Monday, 15 April 2019

Askep Ibu Hamil Dengan Distosia

BAB I
PENDAHULUAN
       I.            Latar Belakang
Dalam keadaan fisiologis normal, persalinan (persalinan normal) dapat berlangsung sediri walau tanpa intervensi penolong. Ada 3 (tiga) factor “P” utama yang berpengaruh terhadap kelancaran suatu persalinan. 3 (tiga) faktor “P” tersebut adalah Power, Passage, Passanger. Power adalah kekuatan sang Ibu, Passage adalah keadaan jalan lahir dan Passanger adalah keadaan janin. Disamping 3 faktor “P” masih ada faktor-faktor lain diantaranya Psikologi Ibu (respon Ibu), penolong saat bersalin, dan juga posisi ibu saat persalinan. Jadi dalam hal ini diperlukan adanya keseimbangan antara faktor “P” dengan faktor pendukung lainnya sehingga persalinan normal diharapkan berlangsung dengan selamat. Jika faktor “P” tersebut terjadi satu gangguan maka hal ini proses persalinan menjadi terganggu. Gangguan, kesulitan atau kelambanan dalam persalinan ini disebut Distosia.
Distosia terjadi disebabkan karena adanya kelainan His (Power), hal ini menyebabkan terhambatnya proses kelahiran sehingga proses persalinan menjadi terhambat atau terjadi kemacetan.Distosia memberikan dampak atau pengaruh yang buruk bagi sang ibu maupun janin. Pengenalan dini disertai penanganan yang tepat akan menentukan prognosis ibu maupun janin.
    II.            Tujuan
·         Menjelaskan Pengertian Distosia karena kelainan His.
·         Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Distosia karena kelainan His.
·         Menjelaskan Distosia karena kelainan His dengan konsep Asuhan Keperawatan.
·         Mengetahui Peran Perawat dalam menolong persalinan yang mengalami Distosia karena kelainan His.
·         Sebagai referensi tambahan untuk pembahasan yang sejenis.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan (Bobak, 2004 : 784) .
Faktor persalinan ada 5 adalah :
1.      Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan/power).
2.      Perubahan struktur pelvis (jalan lahir).
3.      Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi.
4.      Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5.      Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung.
Kelima faktor ini bersifat interdependen. Dalam mengkaji pola persalinan abnormal wanita, seorang tenaga medis harus mempertimbangkan interaksi kelima faktor ini dan bagaimana kelima faktor tersebut mempengaruhi proses persalinan. Distosia diduga terjadi jika kecepatan dilatasi serviks, penurunan dan pengeluaran (ekspulsi) janin tidak menunjukan kemajuan, atau jika karakteristik kontraksi uterus menunjukan perubahan.
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan yang disebabkan karena kelainan his (his hipotonik dan his hipertonik).kelainan besar janin,bentuk janin  (hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat). Letak janin (letak sungsang, letak melintang), serta karena kelainan jalan lahir.(Rustam Mukhtar 1994).
Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.Distosia kelainan His (Power) merupakan His yang abnormal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.His yang normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan kemajuan persalinan. His persalinan tersebut meliputi :
Secara klinis yaitu minimal 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik,
1)      KTG yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40-60 detik dengan tekanan intrauterina 40-60 mmHg.
2)      Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkatkan pada waktu his. Pada kala pembukaan servik ada 2 fase : fase laten dan fase aktif yang digambarkan pada servikogram menurut friedman.
3)      Kotraksi rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri, lalu menjalar keseluruh otot rahim.
4)      Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan) lebih lama dari bagian-bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah (segmen bawah rahim) dan serviks tetap pasif atau hanya berkontraksi sangat lemah.
                 Sifat-sifat his: lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya, serta sakitnya.
2.2 Etiologi
Distosia dapat disebabkan oleh :
1.      Kelainan tenaga/ power
2.      Kelainan jalan lahir/ passage
3.      Kelainan letak dan bentuk ja nin/ passage



2.3  Klasifikasi
A.    Kelainan His
His yang tidak normal baik kekuatan atau sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
1.      Inersia uteri : His yang sifatnya lebih lama, singkat dan jarang dibandingkan his normal
·         Inersia uteri pimer: Kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan.
·         Inersia uteri sekunder: Kelemahan timbul sesudah adanya his yang kuat, teratur dalam waktu yang lama.
2.      Tetania uteri (hypertonic uterin contraction). His yang terlalu kuat dan terlalu  sering sehingga tidak ada relaksasi rahim.
3.      Inc.oordinate uterin action. Sifat his yang berubah dimana tidak ada koordinasi dan sikronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi :
·         Kehamilan primi gravida tua atau multi gravid
·         Herediter
·         Emosi dan kekuatan
·         Kelainan uterus
·         Kesalahan pemberian obat
·         Kesalahan pimpinan persalinan
·         Kehamilan kembar dan post matur
·         Letak lintang

B.     Jenis - Jenis kelainan jalan lahir
1.      Kelainan bentuk panggul
a.       Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intra uterin.
·         Panggul naegele
·         Panggul Robert
·         Split pelvis
·         Panggul asimilasi

b.      Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul/ sendi panggul.
·         Osteomalasia
·         Neoplasma
·         Atrofi, karies, nekrosis
·         Penyakit pada sendi sakroiliaca dan sendi sakrokoksigea
c.       Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang
·         Kiposis
·         Skoliosis
·         Spondilolitesis
d.      Perubahan bentuk karena penyakit kaki
·         Kalainan traktus genitalia

2.      Kelainan jenis janin.
a.       Kelainan letak kepala/ mal presentasi/ mal posisi diantaranya :
·       Letak sunsang  
·       Letak lintang
b.      Kelainan bentuk dan ukuran janin diklasifikasikan :
·         Distosia kepala pada hidrocepalus, kepala besar, higronoma koli (tumor dileher)
·         Distosia bahu pada janin dengan bahu besar
·         Distosia perut pada hidropsfetalis, asites
·         Distosia bokong pada spina bifida dan tumor pada bokong janin
·         Kembar siam
2.4  Patofisiologi
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri di mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya ± 10 mmHg.Incoordinate uterine action yaitu sifat His yang berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar His dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga di sebut sebagai Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini menyebabkan spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan sudah lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
2.5 Manifestasi Klinik
1.      Ibu Gelisah
2.      Letih
3.      Suhu tubuh meningkat
4.      Nadi dan pernafasan cepat
5.      Edem pada vulva dan servik
6.      Bisa jadi ketuban berbau Janin
7.      Janin: DJJ cepat dan tidak teratur

2.6  Pelaksanaan Terapeutik
1.      Penanganan Umum
·         Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
·         Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
·         Kolaborasi dalam pemberian :Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
·         Berikan analgesia berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg (IM)
·         Perbaiki keadaan umum
·         Dukungan emosional dan perubahan posisi

2.      Penanganan Khusus
a)      Kelainan His
·         TD diukur tiap 4 jam
·         DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
·         Pemeriksaan dalam
·         Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV)
·         Berikan analgetik seperti petidin, morfin
·         Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his
b)      Kelainan janin
·         Pemeriksaan dalam
·         Pemeriksaan luar
·         MRI
Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan
c)      Kelainan jalan lahir
Kalau konjungata vera <8 (pada VT terba promontorium) persalinan dengan SC.
 

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
  1. Identitas Klien
  2. Riwayat Kesehatan
·         Keluhan utama
·         Riwayat Kesehatan sekarang
·         Riwayat Kesehatan dahulu
·         Riwayat Kesehatan keluarga

1.      Kepala: rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe
2.      Mata: Biasanya konjungtiva anemis
3.      Thorak: Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan,
4.      Abdomen:Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his k urang semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.
5.      Vulva dan Vagina: Lakukan VT, biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa.
6.      Panggul : Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan kelainan tulang belakang



3.2 Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif.
2.      Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD.
3.      Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan masukan cairan.
4.      Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan lunak karena persalinan lama.
5.      Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive.
6.      Cemas b/d persalinan lama
3.3 Intervensi
1.      Nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif.
Ø  Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang.
Ø  Kriteria hasil: Klien tidak merasakan nyeri lagi.
·         Klien tampak rilek
·         Kontraksi uterus efektif
·         Kemajuan persalinan baikI
Ø  Intervensi :
·         Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan nyeri tekan abdomen.
Rasional :  Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala pada servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri.
·         Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
Rasional : Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga skala dapat diketahui intensitas nyeri klien.
·         Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
Rasional :  Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri.
·         Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan nyeri, Bantu klien dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur
Rasional :Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan  mengurangi rasa nyeri.
·         Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga.
Rasional : Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan terhindari.

2.      Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD.
Ø  Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari
Ø  Kriteria hasil : DJJ dalam batas normal
Ø  Intervensi :
·         Melakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi
Rasional : Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan kelahiran sesarea. Abnormalitas lain seperti presentasi wajah, dagu, dan posterior juga dapat memerlukan intervensi khusus untuk mencegah persalinan yang lama
·         Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan sering perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap kontraksi uterus.
Rasional :  DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata percepatan dengan variasi rata-rata, percepatan dalam respon terhadap aktivitas maternal, gerakan janin dan kontraksi uterus.
·         Catat kemajuan persalinan.
Rasional :  Persalinan lama/ disfungsional dengan perpanjangan fase laten dapat menimbulkan masalah kelelahan ibu, stress berat, infeksi berat, haemoragi karena atonia/ rupture uterus. Menempatkan janin pada resiko lebih tinggi terhadap hipoksia dan cedera
·         Infeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas klamidial
Rasional :  Penyakit hubungan kelamin didapat oleh janin selama proses melahirkan karena itu persalinan sesaria dapat diidentifikasi khususnya klien dengan virus herpes simplek tipe II




·         Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit.
Rasional : Perubahan pada tekanan caitan amnion dengan rupture atau variasi deselerasi DJJ setelah robek dapat menunjukkan kompresi tali pusat yang menurunkan transfer oksigen kejanin
·         Posisi klien pada posisi punggung janin
Rasional :Meningkatkan perfusi plasenta/ mencegah sindrom hipotensif telentang.

























BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his dapat diklasifikasikan menjadi Insersia uteri hipotoni (disfungsi uteri hipotonik) yaitu kontraksi uterus terkoordinasi  tetapi tidak adekuat. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. dan  Insersia uteri hipertoni (disfungsi uteri hipertonik / disfungsi uteri inkoordinasi) yaitu kontraksi uterus tidak terkoordinasi, kuat tetapi tidak adekuat, kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
4.2 Saran
1.      Ibu Hamil.
Diharapkan kepada ibu selama dalam masa kehamilan agar melakukan kunjungan / pemeriksaan kehamilan, untuk mengetahui perubahan berat badan pada ibu dan bayi bertambah atau tidak sesuai dengan usia kehamilan ataupun ibu yang mengalami riwayat penyakit sistematik. Agar nantinya bisa didiagnosa apakah ibu bisa bersalin dengan normal atau tidak.
2.      Petugas Kesehatan
Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar mampu menekan AKI/AKB dengan cara mengurangi komplikasi-komplikasi yang terjadi pada ibu hamil.

No comments:

Post a Comment