (Conserve et al., 2015;
Nakawesi et al., 2014).Dengan demikian pemberian terapi ARV sebagai upaya
curative dipadukan dengan palliative dapat memberikan pelayanan yang paripurna
dalam perawatan pada anak HIV/AIDS.
Tingginya angka tranmisi infeksi
vertical dari ibu ke anak menimbulkan permasalah dalam perawatan pada anak
karena pada keluarga dengan HIV/AIDS, keluarga memilki permasalahan yang sama
baik emosional, sosial, spiritual dan budaya dalam masyarakat, sementara dalam
asuhan pada anak peran keluarga sangat penting karena kesehatan anak baik
fisik, emosi, kognitif dan sosial anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana fungsi
keluarga (Hokenbbery & Wilson, 2013). Melalui asuhan berpusat kepada
keluarga, seorang perawat akan memberikan kepercayaan kepada orang tua sebagai
orang yang paling ahli dalam perawatan anak. Seringkali pemberi layanan
paliatif menemani anggota keluarga untuk konsul ke dokter karena mereka merasa
terisolasi dari pasangan atau anggota keluarga lain yang tidak mengetahui
status kesehatan mereka. Pemberi layanan paliatiaf dapat terus menerus
melakukan pertemuan yang mengedukasi keluarga (Nakawesi et al.,2014). Family
Health International (FHI) mempromosikan model palliative care dengan
pendekatan yang komprehensif bersifat holistik meliputi perawatan klinis,
dukungan psikososial, dukungan sosial ekonomi, dan dukungan hak asasi dan hukum
(Family Health International, 2009).
Tenaga profesional yang terlibat
dalam perawatan paliatif harus membangun komunikasi yang efektif dengan
keluarga selama perawatan sebagai bentuk dukungan psikososial dan spiritual.
Komunikasi efektif dalam memberikan informasi tentang keseriusan penyakit,
mengakui keahlian keluarga terkait kondisi dan kebutuhan anak, memperhatikan
budaya, etnik, agama dan ras mempengaruhi pemahaman keluarga tentang penyakit
kronis pada anak. Selanjutnya, memberikan informasi yang jelas tentang
diagnosis, prognosis, pilihanpenanganan, dan resiko/manfaat dan normalisasi
dimana rutinitas anak dengan penyakit kronis disesuaikan dengan rutinitas
keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup anak (Hosckenberry & Wilson,
2013; Naicker et al., 2016). Perawatan paliatif pada anak memelukan pendekatan
interprofessinal collaborative practice. Pratik interdisiplin terlibat dalam
pelayanan seperti pasien dan keluarga, dokter, perawat, psikolog, pekerja
sosial dan rohaniawan (untuk pasien berduka). Beberapa kondisi saat ini yang
sering terjadi adalah beberapa kasus anak dengan kondisi yang tidak dapat
disembuhkan meninggal di rumah sakit, seringkali di fasilitas perawatan
intensif di mana komponen perawatan paliatif sudah ditawarkan saat diagnosis
dan berlanjut sepanjang perjalanan penyakit. Mengintegrasikan perawatan
paliatif dengan pelayanan home care dapat menjadi model dalam pelayanan
paliatif pada anak dengan HIV/AIDS. Memanfaatkan sumber daya yang tersedia
dalam keluarga dibantu oleh tenaga kesehatan professional dapat memperluas
cakupan pelayanan kesehatan pada anak (Chambell, 2011; International
Children’sPalliative Care Network, 2013; Naicker et al., 2016).
D. Asuhan
Keperawatan Paliatif Pada Pasien HIV
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi: Nama, umur, jeniskelamin, pekerjaan,
pendidikan, alamat, penanggung jawab, tanggalpengkajian, dan diagnose
medis.
b. Keluhan Utama /
Alasan Masuk RumahSakit
Mudahlelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi,
nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut,
pusing, sakit kepala, kelemahan otot,
perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremitas,
batuk produkti / non.
c. Riwayat Kesehatan
1.
Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan diare,
demam berkepanjangan, dan batuk berkepanjangan.
2.
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menjalani tranfusi darah,
penyakit herpersimplek, diare yang hilang timbul,
penurunan daya tahan tubuh, kerusakan immunitas, hormonal
(antibody), riwayat kerusakan responimunseluler (Limfosit T),
batuk yang berdahak yang sudah lama tidak sembuh.
3.
Riwayat Keluarga
Human Immuno Deficiency
Virus Dapat ditular kan melalui bungan seksual dengan penderita HIV
positif, kontak langsung dengan darah penderita melalui
ASI.
d. Pemeriksaan Fisik
1 Aktifitas Istirahat
Mudah lemah,
toleransi terhadapa ektifitas berkurang, progresi, kelelahan /
malaise, perubahan pola tidur.
2 Gejalasu byektif
Demamkronik,
demam atau tanpa mengigil, keringat malam hari berulang
kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
e. Psikososial
Kehialangan pekerjaan dan
pengasilan, perubahan pola hidup, ungakapan perasaan takut, cemas, meringis.
1
Sental: Marah atau pasrah,
depresi, ide bunuh diri, apati, with drawl, hilangin terest pada
lingkungan sekitar, gangguan proses piker, hilang memori,
gangguan atensi dan konsentrasi,
halusinasi dan delusi.
2
Neurologis: Gangguan
reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan,
kaku kuduk, kejang, paraflegia.
3
Muskuloskletal: Focal
motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
4
Kardiovaskuler: Takikardi,
sianosis, hipotensi, edemperifer, dizziness.
5
Pernafasan: Nafas pendek
yang progesif, batuk (sedang-parah), batuk produktif/non produktif, bendungan
atau sesak pada dada.
6
Integuzment: Kering,
gatal, rash danlesi, turgor jelek, petekiepositif.
E. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
2. Nyeriakut b.d agen injuri fisik.
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan.
4. Perubahan eliminasi
BAB.
5. Kelelahan
b/d status penyakit, anemia, malnutrisi
6. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor: penurunan responimun,
kerusakan kulit. (Nanda, NIC, NOC).
No |
Diagnosa keperawatan |
Rencana keperawatan |
|
Tujuan atau kriteriahasil |
Intervensi |
||
1. |
Ketidakseimbangan nutrisi
kurangdari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam Adanya peningkatan berat, badan sesuai dengan
tujuan, Berat badan ideal sesuai Dengan tinggi badan, Tidak adanya
tanda-tanda malnutrisi, Menunjukan peningkatan Fungsi menelan, Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi |
1. Kaji
adanya alergi makanan 2. Monitor
adanya penurunan berat badan 3. Monitor
adanya mual, muntah dan diare 4. kolaborasi
dengan dokter untuk pemasangan NGT 5. Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori 6. Monitor
kadar albumin, Hb dan Ht 7. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien. 8. Berikan
substansi gula 9. Berikan
makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi. |
2. |
Nyeri akut b.d ageninjuri fisik |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam pasien dapat mengontrol nyerinya, skala nyeri
berkurang dari skala 6 menjadi skala 3, klien mengatakan nyeri Sudah berkurang |
1. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan
faktor presipitasi 2. Control
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan. 3. Ajarkan
tentang tehnik nonfarmakologi. 4. berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri. 5. Ajarkan
teknik relaksa |
3. |
Intoleransi
aktivitas b.d penurunan nafsu makan |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 Klien meningkat dalam Aktivitas
fisik,Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas,Memverbalisasikan Perasaan
dalam Meningkatkan
kekuatandan Kemampuan
berpindah ,Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk mobilisasi |
1. Monitoring
vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan 2. Konsultasikan
dengan terapi fisik tentang rencana Ambulasi sesuai dengan kebutuhan 3. Bantu
klien untuk Menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera 4. Ajarkan
pasien atau Tenaga kesehatan lain Tentang teknik ambulasi 5. Kaji
kemampuan pasien dalam mobilisasi 6. Latih
pasien dalam Pemenuhan kebutuhan 7. ADLs
secara mandiri Sesuai kemampuan 8. Dampingi
dan Bantu Pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan 9. ADLs
pasien. Berikan alat bantu jika klien memerlukan. 10. Ajarkan
pasien Bagaimaname rubah posisi dan berikan bantuan jikad iperlukan |
4. |
Perubaha neliminasi
BAB |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 feses berbentuk, BAB sehari sekali-
tiga hari, Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi, Tidak mengalami diare,
Menjelaskan penyebab diare dan rasional tendakan, Mempertahankan turgor kulit |
1.Evaluasi
efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal 2.Ajarkan
pasien untuk Menggunakan
obatan diare 3.Instruksikan pasien/keluarga untuk
mencatat warna, jumlah,
frekuenai dan konsistensi
dari feses 4.Evaluasi
intake makanan yang masuk 5.Identifikasi
factor Penyebab
dari diare 6.Monitor
tanda dangejala diare 7.Observasi
turgor kulit Secara
rutin 8.Ukur
diare/keluaran BAB 9.Hubungi
dokter jika ada kenanikan bisingusus 9.instruksikan
pasien Untuk
makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan 10.
Instruksikan untuk Menghindari
laksative 11.
Ajarkan tehnik menurunkan
stress Monitor
persiapan makanan yang
aman |
5. |
Kelelahan b/d status penyakit,
anemia, malnutrisi |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x 24 pasien mampu Memverbalisasikan Peningkatan energi dan merasa
lebih baik, Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi kelelah |
1.Observasi adanyaPembatasan klien
dalam melakukan aktivitas 2.Dorong anal untuk Mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan 3.Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan 4.Monitor
nutrisi dan Sumber energi tangadekuat 5.Monitor pasien akan Adanya
kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan 6.
Monitor respon Kardivaskuler
terhadap aktivitas 7.Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien |
6. |
Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor: Penurunan responimun ,
kerusakan kulit. |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x 24 temperature dan SDP Kembali kebatas normal, keringat
malam berkurang dan tidak ada batuk, meningkatnya masukan makanan, tercapai |
1.Berikan obat antibiotik dan evaluasi
keefektifannya 2.jamin pemasukan cairan paling sedikit 2-3
liter sehari. 3.Pelihara kenyamanan suhu kamar. Jaga
kebersihan dan keringnya kulit. |
F. Implementasi
Implementasi merupakam tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan: melakasanakan intervensi /
aaktivitas yang telah dilakukan, pada tahap ini perawat siapapun untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawtan
klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama haris mengidentifikasi priotas perawtan klien, kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan memantau dan mencatat respons pasien terhadap
setiap intervensi dan mengekomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudia, dengan
menggunakan data, dapat mengevualuasi dan merevisi rencana perawatan dalam
tahap proses keperawatan berikutnya.
G. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terha dap pencapaian hasil yang diinginkan danrespon spasien terhadap dan keefektifan intervensi Keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika
diperlukan. Tahap akhir dari proses dari keperawatan mengevaluasi kemampuan
pasien kearah pencapaian hasil (Irianto, 2014).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah
suatu kondisi klinis oleh infeksi virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Pada kebanyakan kasus infeksi
HIV menyebabkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Penyakit AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia
dewasa ini. Penyakit ini terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa
kecuali termasuk Indonesia (Irianto, 2014).
Perawatan paliatif merupakan perawatan total yang dilakukan
secara aktif terutama pada pasien yang menderita penyakit yang membatasi hidup,
dam keluarga pasoen, yang dilakukan oleh tim secara interdisplin, dimana
penyakit pasien tersebut sudah tidak dapat lahi berespon terhadap pengobatan
atau pasien yang mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup.
B. Saran
Agar pembaca dapat mengenali pengertian HIV dan paliatief care dan
agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien HIV/ AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Becker R. Fundamental Aspects of Palliative Care Nursing: An Evidence-Based Handbook for Student Nurses. 2nd ed. UK; 2015
dr. Allert Noya. Diagnosis HIV [Internet]. 2016. Available from: https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit- infeksi/hiv/diagnosis
Kemenkes RI. Info Datin-HIV-AIDS-2018.pdf. 2018. p. 12.
Souza, P.N. et al. Palliative Care for Patients with HIV/AIDS Admitted to Intensive Care Units. 3rd ed. Rev Bras Intensiva; 2016.
Yodang, S.Kep., Ns. MPC. Konsep Perawatan Paliatif. Jakarta: Trans Info Media; 2018
No comments:
Post a Comment