CUCI TANGAN
PAKAI SABUN
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat limpahan rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah yang
berjudul Cuci Tangan Pakai Sabun ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah. Akhir kata
penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan, baik dalam penulisan
maupun informasi yang terkandung didalam makalah ini, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi
perbaikan
dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Aceh Besar, September
2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
1. Cuci Tangan
a.
Pengertian
Mencuci Tangan
Cuci tangan adalah
proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan
dengan memakai sabun dan air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran dan
debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme
sementara (Dahlan dan Umrah, 2013).
Kebersihan tangan yang
tak memenuhi syarat juga berkontrubusi menyebabkan penyakit terkait makanan,
seperti infeksi bakteri salmonella dan E. Coli infection. Mencuci tangan dengan
sabun akan membuat bakteri lepas dari tangan (IKAPI, 2007).
Cuci tangan merupakan
salah satu cara untuk menghindari penyakit yang ditularkan melalui makanan.
Kebiasaan mencuci tangan secara teratur perlu dilatih pada anak. Jika sudah
terbiasa mencuci tangan sehabis bermain atau ketika akan makan ,aka diharapkan
kebiasaan tersebut akan terbawa sampai tua (Samsuridjal, 2009).
b.
Manfaat Cuci
Tangan
Wirawan (2013)
menjelaskan bahwa manfaat mencuci tangan selama 20 detik yaitu sebagai berikut:
Perbedaan Pendidikan Kesehatan,
ANGGRAENI, ERINA SETYA,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,
2016 13
a.
Mencegah risiko
tertular flu, demam dan penyakit menular lainnya sampai 50%.
b.
Mencegah tertular
penyakit serius seperti hepatitis A, meningitis dan lain-lain.
c.
Menurunakan
risiko terkena diare dan penyakit pencernaan lainnya sampai 59%.
d.
Jika mencuci
tangan sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan, sejuta kematian
bisa dicegah setiap tahun.
e.
Dapat menghemat
uang karena anggota keluarga jarang sakit.
c.
Waktu
Untuk Mencuci Tangan
Mencuci tangan memakai
sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah beraktifitas. Berikut ini adalah
waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai sabun menurut Ana (2015):
a.
Sebelum dan
sesudah makan.
Pastilah hal ini harus dilakukan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terkontaminasinya makanan yang akan kita konsumsi dengan
kuman, sekaligus mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh kita.
d.
Sebelum
dan sesudah menyiapkan bahan makanan
Bukankah kuman akan
mati ketika bahan makanan dimasak? Memang benar. Masalahnya bukan terletak pada
bahan makanannya, tetapi kuman – kuman yang menempel pada tangan anda ketika
mengolah bahan mentah.
Perbedaan Pendidikan
Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 14
e.
Sebelum
dan sesudah mengganti popok
Untuk menjaga
sterilnya kulit bayi dari kuman – kuman berbahaya yang dapat menginfeksi, maka
anda wajib untuk mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah mengganti
popok bayi.
f.
Setelah buang air besar dan buang air
kecil
Ketika melakukan buang air besar dan buang
air kecil kuman dan bakteri akan mudah menempel pada tangan anda, dan harus
dibersihkan.
g.
Setelah
bersin atau batuk
Sama seperti buang air
kecil dan buang air besar, ketika bersin atau batuk, itu artinya anda sedang
menyemburkan bakteri dan kuman dari mulut dan hidung anda. Refleks anda
pastinya menutup mulut dan hidung dengan tangan, yang artinya, kuman akan
menempel pada tangan anda.
h.
Sebelum
dan setelah menggunakan lensa kontak
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
infeksi pada bagian mata ketika anda menempelkan lensa kontak pada mata anda.
i.
Setelah menyentuh binatang
Bulu binatang
merupakan penyumbang bakteri dan kuman yang sangat besar, sehingga anda wajib
mencuci tangan anda setelah bersentuhan dengan binatang, terutama yang berbulu
tebal. Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA SETYA, Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP, 2016
j.
Setelah menyentuh sampah
Sampah, sudah pasti
merupakan sumber bakteri dan kuman yang sangat berbahaya bagi tubuh. Wajib
hukumnya bagi anda untuk mencuci tangan setelah menyentuh sampah.
k.
Sebelum
menangani luka
Luka, terutama pada
bagian tubuh tertentu akan sangat sensitive terhadap bakteri dan kuman. Apabila
anda tidak mencuci tangan sebelum menangani luka, maka kemungkinan terjadinya
infeksi karena bakteri dan kuman akan menjadi semakin tinggi.
l.
Setelah memegang benda “umum”
Mungkin agak berlebihan, tetapi anda harus
tahu, benda – benda umum memiliki kandungan bakteri dan kuman yang sangat
tinggi, sehingga wajib anda bersihkan.
2.
Peralatan
dan Perlengkapan Mencuci Tangan Dengan Benar
Peralatan dan perlengkapan mencuci tangan pakai sabun
menurut Dahlan dan Umrah (2013), peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan
untuk mencuci tangan adalah :
a.
Sabun biasa atau
antiseptik
b.
Handuk bersih
c.
Wastafel atau air
mengalir.
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI,
ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 16
3.
Faktor
yang mempengaruhi perilaku cuci tangan
Menurut Tarwoto dan Wartonah
(2004), salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku mencuci tangan diantaranya
adalah pengetahuan. Pengetahuan siswa tentang mencuci tangan yang diperoleh
siswa dari guru, diantaranya tentang waktu dan cara mencuci tangan. Sehingga
dengan pengetahuan tersebut akan menyebabkan perilaku mencuci tangan siswa
relatif kurang.
4.
Teknik
Mencuci Tangan Dengan Benar
Samsuridjal (2009) menjelaskan
bahwa pada dasarnya air untuk cuci tangan hendaknya air yang mengalir.
Penggunaan sabun hendaknya mengenai seluruh tangan dan diperlukan waktu agar
kontak kulit dan sabut dapat terjadi. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut ini:
Sumber: Health Unit (2012)
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA
SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Cara cuci tangan pada gambar
diatas dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
1.
Basahi tangan
menggunakan air yang mengalir
2.
Tuangkan sabun
pada tangan
3.
Gosok sampai
berbusa dikulti tangan hitung sampai 15 detik
4.
Bilas tangan
menggunakan air mengalir
5.
Keringkan tangan
menggunakan handuk atau pengering
6.
Tutup kran
menggunakan handuk atau lengan (Healt Unit, 2012).
B.
Pendidikan
Kesehatan
1.
Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah
aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara
operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan
atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok atau
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri
(Notoatmodjo, 2010).
Pendidikan kesehatan adalah
proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar
proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain, akan tetapi
perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu,
atau kelompok masyarakat sendiri (Mubarak dan Chayatin, 2009).
Perbedaan Pendidikan
Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 18
2.
Tujuan pendidikan
kesehatan
Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang
mampu:
a.
Menetapkan
masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
b.
Memahami apa yang
dapat mereka lakukan terhadap masalah, dengan sumber daya yang ada pada mereka
ditambah dengan dukungan dari luar.
c.
Memutuskan
kegiatan yang paling tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan
kesejahteraan masyarakat (Mubarak dan Chayatin, 2009).
3.
Metode pendidikan
kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa metode
pendidikan kesehatan, berikut ini adalah bebrapa metode kesehatan:
a.
Metode Ceramah
1)
Definisi metode
ceramah
Ceramah ialah pidato yang
disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekelompok pengunjung. Ceramah pada
hakikatnya adalah proses transfer informasi dari pengajar kepada sasaran
belajar. Dalam proses tranfer informasi ada tiga elemen penting, yaitu
pengajar, materi dan sasaran belajar. Menurut Nursalam dan Efendi (2008) bahwa
metode ceramah efektif digunakan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang.
Perbedaan Pendidikan
Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 19
2)
Penggunaan metode
ceramah
Ceramah digunakan pada sifat
sasaran sebagai berikut, yaitu sasaran belajar mempunyai perhatian yang
selektif, sasaran belajar mempunyai lingkup perhatian yang terbatas, sasaran
belajar memerlukan informasi yang kategoris dan sistematis, sasaran belajar
perlu menyimpan informasi, sasaran belajar perlu menggunakan informasi yang
diterima.
3)
Keunggulan metode
ceramah
a)
Dapat digunakan
pada orang dewasa
b)
Penggunaan waktu
yang efisien
c)
Dapat dipakai
pada kelompok yang besar
d)
Tidak terlalu
banyak menggunakan alat bantu pengajaran
e)
Dapat dipakai
untuk memberi pengantar pada pelajaran atau suatu kegiatan.
4)
Kekurangan metode
ceramah
a)
Menghambat respon
dari yang belajar sehingga pembicara sulit
menilai reaksinya
b)
Tidak semua
pengajar dapat menjadi pembicara yang baik, pembicara harus menguasai pokok
pembicaraannya
c)
Dapat menjadi
kurang menarik, sulit untuk dipakai pada anak-anak
d)
Membatasi daya
ingat dan biasanya hanya satu indera yang dipakai
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA
SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 20
b.
Metode Diskusi
Kelompok
1)
Definisi metode
diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah
percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan di antara tiga orang atau lebih
tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin. Menurut Nursalam dan Efendi
(2008) bahwa pendidikan kesehatan metode diskusi merupakan salah satu metode
pendidikan yang dapat digunakan untuk mengubah sikap seseorang.
2)
Penggunaan metode
diskusi kelompok
Metode diskusi kelompok digunakan bila sasaran
pendidikan kesehatan, diharapkan :
a)
Dapat saling
mengemukakan pendapat
b)
Dapat mengenal
dan mengolah masalah kesehatan yang dihadapi
c)
Mengharapkan
suasana informal
d)
Memperluas
pandangan atau wawasan
e)
Membantu
mengembangkan kepemimpinan
3) Keunggulan
metode diskusi kelompok
a) Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan
pendapat
b) Merupakan pendekatan yang demokratis, mendorong
rasa kesatuan
c) Dapat memperluas pandangan atau wawasan
d) Membantu mengembangkan rasa kepemimpinan
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA
SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 21
4)
Kekurangan metode diskusi kelompok
a) Tidak efektif dipakai pada kelompok yang lebih
besar
b) Keterbatasan informasi yang didapat oleh peserta
c) Membutuhkan pemimpin diskusi yang terampil
d) Kemungkinan di dominasi orang yang suka berbicara
e) Biasanya sebagian besar orang menghendaki
pendekatan formal
c. Metode Panel
1) Definisi metode panel
Panel adalah pembicaraan yang sudah
direncanakan di depan pengunjung tentang sebuah topik dan diperlukan tiga
panelis atau lebih, serta dibutuhkan seorang pemimpin.
2)
Penggunaan metode
panel
Metode ini digunakan :
a) Pada waktu mengemukakan pendapat yang
berbeda tentang suatu topik
b) Jika tersedia, panelis dan moderator
yang memenuhi persyaratan
c) Jika topik pembicaraan terlalu luas
untuk didiskusikan dalam kelompok
d) Jika peserta tidak diharapkan memberi
tanggapan secara verbal dalam diskusi.
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI,
ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 22
3) Keunggulan metode panel
a) Dapat membangkitkan pemikiran
b) Dapat mengemukakan pandangan yang
berbeda-beda
c) Mendorong untuk melakukan analisis
d) Memberdayakan orang yang berpotensi
4) Kekurangan metode panel
a) Mudah terjadi penyimpngan dalam
membahas suatu topik
b) Tidak memungkinkan semua peserta
berpartisipasi
c) Memecahkan pandangan bila mereka setuju
pada pendapat tertentu
d) Membutuhkan persiapan dan waktu, serta
memerlukan moderator
yang terapil.
d.
Metode Forum
Panel
1)
Definisi metode
forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya
berpartisipasi dalam diskusi.
2)
Penggunaan metode
forum panel
Metode ini digunakan :
a) Jika ingin menggabungkan penyajian topik atau
materi dengan reaksi pengunjung
b) Jika anggota kelompok diharapkan memberikan reaksi
pada saat diskusi
c) Jika tersedia waktu yang cukup
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA
SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 23
e)
Jika pengunjung
mengajukan pandangan yang berbeda-beda
3) Keunggulan metode forum panel
a)
Memungkinkan
semua anggota berpartisipasi
b)
Memungkinkan
peserta menyatakan reaksinya
c)
Membuat peserta
mendengar dengan penuh perhatian
d)
Memungkinkan
tanggapan terhadap pendapat panelis
3)
Kekurangan metode
forum panel
1) Memerlukan waktu banyak
2) Memerlukan moderator yang terampil
3) Penyajian terasa terputus-putus
4) Kemungkinan peserta bertanya kurang tepat
5) Memungkinkan penggunaan waktu yang lebih banyak
e. Metode Demonstrasi
1) Definisi metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah
metode pembelajaran yang menyajikan suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan
alat dan cara berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau
menggunakan media, seperti video dan film.
2)
Penggunaan metode
demonstrasi
Media ini digunakan :
a)
Jika memerlukan
contoh prosedur atau tugas dengan benar
b)
Apabila tersedia
alat peraga
c)
Bila tersedia
tenaga pengajar yang terampil
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA
SETYA,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 24
e)
Membandingkan suatu
cara dengan cara yang lain
f)
Untuk mengetahui
serta melihat kebenaran sesuatu, bila berhubungan dengan mengatur sesuat, dan
proses mengerjakan atau menggunakan sesuatu.
3)
Keunggulan metode
demonstrasi
a)
Dapat membuat
proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan
konkret
b)
Dapat menghindari
verbalisme
c)
Lebih mudah
memahami sesuatu
d)
Lebih menarik
e)
Peserta didik
dirangsang untuk mengamati
f)
Menyesuaikan
teori dengan kenyataan dan dapat melakukan
sendiri (redemonstrasi )
4) Kekurangan metode demonstrasi
a) Memerlukan ketrampilan khusus dari
penerima informasi
b) Alat-alat atau biaya, dan tempat yang
memadai belum tentu tersedia
c) Perlu persiapan dan perencanaan yang
matang
4. Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari
berbagai dimensi, antara lain:
a. Dimensi Sasaran
1) Pendidikan kesehatan individual dengan
sasaran individu.
Perbedaan Pendidikan Kesehatan,
ANGGRAENI, ERINA SETYA,
Fakultas Ilmu Kesehatan
UMP, 2016 25
2) Pendidikan kesehatan
kelompok dengan sasaran kelompok.
3) Pendidikan kesehatan
masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
b. Dimensi Tempat Pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dapat berlangsung di
berbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya :
1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dengan
sasaran murid.
2) Pendidikan kesehatan di
rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dengan sasaran pasien dan
keluarga pasien.
3) Pendidikan kesehatan di
tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan.
c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) menurut
Leavel dan Clark, yaitu sebagai berikut :
1)
Peningkatan
Kesehatan (Health Promotion)
Peningkatan status kesehatan masyarakat dapat
dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti pendidikan kesehatan (health
education), penyuluhan kesehatan, pengadaan rumah sakit, konsultasi perkawinan,
pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan lain-lain.
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI,
ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 26
2)
Perlindungan Umum
dan Khusus (General and Specific Protection)
Perlindungan umum dan
khusus merupakan usaha kesehatan untuk memberikan perlindungan secara khusus
atau umum kepada seseorang atau masyarakat. Bentuk perlindungan tersebut
seperti imunisasi dan higiene perseorangan, perlindungan diri dari kecelakaan,
kesehatan kerja, pengendalian sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain.
3)
Diagnosis Dini
dan Pengobatan Segera atau Adekuat (Early diagnosis and Prompt Treatment)
Pengetahuan dan
kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat
mengalami kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk memeriksakan
kesehatan dirinya dan mengobatai penyakitnya.
4)
Pembatasan
Kecacatan (Disability Limitation)
Kurangnya
pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit sering
membuat masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya
dapat mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan
kesehatan juga diperlukan pada tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan
intensifikasi terapi lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas
kesehatan, penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.
Perbedaan
Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
27
5)
Rahabilitasi (Rehabilitation)
Latihan diperlukan untuk
pemulihan seseorang yang telah sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat.
Karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi,
masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-latihan tersebut (Mubarak dan
Chayatin, 2009).
4.
Misi pendidikan
kesehatan
Misi pendidikan kesehatan
secara umum dapat dirumuskan menjadi:
a.
Advokat (Advocate)
Melakukan upaya-upaya agar
para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini
bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui
kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.
b.
Menjembatani (Mediate)
Diperlukan kerja sama dengan
lingkungan maupun sektor lain yang terkait dalam melaksanakan program-program
kesehatan.
c.
Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan dan
keterampilan kepada masyarakat agar mereka dapat mandiri untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2010).
Perbedaan Pendidikan
Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 28
C.
Perilaku
1.
Pengertian
Perilaku
Perilaku merupakan segala
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun tidak
diamati oleh pihak luar (Notoatmojo, 2007).
Perilaku manusia merupakan
hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap
stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat
bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif
(melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di
rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,
khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku
aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti
pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk
perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau
sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono,
2004).
Perilaku mempunyai peranan yang
sangat besar terhadap status kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat
(Kartono, 2000). Perbedaan Pendidikan
Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 29
2.
Jenis-jenis
Perilaku
Skinner dalam Notoatmodjo
(2007) menjelaskan bahwa perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme, kemudian organisme tersebut memberikan respon atas stimulus
yang diperoleh. Untuk itu Skinner membagi dua jenis perilaku berdasarkan respon
terhadap stimulus-stimulus yang mungkin muncul, antara lain :
a.
Perilaku Tertutup
(Covert Behavior)
Perilaku tertutup merupakan respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk perilaku tertutup (tidak
terlihat/tidak tampak). Reaksi ini terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus.
b.
Perilaku Terbuka
(Overt Behavior)
Perilaku terbuka merupakan respon terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terlihat. Perilaku ini dapat diamati
oleh orang lain dengan mudah.
3.
Tahapan
Membentuk Perilaku
Perilaku merupakan proses yang
dilakukan berulang kali. Perilaku tidak dapat muncul secara tiba-tiba. Rogers
dalam Notoatmojo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang memiliki perilaku
baru, maka orang itu melalui beberapa tahapan. Proses tersebut antara lain :
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA
SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
a.
Awareness
(Kesadaran)
Awareness merupakan tahap awal dalam mengadopsi sebuah
perilaku. Karena dengan kesadaran ini akan memicu seseorang untuk berfikir
lebih lanjut tentang apa yang ia terima.
b.
Interest
(Ketertarikan)
Interest merupakan tahap kedua setelah seseorang sadar
terhadap suatu stimulus seseorang pada tahap ini sudah mulai melakukan tindakan
stimulus yang diterimanya.
c.
Evaluation
(Menimbang)
Evaluation merupakan sikap sesorang dalam memikirkan
baik buruk stimulus yang ia terima setelah adanya sikap ketertarikan. Apabila
stimulus yang dianggap buruk atau kurang berkesan, maka ia akan diam atau acuh.
Sebaiknya apabila stimulus yang ia terima dianggap baik, ia akan membuat seseorang
melakukan suatu tindakan.
d.
Trial (Mencoba)
Trial merupakan tahap lanjutan pada seseorang yang
telah mampu memikirkan pesan stimulus yang diperoleh baik atau buruk. Sehingga
menimbulkan keinginan untuk mencoba.
e.
Adaption
(Mengadopsi)
Adaption merupakan tahap akhir setelah melewati
tahapan-tahapan sebelumnya. Perilaku ini akan muncul sesuai dengan kesdaran,
pengetahuan, dan sikap yang dimiliki seseorang. Sehingga
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA
SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
ia mampu melakukan stimulus suatu tindakan yang
dianggap baik atau salah sesuai stimulus yang ia terimanya.
4.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perilaku
Green dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa
perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :
a.
Faktor
Predisposisi (Predisposition Factor)
Faktor predisposisi merupakan faktor yang menjadi
dasar melakukan suatu tindakan. Faktor predisposisi pada seesorang diantaranya
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, persepsi, usia, status sosial
ekonomi, jenis kelamin yang menjadi pemicu seseorang melakukan tindakan.
b.
Faktor Pemungkin
(Enabiling Factor)
Faktor pemungkin merupakan fator yang memungkinkan
motivasi atau keinginan untuk dapat terlaksana. Contoh faktor pemungkin adalah
kemampuan, sumber daya, ketersediaan informasi, dan ketersediaan fasilitas.
c.
Faktor Penguat (Reinforcing
Factor)
Faktor penguat merupakan faktor yang muncul setelah
tindakan itu dilakukan. Faktor-faktor ini dapat bersifat negatif atau positif.
Hal ini yang mempengaruhi perilaku seseorang dari stimulus yang diterimanya.
Contoh faktor penguat adalah adanya manfaat atau ganjaran yang diterima oleh
seseorang.
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA
SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
D.
Hubungan
Pendidikan Kesehatan Dengan Praktek dan Perilaku Cuci Tangan yang Baik Dan
Benar
Hasil penelitian Hadiatama dan
Arifah (2012) menunjukan bahwa perilaku mencuci tangan responden sebelum
pendidikan kesehatan sebagian besar adalah kurang. Perilaku mencuci tangan yang
kurang pada kelompok ekperimen sebanyak 69% dan pada kelompok kontrol sebanyak
56%. Perilaku mencuci tangan yang kurang tersebut terlihat ketika peneliti
mengobservasi perilaku mencuci tangan siswa sebelum diberikan pendidikan
kesehatan. Pada kelompok eksperimen perilaku ketika post test sebagian besar
cukup (68%). Keadaan tersebut dipengaruhi karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan akan menambah pengetahuan yang diperoleh siswa khususnya tentang
mencuci tangan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan perilaku, sehingga
dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh akan membantu merubah perilaku.
Hasil penelitian Anisa (2015)
menunjukan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku cuci
tangan pakai sabun pada anak usia sekolah di SD N 2 Jambidan Banguntapan Bantul
yang ditunjukan dengan nilai signifikasi menunjukan 0,000.
Rindafit (2015) hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak melakukan cuci
tangan dengan baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan
yaitu sebanyak 26 responden (83,9%) dan hampir seluruh responden melakukan
praktik cuci
Perbedaan Pendidikan
Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Pendidikan Kesehatan Metode Secara Langsung dan
Audiovisual
Praktek dan perilaku cuci tangan
1.
Waktu mencuci
tangan
a.
Setelah memegang benda “umum”
b.
Sebelum menangani luka
c.
Setelah menyentuh sampah
d.
Setelah menyentuh binatang
e.
Sebelum dan setelah menggunakan lensa kontak
f.
Setelah bersin atau batuk
g.
Setelah buang air besar dan buang air kecil
h.
Sebelum dan sesudah mengganti popok
i.
Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan
j.
Sebelum dan
sesudah makan.
2.
Pendidikan
Kesehatan:
a.
Metode ceramah
b.
Metode diskusi
kelompok
c.
Metode panel
d.
Metode forum
panel
e.
Metode
demonstrasi (secara langsung dan audiovisual)
Praktek dan perilaku Cuci tangan 7 langkah mencuci
tangan tangan dengan baik sesudah
diberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan yaitu sebanyak 25 responden
(80,6%).
E.
Kerangka
Teori
Sumber: Notoatmodjo
(2010) dan Ana (2015)
Gambar 2.1 Kerangka Teori
F.
Kerangka
Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI, ERINA
SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016 34
G.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ha : Ada perbedaan
pendidikan kesehatan metode secara langsung dengan audio visual tentang cuci
tangan terhadap praktek dan perilaku cuci tangan pada anak usia pra sekolah.
Ho : Tidak perbedaan
pendidikan kesehatan metode audio visual tentang cuci tangan terhadap praktek
dan perilaku cuci tangan pada anak usia pra sekolah.
Perbedaan Pendidikan Kesehatan, ANGGRAENI,
ERINA SETYA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
No comments:
Post a Comment