A.
Pengertian CKD
Chronic
Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah suatu proses
patofisiologis yang didasari oleh etiologi yang beragam, yang mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal secara progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel yang mencapai pada derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal tetap, yaitu dapat berupa dialisis atau
transplantasi ginjal. Kerusakan ginjal mengacu pada berbagai macam kelainan
yang ditemukan selama pemeriksaan, yang bisa saja bersifat non-spesifik
terhadap penyakit penyebabnya tetapi dapat mengarah pada penurunan fungsi
ginjal. Fungsi ekskresi, endokrin, dan metabolik menurun secara bersamaan pada
hampir semua kasus CKD. Kriteria CKD menurut KDIGO 2012 adalah kerusakan ginjal
≥ 3 bulan, baik berupa kelainan struktural atau fungional yang dapat dideteksi
melalui pemeriksaan laboratorium (proteinuria; Albumin-Creatinine-Ratio > 30
mg/g; total protein-creatinine-ratio > 200 mg/g), abnormalitas sedimen urin,
gangguan elektrolit atau yang lain oleh karena gangguan pada tubulus, kelainan
pada pemeriksaan histologi, kelainan struktural yang terdeteksi melalui
pemeriksaan radiologi, atau riwayat transplantasi ginjal serta penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG < 60 ml/menit/1,73 m2) dalam waktu lebih dari 3
bulan, dengan atau tanpa kelainan struktural ginjal.
B.
Klasifikasi
Klasifikasi
CKD (Prabowo,Eko.2014) Perlu diketahui klasifikasi dari derajat gagal ginjal
kronis untuk mengetahui tingkat prognosanya.
Stage |
Deskripsi |
GFR (ml/menit/1,73m2) |
1 |
Kidney
damage with normal or increase of GFR |
≥ 90 |
2 |
Kidney
damage with mild decrease GFR |
60-89 |
3 |
Moderate
decrease of GFR |
30-59 |
4 |
Severe
decrease of GFR |
15-29 |
5 |
Kidney
Failure |
<15 ( or dialysis) |
C.
Etiologi
Gagal
ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illnes). Penyebab yang sering
adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada penyebab lainnya dari
gagal ginjal kronis diantaranya:
a.
Penyakit
dari ginjal :
a. Penyakit pada
saringan (glomerulus) : glomerulonefritis.
b. Infeksi kronis :
pyelonefritis, ureteritis.
c. Batu ginjal :
nefrolitiasis.
d. Kista di ginjal
: polcystis kidney.
e. Trauma langsung
pada ginjal.
f. Keganasan pada
ginjal.
g. Sumbatan: batu,
tumor, penyempitan/striktur
b.
Penyakit
umum di luar ginjal:
a.
Penyakit
sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b.
Dyslipidemia
c.
SLE
(Systemic Lupus Erythematosus)
d.
Infeksi
di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
e.
Preeklampsia
f.
Obat-obatan
g.
Kehilangan
banyak cairan yang mendadak (luka bakar)
D.
Patofisiologi
Pada
waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring.
Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karenajumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance
turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk
akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.
1.
Gangguan
klirens ginjal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju
filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak
berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin
akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat.
Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena
substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi
oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme
(jaringan dan luka RBC) dan medikasi seperti steroid.
2.
Retensi
cairan dan ureum Ginjal juga tidak mampu
untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal
tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan
elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan
cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin
angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien
lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko
hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air
dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
3.
Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring
dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk
menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan
ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
4.
Anemia
Anemia timbul sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk
mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran
gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia
berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.
5.
Ketidakseimbangan
Kalsium dan Fosfat Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah
gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang
satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat
peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan
pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D
(1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun
6.
Penyakit
tulang uremik Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks
kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.
Pathway CKD
E.
Manifestasi
klinis
Tanda
dan gejala penyakit ginjal kronis berkembang seiring waktu jika kerusakan
ginjal berlangsung lambat. Tanda dan gejala penyakit ginjal mungkin termasuk :
1.
Mual
2.
Muntah
3.
Kehilangan
nafsu makan
4.
Kelelahan
dan kelemahan
5.
Masalah
tidur
6.
Perubahan
volume dan frekuensi buang air kecil
7.
Otot
berkedut dan kram
8.
Pembengkakan
kaki dan pergelangan kaki
9.
Gatal
terus menerus
10.
Nyeri
dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung
11.
Sesak
napas jika cairan menumpuk di paru-paru
12.
Tekanan
darah tinggi yang sulit dikendalikan
F.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Urin
a.
Volume
: biasanya kurang dari 400cc/24 jam atau tak ada (anuria)
b.
Warna
: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak,
fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah, Hb,
mioglobin, porfirin
c.
Berat
jenis; kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
d.
Osmoalitas;
kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular dan rasio
urin/serum sering 1:1
e.
Klirens
kreatinin; menurun
f.
Natrium;
lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium
g.
Protein;
derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus
bila SDM dan fragmen juga ada
2.
Darah
a.
BUN/kreatinine
meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
b.
Hb
menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/db
c.
SDM;
menurun, defisiensi eritropoitin
d.
GDA;
asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
e.
Natrium
serum; rendah
f.
Kalium;
meningkat
g.
Magnesium;
meningkat
h.
Kalsium;
menurun
i.
Protein
(albumin); menurun
3.
Osmolalitas
serum; lebih dari 285 mOsm/kg
4.
Pelogram
retrograd; abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5.
Ultrasono
ginjal; menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas
6.
Endoskopi
ginjal, nefroskopi; untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif
7.
Arteriogram
ginjal; mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular,
masa
8.
EKG;
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
9.
Foto
polos abdomen; menunjukkan ukuran ginjal/ureter /kandung kemih dan adanya
obstruksi (batu).
GFR / LFG dapat dihitung dengan formula
Cockcroft-Gault :
G.
Komplikasi
Komplikasi
yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah:
1.
Penyakit
Tulang. Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2.
Penyakit
Kardiovaskuler. Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa, dan kelainan
hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3.
Anemia.
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami defiensi di ginjal
akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4.
Disfungsi
seksual. Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Keperawatan
a.
Identitas
Tidak
ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun lakilaki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat.
Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut.
b.
Keluhan
utama
Sangat
bervariasi, keluhan berupa urine output menurun (oliguria) sampai pada anuria,
penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi,
anoreksia, mual dan muntah, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi
ini dipicu oleh karena penumpukan zat sisa metabolisme/toksik dalam tubuh
karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
c.
Riwayat
penyakit sekarang
Pada
klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunanurine output,
penurunan kesadaran, penurunan pola nafas karena komplikasi dari gangguan
sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas.
Selain itu, karena berdampak pada metabolisme, maka akan terjadi anoreksia,
nausea, dan vomit sehingga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi.
d.
Riwayat
penyakit dahulu
Informasi
penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji penyakit pada
saringan (glomerulus): glomerulonefritis, infeksi kuman; pyelonefritis,
ureteritis, nefrolitiasis, kista di ginjal: polcystis kidney, trauma langsung
pada ginjal, keganasan pada ginjal, batu, tumor, penyempitan/striktur, diabetes
melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria,
hepatitis, preeklamsi.
5.
Riwayat
Kesehatan keluarga.
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular atau
menurun, sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini.
Namun pencetus sekunder seperti DM dan
hipertensi memiliki pengaruh terhadap penyakit gagal ginjal kronik, karena
penyakit tersebut bersifat herediter.
6.
Fokus
Pengkajian
a.
Aktifitas
/istirahat Gejala : Kelelahan ekstrem; kelemahan malaise; Gangguan tidur
(insomnis/gelisah atau somnolen) Tanda;
kelemahan otot; kehilangan tonus; penurunan rentang gerak
b.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Hipertensi; nadi kuat; edema jaringan umum dan piting pada kaki dan telapak tangan; Disritmia jantung;
Nadi lemah halus; hipotensi ortostatik; Friction rub perikardial; Pucat pada
kulit; Kecenderungan perdarahan
c.
Integritas
ego Gejala : Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain;
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan Tanda : Menolak,
ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
d.
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut);
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi Tanda : Perubahan warna urin, contoh
kuning pekat, merah, coklat berawan; Oliguria, dapat menjadi anuria
e.
Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi); Anoreksia,
nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan
amonia) Tanda : Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir);
Perubahan turgor kuit/kelembaban; Edema (umum, tergantung); Ulserasi gusi,
perdarahan gusi/lidah; Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga
f.
Neurosensori Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur;
Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki;
Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer).
Tanda : Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma.; Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang; Rambut
tipis, uku rapuh dan tipis. 7. Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyei panggul, sakit
kepala, kram otot/nyeri kaki Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
g.
Pernapasan Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal
paroksismal, batuk dengan/tanpa Sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul; Batuk produktif dengan
sputum merah muda encer (edema paru)
h.
Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus; Demam (sepsis, dehidrasi)
i.
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
j.
Interaksi
sosial Gejala : Kesulitan menurunkan
kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.
k.
Penyuluhan
: Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter,
kalkulus urinaria; Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan;
Penggunaan antibiotik retroteksik saat ini berulang.
B.
Diagnosa
Keperawatan
No |
Diagnosa |
Tujuan |
Intervensi |
1 |
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
Dalam
waktu 3x24 jam selama perawatan pasien akan menunjukkan; NOC : Nutritional
status : a.
Nutritional status : food and fluid intake b.
Self care: eating c.
weight mass; Kriteria hasil : 1)
Intake makanan per oral (spontan/naso feeding)
adekuat 2)
Intake cairan (per oral/parenteral) adekuat 3)
Nutrisi parenteral adekuat 4)
Menyatakan nafsu makan baik 5)
Menyiapkan makanan dengan baik 6)
Menyantap makanan dengan maksimal dan meng dengan
baik 7)
Menghabiskan porsi makanan tanpa adanya gangguan 8)
Tidak ada gangguan selama proses makan
(mual/muntah) 9)
Berat badan ideal 10)
Masa otot triceps, biceps dan subskapularis
memadai 11)
Lemak di leher (pria) memadai |
NIC
1.
Sajikan makanan dengan menarik dan suhu hangat; 2.
Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi gejala
mual dan muntah; 3.
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet pasien
CKD; 4.
Anjurkan klien/keluarga untuk membantu klien
melakukan perawatan rongga mulut (sikat gigi) sebelum makan untuk
meningkatkan kenyamanan. |
2 |
Intoleransi
aktifitas |
Dalam
waktu 3x24 jam pasien akan mengalami NOC label 1.
Toleransi terhadap aktifitas; 2.
Saturasi oksigen ketika beraktifitas; 3.
Frekuensi nadi ketika beraktifitas; 4.
Frekuensi pernapasan ketika beraktifitas; 5.
Kemudahan bernapas ketika beraktifitas. |
1.
Ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat
melakukan pergerakan; 2.
Bantu dengan aktifitas fisik secara teratur
(Misalnya, ambulansi transfer/berpindah, berputar dan kebersihan diri) sesuai
dengan kebutuhan; 3.
Dorong aktifitas yang kreatif sesuai kemampuan 4.
Berikan kesempatan keluarga untuk terlibat, dalam
aktifitas dengan cara yang tepat. |
3 |
Kelebihan
volume cairan |
Hasil
yang diharapkan adalah : Masukan dan
keluaran seimbang; Berat badan stabil; Bunyi napas dan jantung normal. |
1.
Pantau balance cairan/24 jam; Timbang BB harian; 2.
Pantau peningkatan tekanan darah 3.
Monitor elektrolit darah; 4.
Kaji edema perifer dan distensi vena leher; 5.
Batasi masukan cairan. |
C.
Implementasi
Keperawatan
1.
Kelebihan
volume cairan implementasi yang dilakukan seperti:
a.
Memantau
balance cairan/24 jam;
b.
menimbang
BB harian;
c.
memantau
peningkatan tekanan darah;
d.
memonitor
elektrolit darah;
e.
mengkaji
edema perifer dan distensi vena leher;
f.
membatasi
masukan cairan.
2.
Ketidakseimbangan
Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh implementasi yang dilakukan seperti: (1100)
Nutrition Management, Aktifitas Keperawatan :
a.
mengkaji
status nutrisi klien dan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi klien;
b.
mengidentifikasi
klien tentang riwayat alergi makanan dan kaji makanan kesukaan klien;
c.
menginstruksikan
kepada klien tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal (misalnya
dengan pelaksanaan diet sesuai anjuran);
d.
menghitung
kebutuhan kalori klien setiap hari dan sediakan aneka ragam makanan sesuai
keinginan klien;
e.
menciptakan
lingkungan yang nyaman untuk mendukung nafsu makan klien; Anjurkan
klien/keluarga untuk membantu klien melakukan perawatan rongga mulut (sikat
gigi) sebelum makan untuk meningkatkan kenyamanan;
f.
merencanakan
pemberian obat untuk mengatasi gejala yang mengganggu nafsu makan (nyeri, mual
muntah);
g.
menyajikan
makanan dengan menarik dan suhu hangat;
h.
mengatur
diet makanan klien sesuai kondisi penyakit indikasi dan kontraindikasi);
i.
memberikan
nutrisi tinggi serat untuk memperlancar proses pencernaan;
j.
memonitoring
asupan nutrisi dan kalori tiap hari;
k.
memonitoring
trend peningkatan/penurunan berat badan tiap hari. (1120) Nutrition Therapy
Aktifitas Keperawatan :
1)
mengkaji
status nutrisi klien;
2)
memonitoringasupan
cairan dan makanan serta hitung indeks kalori per hari;
3)
melakukan
kolaborasi dengan ahli gizi tentukan jumlah kalori klien per hari;
4)
tentukan
jenis asupan makanan yang akan di berikan dengan mempertimbangkan aspek budaya
dan agama klien;
5)
berikan
nutrisi tambahan (suplemen);
6)
menganjurkan
klien untuk makan makanan meminimalisir kerja saliva dan rongga mulut;
7)
mendorong
asupan makanan tinggi kalsium dan kalium sesuai anjuran/diet);
8)
menganjurkan
klien mengkonsumsi serat tinggi untuk memperlancar proses pencernaan;
9)
menciptakan
lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan nafsu makan klien;
10)
membantu
klien dalam mereposisi tubuh yang nyaman saat akan makan. (1803) Self-Care
Assistance : Feeding Aktifitas Keperawatan :
a)
mengkaji
kemampuan klien untuk menelan untuk menentukan tipe diet;
b)
mnyiapkan
makanan di meja saji yang mudah dijangkau klien;
c)
membantu
klien untuk mengambil makanan, jika perlu suapi klien;
d)
membersihkan rongga mulut klien (oral hygiene)
sebelum klien makan dan untuk meningkatkan kenyamanan;
e)
mengatur
posisi klien senyaman mungkin untuk makan;
f)
menyediakan
makanan dan minuman klien dengan suhu hangat;
g)
memonitoring
kontinyu berat badan dan status hidrasi klien;
h)
membatasi
interaksi sosial ketika klien dalam kondisi makan. Untuk diagnosa
3.
Intoleransi
Aktifitas, implementasi yang dilakukan seperti : Terapi aktifitas:
a.
mempertimbangkan
kempuan klien dalam berpastisipasi melalui aktifitas spesifik;
b.
mendorong
aktifitas yang kreatif yang tepat;
c.
membantu
klien dan keluarga untuk mengidentifikasikan kelemahan dalam level aktivitas
tertentu;
d.
membantu
dengan aktifitas fisik secara teratur (Misalnya, ambualansi transfer/berpindah,
berputar dan kbersihan diri) sesuai dengan kebutuhan;
e.
menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat
melakukan pergerakan otot untuk secara berskala sesuai dengan indikasi;
f.
memberikan
kesempatan keluarga untuk terlibat dalam akifitas, dengan cara yang tepat.
Untuk diagnosa
D.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi
dilakukan setelah melakukan implementasi dengan tujuan untuk melihat hasil dari
tindakan keperawatan yang sudah diberikan kepada pasien. Hasil yang di dapatkan
untuk ke empat diagnosa di atas yaitu :
1.
Diagnosa
kelebihan volume cairan, diharapkan masukan dan haluaran seimbang, BB stabil,
bunyi jantung dan napas normal, elektrolit dalam batas normal;
2.
Diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diharapkan napsu makan
meningkat, tidak terjadi penurunan BB, masukan nutrisi adekuat, menghabiskan
porsi makan;
3.
Diagnosa
Intoleran aktivitas diharapkan mampu mendemonstrasikan peningkatkan aktivitas
yang dibuktikan dengan pengungkapan berkurangnya kelemahan dan dapat
beristirahat secara cukup dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
1.
Suwitra
K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
2.
Eknoyan
G, Lameire N, Kasiske BL, dkk. Official Journal of The international Society Of
Nephrology. KDIGO 2012 clinical practice guideline for evaluation and
management of CKD. 2013;3(1).
3.
Prabowo,
Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Naha Medika
No comments:
Post a Comment