BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berdasarkan Data Laporan Triwulan IV yang mengemukakan
bahwa status kesehatan perempuan di Indonesia masih tergolong dalam kategori
rendah, hal tersebut ditandai dengan tingginya angka persentase KEK (Kurang
Energi Kronis) pada wanita usia subur sebesar 14,8%, angka anemia pada remaja
sebesar 23,9% dan anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%, 46.659 kasus HIV
dilaporkan dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi dan kasus HIV/AIDS paling
banyak ditemukan di kelompok umur 20-49 tahun (Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit, 2019).
Permasalahan kesehatan lainnya yang didasari dari data
yang bersumber pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Aceh diketahui jumlah
kematian ibu resti (resiko tinggi) yang dilaporkan sebanyak 11 kasus dan lahir
hidup 101.296 jiwa, maka rasio angka kematian ibu di Aceh kembali menunjukkan
penurunan menjadi 139/100.000 lahir hidup. 8,7% KEK pada Ibu hamil dan 21,3%
pada wanita usia subur (Dinkes Aceh, 2019)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) masih menjadi permasalahan
di Indonesia. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah kondisi ketika seseorang
mengalami kekurangan gizi yang berlangsung menahun (kronis) sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan (Prawita et al., 2017). Wanita dan anak-anak
merupakan kelompok yang memiliki risiko paling tinggi mengalami Kekurangan
Energi Kronik (KEK). Saat ini Kekurangan Energi Kronik (KEK) menjadi perhatian
pemerintah dan tenaga kesehatan, karena seorang wanitas usia subur (WUS) yang
mengalami KEK memiliki risiko tinggi untuk melahirkan anak yang juga akan
mengalami KEK di kemudian hari. Disamping hal tersebut, kekurangan gizi
menimbulkan masalah kesehatan morbiditas, mortalitas, dan disabilitas, juga
menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang
lebih luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan
kelangsungan hidup suatu bangsa (Paramata & Sandalayuk, 2019).
Upaya meningkatkan SDM seharusnya dimulai sedini mungkin
sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas SDM dimasa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Kekurangan energi kronik (KEK)
merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk disebabkan karena
kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang
berlangsung lama atau menahun (Rahmat et
al, 2011) masalah KEK sebelum kehamilan dapat diperbaiki melalui konseling
sebelum seorang wanita menikah sehingga wanita yang sudah terdeteksi KEK
sebelum dia hamil, maka dapat dilakukan penanganan untuk memperbaiki masalah
KEK pada wanita tersebut.
Kekurangan Energi Kronik (KEK) sering diderita oleh
wanita usia subur (WUS). Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada pada
masa kematangan organ reproduksi dan organ reproduksi tersebut telah berfungsi
dengan baik, yaitu pada rentang usia 15 – 49 tahun termasuk wanita hamil,
wanita tidak hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja putri, dan pekerja
wanita. KEK menggambarkan asupan energi dan protein yang tidak adekuat. Salah
satu indikator untuk mendeteksi risiko KEK dan status gizi WUS adalah dengan
melakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
pada lengan tangan yang tidak sering melakukan aktivitas gerakan yang berat.
Nilai ambang batas yang digunakan di Indonesia adalah nilai rerata LILA <
23,5 cm yang menggambarkan terdapat risiko kekurangan energi kronik pada
kelompok wanita usia subur (Angraini, 2018).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sebesar 395 per
100.000 kelahiran hidup. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab
kematian Ibu sebesar 31.85%. Anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya pendarah dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu.
Berdasarkan upaya peningkatan kesehatan masa sebelum
hamil, persiapan kondisi fisik, mental dan sosial harus disiapkan sejak dini
yaitu dimulai dari masa remaja. Selain remaja, upaya peningkatan kesehatan masa
sebelum hamil juga diberikan kepada pasangan dan wanita usia subur. Pelayanan peningkatan
kesehatan tersebut di mulai dari Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus tentang “Asuhan Kebidanan Dasar Pada Remaja Dengan KEK (Kekurangan Energi Kronik) Di Puskesmas Krueng
Barona Jaya”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka didapatkarumusan masalah adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Dasar Pada Reamaja Dengan KEK (Kekurangan Energi Kronik) Di Puskesmas
Krueng Barona Jaya?”
1.3
Tujuan Penelitian
Penulis dapat mempelajari dan memahami penerapan asuhan
kebidanan menggunakan pengumpulan data dan pendokumentasian dengan metode SOAP
gangguan kesehatan gizi pada catin dengan KEK di puskesmas Krueng Barona Jaya.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Bagi lahan praktek
Dapat dimanfaatkan untuk
penyempurnaan layanan bagi tenaga kesehatan khususnya profesi bidan dalam
asuhan kebidanan pada kasus gangguan kesehatan gizi pada dengan KEK.
2.
Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan
penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan kesehatan gizi
pada Remaja dengan KEK.
3.
Bagi Pasien
Membantu dalam hal
memberikan pengertian secara jelas perawatan pada kasus Kekurangan Energi Kronik (KEK), sehingga klien dapat mengerti
dan melaksanakanya di rumah.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis Medis
1.
Kekurangan Energi Kronik (KEK)
a.
Pengertian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) sering diderita oleh wanita usia subur
(WUS). Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada pada masa kematangan
organ reproduksi dan organ reproduksi tersebut telah berfungsi dengan baik,
yaitu pada rentang usia 15 – 49 tahun termasuk wanita hamil, wanita tidak
hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja putri, dan pekerja wanita. KEK
menggambarkan asupan energi dan protein yang tidak adekuat. Salah satu
indikator untuk mendeteksi risiko KEK dan status gizi WUS adalah dengan
melakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
pada lengan tangan yang tidak sering melakukan aktivitas gerakan yang berat.
Nilai ambang batas yang digunakan di Indonesia adalah nilai rerata LILA <
23,5 cm yang menggambarkan terdapat risiko kekurangan energi kronik pada
kelompok wanita usia subur (Angraini, 2018). Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih sebesar 395 per 100.000 kelahiran hidup. Pendarahan menempati persentase
tertinggi penyebab kematian Ibu sebesar 31.85%. Anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi
penyebab utama terjadinya pendarah dan infeksi yang merupakan faktor utama
kematian ibu.
b.
Etiologi KEK
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat
gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat
gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau
keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan
digunakan untuk tubuh (Helena, 2013).
c.
Fisiologis
Kekurangan energi kronis
(KEK) memberikan tanda dan gejala yang dapat dilihat dan diukur. Menurut
Supariasa (2014), tanda klinis KEK meliputi :
1)
Berat badan < 40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang
dari 23,5 cm.
2)
Tinggi badan <145 cm
3)
Ibu menderita anemia dengan HB <11 gr/dl
4)
Lelah, letih, lesu dan lunglai
5)
Bibir tampak pucat
6)
Nafas pendek
7)
Denyut jantung meningkat
8)
Susah BAB
9)
Nafsu makan berkurang
10) Kadang-kadang pusing
11) Mudah mengantuk
d.
Patofisiologis
Patofisiologis penyakit gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu :
Pertama, ketidakcukupan zat gizi, apabila ketidakcukupan zat gizi ini
berlangsung lama maka persediaan/cadangan jaringan akan digunakan untuk
memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka akan
terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan penurunan berat badan. Ketiga,
terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan
laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang ditandai dengan tanda yang
khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang dapat dilihat dari muncunya tanda
klasik (Supariasa dkk., 2014)
e.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekurangan energi kronik
(KEK)
1)
Jumlah asupan makanan
2)
Usia ibu
3)
Beban kerja/aktivitas
4)
Penyakit/infeksi
5)
Pengetahuan ibu tentang gizi
6)
Pendapatan keluarga
f.
Dampak Kekurangan KEK
KEK dapat memberi dampak pada kesehatan. Individu yang menderita KEK akan
mengalami berat badan kurang atau rendah, serta produktivitasnya akan terganggu
karena tidak dapat begerak aktif sebab kekurangan gizi. Apabila KEK terjadi
pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil makan akan berdampak pada proses
kehamilan, melahirkan, dan berat badan bayi. Ibu hamil yang berisiko KEK (LILA
< 23,5 cm) kemungkinan akan mengalami kesulitan persalinan, pendarahan, dan
berpeluang melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang akhirnya
dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan/atau bayi (Proverawati &
Ismawati, 2010).
Status gizi sebelum hamil atau selama hamil memiliki peluang 50% dalam
mempengaruhi tingginya kasus kejadian bayi BBLR di negara berkembang. Hasil
meta analisis World Health organization (WHO) Collaboration Study menyimpulkan
bahwa berat badan dan tinggi badan ibu sebelum hamil, indeks masa tubuh dan
lingkar lengan atas (LILA) merupakan faktor yang mempengaruhi bayi BBLR
(Sarumaha, 2018). Wanita hamil yang mengalami KEK sejak mudanya memiliki risiko
melahirkan bayi dengan BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak
mengalami KEK (Syofianti, 2013).
Status kekurangan energi kronis sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan
selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR), anemia pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan
terhambatnya pertumbuhan otak janin (Siti, 2013). Kurang energi kronis pada
masa usia subur khususnya masa persiapan kehamilan maupun saat kehamilan dapat
berakibat pada ibu maupun janin yang dikandungnya. Terhadap persalinan
pengaruhnya dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya, dan pendarahan. Pengaruhnya terhadap janin dapat menimbulkan
keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, dan berat badan lahir rendah (BBLR) (Pratiwi, 2018).
g.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan LILA dapat dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa klien.
Lingkar lengan atas (LILA) adalah pengukuran antopometri yang dapat
menggambarkan keadaan status gizi dan untuk mengetahui resiko KEK atau gizi
kurang. Kategori KEK adalah LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita
LILA (Supariasa, 2014)
1)
Tujuan pengukuran LILA
a)
Mengetahui risiko KEK wanita usia subur (WUS), baik ibu
hamil maupun calon ibu untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan
bayi berat lahir rendah.
b)
Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar
lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
c)
Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.
d)
Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS
yang menderita KEK
e)
Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang
menderita KEK (Supariasa, 2014)
2)
Ambang batas
Ambang batas atau cut off point ukuran LILA WUS dengan
risiko KEK di indonseia adalah 23, 5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5
cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebit mempunyai risiko KEK
(Suparisa, 2014)
3)
Cara mengukur LILA
Pengkuran LILA dilakukan
melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan, pengukuran dilakukan dengan pita
LILA dan ditandai dengan sentimeter. Terdapat 7 urutan pengukuran LILA yaitu :
a)
Tetapkan posisi bahu dan siku, yang diukur adalah
pertengahan lengan atas sebelah kiri dan lengan dalam keadaan tidak tertutup
kain/pakaian.
b)
Letakkan pita antara bahu dan siku
c)
Tentukan titik tengah lengan, beri tanda.
d)
Lingkar pita LILA pada tengah lengan
e)
Pita jangan terlalu ketat atau longgar
f)
Cara membaca sesuai dengan skala yang benar
g)
Catat hasil pengukuran LILA (Supariasa, 2014)
4)
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Status gizi untuk dewasa
(usia 18 tahun keatas) dapat menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Di indonesia
sejak tahun 1958 digunakan cara perhitungan berat badan normal berdasarkan
rumus :
Berat badan normal =
(tinggi badan – 100) – 10% (tinggi badan – 100)
IMT merupakan alat yang
digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan berat badan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan
berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai harapan hidup berkepanjangan
(Supariasa, 2014)
Menurut Permenkes nomor 41 tahun 2014 yang dimaksud
dengan berat badan normal untuk orang dewasa adalah :
Jika IMT 18,5-25,0 untuk
mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut : IMT = Berat Badan
(Kg) / Tinggi Badan x Tinggi Badan (m)
h.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk remaja wanita pra nikah dengan KEK adalah dengan
memberikan konseling mengenai gizi seimbang pada calon pengantin, dengan
konseling tersebut diharapkan calon pengantin mau melakukan apa yang dianjurkan
oleh tenaga kesehatan untuk bisa meningkatkan asupan nutrisi, sehingga masalah
KEK dapat teratasi.
Upaya penanggulangan masalah KEK dapat dilakukan dengan program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) dalam bentuk biskuit yang dibagikan kepada seluruh WUS
dan ibu hamil yang mengalami KEK, pemberian tablet Fe atau penambah darah untuk
mencegah terjadiya anemia pada ibu hamil, serta melakukan program konseling
kepada Wanita Usia Subur (WUS) mengenai masalah kesehatan reproduksi, kesiapan
sebelum hamil, persalinan, nifas dan konseling pemilihan alat kontrasepsi KB.
Gizi dikatakan sempurna jika makanan yang dikonsumsinya mengandung zat gizi
yang seimbang, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan dan tidak belebihan. Makanan
yang baik dan seimbang akan menghindari masalah di saat hamil, melahirkan bayi
yang sehat, dan memperlancar ASI. Apabila konsumsi energi kurang, maka energi
dalam jaringan otot/lemak akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut.
Kekurangan energi akan menurunkan kapasitas kerja, hal ini biasanya terjadi
sebagai proses kronis dengan akibat penurunan berat badan(Muhamad & Liputo,
2017).
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Tanggal dan tempat penelitian
Hari dan tanggal : Sabtu 4 Desember 2021
Tempat
: Puskesmas Krueng Barona
Jaya
Identitas
Nama : Ny.I
Umur : 25 Tahun
Alamat : Lampermai
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
S:
Ny.I datang ke Puskesmas Krueng Barona Jaya, ingin memeriksakan
kesehatan dan mengatakan ia berencana langsung hamil setelah pernikahan.
O:
K/U : Baik
Kesadaran:
composmentis
Tanda-tanda vital (TTV)
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,1 C
BB : 47 kg
TB : 163 cm
LILA : 21 cm
Pemeriksaan Fisik
·
Kepala :
Bersih,tidak ada ketombe
·
Wajah :
Normal, tidak ada oedema
·
Mata :
Conjungtiva merah muda,sclera putih
·
Telinga :
Bersih, tidak ada serumen
·
Hidung :
Bersih,tidak ada polit
·
Mulut :
Bersih, tidak ada caries
·
Leher :
Normal,tidakada pembengkakan kelenjar tyroid.
·
Payudara :
Simtris,tidak ada benjolan dan putting susu menonjol
·
Abdomen :
Bersih,tidak ada bekas luka operasi
·
Genetalia :
Tidak ada keputihan abnormal
PemeriksaanPenunjang
PemeriksaanLaboratoriumtanggal
4 Desember 2021 jam 10.45
WIB
·
Hb : 11,0 gr/dl
·
GolonganDarah : A
·
Plano Test :
(-)
·
Hepatitis : (-)
·
HIV : (-)
·
SYPHILIS : (-)
A:
Ny.I usia 25 tahun dengan
Prakonsepsi gangguan KEK
P:
1.
Memberitahu pasien bahwa pasien tentang hasil pemeriksaan bahwa tanda-tanda vital dalam
batas normal, didapatkan tanda-tanda
mengalami KEK dan berat badan kurang
sehingga dikhawatirkan saat terjadi kehamilan
maka ibu berisiko keguguran, janin IUGR, bayilahir dengan BBLR, bahkan kematian
bayi. Klien
Ny.I mengerti hasil pemeriksaan
2.
Menganjurkan Ny.I untuk memperbaiki pola makannya menjadi makan dengan gizi
seimbang,menambah kalori setiap kali makan seperti menambah karbohidrat
seperti nasi, jagung, kentang,dll dengan porsi yang lebih banyak dan
makan dengan teratur 3 kali sehari. Selain itu klien N jugaperlu konsumsi
lauk, buah dan sayur untuk persiapan organ reproduksi dan
tubuh yang sehat.Selain itu juga memberi KIE
untukcalon suami untukmempersiapkan kesehatannya denganmengonsumsi
makanan yang bergizi seimbang
agar system reproduksinya sehat. klien N mengerti dan bersedia.
3.
Memberitahu pada ibu untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dengan memperhatikan status gizi ibu sebelum hamil dan
pada saat hamil kelak. Serta lebih meningkatkan aktivitas fisik atau
memperbanyak olahraga. Ny.I mengerti dan mau melakukannya
4.
Memberitahu ibu tentang perubahan perannya
setelah menikah dan pentingnya komunikasi efektif saat menikah untuk menyatukan
suami dan istri.Ny.I mengerti dan paham apa yang disampaikan
5.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi, manfaat
gizi dan menjelaskan zat gizi yang diperlukan seperti vit B12, vit E, zat besi,
Zink, Kebutuhan protein dan asam folat.Ny.I memahami dan dapat menjelaskan apa
yang disampaikan
6.
Menganjurkanuntuk melakukan kunjungan ulang jika ada keluhan
7.
Klien telah mengerti dengan penjelasan dari bidan dan klien bisa
menggulangi kembali apa yang telah di jelaskan oleh bidan.
8.
Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Penjelasan
Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan menurut
SOAP pada Klien N. dengan gangguan
kesehatan gizi yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK) secara terperinci mulai
dari langkah pertamayaitu pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan sebagai
langkah terakhir. Data objektif pada pasien dengan kasus KEK adalah hasil
pemeriksaan fisik dan TTV dalam batas normal, akan tetapi Klien N memiliki LILA
21 cm yang termasuk dalam kategori KEK. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm
atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebit mempunyai risiko KEK
(Suparisa, 2014). Status KEK sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama
kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Disamping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah
terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak janin ( Supariasa,
2016). Dari hasil pemeriksaan lab kepada Ny.I bahwa Hb 11,0 gr/dl yang berarti
Hb normal, golongan darah A, dan pemeriksaan HIV, Syphilis, Hepatitis adalah
negatif, serta plano tets juga negatif yang artinya pasien dalam keadaan tidak
hamil.
Konseling selanjutnya dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar
memelihara kesuburan, memantau dan mengusahakan berat badan yang ideal,
kebutuhan (zink dan zat besi, protein asam folat, vit E dan vit B12) tercukupi,
menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan pasien
makan makanan yang bergizi ( nasi, lauk, sayur, buah ), mencukupi kebutuhan
cairan dengan minimal 1,5 liter perhari, menganjurkan pasien untuk memperbanyak
makan sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, daging, dan tidak pantang
makanan.
Data subjektif dan objektif yang
penulis temukan saat melakukan pengkajian mendukung ditegakkannya analisa
kebidanan pada NY I. umur 25 tahun dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK).
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut SOAP dan data perkembangan soap maka penulis dapat
menyimpulkan Pada pengkajian Ny.1 usia 25 tahun dengan KEK pranikah didapatkan
data subjektif dan data objektif. Data subjektif di peroleh dari wawancara
dengan pasien dimana pasien ingin suntik imunisasi TT dan memeriksakana
kesehatan sebelum menikah serta pasien ingin segera langsung hamil. Dan data
Objektif Ny. I memiliki LILA yaitu 21 cm Hal ini menunjuk kan
ada masalah pada gizi Ny.I Meskipun dari hasil lab Hb normal yaitu11,0
g/dl.Setelah dilakukan pengkajian, menunjukkan adanya temuan diagnosis kebidanan
yaitu : dengan KEK.
Masalah yang timbul adalah ia jarang makan teratur dan sering makan
sembarangan,menu
yang iapilihseringkalitidakbergiziseimbangdan makanhanya2-3 kali seharidenganporsiyangsedikit. Ny. I mengaku sudah terbiasa
makan sedikitdan jarang.. Pasien dianjurkan meningkatkan pola makan dan banyak
mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, ikan dan makanan bergizi lainnya.
Pasien di beri konseling tentang pencegahan dan Dalam evaluasi pada Ny.I dengan KEK didapatkan hasil yaitu bahwa pasien
sudah mengerti dan bersedia melakukan anjuran dari bidan.
B. Saran
- Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan
dengan konseling, informasi dan edukasi(KIE) tentang gizi yang diperlukan untuk
wanita usia subur serta persiapan untuk kehamilan.
- Bagi Penulis
Diharapkan lebih
memperdalam ilmu dan teori tentang KEK, sehingga dapat mengambil
tindakan secara lebih cepat dan tepat. Selain itu mahasiswa
diharapkan dapat mengkaji setiap informasi yang dapat menunjang analisa
dengan rinci sehingga pendokumentasian dapat dilakukan sesuai dengan managemen
langkah varney.
- Bagi pasien
Banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi contohnya,sayur-
sayuran,buah-buahan dan makanan yang bergizi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A.C. (2018) Asupan Gizi, Nutrisional Care Process.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Dinkes Provinsi Aceh, Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2019,
Banda Aceh: Dinkes Provinsi Aceh, 2019.
Direktorat Jendral Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. (2019) HIV/AIDS
dan IMS Penularan dan Pencegahan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Hardiansyah, Supariasa IDN (2014). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta
: Penerbit Buku Kedojteran EGC
Kemenkes RI (2018) Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon
Pengantin. Kementrian Kesehatan RI.
Muhamad, Z., & Liputo, S. (2017).
Peran Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam
Menanggulangi The Role Of The Local Government Policy In Eradication Of.
7(November), 113–122.
Sarumaha, O. (2018). Pengaruh Pemberian Siomay Ikan Gabus
Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang Kekurangan
Energi Kronik di Kelurahan Paluh Kemiri. Politeknik Kesehatan Medan.
Siti, M. (2013). Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang Energi Kronis. Infokus, 3(3),
40–62.
Supariasa, I Dewa Nyoman, (2014) Pendidikan
dan Konsultasi Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Syofianti, H. (2013). Pengaruh Risiko Kurang Energi Kronis Pada
Ibu Hamil Terhadap Berat Badan Bayi Lahir Rendah (Analisis Kohort Ibu DI
Kabupaten SawahluntoSijujung Tahun 2007). Universitas Indonesia.
Paramata, Y., & Sandalayuk, M.
(2019). Kurang Energi Kronis pada Wanita
Usia Subur di Wilayah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Gorontalo
Journal of Public Health, 2(1), 120. https://doi.org/10.32662/gjph.v2i1.390
Pratiwi, S. K. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga dan Tingkat
Pendidikan Ibu dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Politeknik Kesehatan Kendari.
Prawita, A., Susanti, A. I., &
Sari, P. (2017). Survei Intervensi Ibu
Hamil Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Kecamatan Jatinangor Tahun 2015.
Jurnal Sistem Kesehatan, 2(4).
Proverawati, A., & Ismawati, C.
(2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Nuha Medika.
-
No comments:
Post a Comment