BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berdasarkan Data Laporan Triwulan IV yang mengemukakan bahwa status
kesehatan perempuan di Indonesia masih tergolong dalam kategori rendah, hal
tersebut ditandai dengan tingginya angka persentase KEK (Kurang Energi Kronis)
pada wanita usia subur sebesar 14,8%, angka anemia pada remaja sebesar 23,9%
dan anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%, 46.659 kasus HIV dilaporkan dari 514
kabupaten/kota di 34 provinsi dan kasus HIV/AIDS paling banyak ditemukan di
kelompok umur 20-49 tahun (Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, 2019).
Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator
yang dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat disuatu negara. Menurut data
world health organition (WHO),angka kematian ibu didunia dipada tahun 2015
adalah 216 per100.000 kelahiran hidup atau diperkirakan jumlah kematian ibu
adalah 303.000 kematian dengan jumlah tertinggi berada di negara
berkembang yaitu sebesar 302.000
kematian. Angka kematian ibu di negara berkembanh 20 kali lebih tinggi di
bandingkan angka kematian ibu di negara maju yaitu 239 per 100.000 kelahiran
hidup sedangkan di negara maju yaitu 239
per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di negara maju 12 per 100.000
kelahiran hidup di pada tahun 2015 (WHO,2015).
Permasalahan kesehatan lainnya yang didasari dari data yang bersumber pada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Aceh diketahui jumlah kematian ibu resti (resiko
tinggi) yang dilaporkan sebanyak 11 kasus dan lahir hidup 101.296 jiwa, maka
rasio angka kematian ibu di Aceh kembali menunjukkan penurunan menjadi
139/100.000 lahir hidup. 8,7% KEK pada Ibu hamil dan 21,3% pada wanita usia
subur (Dinkes Aceh, 2019)
Kekurangan Energi Kronik (KEK) masih menjadi permasalahan di Indonesia.
Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah kondisi ketika seseorang mengalami
kekurangan gizi yang berlangsung menahun (kronis) sehingga menimbulkan gangguan
kesehatan (Prawita et al., 2017). Wanita dan anak-anak merupakan kelompok yang
memiliki risiko paling tinggi mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK). Saat
ini Kekurangan Energi Kronik (KEK) menjadi perhatian pemerintah dan tenaga
kesehatan, karena seorang wanitas usia subur (WUS) yang mengalami KEK memiliki
risiko tinggi untuk melahirkan anak yang juga akan mengalami KEK di kemudian
hari. Disamping hal tersebut, kekurangan gizi menimbulkan masalah kesehatan
morbiditas, mortalitas, dan disabilitas, juga menurunkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas, kekurangan gizi dapat
menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan hidup suatu bangsa (Paramata
& Sandalayuk, 2019).
Upaya meningkatkan SDM seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin dalam
kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM
dimasa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan sejak masa janin
dalam kandungan. Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan suatu keadaan dimana
status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan sumber
energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau menahun
(Rahmat et al, 2011) masalah KEK
sebelum kehamilan dapat diperbaiki melalui konseling sebelum seorang wanita
menikah sehingga wanita yang sudah terdeteksi KEK sebelum dia hamil, maka dapat
dilakukan penanganan untuk memperbaiki masalah KEK pada wanita tersebut.
Kekurangan Energi Kronik (KEK) sering diderita oleh wanita usia subur
(WUS). Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada pada masa kematangan
organ reproduksi dan organ reproduksi tersebut telah berfungsi dengan baik,
yaitu pada rentang usia 15 – 49 tahun termasuk wanita hamil, wanita tidak
hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja putri, dan pekerja wanita. KEK
menggambarkan asupan energi dan protein yang tidak adekuat. Salah satu
indikator untuk mendeteksi risiko KEK dan status gizi WUS adalah dengan
melakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
pada lengan tangan yang tidak sering melakukan aktivitas gerakan yang berat.
Nilai ambang batas yang digunakan di Indonesia adalah nilai rerata LILA <
23,5 cm yang menggambarkan terdapat risiko kekurangan energi kronik pada
kelompok wanita usia subur (Angraini, 2018).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sebesar 395 per 100.000 kelahiran
hidup. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian Ibu sebesar
31.85%. Anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
pendarah dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu.
Berdasarkan upaya peningkatan kesehatan masa sebelum hamil, persiapan
kondisi fisik, mental dan sosial harus disiapkan sejak dini yaitu dimulai dari
masa remaja. Selain remaja, upaya peningkatan kesehatan masa sebelum hamil juga
diberikan kepada pasangan dan wanita usia subur. Pelayanan peningkatan
kesehatan tersebut di mulai dari Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
studi kasus tentang “Asuhan Kebidanan Dasar Pada Remaja Dengan KEK (Kekurangan Energi Kronik) Di Puskesmas Krueng
Barona Jaya”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka didapatkarumusan masalah adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Dasar Pada Reamaja Dengan KEK (Kekurangan Energi Kronik) Di Puskesmas
Krueng Barona Jaya?”
1.3
Tujuan Penelitian
Penulis dapat mempelajari dan memahami penerapan
asuhan kebidanan menggunakan pengumpulan data dan pendokumentasian dengan
metode SOAP gangguan kesehatan gizi pada catin dengan KEK di puskesmas Krueng
Barona Jaya.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Bagi lahan praktek
Dapat dimanfaatkan untuk
penyempurnaan layanan bagi tenaga kesehatan khususnya profesi bidan dalam
asuhan kebidanan pada kasus gangguan kesehatan gizi pada dengan KEK.
2.
Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan
penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan kesehatan gizi
pada Remaja dengan KEK.
3.
Bagi Pasien
Membantu dalam hal
memberikan pengertian secara jelas perawatan pada kasus Kekurangan Energi Kronik (KEK), sehingga klien dapat mengerti
dan melaksanakanya di rumah.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis Medis
1.
Kekurangan Energi Kronik (KEK)
a. Pengertian
Kekurangan Energi Kronik
(KEK) sering diderita oleh wanita usia subur (WUS). Wanita Usia Subur (WUS) adalah
wanita yang berada pada masa kematangan organ reproduksi dan organ reproduksi
tersebut telah berfungsi dengan baik, yaitu pada rentang usia 15 – 49 tahun
termasuk wanita hamil, wanita tidak hamil, ibu nifas, calon pengantin, remaja
putri, dan pekerja wanita. KEK menggambarkan asupan energi dan protein yang
tidak adekuat. Salah satu indikator untuk mendeteksi risiko KEK dan status gizi
WUS adalah dengan melakukan pengukuran antropometri yaitu pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) pada lengan tangan yang tidak sering melakukan aktivitas
gerakan yang berat. Nilai ambang batas yang digunakan di Indonesia adalah nilai
rerata LILA < 23,5 cm yang menggambarkan terdapat risiko kekurangan energi
kronik pada kelompok wanita usia subur (Angraini, 2018). Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia masih sebesar 395 per 100.000 kelahiran hidup. Pendarahan
menempati persentase tertinggi penyebab kematian Ibu sebesar 31.85%. Anemia dan
KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarah dan infeksi yang
merupakan faktor utama kematian ibu.
b. Etiologi KEK
Keadaan KEK terjadi
karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi antara lain:
jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi
yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh
(Helena, 2013).
c. Fisiologis
Kekurangan energi kronis (KEK) memberikan tanda
dan gejala yang dapat dilihat dan diukur. Menurut Supariasa (2014), tanda
klinis KEK meliputi :
1) Berat badan < 40 kg
atau tampak kurus dan LILA kurang dari 23,5 cm.
2) Tinggi badan <145 cm
3) Ibu menderita anemia
dengan HB <11 gr/dl
4) Lelah, letih, lesu dan
lunglai
5) Bibir tampak pucat
6) Nafas pendek
7) Denyut jantung meningkat
8) Susah BAB
9) Nafsu makan berkurang
10) Kadang-kadang pusing
11) Mudah mengantuk
d. Patofisiologis
Patofisiologis penyakit
gizi kurang terjadi melalui lima tahapan yaitu : Pertama, ketidakcukupan zat
gizi, apabila ketidakcukupan zat gizi ini berlangsung lama maka
persediaan/cadangan jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu.
Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan,
yang ditandai dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia
yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan
fungsi yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi
yang dapat dilihat dari muncunya tanda klasik (Supariasa dkk., 2014)
e. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kekurangan energi kronik (KEK)
1)
Jumlah asupan makanan
2)
Usia ibu
3)
Beban kerja/aktivitas
4)
Penyakit/infeksi
5)
Pengetahuan ibu tentang gizi
6)
Pendapatan keluarga
f. Dampak Kekurangan KEK
KEK dapat memberi dampak
pada kesehatan. Individu yang menderita KEK akan mengalami berat badan kurang
atau rendah, serta produktivitasnya akan terganggu karena tidak dapat begerak
aktif sebab kekurangan gizi. Apabila KEK terjadi pada wanita usia subur (WUS)
dan ibu hamil makan akan berdampak pada proses kehamilan, melahirkan, dan berat
badan bayi. Ibu hamil yang berisiko KEK (LILA < 23,5 cm) kemungkinan akan
mengalami kesulitan persalinan, pendarahan, dan berpeluang melahirkan bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang akhirnya dapat mengakibatkan
kematian pada ibu dan/atau bayi (Proverawati & Ismawati, 2010).
Status gizi sebelum hamil
atau selama hamil memiliki peluang 50% dalam mempengaruhi tingginya kasus
kejadian bayi BBLR di negara berkembang. Hasil meta analisis World Health
organization (WHO) Collaboration Study menyimpulkan bahwa berat badan dan
tinggi badan ibu sebelum hamil, indeks masa tubuh dan lingkar lengan atas
(LILA) merupakan faktor yang mempengaruhi bayi BBLR (Sarumaha, 2018). Wanita
hamil yang mengalami KEK sejak mudanya memiliki risiko melahirkan bayi dengan
BBLR 4,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami KEK (Syofianti,
2013).
Status kekurangan energi
kronis sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan
menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), anemia
pada bayi baru lahir, mudah terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan
otak janin (Siti, 2013). Kurang energi kronis pada masa usia subur khususnya
masa persiapan kehamilan maupun saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun
janin yang dikandungnya. Terhadap persalinan pengaruhnya dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya, dan pendarahan.
Pengaruhnya terhadap janin dapat menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir
mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan berat badan lahir
rendah (BBLR) (Pratiwi, 2018).
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan LILA dapat
dilakukan untuk menunjang penegakan diagnosa klien. Lingkar lengan atas (LILA)
adalah pengukuran antopometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi dan
untuk mengetahui resiko KEK atau gizi kurang. Kategori KEK adalah LILA kurang
dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA (Supariasa, 2014)
1) Tujuan pengukuran LILA
a) Mengetahui risiko KEK
wanita usia subur (WUS), baik ibu hamil maupun calon ibu untuk menapis wanita
yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah.
b) Meningkatkan perhatian
dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan
penanggulangan KEK.
c) Mengembangkan gagasan
baru dikalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak.
d) Mengarahkan pelayanan
kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK
e) Meningkatkan peran dalam
upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK (Supariasa, 2014)
2) Ambang batas
Ambang batas atau cut off point ukuran LILA WUS dengan risiko KEK di indonseia adalah
23, 5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita
LILA, artinya wanita tersebit mempunyai risiko KEK (Suparisa, 2014)
3) Cara mengukur LILA
Pengkuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan
yang telah ditetapkan, pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai
dengan sentimeter. Terdapat 7 urutan pengukuran LILA yaitu :
a) Tetapkan posisi bahu dan
siku, yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri dan lengan dalam
keadaan tidak tertutup kain/pakaian.
b) Letakkan pita antara bahu
dan siku
c) Tentukan titik tengah
lengan, beri tanda.
d) Lingkar pita LILA pada
tengah lengan
e) Pita jangan terlalu ketat
atau longgar
f) Cara membaca sesuai
dengan skala yang benar
g) Catat hasil pengukuran
LILA (Supariasa, 2014)
4) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Status gizi untuk dewasa (usia 18 tahun keatas)
dapat menggunakan indeks massa tubuh (IMT). Di indonesia sejak tahun 1958
digunakan cara perhitungan berat badan normal berdasarkan rumus :
Berat badan normal = (tinggi badan – 100) – 10%
(tinggi badan – 100)
IMT merupakan alat yang digunakan untuk memantau
status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan berat badan
dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai harapan hidup berkepanjangan (Supariasa, 2014)
Menurut
Permenkes nomor 41 tahun 2014 yang dimaksud dengan berat badan normal untuk
orang dewasa adalah :
Jika IMT 18,5-25,0 untuk mengetahui nilai IMT,
dapat dihitung dengan rumus berikut : IMT = Berat Badan (Kg) / Tinggi Badan x
Tinggi Badan (m)
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk
remaja wanita pra nikah dengan KEK adalah dengan memberikan konseling mengenai
gizi seimbang pada calon pengantin, dengan konseling tersebut diharapkan calon
pengantin mau melakukan apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan untuk bisa
meningkatkan asupan nutrisi, sehingga masalah KEK dapat teratasi.
Upaya penanggulangan
masalah KEK dapat dilakukan dengan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
dalam bentuk biskuit yang dibagikan kepada seluruh WUS dan ibu hamil yang
mengalami KEK, pemberian tablet Fe atau penambah darah untuk mencegah terjadiya
anemia pada ibu hamil, serta melakukan program konseling kepada Wanita Usia
Subur (WUS) mengenai masalah kesehatan reproduksi, kesiapan sebelum hamil, persalinan,
nifas dan konseling pemilihan alat kontrasepsi KB. Gizi dikatakan sempurna jika
makanan yang dikonsumsinya mengandung zat gizi yang seimbang, jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan dan tidak belebihan. Makanan yang baik dan seimbang akan
menghindari masalah di saat hamil, melahirkan bayi yang sehat, dan memperlancar
ASI. Apabila konsumsi energi kurang, maka energi dalam jaringan otot/lemak akan
digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Kekurangan energi akan menurunkan
kapasitas kerja, hal ini biasanya terjadi sebagai proses kronis dengan akibat
penurunan berat badan(Muhamad & Liputo, 2017).
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Tanggal dan tempat
penelitian
Hari dan tanggal : Sabtu 4 Desember 2021
Tempat
: Puskesmas Krueng Barona
Jaya
Identitas
Nama :
Ny.I Nama
suami : Tn. A
Umur :
25 Tahun Umur : 28 Tahun
Alamat : Lampermai Alamat : Lampermai
Agama :
Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
IRT Pekerjaan : wiraswasta
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia Suku / Baangsa : Aceh
S:
Ny.I datang ke Puskesmas Krueng Barona Jaya, ingin memeriksakan
kesehatan dan mengatakan ia berencana langsung hamil setelah pernikahan,Lama pernikahan 3
tahun.
O:
K/U : Baik
Kesadaran:
composmentis
Tanda-tanda vital (TTV)
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,1 C
BB : 47 kg
TB : 163 cm
LILA : 21 cm
Pemeriksaan Fisik
·
Kepala :
Bersih,tidak ada ketombe
·
Wajah :
Normal, tidak ada oedema
·
Mata :
Conjungtiva merah muda,sclera putih
·
Telinga :
Bersih, tidak ada serumen
·
Hidung :
Bersih,tidak ada polit
·
Mulut :
Bersih, tidak ada caries
·
Leher :
Normal,tidakada pembengkakan kelenjar tyroid.
·
Payudara :
Simtris,tidak ada benjolan dan putting susu menonjol
·
Abdomen :
Bersih,tidak ada bekas luka operasi
·
Genetalia :
Tidak ada keputihan abnormal
PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan Laboratorium
tanggal 4 Desember 2021 jam 10.45
WIB
·
Hb : 11,0 gr/dl
·
GolonganDarah : A
·
Plano Test :
(-)
·
Hepatitis : (-)
·
HIV : (-)
·
SYPHILIS : (-)
A:
Ny.I usia 25 tahun dengan
Prakonsepsi gangguan KEK Keadaan ibu baik.
P:
1.
Memberitahu pasien bahwa pasien tentang hasil pemeriksaan bahwa tanda-tanda vital dalam
batas normal, didapatkan tanda-tanda
mengalami KEK dan berat badan kurang
sehingga dikhawatirkan saat terjadi kehamilan
maka ibu berisiko keguguran, janin IUGR, bayilahir dengan BBLR, bahkan kematian
bayi. Klien
Ny.I mengerti hasil pemeriksaan
2.
Menganjurkan Ny.I untuk memperbaiki pola makannya menjadi makan dengan gizi
seimbang,menambah kalori setiap kali makan seperti menambah karbohidrat
seperti nasi, jagung, kentang,dll dengan porsi yang lebih banyak dan
makan dengan teratur 3 kali sehari. Selain itu klien I juga perlu konsumsi
lauk, buah dan sayur untuk persiapan organ reproduksi dan
tubuh yang sehat.Selain itu juga memberi KIE
untuk calon suami untuk mempersiapkan kesehatannya dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang agar system reproduksinya sehat.
klien I mengerti dan bersedia.
3.
Memberitahu pada ibu untuk mempersiapkan
kehamilan yang sehat dengan memperhatikan status gizi ibu sebelum hamil dan
pada saat hamil kelak. Serta lebih meningkatkan aktivitas fisik atau
memperbanyak olahraga. Ny.I mengerti dan mau melakukannya
4.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi, manfaat
gizi dan menjelaskan zat gizi yang diperlukan seperti vit B12, vit E, zat besi,
Zink, Kebutuhan protein dan asam folat.Ny.I memahami dan dapat menjelaskan apa
yang disampaikan
5.
Menganjurkanuntuk melakukan kunjungan ulang jika ada keluhan
6.
Klien telah mengerti dengan penjelasan dari bidan dan klien bisa
menggulangi kembali apa yang telah di jelaskan oleh bidan
7.
Melakukan pendokumentasian. Telah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Penjelasan
Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan kebidanan menurut
SOAP pada Klien I. dengan gangguan
kesehatan gizi yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK) secara terperinci mulai
dari langkah pertamayaitu pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan sebagai
langkah terakhir. Data objektif pada pasien dengan kasus KEK adalah hasil
pemeriksaan fisik dan TTV dalam batas normal, akan tetapi Klien N memiliki LILA
21 cm yang termasuk dalam kategori KEK. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm
atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK
(Suparisa, 2014). Status KEK sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama
kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
Disamping itu, akan mengakibatkan anemia pada bayi baru lahir, mudah
terinfeksi, abortus, dan terhambatnya pertumbuhan otak janin ( Supariasa,
2016). Dari hasil pemeriksaan lab kepada Ny.I bahwa Hb 11,0 gr/dl yang berarti
Hb normal, golongan darah A, dan pemeriksaan HIV, Syphilis, Hepatitis adalah
negatif, serta plano tets juga negatif yang artinya pasien dalam keadaan tidak
hamil.
Konseling selanjutnya dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar
memelihara kesuburan, memantau dan mengusahakan berat badan yang ideal,
kebutuhan (zink dan zat besi, protein asam folat, vit E dan vit B12) tercukupi,
menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan pasien
makan makanan yang bergizi ( nasi, lauk, sayur, buah ), mencukupi kebutuhan
cairan dengan minimal 1,5 liter perhari, menganjurkan pasien untuk memperbanyak
makan sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, daging, dan tidak pantang
makanan.
Data subjektif dan objektif yang
penulis temukan saat melakukan pengkajian mendukung ditegakkannya analisa
kebidanan pada NY I. umur 25 tahun dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK).
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan menggunakan
manajemen kebidanan menurut SOAP dan data perkembangan soap maka penulis dapat
menyimpulkan Pada pengkajian Ny.1 usia 25 tahun dengan KEK pranikah didapatkan
data subjektif dan data objektif. Data subjektif di peroleh dari wawancara
dengan pasien dimana pasien ingin suntik imunisasi TT dan memeriksakana
kesehatan sebelum menikah serta pasien ingin segera langsung hamil. Dan data
Objektif Ny. I memiliki LILA yaitu 21 cm Hal ini menunjuk kan
ada masalah pada gizi Ny.I Meskipun dari hasil lab Hb normal yaitu11,0
g/dl.Setelah dilakukan pengkajian, menunjukkan adanya temuan diagnosis kebidanan
yaitu : dengan KEK.
Masalah yang timbul adalah ia jarang makan teratur dan sering makan
sembarangan,menu
yang iapilihseringkalitidakbergiziseimbangdan makanhanya2-3 kali seharidenganporsiyangsedikit. Ny. I mengaku sudah terbiasa
makan sedikitdan jarang.. Pasien dianjurkan meningkatkan pola makan dan banyak
mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, ikan dan makanan bergizi lainnya.
Pasien di beri konseling tentang pencegahan dan Dalam evaluasi pada Ny.I dengan KEK didapatkan hasil yaitu bahwa pasien
sudah mengerti dan bersedia melakukan anjuran dari bidan.
B. Saran
- Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dengan
konseling, informasi dan edukasi(KIE) tentang gizi yang diperlukan untuk wanita
usia subur serta persiapan untuk kehamilan.
- Bagi Penulis
Diharapkan lebih memperdalam ilmu dan teori
tentang KEK, sehingga dapat mengambil tindakan secara lebih cepat
dan tepat. Selain itu mahasiswa diharapkan dapat mengkaji setiap
informasi yang dapat menunjang analisa dengan rinci sehingga
pendokumentasian dapat dilakukan sesuai dengan managemen langkah varney.
- Bagi
pasien
Banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi contohnya,sayur-
sayuran,buah-buahan dan makanan yang bergizi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,
A.C. (2018) Asupan Gizi, Nutrisional Care
Process. Yogyakarta : Graha Ilmu
Dinkes
Provinsi Aceh, Profil Kesehatan Provinsi
Aceh Tahun 2019, Banda Aceh: Dinkes Provinsi Aceh, 2019.
Direktorat
Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. (2019) HIV/AIDS dan IMS Penularan dan Pencegahan. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Hardiansyah,
Supariasa IDN (2014). Ilmu Gizi Teori
& Aplikasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedojteran EGC
Kemenkes RI
(2018) Kesehatan Reproduksi dan Seksual
Bagi Calon Pengantin. Kementrian Kesehatan RI.
Muhamad, Z.,
& Liputo, S. (2017). Peran Kebijakan
Pemerintah Daerah Dalam Menanggulangi The Role Of The Local Government Policy
In Eradication Of. 7(November), 113–122.
Sarumaha, O.
(2018). Pengaruh Pemberian Siomay Ikan
Gabus Terhadap Status Gizi (IMT dan LILA) Pada Wanita Usia Subur Yang
Kekurangan Energi Kronik di Kelurahan Paluh Kemiri. Politeknik Kesehatan
Medan.
Siti, M.
(2013). Faktor Penyebab Ibu Hamil Kurang
Energi Kronis. Infokus, 3(3), 40–62.
Supariasa, I
Dewa Nyoman, (2014) Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Syofianti, H.
(2013). Pengaruh Risiko Kurang Energi
Kronis Pada Ibu Hamil Terhadap Berat Badan Bayi Lahir Rendah (Analisis Kohort
Ibu DI Kabupaten SawahluntoSijujung Tahun 2007). Universitas Indonesia.
Paramata, Y.,
& Sandalayuk, M. (2019). Kurang
Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kecamatan Limboto Kabupaten
Gorontalo. Gorontalo Journal of Public Health, 2(1), 120. https://doi.org/10.32662/gjph.v2i1.390
Pratiwi, S.
K. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga
dan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) Pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara. Politeknik Kesehatan Kendari.
Prawita, A.,
Susanti, A. I., & Sari, P. (2017). Survei
Intervensi Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik (KEK) di Kecamatan Jatinangor
Tahun 2015. Jurnal Sistem Kesehatan, 2(4).
Proverawati,
A., & Ismawati, C. (2010). Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). Nuha Medika.
No comments:
Post a Comment