DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.
Pengertian
Dormansi.................................................................................... 2
B.
Penyebab
Dormansi...................................................................................... 2
C.
Cara
Menghambat Dormansi........................................................................ 5
BAB III PENUTUP............................................................................................... 7
A.
Kesimpulan................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dormansi
yaitu suatu kondisi beristirahat tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sbg tanggapan atas suatu kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan
normal. Dengan demikian, dormansi adalah suatu reaksi atas kondisi fisik atau
sekeliling yang terkait tertentu. Pemicu dormansi mampu bersifat mekanis,
kondisi fisik sekeliling yang terkait, atau kimiawi.
Banyak biji
tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal
tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan
tertentu perlu dilakukan sebagai mematahkan dormansi sehingga benih menjadi
tanggap terhadap kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan. Bagian tumbuhan
lainnyanya yang juga dikenal berperilaku dorman yaitu kuncup.
Kondisi
dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika sedang hadir
pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman
induknya. Dormansi pada benih mampu diakibatkan oleh kondisi fisik dari kulit
biji dan kondisi fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua
kondisi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dormansi
Dormansi
adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan
normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik
atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik
lingkungan, atau kimiawi.
Banyak biji
tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal
tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan
tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi
tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang
lainnya yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup.
B. Penyebab
Dormansi
Benih yang mengalami dormansi ditandai
oleh:
1.
Rendahnya
/ tidak adanya proses imbibisi air.
2.
Proses
respirasi tertekan / terhambat.
3.
Rendahnya
proses mobilisasi cadangan makanan.
4.
Rendahnya
proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi
dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada
pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman
induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji
dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan
tersebut.
Secara umum
menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu:
- Innate dormancy (dormansi primer)
- Induced dormancy (dormansi
sekunder)
- Enforced dormancy
Sedangkan
menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
- Dormansi Fisik, dan
- Dormansi Fisiologis
- Dormansi Fisik
Dormansi
Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji,
seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis
terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Beberapa
penyebab dormansi fisik adalah:
a.
Impermeabilitas
kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type
dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit
biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade
berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
b.
Resistensi
mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga
menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan
tumbuh dengan segera.
c.
Permeabilitas
yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan
terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih
ditambah. Pada benih [apel] misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh
keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio.
Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur
hangat.
Dormansi
Fisiologis
Dormansi
Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya
disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun
perangsang tumbuh
Beberapa
penyebab dormansi fisiologis adalah:
a.
Immaturity
Embrio
Pada dormansi ini perkembangan embrionya
tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang
demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan
kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk
secara sempurna dan mampu berkecambah.
b.
After
ripening
Benih yang mengalami dormansi ini
memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau
dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening
diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama
penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu
penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun,
tergantung dari jenis benihnya.
Dormansi Sekunder
Dormansi
sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah,
tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama
beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah.
Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi
yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan
cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga
dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada
kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga
pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.
Dormansi
yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dormansi
ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio.
Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara
lain: Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids
Lactone (Counamin) dll.
Counamin
diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa
dan Beta amilase.
Tipe
Dormansi Lain
Tipe
dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari
beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu
mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari
immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan
akan perlakuan chilling
C. Cara
Menghambat Dormansi
Untuk
mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat
berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah
utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang
dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan
cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Ada
beberapa cara yang telah diketahui, seperti:
- Dengan perlakuan mekanis
Tujuan dari
perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga
lebih permeabel terhadap air atau gas. Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.
Skarifikasi
mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas,
melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan
goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
- Dengan perlakuan kimia
Tujuan dari
perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada
waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat
dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat
dilalui oleh air dengan mudah.
- Dengan perlakuan perendaman dengan
air.
Perlakuan
perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh
benih.
Caranya yaitu: dengan memasukkan benih
ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi
dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang
mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
- Dengan perlakuan suhu
Cara yang
sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap
(Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang
berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi
pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
Kebutuhan
stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam
satu famili.
- Dengan perlakuan cahaya
Cahaya
berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan.
Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi
juga intensitas cahaya dan panjang hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dormansi
adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan
normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik
atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik
lingkungan, atau kimiawi.
Penyebab Dormansi
Benih yang mengalami dormansi ditandai
oleh:
1.
Rendahnya
/ tidak adanya proses imbibisi air.
2.
Proses
respirasi tertekan / terhambat.
3.
Rendahnya
proses mobilisasi cadangan makanan.
4.
Rendahnya
proses metabolisme cadangan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Goldsworthy, P. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Universitas GadjahMada. Yogyakarta
Harjadi, S. S. 1986. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Hartmann, H.T. dan Dale E.K. 1975 .Plant Propagation Principles
and Practices.Prentice-Hall, Inc., New Jersey.
Justice, O.L dan L.N. Bass., 1990. Prinsip dan Praktek Penyimpanan
Benih. Rajawali Press, Jakarta
Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta, Jakarta
Lakitan, B. 1993.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo
Persada.Jakarta
Mayer, A. M. dan A. P. Mayber. 1963. The Germination of Seeds.
Pergawon Press,Jerussalem.
Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, C. Santiwa., 1994. Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih.PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta
Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB
Press, Bandung
Vallejos, et al. Water
relationships of castor bean (Ricinus communis L.) seeds related to final seed
dry weight and physiological maturity. European Journal of Agronomy
No comments:
Post a Comment