Thursday, 30 September 2021

MAKALAH MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

 

DAFTAR ISI

 

Halaman

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.       Latar Belakang .......................................................................................... 1

B.       Rumusan Masalah...................................................................................... 1

C.       Tujuan........................................................................................................ 2

 

BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................... 3

A.  Pentingnya Alam Semesta Bagi Kehidupan Manusia.................................. 3

B.   Tujuan PenciptaanManusia dan Alam Semesta........................................... 4

C.   Hakikat Manusia.......................................................................................... 6

D.  Hakikat Alam Semesta................................................................................. 7

 

BAB  III MAKALAH.......................................................................................... 11

A.       Kesimpulan ............................................................................................. 11

B.       Saran ....................................................................................................... 12

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Semakin modern dan  canggihnya ilmu pengetahuan, semakin majunya peredaran zaman dan manusiapun menjadi beragam. Manusia memang harus mengetahui apa yang akan di kerjakan sehingga bisa mendapatkan hal-hal yang baik dan  menggunakan akal sehatnya. Dalam hubungan manusia dan alam semesta, jika ia bertanya kepada diri sendiri, “Bagaimana saya ada?” ia akan menjawab, “Saya ada entah bagaimana!” Dengan penalaran demikian, ia akan menjalani kehidupan tanpa pernah merenungkan masalah-masalah seperti itu, Ia memahami fakta bahwa “ia diciptakan”. Dengan mengenal Penciptanya, ia berusaha memahami  tujuan untuk apa ia “diciptakan” Tuhan.Bagi siapa yang ingin memamahami alam semesta terdapat kitab petunjuk yaitu adalah Al-qur’an. Mulai dari yang tampak (syahadah) sampai yang tidak tampak (gaib), dari yang bernyawa sampai yang tidak bernyawa dan dari yang ada didalam perut bumi sampai yang ada diruang angkasa yang dipenuhi beribu-ribu miliar bintang. Dan itu membuat kita bertanya untuk apa alam semesta itu diciptakan? Siapa yg menciptakan alam semesta ini?

Bagaimana cara terbentuknya alam semeseta ini? Pertanyaan ini membuat para Ilmuan untuk melakukan penelitian dan melahirkan berbagai teori dalam penciptaan alam semesta. Sebenarnya penciptaan dunia atau alam semesta ini sudah dijelaskan semua lewat Al-qur’an.

 

B.     Rumusan masalah

1.      Seberapa penting alam semesta bagi kehidupan manusia

2.      Apa Tujuannya penciptaan manusia dan alam semesta

3.      Apa hakikat dari penciptaan Manusia

4.      Apa hakiakat dari penciptaan alam semesta

 

 

 

C.    Tujuan

1.      Memahami dan  mengetahui pentingnya alam semesta bagi  kehidupan manusia

2.      Memahami dan mengetahui tujuan penciptaan manusia dan alam semesta

5.      Memahami dan mengetahui hakikat dari penciptaan Manusia

3.      Memahami dan mengetahui hakikat dari penciptaan Alam Semesta


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pentingnya Alam Semesta Bagi Kehidupan Manusia

Alam semesta sangat penting bagi manusia. Alam semesta yang kita tinggali saat ini merupakan tempat satu-satunya dimana kita bisa hidup. Alam semesta ini disebut dengan  dunia. Dan planetnya bernama  Bumi. Jika ada yang berpendapat bahwa alam semesta ini ada dengan sendirinya berarti tidak ada yang menciptakan dan terus ada selamanya (kekal) serta tidak akan berubah. Coba kita lihat di sekitar kita  mulai dari makanan, minuman, pakaian, dan rumah yang kita tempati tidak ada dengan sendirinya dan tidak muncul tiba-tiba. Semua itu ada asal usulnya. Lalu  “dari mana asal tanah ini, bumi tempat kita berpijak?” Pasti bumi ini ada asal usulnya, tidak jadi dengan sendirinya dan juga tidak jadi secara tiba-tiba.

Para ilmuan terkemuka telah melakukan berbagai macam pengamatan, penelitian, dan perhitungan fisika secara modern bahwa alam semesta memiliki permulaan. Seluruh jagad raya, berikut dimensi materi dan waktu, menjadi ada sebagai hasil dari ledakan akbar yang terjadi dahulu kala. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan “Big Bang”, merupakan katalis untuk penciptaan alam semesta dari ketiadaan. Temuan para ilmuan ini membuktikan  kebenaran ayat Al-Qur’an. Allah SWT menjelaskan penciptaannya terhadap alam semesta sebagaimana diterangkan dalam QS Fushilat[41]: 10-11) yang isinya Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh diatasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asa, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi : “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab ‘Kami datang dengan suka hati’.

Manusia memiliki potensi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara meneliti apa saja yang tidak mereka ketahui, dan juga merupakan faktor penting bagi kemajuan umat manusia, dengan meneliti hubangan alam semesta dengan peradaban manusia membuat suatu kesimpulan bahwa tidak ada alam yang bisa membuat manusia hidup selain di alam semesta ini. Itu juga yang mendasari perkembangan pendidikan kesehatan, dan kemajuan teknologi berawal dari sumber daya dari alam semesta.

 

B.       Tujuan PenciptaanManusia dan Alam Semesta

Al-Qur’an yang terdiri dari 6.236 ayat,[1][1] menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan. Yaitu mengenai ke-Esa-an Allah, manusia, ayat-ayat alam semesta dan fenomenanya, dan lain sebagainya. Allah SWT menciptakan manusia dan alam semesta beserta isinya memiliki tujuan dan sasaran  dimana sejak diciptakannya akan bergerak ke arah tujuan dan sasaran itu.

Allah SWT berfirman,dalam QS:Al-Anbiya | Ayat: 16

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ

Artinya: “Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.”

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi serta semua yang terdapat di dalamnya, tidaklah untuk maksud yang percuma atau main-main, melainkan dengan tujuan yang benar, yang sesuai dengan hikmah dan sifat-sifat-Nya yang sempurna. Dan kita mengetahui bahwa Allah SWT tidak pernah menciptakan sesuatu tanpa ada alasan yang tidak jelas dan masing masing dari ciptaannnya memiliki manfaatnya masing-masing, mulai dari ilmu pengetahuan dimana kita mempelajari tentang planet-planet yang mendapingi dunia kita sampai dengan galaxi yang dimana semuanya memiliki tujuan nya masingmasing, contohnya tujuan penciptaan matahari bagi bumi adalah supaya tumbuhan di bumi dapat tumbuh dengan baik dan contoh lainnya Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini.

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminun:115).

Allah menciptakan manusia memiliki 2 tujuan yaitu:

1.      Mengilmui Tentang Allah

Allah Ta’ala berfirman

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: 12).

Allah menceritakan tentang penciptaan langit dan bumi, agar manusia mengetahui bahwasanya  Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang berada di luar pengawasan Allah karena sesungguhnya ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.

2.      Semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT

Allah Ta’ala berfirman

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).

Ayat di atas menjelaskan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Ayat ini mengisyaratkan pentingnya tauhid,  karena tauhid adalah bentuk ibadah yang paling agung, mengesakan Allah dalam ibadah.Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan adalah agar berilmu. Maka buah dari ilmu adalah beramal. Ilmu dicari dan dipelajari untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk mendapatkan buahnya. Karena ilmu adalah buah dari amal.

 

 

 

C.      Hakikat Manusia

1.      Persepsi Tentang Manusia

Konsep manusia dalam Islam termaktub dalam alqur’an dan hadits. Manusia diciptakan Allah dari intisari tanah yang dijadikan nuthfah yang tersimpan dalam tempat yang kokoh. Nufhfah dijadikan darah beku, darah beku jadi, mudghah dijadikan tulang, tulang dibalut dengan daging, sehingga menjadi makhluk lain. Dalam hadits Bukhari-Muslim mengartikulasikan bahwa ruh dihembuskan Allah SWT dalam janin setelah mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari darah beku dan 40 hari mudghah.

2.      Siapakah Manusia ?

Ada beberapa term untuk mengungkapkan kodrat manusia : al-Insan, an-naas, unas, al-ins. Kata Insan berasal dari akar kata uns artinya jinak, harmonis dan nampak). Insan yang yang berasal dari kata nasiya, artinya lupa. Insan yang berasal dari kata nasa artinya berguncang.

Deskripsi Al-Quran Tentang Manusia

a.       Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari unsur materi dan immateri. Unsur materi manusia seperti air, tanah, debu, tanah liat, sari pati tanah, sari pati air yang hina, tanah hitam seperti tembikar. Dari berbagai perspektif ayat tersebut dapat dipahami bahwa unsur materi yang menjadi asal kejadian manusia adalah dua unsur yaitu tanah dan air.

b.      Manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari dimensi materi dan ruhani.

c.       Manusia memiliki fitrah, yaitu adanya kecenderungan menuju jalan keimanan (tauhid).

d.      Manusia dibekali dengan berbagai kelebihan.

e.       Manusia memiliki kelemahan-kelemahan.

3.      Eksistensi Manusia

Murtadha Mutahhari memformulasikan eksistensi manusia sebagai makhluk serba dimensi, diantaranya:

a.       Dimensi pertama: secara fisik manusia hampir sama dengan hewan.

b.      Dimensi kedua : manusia memiliki ilmu dan pengetahuan.

c.       Dimensi ketiga: manusia bersinergi atas kebajikan etis.

d.      Dimensi keempat: manusia mempunyai kecenderungan keindahan.

e.       Dimensi kelima: manusia mempunyai kecenderungan dalam hal pemujaan dan pengkudusan.

f.       Dimensi keenam: manusia adalah makhluk serba bisa.

g.      Dimensi ketujuh: manusia memiliki pengetahuan diri.

h.      Dimensi kedelapan: manusia mempunyai pengembangan bakat.

4.      Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan fungsional antara manusia dan alam semesta adalah untuk menciptakan sinergi bagi kemaslahatan manusia itu sendiri. Untuk itu, alam semesta diciptakan Allah bukan dengan main-main dan tanpa tujuan. Karena manusia merupakan satu sub sistem dengan alam semesta sebagai satu tujuan dan orientasi. Oleh karena itu, satu-satunya tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah. Ibadah berasal dari bahasa Arab, al-‘ibadah (yang menundukkan atau merendahkan diri). Hakikat ‘ibadah, terkandung 2 makna : al-‘ubudiyyah Lillah di dalam jiwa. semua aktivitas hidup manusia hanya berorientasi kepada Allah.

 

D.      Hakikat Alam Semesta

Alam semesta ( universe, kosmos, al-kaun) merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh alam semesta. Imam Syafi’i pernah berkata: [ kullama zaadanii ‘ilman, zaadanii fahman bijahli] “ setiap kali bertambah ilmuku, tambah tahu aku akan kebodohanku”.

Faktor lain yang mendorong manusia untuk senantiasa meneliti alam semesta karena ada rasa ingin tahu (curiosity) sehingga diwujudkan dalam bentuk bertanya dan berfikir.

  1. Istilah Alam dalam Al-Quran

a.       Istilah alam

Istilah alam yang kita pakai adalah “alam semesta, jagat raya, universe (inggris), dalam bahasa arab disebut ‘alam. Istilah alam dalam al-qur’an datang dalam bentuk jamak [ ‘alamiina], disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surat. Pemahaman kata ‘alamin, bentuk jamak al-quran tersebut mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia. Bagi kaum teolog, mendefenisikan alam sebagai “segala sesuatu selain Allah”. Bagi filosof Islam, alam didefenisikan sebagai “ kumpulan maddat(materi) dan shurat (bentuk) yang ada di bumi dan di langit. Sedangkan perspektif al-qur’an alam adalah “ kumpulan yang sejenis dari makhluk Tuhan yang berakal atau memiliki sifat-sifat yang mendekati makhluk berakal.

Pemikiran Muhammad Abduh tentang alam sebagai berikut:

“Al-Alamin adalah jamak dari ‘alam yakni jamak muzakkar yang berakal. Yaitu setipa makhluk Tuhan yang berakal atau mendekati sifat-sifat berakal; seperti alam manusia, hewan dan tumbuhan”.

Sepertinya, kriteria al-‘alamin yang dipaparkan Abduh tersebut dapat diterima , karena memang pendidikan dan pemeliharaan Tuhan dapat di nalar pada ‘alam yang hidup, makan dan berkembang.

b.      Tujuan memahami alam

Dalam al-qur’an terdapat penjelasan tentang alam semesta dan berbagai fenomenanya secara eksplisit tidak kurang dari 750 ayat. Secara umum ayat-ayat ini memerintahkan manusia untuk memperhatikan, mempelajari dan meneliti alam semesta. Dalam artian, al-quran bukanlah ensiklopedi kealaman. Salah satu tujuannya secara eksplisit adalah bagaimana manusia menyadari bahwa di balik “tirai” alam ini ada zat yang maha besar yaitu Allah SWT.

Bagi Muhammad Abduh, sebagaimana dituturkan dalam bukunya Risalah al-Tauhid, berikut ini:

“Cobalah amati tumbuh-tumbuhan dan binatang yang lengkap kekuatan dan kesanggupannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Amati pula alam yang tidak mempunyai panca indera seperti tumbuh-tumbuhan yang mampu menghirup makanan yang sesuai baginya. Coba perhatikan bagaimana mungkin biji labu air yang ditanam di samping biji semangka pada kebun yang sama, di sirami dengan air yang sama. Akan tetapi bisa berbeda rasa yaitu pahit dan manis”.

c.       Cara-cara memahami alam

Dalam al-quran dijelaskan cara-cara memahami alam. Salah satu cara memahami alam raya ini dapat dilakukan lewat indera penglihatan, pendengaran, perasa, pencium dan peraba. Artinya, semua alat utama ini dapat membantu manusia untuk melakukan pengamatan dan eksperimen. Panca indera belumlah cukup atau satu-satunya jalan memahami alam, tetapi dibutuhkan lagi yaitu penalaran atau akal. Di samping alat indera dan akal manusia, ada lagi cara lain yaitu melalui wahyu dan ilham.

Agaknya, diagnosa A.rahman Djay dapat dibenarkan ketika ia mengatakan bahwa : “Penyebab kemunduran umat Islam, karena orang Islam tidak menempatkan porsi ilmu sesuai bidangnya, seperti fenomena alam tidak ditempatkan pada bidang kajian sains dan tekhnologi.”

 

  1. Manusia dan alam : Suatu Tinjauan Historis

Kajian yang berkaitan dengan asal usul manusia dalam kaitannya dengan alam semesta merupakan menu “kopi pahit”. Pertanyaannya, kapan manusia pertama kali hadir di muka bumi ini? Makhluk apakah yang menjadi nenek moyangnya manusia dan bagaimana proses penurunan dan perubahannya?

Kelompok Darwinisme : mengambil kesimpulan serampangan dan mengaburkan fakta. Makhluk Ramapithecus yang berusia 15 juta tahun dan Oreopithecus yang berusia 12 juta tahun dianggap sebagai manusia tertua. Sebenarnya kedua sampel makhluk tersebut lebih tepat disebut kera ketimbang manusia. Walaupun demikian, manusia yang dikenal sebagai manusia modern seperti sekarang ini dengan ciri anatomis utamanya telah ada sekitar 35.000 sampai 40.000 tahun yang lalu yang dikenal dengan homo sapiens.

  1. Manusia dan alam : Suatu Tinjauan fungsional

Dalam sistem kosmos manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam sistem kesadaran maka alam semesta menjadi sebuah objek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tinjauan ilmiah tentang alam mendekatkan manusia kepada tata laku penciptanya, dalam artian mampu mempertajam persepsi batin manusia untuk mendapatkan suatu penglihatan yang lebih dalam. Pengetahuan mengenai alam akan menambah kekuatan manusia mengatasi alam dan memberinya pandangan total tak terhingga.

Perkembangan pengetahuan manusia dalam merespons berbagai kesulitan yang terkait dengan penyesuian diri dengan alam pada akhirnya membuahkan kreasi-kreasi yang mengungguliu sifat-sifat alam. Eksploitasi terhadap alam merusak keseimbangan hubungan yang telah berlangsung milyaran tahun. Krisis global lingkungan mengganggi hubungan antara manusia dan alam saat ini.


BAB III

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Alam semesta atau jagat raya ini dapat diartikan sebagai suatu ruangan ataulingkup atau cakupan yang maha besar di mana di dalamnya terjadi segala sesuatu peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum dapat diungkapoleh manusia. Alam semesta terbentuk kira-kira ribuan juta tahun yang lalu yang bersamaan dengan adanya ledakan besar. Namun bukan hanya teori ledakan besar saja yang menjadi satu-satunya teoriterbentuknya alam semesta ada teori-teori lain yang memiliki bukti yang kuat tentangterbentuknya alam semesta seperti : teori dentuman, teori creatio continua, teoriekspansi dan teori-teori lainnya. Bukan hanya ada teori tapi adanya alam semesta ini juga melelui tahap-tahap. Peristiwa penciptaan alam semesta terjadi selama enammasa dalam prespektif Islam, sebagaimana dinyatakan oleh Allah, dan disepakati olehilmuwan ahli ilmu alam dalam enam tahap. Namun terlepas dari itu semua kami tetap menyadari kalau adanya alamsemesta ini karena kehendak Nya, karena Beliaulah yang maha kuasa dan berkehendak dimuka bumi ini atas ciptaannya.Oleh sebab itu kita tidak boleh heran bahwa sejak zaman purbakalah hinggasekarang manusia dari berbagai peradaban mencoba menemukan model terbentuknya bumi sesuai dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan kecendekiaannya.Perkembangan citra manusia mengenai alam raya seringkali terikat sangat erat pada pengetahuan apriori yang diturunkan kepadanya melalui otoritas. Hal inimenyebabkan bahwa pandangan tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.Bagaimana konsepsi para ilmuwan tentang peciptaan jagad raya dan pemikiran apa yang melandasinya? konsepsi itu berubah-ubah sepanjang sejarah, bergantung pada tingkat kecanggihan alat-alat observasinya, dan bergantung padatingkat kemajuan fisika itu sendiri. Konsepsi yang mereka kemukakan bahwa jagadraya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga, konsepsi ini berasal dari Newton.Konsepsi mereka yang lain adalah bahwa alam ini tidak berubah keadaannya sejakwaktu tak terhingga lamanya sampai masa yang akan datang. Dan tentunya jukamasih akan terus berkembang teori yang akan lebih relevan atau diterima olehmasyarakat dunia di abad millenium ini.Dalam ringkasan ini penulis akan mencoba membahas tentang perkembangan pemikiran tentang pembentukan alam raya ditinjau dari pandanganilmu pengetahuan ( Science ) juga pandangan Islam yaitu menurut Alquran.

Alam semesta beserta segala yang ada di dalamnya tidak terjadi dengan sendirinya. Semuanya ada yang menciptakan dan hal itu telah dijelaskan di dalam al-qur’an. Alam semesta sangat penting bagi kehidupan manusia, karena di planet yang bernama bumi inilah manusia dapat hidup meskipun itu hanya sementara. Allah SWT tidak pernah menciptakan sesuatu tanpa ada alasan yang tidak jelas dan masing masing dari ciptaannnya memiliki manfaatnya masing-masing. dimana semuanya memiliki tujuan nya masingmasing,contohnya tujuan penciptaan matahari bagi bumi adalah supaya tumbuhan di bumi dapat tumbuh dengan baik dan contoh lainnya Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Allah menciptakan manusia memiliki dua tujuan yaitu untuk mengilmui tentang Allah dan semata-mata hanya beribadah kepada Allah SWT.

 

B.     Saran

Telah kita ketahui bahwa alam semesta ini sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu manusia sebagai ciptaan yang paling mulia harus menjaga dan melestarikan alam ini.

Sebagai hamba Allah manusia harus mempercayai semua yang telah dijelaskan didalam al-qur’an dan menjalankan segala perintahnya serta menjauhi larangannya. Makalah Pendidikan Agama Islam  ini dibuat untuk memenuhui tugas mata kuliah PAI, dan itulah tadi isi dari semua materi yang penulis ambil dari al-qur’an dan terjemahannya. semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan para pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

 

Al-Qur’an dan terjemahannya, Departemen Agama RI, 1986/1987.

http://aldamylove.blogspot.co.id/2011/05/makalah-manusia-dan-semesta-alam.html

http://indonesia.irib.ir/artikel/ufuk/it.../51672-hubungan-manusia-dan-alam-semesta

http://www.gudangmakalah.com/2015/01/...alah-pendidikan-agama-islam-alam.html

http://bloogeragus.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pai-alam-semesta-manusia.html

http://www.google.com/search?7=manusiaent=firefox-beta&channel=np&source=hp

MAKALAH AKHLAK DENGAN ILMU LAINNYA

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................ 1

A.    Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1

B.     Rumusan Masalah.................................................................................................... 2

C.     Tujuan Penulisan...................................................................................................... 3

 

BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................... 4

A.    Hubungan Akhlak Allah, Manusia dan Alam.........................................................

B.     Akhlak dalam ilmu Tasawuf dan Tauhid................................................................

C.     Akhlak dengan Ilmu Jiwa dan Pendidikan.............................................................

D.    Akhlak dengan Filsafat dan Ilimu Perdagangan (Ekonomi)...................................  

 

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................

A.    KESIMPULAN......................................................................................................

B.     REFERENSI...........................................................................................................


 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  LATAR BELAKANG

Ilmu akhlak Tersusun  atas dua perkataan yang bisa di artikan dari segi idhafy. Secara idhafy, ilmu akhlak, adalah segala macam ilmu yang ada kaitannya dengan akhlak”. Dalam pengertian seperti itu, maka daya jangkauannya menjadi luas sekali, termasuklah kedalamnya antara lain ilmu jiwa ( psychology ), ilmu logika  ( ilmu manthiq ), ilmu sosiologi, ilmu aestetika ( terminologo ), maka ada pula beberapa devinisi.

Menurut Al-Mas’udi dalam bukunya “Taisirul khallaq fieilmiah” dirumuskan, bahwa ilmu akhlak:” qaidah-qaiadah yang dipergunakan untuk mengetahui kebaikan hati dan panca indra.

Sedang Al-Bustamy, merumuskan sebagai ilmu mengenai keutamaan dan cara memperolehnya serta mendalamkannya kedalam pribadi, kenistaan dan cara-cara menghindarinya.

 


 

B. RUMUSAN MASALAH

1.  Bagaimana hubungan  Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf?

2. Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid?

3.  Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan  Ilmu Jiwa/psikologi?

4.  Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan?

5.  Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat?

6. Bagaimana hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu ekonomi?


 

C.  TUJUAN PENULISAN

1. Agar dapat memahami hubungan antara Ilmu Akhlak dengan  Ilmu Tasawuf

2. Agar dapat memahami hubungan antara Ilmu Akhlak dengan  Ilmu Tauhid

3.  Agar dapat memahami hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu  Jiwa

4.  Agar dapat memahami hubungan antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan

5.  Agar dapat memahami hubungan antara llmu Akhlak dengan Ilmu  Filsafat

6. Agar dapat memahami hubungan antara Akhlak dengan Ilmu Ekonomi


 

BAB II

PEMBAHASAN


 

 

A.  Hubungan Akhlak Allah, Manusia dan Alam

 

  HUBUNGAN AKHLAK KEPADA ALLAH

Akhlak  kepada Allah dilakukan dengan cara berhubungan dengan Allah melalui media – media yang telah disediakan Allah, yaitu ibadah yang langsung kepada Allah seperti sholat, puasa dan haji. Pelaksanaan ibadah- ibadah itu secara benar menurut ketentuan syariat serta dilakukan dengan ikhlas mengharap ridho allah SAW, merupakan akhlak yang baik terhadap-Nya.

Berakhlak  kepada Allah diajarkan pula oleh Rasul dengan bertahmid, takbir, tasbih, dan tahlil. Takmid adalah membaca hamdallah yang merupakan tanda terimakasih kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Takbir adalah mengucap Allahu Akbar yang merupakan ungkapan pengakuan akan kemahabesaran Allah yang tiada taranya. Tasbih adalah menbaca subhanallah sebagai ungkapan kekaguman atas kekuasaan Allah yang tak terbatas yang ditampakkan dalam seluruh ciptaan-Nya. Tahlil adalah membaca la ilaaha illa llahu yaitu suatu ungkapan pengakuan dan janji seorang muslim yang hanya mengakui Allah sebagai sutu-satunya Tuhan. Berakhlak terhadap Allah diungkapkan pula melalui berdoa. Berdoa merupakan bukti ketakberdayaan manusia dihadapan Allah, karena itu orang yang tidak pernah berdoa dipandang sebagai orang yang sombong.

 

HUBUNGAN AKHLAK KEPADA MANUSIA

 

Akhlak terhadap manusia dapat dirinci menjadi:

1.    Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad) antara lain;

·  Mencintai rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.

·  Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan kehidupan.

·  Menjadikan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-Nya.

2.    Akhlak terhadap orang tua (Birrul Walidain), antara lain:

· Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.

· Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang.

· Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.

· Berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya, dengan mengikuti nasihat baiknya, tidak menyinggung perasaan dan menyakiti hatinya, membuat ibu bapak ridho.

· Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.

3.    Akhlak terhadap diri sendiri antara lain:

· Memelihara kesucian diri.

· Menutup aurat

· Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas dan rendah hati.

· Malu melakaukan perbuatan jahat

· Menjauhi dengki dan dendam.

·  Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain

· Menjauhi dari segala perkataan dan perbuatan sia-sia.

4.    Akhlak terhadap keluarga karib kerabat antara lain:

· Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga

· Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak

· Berbakti kepada ibu bapak

· Mendidik anak-anak dengan kasih saying

· Memelihara hubungan silaturahmi dan melanjutkan silaturahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal dunia.

5.    Akhlak terhadap tetangga, antara lain :

· Saling mengunjungi 

· Saling bantu diwaktu senang lebih-lebih tatkala susah

· Saling beri memberi, saling hormat menghormati

· Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan

6.    Akhlak terhadap masyarakat, antara lain :

· Memuliakan tamu

· Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan

· Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa

· Memberi makanan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan kehidupan

· Bermusyawarah dalam segala urusan

· Memtaati keputusan yang telah diambil

· Menepati janji

 

AKHLAK TERHADAP ALAM SEMESTA

Manusia merupakan bagian dari alam dan lingkungan, karena itu umat islam diperintahkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan hidupnya. Sebagai makhluk yang ditugaskan sebagai kholifatullah fil ardh, manusia dituntut untuk memelihara dan menjaga lingkungan alam. Karena itu, berakhlak terhadap alam sangat dianjurkan dalam ajaran islam. Beberapa prilaku yang menggambarkan akhlak yang baik terhadap alam antara lain, memelihara dan menjaga alam agar tetap bersih dan sehat, menghindari pekerjaan yang menimbulkan kerusakan alam.

 

B.  Akhlak dalam Ilmu Tasawuf dan Tauhid

 

Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf

     Pada ahli ilmu tasawuf pada umumnya membagi tasawuf menjadi tiga bagian. Pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki dan ketiga tasawuf amali. Ketiga tasawuf ini tujuannya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Ketiga macam tasawuf ini memiliki perbedaan dalam hal pendekatan yang digunakan.[4]

    Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf yaitu ketika mempelajari Tasawuf ternyata pula bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadits mementingkan akhlak. Al-Qur’an dan Hadits menekankan kejujuran, persaudaraan, keadilan, tolong menolong, murah hati, pemaaaf, sabar, baik sangka, menepati janji, disiplin, mencintai ilmu, dan berfikiran lurus, nila-nilai ini yang harus dimiliki oleh seorang muslim dan  dimasukkan kedalam dirinya sejak kecil.

    Sebagaimana  diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena tasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji, dzikir, dan lain sebagainya. Yang semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan Akhlak.

 

Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid

    Ilmu tauhid adalah ilmu ushuluddin, ilmu pokok-pokok agama, yakni menyangkut aqidah dan keimanan, ilmu tauhid dapat disebut juga dengan Ilmu kalam, yang merupakan disiplin ilmu ke Islaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan definisinya, kekufuran dan manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya.[5] sedangkan ahlak yang baik menurut pandangan Islam haruslah berpijak pada keimanan. Iman tidak sekedar cukup disimpan dalam hati. Melainkan harus dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal shaleh, barulah dikatakan iman itu sempurna, karena telah dapat direalisir.[6]

    Jelaslah bahwa akhlaqul karimah adalah mata rantai iman. Sebagai contoh, malu (berbuat kejahatan) adalah salah satu dari akhlakul mahmudah. Nabi dalam salah satu hadits menegaskan bahwa “malu adalah salah satu cabang dari keimanan”.[7]

   Sebaliknya akhlak yang dipandang buruk adalah akhlak yang menyalahi prinsip-prinsip iman. Seterusnya sekalipun manusia perbuatan pada lahirnya baik, tetapi titik tolaknya bukan karena iman maka hal itu tidak mendapatkan penilaian disisi Allah. Demikianlah adanya perbedaan nilai amal-amal baiknya orang beriman denganamal baiknya orang yang tidak beriman.[8]

    Hubungan antara Aqidah dan Akhlak tercermin dalam pernyataan Rosulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah r.a :

اَكْمَلُ اْالمٌؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًااَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“orang mu’min yang sempurna imannya adalah yang terbaik budi pekertinya”[9]

 


 


 

 

 

C. Akhlak dengan ilmu jiwa dan pendidikan

1.      Akhlak dengan ilmu jiwa

Dilihat dari bidang pembahasannya, Ilmu Jiwa membahas tentang  aspek kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku manusia. Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa dalam diri manusia terdapat potensi rohaniah yang cenderung kepada kebaikan dan keburukan. Selain itu, didalam ilmu jiwa juga mengandung informasi tentang perbedaan psikologis dalam setiap jenjang usia seseorang.  Gejala psikologis yang di alami setiap orang ini memberikan informasi tentang pentingnya penyampaian ajaran akhlak sesuai perkembangan jiwa. Dalam diri manusia terdapat potensi rohaniah yang cenderung kepada kebaikan dan keburukan. Potensi rohaniah tersebut secara rinci akan dibahas dalam kajian ilmu jiwa. Oleh karena itu, untuk mengembangkan ilmu akhlak, kita dapat memanfaatkan informasi yang berasal dari ilmu jiwa tersebut.  Selain itu dalam ilmu jiwa juga terdapat informasi tentang perbedaan psikologis yang dialami seseorang pada setiap jenjang usianya. Perbedaan psikologis tersebut memerlukan metode yang berbeda dalam proses pendidikan akhlaknya. Dengan demikian, ilmu jiwa dapat memberi masukan dalam rangka merumuskan metode pembeajaran dan pembinaan ilmu akhlak.

 

2.      Akhlak dengan ilmu pendidikan

Ilmu pendidikan dalam berbagai literatur banyak berbicara mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Ahmad D.Marimba mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seorang muslim, yaitu menjadi hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya. Pendidikan dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan orang tua dirumah, guru di sekolah serta pimpinan tokoh masyarakat di lingkungan. Semua lingkungan ini merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan, yang berarti pula tempat dilaksanakannya pendidikan akhlak untuk meciptakan akhlak yang baik bagi generasi bangsa. Tujuan pendidikan dalam islam sangat erat kaitannya dengan penyempurnaan akhlak manusia. Tujuan tersebut dengan jelas menggambarkan bahwa ilmu pendidikan dan ilmu akhlak memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya. Pendidikan merupakan sarana dalam pembentukan peserta didik sebagai seseorang yang berakhlak mulia.

D. Akhlak dengan filsafat dan ilmu perdagangan (ekonomi)

a.       ahlak dengan ilmu filsafat

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Filsafat memiliki bidang-bidng kajiannya mencakup berbagai diiplin ilmu antara lain :

a.       Metafisika             : penyelidikan dibalik alam yang nyata

b.      Kosmologi             : penyelidikan tentang alam (filsafat alam)

c.       Logika                   : pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat

d.      Etika                      : pembahsan tentang tingah laku manusia

e.       Theodica               : pembahasan tentang ke-Tuhanan

f.       Antropologia         : pembahasan tentang manusia

Dengan demikian jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu tersebut kian meluas dan berkembang dan akhirnya membentuk disiplin ilmu itu sendiri dan terlepas dari filsafat. Demikian juga etika, dalam proses perkembangannya sekalipun masih diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri.

b.      Akhlak dengan ilmu perdagangan (ekonomi)

1)      Niat yang benar dalam hal ini adalah menginginkan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Niat baik untuk diri sendiri berupa menjaga diri dari kengkomsumsi harta yang haram, menjaga kehormatan sehingga tidak meminta-minta, menguatkan diri sehingga bisa melakukan ketaatan kepada Allah menjaga jalinan silaturahmi, berbuat baik dengan kerabat dan niat-niat baik yang lain.

2)       Akhlak yang luhur.

Di antara akhlak luhur yang sangat diperlukan dalam dunia bisnis adalah jujur   amanah, qana’ah, memenuhi janji, menagih hutang dengan bijak, memberi tempat  untuk orang yang kesulitan melunasi hutangnya, memaafkan kesalahan orang lain, menunaikan kewajiban, tidak menipu dan tidak menunda-nunda pelunasan  hutang.

3)      Bisnis dalam hal-hal yang baik saja Allah telah menghalalkan yang baik-baik saja dan mengharamkan yang buruk- buruk bagi hamba-hambaNya.Seorang businessman muslim tidak akan keluar  dari bingkai ini meski ada tawaran yang menggiurkan dalam bisnis yang haram.

4)       Menunaikan kewajiban

Kewajiban yang paling penting adalah kewajiban terhadap Allah dalam harta para orang kaya. Itulah zakat, setelah itu adalah sedekah dan berbagai sumbangan sosial. Menjauhi riba dan berbagai transaksi terlarang yang mengantarkan kepada riba

5)       Tidak memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar

6)      Komitmen dengan berbagai peraturan yang ada

Meski ada beberapa peraturan yang tidak sejalan dengan syariat Islam,businessman muslim akan semaksimal mungkin menghindari berbagai tindakan yang akan menyebabkannya mendapatkan hukuman, bukan karena meyakini bahwa makhluk memiliki kewenangan untuk menetapkan aturan. Akan tetapi bertitik tolak dari kewajiban yang Allah tetapkan yaitu mencegah mafsadah (kerusakan) dan tidak mencampakkan diri ke dalam kebinasaan.

7)      Tidak merugikan pihak lain

Bisnisman muslim adalah seorang yang ksatria dalam persaingan bisnis. Dia  memiliki prinsip tidak merugikan pihak lain. Dia tidak akan mempermainkan  harta untuk merugikan pihak-pihak lain. Dia tidak akan mematok harga yang tinggi karena memanfaatkan kebutuhan orang lain terhadap barang yang dia jual atau karena mengingat dia adalah produsen satu-satunya.

8)      Loyal dengan orang-orang yang beriman

Oleh karena itu, businessman muslim tidak akan mengadakan hubungan dagang  dengan pihak-pihak yang secara terang-terangan menyatakan permusuhan dengan Islam dan kaum muslimin.

9)      Mempelajari hukum-hukum syar’i seputar muamalah

Diantara keyakinan setiap muslim adalah hukum-hukum syar’i itu mencakup   semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, khalifah Umar mengusir pedagang yang tidak menguasai hukum jual beli dari pasar kaum muslimin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Ilmu akhlak adalah suatu ilmu yang sangat penting dimiliki manusia karena dengan ilmu akhlak jiwa kita lebih tenang damai, dan menjadi manusia yang lebih baik. Hubungan ilmu ahlak dengan ilmu tasawuf, tauhid, jiwa, pendidikan, filsafat adalah untuk mengetahui apakah keadaaan rohani dan jasmani baik individu ataupun masyarakat tertentu baik atau buruk. Dari banyaknya ilmu yang berkembang saat ini, hampir semuanya menjadikan ilmu akhlak sebagai landasannya.

     Dari uraian di atas disebutkan beberapa ilmu yang memiliki kaitan denga ilmu akhlak diantaranya yang pertama, ilmu tasawuf dengan Ilmu akhlak saling berkaitan dalam nilai-nilai yang sama dalam hal takwa kepada sang pencipta. Kedua, hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid yaitu ilmu tauhid sebagai landasannya, sedangakan ilmu akhlak sebagai media penjabaran dan peneladanan dari ilmu tauhid. Ketiga, keterkaitan ilmu akhlak dengan ilmu jiwa tampak pada pentingnya pengajaran akhlak pada perkembangan jiwa seseorang sesuai tingkat usia mereka. Keempat, kaitan ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan dimana ilmu pendidikan dijadikan sebagai media transfer ilmu akhlak. Sehingga terciptanya akhlakyang baik bagi generasi penerus bangsa,. terakhir  ilmu akhlak dengan ilmu filsafat juga memiliki keterkaitan dengan adanya filsafat yang mengkaji sesuatu secara mendalam akan memudahkan dalam mendalami ilmu akhlak.

    Dengan kata lain akhlak dapat dijadikan sebagai objek kajian dalam filsafat.Dengan mengetahui berbagai ilmu yang berhubungan dengan Ilmu Akhlak tersebut, maka seseorang yang akan memperdalam Ilmu Akhlak, perlu pula melengkapi dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan yang disebutkan diatas. Selain itu uraian tersebut diatas menunjukan dengan jelas bahwa ilmu akhlak adalah  ilmu yang sangat akrab atau berdekatan dengan berbagai permasalahan lainnya yang ada disekitar kehidupan manusia.

B.      Saran

Perlu adanya metode penelitian lebih lanjut akan meningkatkan upaya peningkatan diskusi terhadap pemuda sebagai salah satu cara memaksimalkan potensi generasi dalam membentangi dirinya dari radikalisme agama yang berkembang.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. (1975). Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang

Anwar, Rosihan. (2010). Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia

AS, Asmaran. (1992). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Press

Bartens, K. (2004). Etika. Jakarta: Gramedia

Nasution, Ahmad Bangun dan Royani Hanum Siregar. (2013). Akhlak Tasawuf. Depok: Raja        Grafindo Persada

Nata, Abuddin. (2014). Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Surajiyo. (2007). Ilmu Filsafat Suatu Pengantar: Jakarta: BumiAksara

Ya’qub, Hamzah. (1988). Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar).    Bandung: Diponegoro