Monday, 19 April 2021

ASUHAN KEPERAWATAN DAN KASUS PADA IBU NIFAS

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Periode postpartum, masa nifas atau puerperium adalah masa setelah kelahiran sampai uterus dan organ-organ tubuh yang lain kembali ke keadaan seperti sebelum hamil, biasanya berlangsung sekitar 6 minggu atau 40 hari. Setelah kelahiran, ibu mengalami perubahan anatomis dan fisiologis sesuai transisi tubuhnya pada status tidak hamil. Secara psikologis, ibu melanjutkan pencapaian proses peran maternalnya dan kelekatan bayi (Walsh, 2007).

Perubahan fisik yang terjadi pada ibu nifas yaitu uterus mengalami involusi atau rahim kembali ke ukuran sebelum hamil, payudara pada ibu yang menyusui mengeluarkan kolostrum, vagina kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, servik memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula (Bobak, 2004).

Adaptasi psikologis, pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan. Pada hari ketiga sampai akhir minggu keempat atau kelima, ibu siap untuk menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru sedangkan mulai minggu kelima sampai keenam, sistem keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggota barunya (Rubin dalam Hamilton, 1992 ).

Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil (Hanafiah, 2004). Perawatan postpartum bersifat kritis tetapi sering diabaikan dalam komponen perawatan ibu dan bayi yang baru lahir. Lebih dari 60 % kematian ibu terjadi pada periode postpartum pada negara berkembang (Family Health
International, 2009).

 

 

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah pengertian dari konsep dasar nifas?

2.      Bagaimanakah perubahan fisiologi maternal periode pasca partum ?

3.      Bagaimanakah kebutuhan dasar pada ibu nifas ?

4.      Bagaimanakah komplikasi yang terjadi setelah periode pasca partum ?

5.      Bagaimanakah penatalaksanaan terhadap ibu setelah periode pasca partum ?

6.      Bagaimanakah asuhan keperawatan kepada ibu periode pasca partum?

 

C.    Tujuan

1.      Tujuan umum Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui bagaimana gambaran umum tentang konsep dasar pada ibu periode pasca partum dan asuhan keperawatan terhadap ibu periode pasca partum atau nifas.

2.      Tujuan khusus Setelah menyusun makalah ini mahasiswa diharapkan mampu :

3.      Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dari konsep dasar nifas.

4.      Mahasiswa mampu menjelaskan perubahan fisiologi maternal periode pasca partum.

5.      Mahasiswa mampu menjelaskan kebutuhan dasar pada ibu nifas.

6.      Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi yang terjadi setelah periode pasca partum.

7.      Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan terhadap ibu setelah periode pasca partum.

8.      Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan kepada ibu periode pasca partum.

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.    Konsep Dasar Nifas

1.      Pengertian

Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi.

Masa nifas adalah periode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat reproduksi tengah kembali kepada kondisi normal.(Barbara F. weller 2005).

Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. (Abdul Bari Saifuddin,2002).

2.    Masa Post Partum

a.       Immediet post partum periode (24 jam pertama setelah melahirkan).

b.      Early post partum periode (hari kedua sampai ketujuh setelah melahirkan).

c.       Late post partum (minggu kedua/ketiga sampai keenam setelah melahirkan).

3.      Adaptasi Psikologis

Rubin (1961) membagi adaptasi psikologis menjadi 3 fase :

a.      Fase taking in, yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif, dan ketergantungan menyatakan ingin makan dan tidur serta sulit membuat keputusan.

b.      Fase taking hold, yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi, mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.

c.       Fase letting go, yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai ayah, dan berinteraksi dengan bayi.

B.     Perubahan Fisiologi Maternal Periode Pascapartum

Periode pacsa partum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali  ke keadaan normal sebelum hamil. Perubahn fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses pada kehamilan berjalan terbaik. Banyak factor termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi  baru lahir, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga kesehatan professional ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa ini. Untuk member perawatan yang menguntungkan ibu, bayi, dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anatomi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan, karakteristik dan perilaku bayi baru lahir, dan respon keluarga terhadap kelahiran seorang anak.

1.      Sistem Reproduksi Dan Struktur Terkait

a.      Uterus

1)   Proses involusi

Involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah ubilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Besar uterus kira-kira sama dengan sewaktu usia kehamilan 16 minggu (berat sekitar 1000 g).Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih mencapai 1 cm diatas umbilicus.Perubahan inovulasi berlangsung sangat cepat.Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilicus dan simfisis pubis. Uterus tidak bias dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.Uterus yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 g 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada didalam panggul sejati lagi.Pada minggu keenam beratnya menjadi 50 sampai 60 g.

Pada masa pascapartum penurunan kadar hormon  esterogen dan progesteron menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.Inilah yang menyebabkan ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.Kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil disebut involusi paling sering disebabkan tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.

2)   Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.Hemostatis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah ntramiomentrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.Hormone oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah, danmembantu hemostatis. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bias berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini, biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intravena atau intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir.Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.

 

3)   Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang.Relaksasi dan kontraksi yang periodic sering dialami multipara sehingga menimbulkan nyeri.Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu menegang (misalnya pada bayi besar, kembar) menyusui dan pelepasan oksitosin tambhan biasanya meningkatkan nyeri karena keduanya merangsang kontraksi uterus.

4)   Tempat plasenta

Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbunhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan yang unik ini memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga masa partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam minggu setelah melahirkan.

5)   Lokia

Lokia adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat.Rabas ini dapat mengandung bekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal selama yang keluar selama menstruasi. Setelah waktu tersebut aliran lokia harus semakin berkurang.Lokia rubra terutama mengandung darah dan debris desisua serta debris trofoblastik.Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia serosa).

Lokia serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit, dan debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lokia alba). Lokia alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayi lahir.

b.      Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.Ektoserviks terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil, kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi.

Muara serviks yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap.Dua jari mungkin masih bisa dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke-4 sampai hari ke-6 pasca partum, tetapi hanya tungkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada minggu ke-2. Muara serviks eksterna tidak akan terbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut seperti mulut ikan. Laktasi menunda produksi esterogen yang mempengaruhi mukus dan mukosa.

c.       Vagina dan perineum

Esterogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnyarugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara. Pada umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofikpada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali.Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.Kekurangan esterogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas mukosa vagina.Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi.Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi nyeri.

d.      Topangan otot panggul

Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera sewaktu melahirkan dan masalah ginekologi dapat timbul dikemudian hari.Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai enam bulan untuk kembali ke tonus semula.Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul.Struktur ini terdiri atas uterus, dinding vagina posterior atas, uretra, kandung kemih, dan rectum.Walaupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita, tetapi biasanya merupakan komplikasi yang timbul terlambat akibat melahirkan.

2.      Sistem Endokrin

a.      Hormon plasenta

Selama periode pascapartum, terjadi pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human placental lactogen (hPL), esterogen, dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada puerperium.Kadar esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak menyusui kadar esterogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi daripada wanita yang menusui pascapartum hari ke-17 (Bowes, 1991).

b.      Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda.Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadarfollicle-stimulating hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes, 1991).Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama stiap kali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Kekuatan mengisap kemungkinan juga akan mempengaruhi kadar prolaktin. Hal ini memperjelas bukti bahwa menyusui bukanlah bentuk KB (Keluarga Berencana) yang baik. Setelah melahirkan wanita tidak menyusui akan mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil dalam dua minggu.

Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni dalam 27 hari  setelah melahirkan, dengan waktu rata-rata 70 sampai 75 hari. Pada wanita menyusui, waktu rata-rata terjadinya ovulasi sekitar 190 hari (Bowes, 1991).Di antara wanita yang menyusui, 15% mengalami menstruasi dalam enam minggu dan 45% dalam 12 minggu. Di antara wanita yang tidak menyusui , 40% mengalami menstruasi dalam enam minggu, 65% dalam 12 minggu, dan 90% dalam 24 minggu. Pada wanita menyusui 80% siklus menstruasi pertama tidak mengandung ovum (Scott, dkk; 1990).Cairan menstruasi pertama setelah melahirkan biasanya  lebih banyak dari pada normal. Dalam tiga sampai empat siklus, jumlah cairan menstruasi wanita kembali seperti sebelum hamil.

 

 

3.      Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam dua minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar enam minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh kembali elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil stria menetap. Pengembalian tonus otot bergantung kepada kondisi tonus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan lemak. Pada keadaan tertentu, dengan aatau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang dinamai diastasis rekti abdominis. Apabila menetap, defek ini dirasa dapat mengganggu pada wanita, tetapi penanganan melalui upaya bedah jarang dibutuhkan. Seiring berjalannya waktu, defk tersebut menjadi kurang terlihat.

4.      Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.

Diperlukan waktu kira-kira dua sampai delapan minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk;1993). Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.

a.      Komponen Urin

Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama masa pascapartum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di dalam sel uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.

b.      Dieresis Pascapartum

Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaphoresis luas, terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Dieresis pascapartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pascapartum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebutr kebalikan metabolism air pada masa hamil (reversal of the water metabolism of fregnancy)

c.       Uretra dan Kandung Kemih

Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali disertai daerah daerah kecil hemoragi.

Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui keteter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomy menurunkan atau mengubah reflex berkemih. Penurunan berkemih, seiring dieresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan terlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal (Cunningham, dkk, 1993).

Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.

5.      Sistem Pencernaan

a.      Nafsu Makan

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang sering ditemukan.

b.      Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

c.       Defekasi

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu seringkali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, lasersi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal.

6.      Payudara

Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil (estrogen, progesterone, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.

a.      Ibu Tidak Menyusui

Payudara biasanya terba nodular (pada wanita tidak hamil teraba granular). Nodularitasnya bersifat bilateral dan difus. Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah melahirkan. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dilakukan pada hari kedua dan ketiga, dapat ditemukan adanya nyeri seiring dimulainya produksi susu. Pada hari ketiga atau keempat pascapartum bisa terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara teregang (bengkak), keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Distensi payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena dan pembuluh limfatik, bukan akibat penimbunan air susu. Air susu dapat dikeluarkan dari puting.

Jaringan payudara di aksila (tail of Spence) dan jaringan payudara atau puting tambahan juga bisa terlibat. Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa tidak nyaman biasanya berkurang dalam 24 sampai 36 jam. Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu.

b.      Ibu yang Menyusui

Keteka laktasi terbentuk, terba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yng terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat dikeluarkan dari putting susu. Putting susu harus diperiksa untuk dikaji erektilitasnya, sebagai kebalikn dari inverse, dan untuk menemukan apakah ada fisura atau keretakan.

7.      Sistem Kardiovaskular

a.      Volume Darah

Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilagan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan (peningkatan sekurang-kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil) menyebabkan kebanyakan ibu bisa menoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Banyak ibu kehilangan 300 sampai 400 ml darah sewaktu melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar dua kali lipat jumlah ini pada saat operasi sesaria.

Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan berlangsung dramatis dan cepat. Respons wanita dalam menghadapi kehilangan darah selama masa pascapartum dini berbeda dari respons wanita tidak hamil. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita: (1) hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai 15%, (2) hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi, dan (3) terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil. Oleh karena itu, syok hipovolemik biasanya tidak terjadi pada kehilangan darah normal.

b.      Curah Jantung

Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanit melahirkan, keadaan ini akan meningkat behkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran atau semua pemakaian konduksi anesthesia (Bowes, 1991).

Data mengenai kembalinya hemodinamika jantung secara pasti ke kadar normal tidak tersedia, tetapi nilai curah jantung normal ditemukan, bila pemeriksaan dilakukan 8 sampai 10 minggu setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).

c.       Tanda-Tanda Vital

Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastole dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).  Fungsi pernafasan kembali ke fungsi saat wanita tidak hamil pada bulan keenam setelah wanita melahirkan. Setelah rahim kosong, diafragma menurun, aksis jantung kembali normal, dan impuls titik maksimum (point of maximum impulse [PMII]) dan EKG kembali normal.

d.      Tanda Vital setelah Melahirkan

Temuan Normal Deviasi dari Nilai Normal dan Penyebab yang Mungkin Temperature Selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38 derajat celcius sebagai akibat efek dehidrasi persalinan. Selama 24 jam wanita harus tidak demam.

 

e.       Denyut Nadi

Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.

f.       Pernafasan

Perafasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan.

g.      Tekanan Darah

Tekanan darah sedikit brubah atau menetap. Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama. Hal ini merupakan akibat pembengkakan limpa yang terjadi setelah wanita melahirkan. Diagnosis sepsis puerperal baru dipikirkan, jika suhu tubuh ibu meningkat sampai 38°C setelah 25 jam pertama setelah bayi lahir dan terjadi lagi atau menetap selama dua hari. Kemungkinan lain ialah mastitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan infeksi sistemik. Frekuensi denyut nadi yang cepat atau semakin meningkat dapat menunjukkan hipovolemia akibat perdarahan. Hipoventilasi bisa terjadi setelah blok subaraknoid tinggi yang tidak lazim.

Tekanan darah yang rendah atau menurun bisa menunjukkan hipovolemia akibat perdarahan. Akan tetapi, ini merupakan tanda yang lambat munculnya. Gejala lain perdarahan biasanya membuat staf waspada. Tekanan darah yang semakin meningkat bisa disebabkan pemakaian vasopresor atau obat oksitoksik secara berlebihan. Karena hipertensi akibat kehamilan (PIH) dapat menetap atau timbul pertama kali pada pascapartum, evaluasi rutin tekanan darah perlu dilakukan. Apabila wanita mengeluh nyeri kepala, penyebab hipertensi harus disingkirkan sebelum wanita diberi analgesia. Apabila tekanan darah menignkat, wanita dianjurkan untuk tetap di tempat tidur dan dokter diberi tahu.

 

8.      Komponen Darah

a.      Hematokrit dan Hemoglobin

Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ketiga sampai hari ketujuh pascapartum. Tidak ada SDM yang rusak selama masa pascapartum, tetapi semua kelebihan SDM akan menurun secara bertahap sesuai dengan usia SDM tersebut. Waktu yang pasti kapan volume SDM kembali ke nilai sebelum hamil tidak diketahui, tetapi volume ini berada dalam batas normal saat dikaji 8 minggu setelah melahirkan (Bowes,1991).

b.      Hitung Sel darah Putih

Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama 10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3 merupakan hal yang umum. Neutrofil merupakan sel darah puttih yang paling banyak. Keberadaan leukositosis disertai peningkatan normal laju endap darah merah data membingungkan dalam menegakkan diagnosis infeksi akut selama waktu ini.

c.       Faktor Koagulasi

Faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat selama masa hamil dan tetap meningkat pada awal puerperium. Keadaan hiperkoagulasi, yang bisa diiringi kerusakan pembuluh darah dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan resiko tromboembolisme, terutama setelah wanita melahirkan secara sesaria. Aktivitas fibrinolitik juga meningkat selama beberapa hari pertama setelah bayi lahir (Bowes, 1991). Faktor I, II, VIII, IX, dan X menurun dalam beberapa hari untuk mencapai kadar sebelum hamil. Produk pemecahan fibrin, yang kemungkinan dilepaskan dari bekas tempat plasenta juga dapat ditemukan dalam darah maternal.

 

d.      Varises

Varises ditungkai dan disekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkaan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan.

9.      Sistem Neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanta saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan. Eliminasi edema fisiologis melalui dieresis setelah bayi lahir menghilangkan sindrom carpal tunel dengan mengurangi kompresi saraf median. Rasa baal dan kesemutan (tingling) periodic pada jari yang dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir, kecuali jika mengangkat dan memindahkan bayi memperburuk keadaan. Nyeri kepala pascapartum bisa disebabkan berbagai keadaan, termasuk hipertensi akibat kehamilan (PIH), stress, dan kebocoran cairan serebrospinalis ke dalam ruang ekstradural selama jarum epidural diletakkan di tulang punggung untuk anatesia. Lama nyeri kepala bervariasi dari satu sampai tiga hari sampai beberapa minggu, tergantung pada penyebab danefektivitas pengobatan.

10.  Sistem Mukuloskeletal

Adaptasi sitem musculoskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali ke keadaan normal sebeluum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan. Wanita yang baru menjadi ibu akan memerlukan sepatu yang ukurannya lebih besar.

11.  Sistem Integumen

Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di aerola dan lina nigra tidak menghilang seluruhya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap.

Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis biasanya berkurang sebagai respons terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita spider nevi tetap. Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasaya akan menghilang setelah wanita melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbul sewaktu hamil biasanya akan menetap. Konsistensi dan kekuatan kuku akan kembali pada keadaan sebelum hamil. Diaphoresis ialah perubahan yang paling jelas terlihat pada integument.

12.  Sistem Kekebalan

Kebutuhan ibu untuk mendapatvaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi Rh ditetapkan.

C.    Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

1.    Nutrisi dan Cairan

Dahulu biasa untuk membatasi diet wanita masa nifas yang melahirkan pervaginam,tetapi sekarang diet umum yang menarik dianjurkan.Kalau pada akhir 2 jam setelah melahirkan setelah melahirkan per vaginam tidak ada kemungkinan komplikasi yang memerlukan anestesi,pasien hendaknya diberikan minum dan makan jika ia lapar dan haus.Sebaiknya selama menyusui ibu tidak melakukan diet untuk menghilangkan kelebihan berat badan.Konsumsi makanan dengan menu seimbang,bergizi dan mengandung cukup kalori berguna untuk produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah persalinan.Jika ibu menyusui bayi,sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang  mengandung alkohol.Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang dianjurkan dan tidak berlebihan.Sebaiknya penggunaan oba tradisional dan obat-obatan selain vitamin dikonsultasikan dengan dokter/bidan.

Ø  Ibu menyusui harus:

·         Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari.

Jumlah kalori yang dikonsumsi pada ibu menyusui mempengaruhi kuantitas dari ASI yang diproduksi.Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu,ibu memerlukan asupan kalori 85 kalori.Pada saat minggu pertama dari 6 bulan menyusui(ASI ekslusif)jumlah susu yang harus dihasilkan oleh ibu sebanyak 750 ml setiap harinya.Dan mulai minggu kedua susu yang harus dihasilkan adalah sejumlah 600 ml,jadi tambahan jumlah kalori yang harus dikonsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.

·         Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,mineral,dan vitamin yang cukup.

·         Minum sedikitnya 1-1,5 liter air setiap hari(anjurkan ibu untuk minum setelah setiap kali selesai menyusui).

·         Makanan yang dikonsumsi haruslah makanan yang sehat,makanan yang sehat adalah makanan dengan menu seimbang  yaitu yang mengandung unsur-unsur,seperti sumber tenaga,pengatur dan pelindung.

Ø  Sumber tenaga(energi)

Sumber tenaga diperlukan untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru serta penghematan protein (jika sumber tenaga kurang proteindigunakan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan energi).Zat gizi yang termasuk sumber tenaga adalah, yaitu beras, sagu, jagung dan tepung terigu, havermount dan ubi.

Ø  Sumber pembangun

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel sel yang rusakdan mati.Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap dalam darah. Pencernaannya dibantu oleh enzim dalam lambung dan pankreas sebelumdiserap oleh sel mukosa usus dan dibawa ke hati (hepar) melalui pembuluh darah  (vena porta). Sumber protein dapat diperoleh dari protein nabati dan hewani. Protein nabati anatara lain ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, dan keju. Protein nabati banyak terkandung dalam kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang merah,  kacang hijau, kacang kedelai, tahu dan tempe. Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, dan keju. Ketiga makanan tersebut juga mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B.

Ø  Sumber pengatur dan pelindung

Unsur-unsur tersebut digunakan untuk melindungi kelancaran metabolismedidalam tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber buah pengatur dan pelindung bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar.

Berikut ini beberapa mineral penting:

a.       Zat kapur: Zat kapur dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-kacangan, dan syuran berdaun hijau.

b.      Fosfor: Fosfor dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak. Sumbernya antara lain susu, keju, kacang-kacangan dan sayuran berdaun hijau.

c.       Zat Besi: Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel darah merah sehingga daya angkut oksigen sehingga mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran bewarna hijau.

d.      Yodium: Yodium sangat untuk mencegah timbulnya kelemahan mental (terbelakang) dan kekerdilan fisik yang serius. Sumber yodium adalah minyak ikan, ikan laut dan garam beryodium.

e.       Kalsium: Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertmbuhan gigi dan anak sebagai sumbernya yaitu susu dan keju.

§  Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

§  Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

 

2.    Ambulasi

Perubahan penting mulai terjadi dalam penatalaksanaan masa nifas.Ibu nifas dianjurkan untuk turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam.Mobilisasi/ambulasi sangat bervariasi,sangat tergantung pada komplikasi persalinan,nifas,atau sembuhnya luka(jika ada luka.Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin,yaitu dua jam setelah persalinan normal.

Pada ibu dengan partus normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12 jam post partum,sedangkan pada ibu dengan partus sectio secarea ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam post partumsetelah ibu sebelumnya beristirahat(tidur).

Ambulasi dilakukan oleh ibu dengan tahapan:miring kiri atau kanan terlebih dahulu,kemudian duduk dan apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan (mungkin ke toilet untuk berkemih). Banyaknya keuntungan dari ambulasi dini dibuktikan oleh sejumlah penelitian.Para wanita menyatakan bahwa mereka lebih baik dan lebih kuat setelah ambulasi awal.

Dengan ambulasi dini:

§  Faal usus dan kandung kencing lebih baik

§  Yang paling penting ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi trombosis dan emboli paru pada masa nifas

§  Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina(lochea).

3.    Eliminasi

·      Buang air kecil (bak)

Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar hari ke-5 setelah melahirkan.Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.Oleh karena itu,ibu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan.Sebaiknya,ibu tidak menahan buang air kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan.Menahan buang air akan menyebabkan terjadinya bendungan air seni.Keadaan ini dapat menghambat uterus berkontraksi dengan baik sehingga menimbulkan perdarahan yang berlebihan.Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat,tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5-7 hari post partum.

·      Buang air besar (bab)

Sulit buang air besar(konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit,takut jahitan terbuka,atau karena haemorrhoid.Kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini,mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum sehingga bisa buang air besar dengan lancar.Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah bisa buang air besar.

Jika sudah pada hari ketiga ibu masih belum bisa buang air besar,ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria .Ini penting untuk menghindarkan  gangguan pada kontraksi  uterus yang dapat menghambat pengeluaran cairan vagina.

4.    Kebersihan Diri

Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan maupun kulit ,maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara keseluruhan.Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

a.       Perawatan Perineum

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar kan vulva terlebih dahulu,dari depan ke belakang ,baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai BAK/BAB.Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya

b.      Pakaian

Sebaiknya,pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak (di samping urin).Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume  saat hamil.Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering.Demikian  juga dengan pakaian dalam,agar  tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.

c.       Kebersihan rambut

Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis dibandingkan keadaan normal.Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara Satu wanita dengan wanita lain.Meskipun demikian,kebanyakan akan  pulih kembali setelah beberapa bulan.Cuci rambut dengan conditioner yang cukup,lalu sisir menggunakan sisir yang lembut.Hindari penggunaan pengering rambut.

d.      Kebersihan kulit

Setelah persalinan,ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah,kaki,betis dan tangan ibu.Oleh karena itu,dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan,ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya.Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.

e.       Perawatan Payudara

Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan.Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran susu.

Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai,perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1)      Lakukan perawatan payudara secara teratur.

2)      Pelihara kebersihan sehari-hari

3)      Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi produksi ASI

4)      Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi

5)      Ibu harus merasa nyaman dan santai

6)      Hindari rasa cemas dan stress karena kan menghambat refleks oksitosin.

Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungki,yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.

v  langkah langkah perawatan payudara

1.      Lakukan pengompresan pada kedua putting susu dan areola mamae dengan menggunakan kapas yang telah diolesi minyak kelapa/baby oil.

2.      Bersihkan putting susu dengan kapas.           

3.      Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak.        

4.      Sokong payudara kanan dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.            

5.      Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara dan berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kiri.           

6.      Letakkan kedua telapak tangan diantara dua payudara. Urutlah dari tengah ke atas, kesamping, lalu kebawah sambil mengangkat kedua payudara. Dan lepas keduanya perlahan

7.      Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat selama 2 menit, lalu diganti dengan waslap dingin selama 1 menit, pengompresan dilakukan secara bergantian selama 3 kali berturut-turut dan akhiri dengan kompres air hangat..  

8.      Bantu ibu untuk menggunakan kembali pakaiannya. Dan anjurkan ibu untuk menggunakan BH yang menyokong payudara.            

 

5.    Istirahat

Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan  rumah tangga secara perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

-       mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi

-       memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

-       menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri

6.    Seksual

Pada banyak pasangan,perubahan karena kehamilan dapat mengganggu keseimbangan dalam hubungan mereka,terutama terutama dalam hubungan seksual.Begitu juga setelah persalinan.Pada masa ini,ibu menghadapi peran baru sebagai orang tua sehingga sering melupakan perannya sebagai pasangan.Namun segera setelah ibu merasa percaya diri dengan peran barunya,ia akan menemukan waktu dan melihat sekeliling serta menyadari bahwa ia sudah kehilangan aspek lain dalam kehidupannya yang juga penting.

Oleh karena itu,suami perlu memahami perubahan dalam diri istri sehingga tidak merasa diabaikan.Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan kasih sayang pada bayinya sangat dianjurkan.Hubungan seksual dapat dilanjutkan setiap saat ibu merasa nyaman untuk memulai,dan aktivitas itu dapat dinikmati.

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu  darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri,aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

Banyak budaya,yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

7.    Latihan/Senam Nifas

Latihan pasca persalinan dikenal sebagai senam nifas sesungguhnya lebih sekedar mengencangkan kembali otot-otot yang kendur dan membuang lemak tubuh yang tidak perlu, banyak lagi manfaat yang didapat dari senam ini sehingga bidan perlu memberikan penjelasan dan petunjuk senam nifas kepada ibu pasca persalinan dan keluarganya.Kondisi yang kendor setelah melahirkan harus segera dipulihkan, karena selain bayi yang dilahirkan membutuhkan kasih sayang dari seorang ibunya, juga suami yang kita cintai.Untuk itulah pemulihan kondisi harus dilakukan seawal mungkin sesuai kondisi.

Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat dimulai selagi ibu masih berada di klinik atau Rumah Sakit, supaya involusi berjalan dengan baik dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas dan fungsinya kembali.

v  langkah-langkah senam nifas

1.      Pemanasan

·         Berdiri tegak

·         Gerak kepala kekanan, kekiri

·         Gerak kepala kebawah

·         Mengangkat kepala

·         Buka kedua kaki, tangan direntang, tekuklah lutut sambil mengangkat tumit, kembali keposisi semula

·         Berdiri tegak, perut dikencangkan, tangan direntangkan, ayunkan badan kekanan-kekiri

·         Kaki terbuka, gerakan tangan mendorong kekanan-kekiri

2.      Peregangan

·         Mengencangkan otot panggul

·         Mengencangkan otot paha

 

3.      Inti

·         Memutar lengan

·         Memutar pinggang

·         Mengencangkan paha dan betis

·         Mengecilkan perut

4.      Pendinginan

 

v  manfaat senam nifas

Manfaat latihan secara umum :

a.       Membantu penyembuhan rahim, perut dan otot pinggul yang  mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal.

b.      Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan serta mencegah perlemahan lebih lanjut.

c.       Menghasilkan manfaat psikologis, menambah kemampuan menghadapi strees dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan.

 

v  manfaat latihan Kegel :

a.       Meningkatkan pengendalian atas urine.

b.      Memperkuat dasar panggul.

c.       Memperbaiki respon seksual.

d.      Membuat jahitan-jahitan lebih cepat merapat satu sama lain.

Manfaat latihan perut dan kaki :

a.       Mengencangkan otot-otot abdomen.

b.      Mengurangi risiko sakit punggung dan pinggang.

c.       Mengurangi varises vena.

d.      Mengurangi edema kaki.

e.       Mengatasi kram kaki.

8.    Bonding Attachment

Bounding attachment / ikatan batin adalah suatu  proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.

Proses ikatan batin antara ibu dengan bayinya ini diawali dengan kasih sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan.

Ikatan batin antara bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.Beberapa pemikiran dasar dari keterkaitan ini antara lain:

·           Keterkaitan atau ikatan batin ini tidak dimulai saat kelahiran. Tetapi si ibu telah memelihara bayinya selama kehamilan, baik si ibu maupun si ayah telah berangan-angan tentang bayi mereka kelak. Hal ini bisa menjadi perasaan positif, negatif, netral.

·           Kelahiran merupakan sebuah momen didalam kontinum keterkaitan ibu dengan bayinya ketika si bayi bergerak keluar dari dalam tubuhnya.

·           Hubungan antara ibu dan bayi adalah suatu simbiosis yang saling membutuhkan.

·           Rasa cinta menimbulkan ikatan batin /keterikatan. Untuk memperkuat ikatan ibu dengan bayi (Marshall Kalus) menyarankan ibu agar menciptakan waktu berduaan bersama bayi untuk saling mengenal lebih dalam dan menikmati kebersamaan yang disebut babymoon.

Ada tiga bagian dasar periode dimana keterikatan antara ibu dan bayi berkembang

1.      Periode prenatal

Merupakan periode selama kehamilan , dalam masa prenatal ini ketika wanita menerima fakta kehamilan dan mendefinisikan dirinya sebagai seorang ibu, memeriksakan kehamilan, mengidentifikasi bayinya sebagai individu yang terpisah dari dirinya, bermimpi dan berfantasi tentang bayinya serta membuat persiapan untuk bayi.Para peneliti telah memperlihatkan bahwa melodi yang menenangkan dengan ritme yang tetap, seperti musik klasik atau blues membantu menenangkan kebanyakan bayi, sedang sebagian besar dari mereka menjadi gelisah dan menendang-nendang jika yang dimainkan adalah musik rock, ini berarti bahwa para ibu dapat berkomunikasi dengan calon bayinya, jadi proses pembentukkan ikatan batin yang begitu penting dapat dimulai sejak kehamilan.

2.      Waktu kelahiran dan sesaat setelahnya

Ketika persalinan secara langsung berpengaruh terhadap proses keterkaitan ketika kelahiran bayi. Keterkaitan pada waktu kelahiran ini dapat dimulai dengan ibu menyentuh kepala bayinya pada bagian introitus sesaat sebelum kelahiran, bahkan ketika bayi ditempatkan diatas perut ibu sesaat setelah kelahiran.Perilaku keterikatan ini seperti penyentuhan si ibu pada bayinya ini dimulai dengan jari-jari tangan (ekstrimitas) bayi lalu meningkat pada saat melingkari dada bayi dengan kedua tangannya dan berakhir ketika dia melindungi keseluruhan tubuh bayi dalam rengkuhan lengannya. Perilaku lain dalam periode ini meliputi kontak mata dan mengahabiskan waktu dalam posisi en face ( tatap muka), berbicara dengan bayi, membandingkan bayi dengan bayi yang telah diimpikannya selama kehamilan ( jenis kelamin) dan menggunakan nama pada bayi.

Keterkaitan ini menyebabkan respon yang menciptakan interaksi dua arah yang menguatkan antara ibu dan bayinya hal ini difasilitasi karena bayi dalam fase waspada selama satu jam pertama setelah kelahiran, ini membuat bayi reseptif terhadap rangsangan.

3.      Postpartum dan pengasuhan awal

Suatu hubungan berkembang seiring berjalannya waktu dan bergantung pada partisipasi kedua pihak yang terlibat.Ibu mulai berperan mengasuh bayinya dengan kasih sayang.Kemampuan untuk mengasuh agar menghasilkan bayi yang sehat hal ini dapat menciptakan perasaan puas, rasa percaya diri dan perasaan berkompeten dan sukses terhadap diri ibu.Ada ayah yang cepat mendapatkan ikatan kuat dengan bayinya adapula yang membutuhkan waktu agak lama.Ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi terciptanya bounding salah satunya keterlibatan ayah saat bayi dalam kandungan.Semakin terlibat ayah, semakin mudah ikatan terbentuk.Perawatan fisik dan pemenuhan kebutuhan dasar pada masa puerperium harus mengarah pada tercapainya kesehatan yang baik,dengan upaya bidan diarahkan pada identifikasi dan penatalaksanaan masalah kesehatan yang muncul pada masa nifas.

 

D. Komplikasi

1.         Hemoragi

·         Perdarahan Pasca-Persalinan Primer

Perdarahan per vagina yang melibihi 500 ml setelah bersalin didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, akan tetapi terdapat beberapa masalah mengenai defenisi ini, yaitu sebagai berikut:

1.      Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain di dalam ember, serta lantai.

2.      Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah di mana sebaliknya akan berakibat fatal pada ibu yang mengalami anemia. Akan tetapi, pada kenyataannya seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

3.      Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.

Beberapa etiologi dari komplikasi ini adalah atonia uteri dan sisa plasenta (80%), laserasi jalan lahir (20%), serta gangguan faal pembekuan darah pasca-solusio plasenta. Berikut adalah faktor resiko dari komplikasi ini:

1.      Partus lama.

2.      Overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan kembar, makrosomia).

3.      Perdarahan antepartum.

4.      Pasca-induksi oksitosin atau MgSO4.

5.      Korioamnionitis,

6.      Mioma uteri.

7.      Anesthesia.

·         Perdarahan Pasca-Persalinan Sekunder

Etiologi utama adalah sebagai berikut:

1.      Proses reepitalisasi plasental site yang buruk (80%).

2.      Sisa konsepsi atau gumpalan darah.   

2.      Infeksi masa nifas

Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggiangka kematian ibu (AKI). Infeksi luka jalan lahir pasca-persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, maka demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam masa nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifasdapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan pernapasan, malaria, dan tifus.Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38oC atau lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam pascapersalinan dalam 10 hari pertama masa nifas.

Kejadian infeksi nifas berkurang antara lain karena adanya antibiotic, berkurangnya operasi yang merupakan trauma yang berat, pembatasan lamanya persalinan, asepsis, transfuse darah, dan bertambah baiknya kesehatan umum (kebersihan, gizi, dan lain-lain).Mikroorganisme penyebab infeksi puerperalis dapat berasal dari luar (eksogen) atau dari jalan lahir penderita sendiri (endogen).Mikroorganisme endogen lebih sering menyebabkan infeksi.Mikroorganisme yang tersering menjadi penyebab ialah golongan streptococcus, basil coli, dan stafilacoccus. Akan tetapi, kadang-kadang mikroorganisme lain memegang peranan, seperti: Clostridium welchii, Gonococcus, Salmonella typhii, atau Clostridium tetanii.

3.         Tromboflebitis dan emboli paru

Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita varikositis atau yang mungkin secara genetic rentan terhadap relaksasi dinding vena dan stasis vena. Kehamilan menyebabkan stasis vena dengan sifat relaksasi dinding vena akibat efek progesterone dan tekanan pada vena oleh uterus. Kehamilan juga merupakan status hiperkoagulasi. Kompresi vena selama posisi persalinan atau pelahiran juga dapat berperan terhadap masalah ini. Tromboflebitis digambarkan sebagai superficial atau bergantung pada vena apa yang terkena.

4.      Hematoma

Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya hematoma adalah kehilangan sejumlah darah karena hemoragi, anemia, dan infeksi. Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma. Pada siklus reproduktif, hematoma sering kali terjadi selama proses melahirkan atau segera setelahnya, seperti hematom vulva, vagina, hematoma ligamentum latum uteri.

Kemungkinan penyebab termasuk sebagai berikut:

1.      Pelahiran operatif.

2.      Laserasi sobekan pembuluh darah yang tidak di jahit selama injeksi local atau pudendus, atau selama penjahitan episiotomy atau laserasi.

3.      Kegagalan hemostasis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau episiotomy.

4.      Pembuluh darah di atas apeks insisi atau laserasi tidak di bending, atau kegagalan melakukan jahitan pada titik tersebut.

5.      Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus selama masase

.E. Penatalaksanaan

Menurut Moechtar Rustam (2002), perawatan pasca persalinan meliputi:

1.         Keperawatan

a.    Mobilisasi

Selama 6 jam pasca persalinan, ibu harus istirahat dengan posisi tidur terlentang. Selanjutnya diperkenankan dengan posisi miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua, ibu diperbolehkan pulang. Mobilisasi mempunyai variasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.

b.      Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup. Sebaiknya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein serta makanan yang banyak cairan seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

c.       Miksi

Hendaknya Buang Air Kecil (BAK) dilakukan sendiri secepatnya .Kadang-kadang wanita mengalami sulit BAK karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi sfingter selama persalinan.Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit BAK, sebaiknya dilakukan katerisasi.

d.      Defekasi

Buang Air Besar (BAB) dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.Bila masih sulit BAB dan terjadi obstipasi apalagi BAB keras diberikan obat laktasif peroral atau perektal.Jika masih belum bisa dilakukan klisma.

 

e.       Perawatan Payudara (Mammae)

Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil agar puting susu menjadi lemas, tidak keras dan kering. Hal ini adalah sebagai persiapan untuk menyusui bayi. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara : pembalutan mammae sampai tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi LH (seperti tablet lynoral dan parlodel). Sangat dianjurkan agar ibu menyusui bayinya sendiri karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.

3.    Tes Diagnostik

Uji lab rutin yang harus di periksa adalah hemoglobin, hematokrit, sel darah putih (leukosit). Haemoglobin normal : 12-14 g/dl, Hematokrit : 37-43%, Leukosit 12.000/mm dan urin normal 1500 cc.

4.        Therapi medic

a.    Obat Analgetik

Digunakan jika klien merasa pusing dan nyeri yang diakibatkan oleh episiotomy.

b.    Obat Antipiretik

Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai awal daritanda-tanda infeksi.

c.    Antibiotik

Digunakan untuk ada inflamasi dan infeksi.


 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM

A.    Pengkajian Keperawatan

Adapun pengkajian pada pasien pasca persalinan normalmeliputi :

1.      Pengkajian data dasar klien

Tinjau ulang catatan prenatal dan intraoperatif dan adanya indikasi untuk kelahiran abnormal. Sedangkan cara pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, pemeriksaan fisik melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

a.       Identitas klien

1)      Identitas klien meliputi : nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan, suku, bahasa, yang digunakan, sumber biaya, tanggalmasuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah.

2)      Identitas suami meliputi : nama suami, usia, pekerjaan, agama, pendidikan, suku.

b.      Riwayat keperawatan

1)      Riwayat kesehatan

Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan utama saat masuk rumah sakit, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi, adapun yang berkaitandengan diagnosa yang perlu dikaji dalah peningkatan tekanan darah,eliminasi, mual atau muntah, penambahan berat badan, edeme, pusing,sakit kepala, diplopia, nyeri epigastrik.

2)      Riwayat Kehamilan

Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yangdirencanakan, masalah saat hamil atau antenatalcare (ANC) danimunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil.

 

 

3)      Riwayat Melahirkan

Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan,posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkanjahitan pada perineum dan perdarahan.

4)      Data bayi

Data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan berat badan bayi.Kesulitan dalam melahirkan, apgar score, untuk menyusui ataupemberian susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada saatdilakukan pengkajian.

5)      Pengkajian masa nifas atau post partum pengkajian yang dilakukan meliputi keadaan umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan, gambaranlochea, keadaan perineum, abdomen, payudara, episiotomi, kebersihan menyusui dan respon orang terhadap bayi.

c.       Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu masa nifas atau pasca partumyaitu :

1)      Rambut

Kaji kekuatan rambut klien karena sebab diet yang baik selama masahamil mempunyai rambut yang kuat dan segar.

2)      Muka

Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopakmata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol.

3)      Mata

Kaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarti normal,sedangkan berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan jikakonjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.

4)      Payudara

Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan kajikondisi putting, kebersihan putting, adanya Asi.

5)      Uterus

Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut, palpasijuga tinggi fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.

6)      Lochea

Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yangkeluar dan baunya.

7)      Sistem perkemihan

Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomenbagian bawah.

8)      Perineum

Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisisinus inspeksi adanya tanda-tanda ”REEDA” (

-          Rednesatau kemerahan,ecchymosisatau perdarahan bawah kulit,

-          Edema atau bengkak,

-          Dischargeatau perubahan lochea,

-          Approximationatau pertautan jaringan).

9)      Ektremitas bawah

Ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukanedema, varises pada tungkai kaki, ada atau tidaknya tromboflebitiskarena penurunan aktivitas dan reflek patela baik.

10)  Tanda-tanda vital

Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darahselama 24 jam pertama masa nifas atau pasca partum.

d.      Pemeriksaan penunjang

1)      Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematokrit (Hb / Ht): mengkajiperubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek dari kehilangandarah pada pembedahan.

2)      Urinalis : kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahandidasarkan pada kebutuhan individual.

B.     Diagnosa keperawatan

1.      Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.

2.      Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.

3.      Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.

4.      Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.

5.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.

6.      Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

7.      Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.

C.    Intervensi

1.      Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.

Tujuan                         : Pasien dapat mendemostrasikan status cairan membaik.

Kriteria Hasil               : Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi edema, haluaran urine di atas 30 ml/jam, kulit kenyal/turgor kulit baik.

Intervensi

Rasional

Pantau:

-   Tanda-tanda vital setiap 4 jam.

-   Warna urine.

-   Berat badan setiap hari.

-   Status umum setiap 8 jam.

 

Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap

Temuan-temuan ini menandakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan.

 

Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.

Mencegah pasien jatuh ke dalam kondisi kelebihan cairan yang beresiko terjadinya edem paru.

Pantaucairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.

Mengidentifikasi keseimbangan cairan pasien secara adekuat dan teratur.

 

 

2.      Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.

Tujuan             : Pola eleminasi (BAK) pasien teratur.

Kriteria Hasil   : Eleminasi BAK lancar, disuria tidak ada, bladder kosong, keluhan kencing tidak ada.

Intervensi

Rasional

Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.

Mengidentifikasi penyimpangan dalam pola berkemih pasien.

Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.

Ambulasi dini memberikan rangsangan untuk pengeluaran urine dan pengosongan bladder.

Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih.

Membasahi bladder dengan air hangat dapat mengurangi ketegangan akibat adanya luka pada bladder.

Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.

Menerapkan pola berkemih secara teratur akan melatih pengosongan bladder secara teratur.

Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.

Minum banyak mempercepat filtrasi pada glomerolus dan mempercepat pengeluaran urine.

Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih.

Kateterisasi membantu pengeluaran urine untuk mencegah stasis urine.

 

3.      Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang; trauma persalinan.

Tujuan             : Pola eleminasi (BAB) teratur.

Kriteria Hasil   : pola eleminasi teratur, feses lunak dan warna khas feses, bau khas feses, tidak ada kesulitan BAB, tidak ada feses bercampur darah dan lendir, konstipasi tidak ada.

Intervensi

Rasional

Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.

Mengidentifikasi penyimpangan serta kemajuan dalam pola eleminasi (BAB).

Anjurkan ambulasi dini.

Ambulasi dini merangsang pengosongan rektum secara lebih cepat.

Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.

Cairan dalam jumlah cukup mencegah terjadinya penyerapan cairan dalam rektum yang dapat menyebabkan feses menjadi keras.

Kaji bising usus setiap 8 jam.

Bising usus mengidentifikasikan pencernaan dalam kondisi baik.

Pantau berat badan setiap hari.

Mengidentifikasi adanya penurunan BB secara dini.

Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran hijau.

Meningkatkan pengosongan feses dalam rektum.

 

4.      Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan.

Tujuan             : ADL dan kebutuhan beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat.

Kriteria Hasil   :          

-          Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.

-          Kelemahan dan kelelahan berkurang.

-          Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.

-          Frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.

-          Kulit hangat, merah muda dan kering.

Intervensi

Kriteria Hasil

Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.

Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktifitas dan indikator derajat penagruh kelebihan kerja jantung.

 

Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik, berikan aktifitas senggang yang tidak berat.

Menurunkan kerja miokard/komsumsi oksigen , menurunkan resiko komplikasi.

Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada aktifitas dan perawatan diri.

Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.

Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.

Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.

Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri.

Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.

 

5.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.

Tujuan             : Pasien mendemonstrasikan tidak adanya nyeri.

Kriteria Hasil   : Vital sign dalam batas normal, pasien menunjukkan peningkatan aktifitas, keluhan nyeri terkontrol, payudara lembek, tidak ada bendungan ASI.

 

 

Intervensi

Kriteria Hasil

Kaji tingkat nyeri pasien.

Menentukan intervensi keperawatan sesuai skala nyeri.

Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.

Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan berdasarkan involusi uteri.

Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum berkemih.

Mengurangi ketegangan pada luka perineum.

Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.

Melatih ibu mengurangi bendungan ASI dan memperlancar pengeluaran ASI.

Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak.

Mencegah infeksi dan kontrol nyeri pada luka perineum.

Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik bila nyeri skala 7 ke atas.

Mengurangi intensitas nyeri denagn menekan rangsang nyeri pada nosiseptor.

 

6.      Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.

Tujuan             : Infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil   : Tanda infeksi tidak ada, luka episiotomi kering dan bersih, takut berkemih dan BAB tidak ada.

 

Intervensi

Kriteria Hasil

Pantau: vital sign, tanda infeksi.

Mengidentifikasi penyimpangan dan kemajuan sesuai intervensi yang dilakukan.

Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.

Mengidentifikasi kelainan pengeluaran lochea secara dini.

Kaji luka perineum, keadaan jahitan.

Keadaan luka perineum berdekatan dengan daerah basah mengakibatkan kecenderungan luka untuk selalu kotor dan mudah terkena infeksi.

Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali pengeluaran lochea banyak.

Mencegah infeksi secara dini.

Pertahankan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka perineum, merawat payudara, merawat bayi).

Mencegah kontaminasi silang terhadap infeksi.

 

7.      Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.

Tujuan             : Gangguan proses parenting tidak ada.

Kriteria Hasil   : Ibu dapat merawat bayi secara mandiri (memandikan, menyusui).

 

Intervensi

Kriteria Hasil

Beri kesempatan ibu untuk melakukan perawatan bayi secara mandiri.

Meningkatkan kemandirian ibu dalam perawatan bayi.

Libatkan suami dalam perawatan bayi.

Keterlibatan bapak/suami dalam perawatan bayi akan membantu meningkatkan keterikatan batin ibu dengan bayi.

Latih ibu untuk perawatan payudara secara mandiri dan teratur.

Perawatan payudara secara teratur akan mempertahankan produksi ASI secara kontinyu sehingga kebutuhan bayi akan ASI tercukupi.

Motivasi ibu untuk meningkatkan intake cairan dan diet TKTP.

Meningkatkan produksi ASI.

Lakukan rawat gabung sesegera mungkin bila tidak terdapat komplikasi pada ibu atau bayi.

Meningkatkan hubungan ibu dan bayi sedini mungkin.

 


 

KASUS

TINJAUAN KASUS PADA IBU NIFAS PATOLOGIS NY.S DENGAN USIA 22 TAHUN P1A0 3 HARI POST SC A/E CPD DENGAN BENDUNGAN PAYUDARA DIRUANG NURI RSUD AJIBARANG

 

NO.REGISTER                                              : 119723

MASUK RB/BPM TANGGAL, JAM           : 07 JUNI 2014/ 17.00WIB

TANGGAL,JAM PENGKAJIAN                 : 10 JUNI 2014 / 20.00 WIB

DIRAWAT DI                                               : R.NURI RSUD AJIBARANG

1.    PENGKAJIAN DATA

A.  DATA SUBJEKTIF

1.      Biodata                                                                                                      Nama  Ibu                  : Ny. S                   Tn. A  

Umur                     : 22 Tahun                               29 Tahun

Agama                   : Islam                                     Islam

Suku / bangsa        : Jawa / Indonesia                   Jawa / Indonesia

Pendidikan            : SMP                                      SMP

Pekerjaan               : Ibu Rumah tangga                Buruh

Alamat                  : Winduaji RT 05/ 04 Banyumas        

2.      Alasan Kunjungan

Pasien pindahan dari Ruang VK P1A0 Post SC atas indikasi CPD pada tanggal 07 Juni 2014 pukul 17.00 WIB.

3.      Keluhan Utama

Ibu mengatakan terasa nyeri dan bengkak pada payudara, ASI tidak lancar. Tidak tampak kemerahan, payudara terasa panas pada payudara sejak tanggal 10 juni 2014.

 

4.      Riwayat Menstruasi

Menarche              : 13 tahun.

Siklus                    : 28 hari. Teratur.

 

Banyak                  : 2-3 kali ganti pembalut/hari.

Lama                     : 3- 5 hari.

Disminorea            : Tidak disminorea

5.      Riwayat sosial ekonomi dan psikologi     

Ibu mengatakan kawin syah 1 kali pada umur 20 tahun, lama perkawinan 2 tahun, respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran senang, pengambilann keputusan dalam keluarga suami, adaptasi psikososial selama masa nifas baik.

6.      Riwayat kehamilan sekarang

-       G1 P0 A0

-       HPHT              : 24 Agustus 2013                              

-       HPL                 : 31 Mei 2014

-       ANC                : 8 X teratur di Bidan dan Rumah Sakit

TM I  : 2 X

           TM II : 3 X

           TM III: 3 X

-       UK                  : 40+6  Minggu

-       Imunisasi TT    : Lengkap

  TT1 : Saat Capeng

  TT2 : Bulan November

7.      Riwayat persalinan sekarang

Tanggal/ Jam persalinan    : 07 Juni 2014/ 12.00 WIB

Tempat persalinan             : IBS RSUD Ajibarang

Penolong Persalinan          : Bidan dan dr. SPOG

Jenis persalinan                 : SC

Komplikasi Persalinan       : CPD

Keadaan plasenta              : Lengkap

Tali Pusat                          : tidak ada lilitan

Bayi                                   : BB : 3700 gram         PB: 51 cm

                                            LK : 36 cm                LD: 36 cm

                                            Nilai Apgar : 9.10.10

                                            Masa Gestasi : 40+6 Minggu

 

8.      Riwayat KB         

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi dan belum ada rencana pemakaian kontrasepsi apapun.

9.      Riwayat penyakit yang pernah diderita sekarang/yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah menderita sakit jantung, hipertensi, DM , Malaria ,Ginjal, Asma, Hepatitis dan tidak ada riwayat operasi abdomen/SC.

10.  Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi, DM,Asma, dan tidak ada riwayat kembar.

11.  ACTIVITY DAILY LIVING

a.      Pola Makan dan Minum         

Makan             : 3 x sehari, Jenisnya nasi lauk-pauk dan sayur

  Porsi 1 piring sedang

Minum             : 7 – 8 gelas sehari jenisnya air putih

Pantangan makanan tidak ada

 

b.      Pola istirahat

Tidur siang      :  1 jam

Tidur malam    :  6 jam

Keluhan           : Tidak ada keluhan

 

c.       Pola Eliminasi

BAB                            BAK

Frekuensi         : 1 kali sehari               5 kali sehari

Warna              : kuning                       kuning jernih

Bau                  : khas                           khas

Konsistensi      : Lunak                        cair

 

d.       Personal hygiene

Mandi                          : 2 x sehari

Ganti pakaian dalam   : 2 x sehari

 

e.         Aktivitas

Pekerjaan sehari –hari  : latihan jalan-jalan, latihan BAK secara mandiri, memeras ASI

Keluhan                       : tidak ada

Hubungan seksual       : belum melakukan

 

f.       Menyusui

Tidak lancar, ibu tidak mengetahui cara menyusui yang benar, tidak mengetahui cara perawatan payudara dan tidak mengerti tentang ASI Eksklusif.

g.         Kebiasaan hidup

Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum-minuman keras, obat terlarang dan minum jamu.

 

DATA OBJEKTIF  

1.      Keadaan umum: baik                          kesadaran :composmentis

Keadaan Emosional : Labil

2.      Tanda- tanda vital

TD                   : 120/80 mmHg

Nadi                 : 80 x/mnt

Suhu                 : 37 ºC

Respirasi           : 20 x/mnt

3.      Pengukuran tinggi badan dan berat badan

Tinggi badan   : 155 cm

Berat badan     : 57 kg

4.      Pemeriksaan fisik

Postur tubuh : mesomorph

Kepala dan muka

-          Muka               : Tidak terlihat pucat, Cloasma tidak ada ,oedema tidak ada

-          Mata                : Conjungtiva merah muda , sclera Putih

-          Hidung            : Bersih, polip tidak ada

-          Gigi& mulut    : Bibir lembab, gusi merah muda

Leher   : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid & limfe

Payudara : Payudara tampak tegang, tidak terlihat kemerahan, tidak terlihat mengkilap,  puting susu menonjol, aerola mammae hiperpigmentasi, teraba panas dan keras, tidak ada benjolan, colostrum sudah keluar, tampak meringis saat ASI dikeluarkan.

Abdomen : Abdomen tampak buncit, terdapat luka operasi SC tertutup kasa, TFU 3 jari diatas sympisis, kandung kemih kosong.

Genetalia :

-          Varises                         : tidak ada

-          Odema                         : tidak ada

-          Pembesaran bartolini   : tidak ada

-          PPV                             : lochea Sanguinolenta

-          Bekas luka                   : tidak ada

-          Anus                            : Tidak hemoroid

Ekstremitas :

-          Tangan             : Tidak ada oedema, kuku pendek, bersih,

  dan tampak merah muda

-          Kaki                : Kuku pendek, bersih, tampak merah muda, tungkai tidak ada oedema,tidak ada varises, human sign negatif.

 

II. INTERPRETASI DATA

a.    Diagnosa kebidanan         :

Ny S 22 tahun P1A0 UK 3 hari post SC atas indikasi CPD dengan bendungan payudara.

Data Subjektif

-          Ibu mengatakan berumur 22 tahun

-          Ibu mengatakan ini kelahiran anak pertamanya dan belum pernah keguguran

-          Ibu mengatakan melahirkan secara SC atas indikasi CPD pada tanggal 07 Juni 2014

-          Ibu mengatakan payudaranya terasa nyeri dan bengkak pada payudara, ASI tidak lancar. Tidak tampak kemerahan, payudara terasa panas pada payudara sejak tanggal 10 juni 2014.

Data Objektif

-          KU                 : baik,       kesadaran   : composmentis

-          TTV               : TD : 120/80 mmHg,  N :80 x/mnt,  R : 20 x/mnt,

        S : 37 ºC

-          Payudara tampak tegang, tidak terlihat kemerahan, tidak terlihat mengkilap, puting susu menonjol, aerola mammae hiperpigmentasi, teraba panas dan keras, tidak ada benjolan, colostrum sudah keluar, tampak meringis saat ASI dikeluarkan.

b.      Masalah     : belum ada rencana pemakaian kontrasepsi apapun, ibu tidak mengetahui cara menyusui yang benar, tidak mengetahui cara perawatan payudara dan tidak mengerti tentang ASI Eksklusif

 

III.DIAGNOSA POTENSIAL DAN ANTISIPASI

a.       Diagnosa Potensial          : Mastitis

b.      Antisipasi                         : perawatan payudara dan ASI Eksklusif

IV. TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

V.   RENCANA TINDAKAN

Tanggal       : 10 Juni 2014

Jam             : 20.30 WIB

1.      Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

2.       Beritahu tentang bendungan ASI yang ibu alami

3.       Beritahu pada ibu tentang ASI Eksklusif

4.      Ajarkan dan berikan contoh pada ibu tentang cara perawatan payudara untuk mengatasi bendungan ASI

5.      Beritahu pada ibu cara menyusui yang benar

6.     Beritahu ibu macam-macam KB untuk ibu menyusui serta keterbatasan dari masing-masing alat kontrasepsi tersebut dan anjurkan pada ibu untuk memilih salah satu yang sesuai dengan keinginan.

7.     Observasi keadaan umum ibu, kondisi payudara dan pengeluaran ASI.

 

 

 

 

VI. PELAKSANAAN

       Tanggal : 10 Juni 2014                                              Jam : 20.45 WIB

1.      Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan umum ibu baik, namun ibu mengalami bendungan payudara.

2.       Memberitahu tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu, ASI yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI membesar atau membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar.

3.       Memberitahu pada ibu tentang ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih,sampai bayi berumur 6 bulan.

4.      Mengajarkan dan menyontohkan pada ibu tentang cara perawatan payudara untuk mengatasi bendungan ASI.

5.      Alat-alat yang digunakan: baby oil, kapas, gelas bersih, 2 buah kom sedang yang berisi air hangat dan dingin, dua buah washlap, dan handuk.

6.      Memberitahu ibu macam-macam KB untuk ibu menyusui dan keterbatasannya serta menganjurkan pada ibu untuk memilih salah satu yang sesuai dengan keinginan.

7.      Mengobservasi keadaan umum ibu, TTV, kondisi payudara dan pengeluaran ASI.

VII. EVALUASI

Tanggal : 11 Juni 2014                                    Jam : 08.00 WIB

1.      Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

2.       Ibu telah mengetahui tentang bendungan ASI yang dialami

3.       Ibu telah mengerti tentang ASI Eksklusif dan bersedia untuk menerapkannya

4.      Ibu telah diajari dan dicontohkan cara perawatan payudara untuk mengatasi bendungan ASI  dan bisa melakukannya

5.      Ibu telah mengetahui cara menyusui yang benar dan dapat melakukannya

6.     Ibu telah mengetahui macam-macam KB dan keterbatasannya serta ibu memilih KB Metode Amenore Laktasi (MAL) agar tetap bisa menerapkan ASI Eksklusif.

7.      Telah dilakukan observasi keadaan umum ibu, kondisi payudara dan pengeluaran ASI dengan hasil: KU baik, TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 80x/ menit, S: 370 C, R: 20x/ menit, bendungan payudara berkurang, dan pengeluaran ASI sudah mulai lancar.

 


 

BAB IV

PEMBAHASAN

 

Setelah penulis melakukan pengkajian pada ibu nifas Ny. S dengan bendungan payudara penulis mendapat perbedaan-perbedaan antara teori dengan lahan prakek yaitu :

1.      Pengkajian

Pada tanggal  10 Juni 2014   penulis melakukan pengkajian pada Ny. S  dengan kasus bendungan payudara ditemukan T : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 37°C dan ditemukan data dengan riwayat persalinan SC serta tidak dilaksanakannya rooming in antara ibu dan bayi. Dari data tersebut maka bisa disimpulkan bahwa proses bounding attachment antara ibu dan bayi serta proses laktasi tidak berjalan dengan lancar yang bisa menimbulkan bendungan pada payudara. Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.

2.      Diagnosa

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan hasilnya Ny.S usia 22 tahun P1A0 3 hari Post SC a/I CPD dengan bendungan payudara. Diagnosa ditegakan Bendungan payudara setelah ditemukan payudara terlihat tegang, keras, bengkak ada nyeri tekan, tidak terlihat merah serta tidak terlihat mengkilap.

Menurut teori bahwa untuk menegakkan diagnosa bendungan payudara didasarkan atas suhu tidak lebih dari 38 o C, terjadi di minggu pertama post partum, dan adanya nyeri tekan pada payudara. Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.

3.        Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Masalah diagnosa atau masalah potensial yang ditegakan adalah Mastitis

4.        Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi

Pada tahap ini penulis tidak menemukan tindakan segera/ emergency untuk menangani pasien dengan bendungan ASI

5.        Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada tahap  merencanakan asuhan yang menyeluruh berpedoman pada teori yaitu dilakukan observasi keadaan umum dan menyelesaikan factor-faktor penyebab masalah bendungan ASI itu timbul.

Asuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan Bendungan ASI di RSUD Ajibarang telah sesuai dengan prosedur tetap yang ada,dan prosedur tetap tersebut sudah sesuai dengan ketentuan.

6.        Pelaksanaan

Dalam melaksanakan asuhan menurut teori yaitu melakukan breastcare/ perawatan payudara. Pada Ny. S dilaksanakan sesuai dengan teori yaitu breastcare/ perawatan payudara.

7.        Evaluasi

Pada langkah evaluasi penulis telah berhasil melakukan observasi pada bendungan payudara, KU dan pengeluaran ASI dengan hasil baik.


 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Persalinan adalah proses fisiologis yang akan dialami wanita untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang hidup dari uterus, sedangkan pasca persalinan adalah waktu penyembuhan untuk kembali kepada keadaan tidak hamil dan penyesuaian terhadap penambahan keluarga baru mulai dari selesai persalinan sampai kira-kira 6 minggu, tetapi alat genital baru pulih 3 bulan setelah persalinan.Setelah melakukan pengkajian pada Ny. S penulis tidak mengalami kesulitan karena selama penulis melakukan pengkajian klien sangat kooperatif. Sehingga penulis mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan.

Dalam menegakan diagnosa penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan lahan praktek karena dalam menegakan diagnosa sesuai dengan teori yang ada. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial dalam mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan lahan praktek.

Identifikasi Kebutuhan akan tindakan segera penulis tidak menemukan tindakan segera/ emergency. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa pada tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan lahan praktek. Dalam menyusun rencana, penulis menyusun berdasarkan teori seperti melakukan breastcare. Untuk pelaksanaan dan evaluasi, penulis juga tidak menemukan kesenjangan.

B.       Saran

·       Bagi RS

Untuk meningkatkan profesionalisme sehingga pelayanan pada klien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

·       Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pendidikan lebih banyak meningkatkan prosedur belajar mengajar mengenai manajemen kebidanan karena penulis masih sangat kurang dalam hal pemahaman tersebut.

Mahasiswa dapat memahami dan mengerti mengenai konsep  perdarahan post partum, memahami tentang Definisi, Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan fisik dan dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang tepat pada ibu perdarahan post partum.Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, namun  dalam proses pembuatan makalah penulis menemukan beberapa macam kendala dan kesulitan dalam pencarian sumber-sumber dikarenakan belum mampu menemukan suatu hal yang mendeksti sempurna dan tepat dalam teori. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi untuk mendekati kesempurnaan dalam proses pembuatan makalah yang penulis susun. Semoga makalah yang penulis susun dapat menjadi bermanfaat dikemudian harinya.

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Champan, Vicky. (2006).  The Midwife’s Labour And Birth Handbook. H.Y Kuncara. (Alih Bahasa), Jakarta : EGC

Hanifa Wiknjosastro. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. 

http://bidanpurnama.000space.com/DOWNLOAD/20000%20askeb/ASKEB%20NIFAS%20NORMAL.doc

https://www.academia.edu

Manuaba,dkk. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC : Jakarta

Pilliteri, Adele. (1995). Pocket Guide For Maternal And Child Health

Prawirohardjo,Sarwono.(2010).Buku Ilmu Kebidanan.Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rachimhadhi.T.2005.Ilmu Kebidanan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Parwirohardjo.Jakarta

Varney,dkk.2008.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. EGC : Jakarta

 

No comments:

Post a Comment