DAFTAR ISI
BAB II PRATINJAU
PUSTAKA BUDIDAYA BURUNG WALET
2.2. Karakteristik
Burung Walet
2.2.2. Jenis-jenis
burung Walet ( Spesies )
2.4. Cara
Budidaya Burung Walet
2.4.2. Penyiapan
Sarana yang di perlukan
2.4.3. Bentuk dan
konstruksi gedung
2.7. Panen budidaya burung wallet
2.8. Tahapan
dalam Panen Burung Walet
2.9. Pasca
panen budidaya wallet
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Usaha dan pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang
sangat cerah dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan
ekonomi pertanian. Sebagian besar masyarakat dunia mengakui bahwa produk-produk
peternakan memegang peranan yang sangat penting di masa yang akan datang.
Walet merupakan salah satu hewan ternak yang sangat potensial untuk
di budidayakan karena sarang burung walet mempunyai daya jual yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu, kami sangat tertarik
untuk membuat makalah tentang “Budidaya Burung Walet”, untuk memenuhi tugas
ILMU ANEKA TERNAK dan sebagai reverensi bagi masyarakat umum.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalah
Budidaya Burung Walet ini karena, kami merasa budidaya burung walet sangat
potensial untuk di kembangkan. Dalam makalah ini kami mengupas seluk beluk
budidaya burung walet yang meliputi, sejarah burung walet, karakteristik dan jenis
burung walet, potensi produksi, perkembangbiakan, penyakit serta pakan.
BAB II
PRATINJAU PUSTAKA
BUDIDAYA BURUNG WALET
2.1. Sejarah Burung Walet
Burung Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial
dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran
tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing,
kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya dan jenis burung ini tidak pernah
hinggap di pohon.
Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah
yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit
untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berbiak.
Klasifikasi burung walet adalah sebagai berikut:
Superorder : Apomorphae
Order :
Apodiformes
Family : Apodidae
Sub Family : Apodenae
Tribes :
Collacaliini
Genera : Collacalia
Species :
Collacaliafuciphaga
2.2. Karakteristik Burung Walet
2.2.1. Perkembangbiakan
- Burung walet mempunyai fase berkembangbiak (musim kawin)
sepanjang tahun. Musim ini ditandai dengan banyaknya kawanan walet yang
saling berkejaran dan mengeluarkan suara tertentu untuk menarik hati lawan
jenisnya. Musim kawin biasanya terjadi pada musim penghujan, hal ini
dikarenakan populasi pakan yang melimpah pada musim penghujan.
- Normalnya, burung walet mengalami masa kawin dua kali setahun.
Selain itu, proses perkawinannya terjadi pada malam hari ketika burung
walet telah kembali ke sarangnya. Namun sekarang banyak orang yang
membudidaya burung walet di dalam gedung – gedung kusus.
- Keberhasilan memancing walet juga didukung oleh faktor musim. Musim
berkembangbiak adalah waktu yang tepat untuk memancing walet. Normalnya
walet berkembangbiak sebanyak dua kali dalam setahun.
·
Awal pebruari dan awal september
walet mulai bertelur
·
Awal-akhir maret dan oktober sebagian
walet masih bertelur
·
Mei-juli dan desember-pebruari
walet muda mulai terbang
·
Desember-februari dan
juli-agustus walet muda memasuki fase reproduksi dan
walet muda mulai mencari pasangan dan kemungkinan menghuni tempat baru.
Dengan demikian waktu yang tempat untuk memancing walet adalah musim
hujan sekitar bulan desember-februari dan musim kemarau pada bulan
juni-agustus.
2.2.2. Jenis-jenis burung Walet ( Spesies )
- Walet Sarang Putih (Aerodramus fuchipagus)
- Walet Sarang Hitam (Aerodramus maximus)
- Walet Sarang Lumut (Aerodramus vanikorensi)
- Walet Gunung (Aerodramus brevirostris)
- Walet Sapi (Collocalia esculenta)
- Walet Besar (Hydrochous gigas)
2.2.3. Habitat Burung Walet
- Walet mempunyai habitat di daerah gelap (dark zone), daerah
yang tidak terjangkau paparan sinar matahari dengan suhu yang relatif
stabil (24C – 27C).
- Umumnya, burung walet banyak dijumpai di dalam gua-gua alam yang
dikelilingi hutan lebat.
2.2.4. Ekolasi
- Ini adalah karakter burung walet yang sangat unik. Ekolokasi
adalah kemampuan untuk mengeluarkan suara berfrekuensi tertentu (biasanya
frekuensi tinggi) secara terputus-putus dan kemudian menangkap kembali
pantulan suara tersebut untuk menentukan jarak dan letak sebuah benda. Hal
ini memungkinkan walet untuk terbang dimalam hari atau ditempat yang
gelap.
- Selain untuk menentukan keberadaan sarang walet, burung walet
juga menggunakan ekolokasi untuk berkomunikasi seperti memberikan
peringatan bahaya kepada burung walet lainnya.
2.3.
Potensi Produk
Hasil dari peternakan walet ini adalah sarangnya yang
terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang
tinggi, juga dapat
bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru
panas dalam melancarkan peredaran darah dan penambah stamina.
2.4. Cara Budidaya Burung Walet
2.4.1. Persyaratan Lokasi
- Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl.
- Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi dan
perkembangan masyarakat.
- Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan
daging.
- Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau,
sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat.
2.4.2. Penyiapan Sarana yang di perlukan
Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan
penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26
derajat C dan kelembaban ± 80-95 %. Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban
dilakukan dengan :
a. Melapisi plafon dengan sekam setebal 2° Cm
b. Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung
c. Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” yang berjaraknya 5 m satu
lubang, berdiameter 4 cm
d. Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai
e.
Pada lubang keluar masuk diberi
penangkal sinar yang berbentuk corong dari goni atau kain berwarna hitam
sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. Suasana gelap lebih disenangi
walet.
2.4.3. Bentuk dan konstruksi gedung
Umumnya, rumah walet seperti bangunan gedung besar, luasnya
bervariasi dari 10×15 m 2 sampai 10×20 m 2 . Makin tinggi wuwungan (bubungan)
dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan
lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi.
Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari
campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur
dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu
dan kelembaban udara.
Untuk mengurangi bau semen dapat disirami air setiap hari. Kerangka
atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu-kayu yang kuat,
tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Atapnya terbuat dari
genting.
Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat
berputar-putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan
bersarang. Lubang tempat keluar masuk burung berukuran 20×20 atau 20×35 cm 2
dibuat di bagian atas. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi
gedung. Letaknya lubang jangan menghadap ke timur dan dinding lubang dicat
hitam.
2.5. Pembibitan Burung Walet
Umumnya para peternak burung walet melakukan dengan tidak sengaja.
Banyaknya burung walet yang mengitari bangunan rumah dimanfaatkan oleh para
peternak tersebut. Untuk memancing burung agar lebih banyak lagi, pemilik rumah
menyiapkan tape recorder yang berisi rekaman suara burung Walet. Ada juga yang
melakukan penumpukan jerami yang menghasilkan serangga-serangga kecil sebagai
bahan makanan burung walet.
Berbicara ekolokasi atau suara wallet ada juga peternak yang
menggunakan suara buatan yang menyerupai suara burung walet, namun jangan salah
terkadang walet juga risih dan kabur dari sarangnya akibat suara itu. Untuk
menghindari hal itu bisa di cegah dengan mengganti suara setiap bulannya.
a. Pemilihan bibit
Sebagai induk walet dipilih burung sriti yang diusahakan agar mau
bersarang di dalam gedung baru. Cara untuk memancing burung sriti agar masuk
dalam gedung baru tersebut dengan menggunakan kaset rekaman dari wuara walet
atau sriti. Pemutaran ini dilakukan pada jam 16.00–18.00, yaitu waktu burung
kembali mencari makan.
b. Perawatan bibit dan calon induk
Di dalam usaha budidaya walet, perlu disiapkan telur walet untuk
ditetaskan pada sarang burung sriti. Telur dapat diperoleh dari pemilik gedung
walet yang sedang melakukan “panen cara buang telur”. Panen ini dilaksanakan
setelah burung walet membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur walet diambil
dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Telur yang dibuang dalam panen ini
dapat dimanfaatkan untuk memperbanyak populasi burung walet dengan menetaskannya
di dalam sarang sriti.
c. Memilih Telur Burung Walet
·
Merah muda, telur yang baru
keluar dari kloaka induk berumur 0–5 hari
·
Putih kemerahan, berumur 6–10
hari
·
Putih pekat kehitaman,
mendekati waktu menetas berumur 10–15 hari
·
Telur walet berbentuk bulat
panjang, ukuran 2,014×1,353 cm dengan berat 1,97 gram. Ciri telur yang baik
harus kelihatan segar dan tidak boleh menginap kecuali dalam mesin tetas. Telur
tetas yang baik mempunyai kantung udara yang relatif kecil. Stabil dan tidak
bergeser dari tempatnya. Letak kuning telur harus ada ditengah dan tidak
bergerak-gerak, tidak ditemukan bintik darah. Penentuan kualitas telur di atas
dilakukan dengan peneropongan.
d. Cara menetaskan telur walet pada sarang sriti
Pada saat musim bertelur burung sriti tiba, telur sriti diganti
dengan telur walet. Pengambilan telur harus dengan sendok plastik atau kertas
tisue untuk menghindari kerusakan dan pencemaran telur yang dapat menyebabkan
burung sriti tidak mau mengeraminya. Penggantian telur dilakukan pada siang
hari saat burung sriti keluar gedung mencari makan. Selanjutnya telur-telur walet
tersebut akan dierami oleh burung sriti dan setelah menetas akan diasuh sampai
burung walet dapat terbang serta mencari makan.
e. Menetaskan telur walet pada mesin penetas
Suhu mesin penetas sekitar 40° dengan kelembaban 70%. Untuk
memperoleh kelembaban tersebut dilakukan dengan menempatkan piring atau cawan
berisi air di bagian bawah rak telur. Diusahakan agar air didalam cawan
tersebut tidak habis. Telur-telur dimasukan ke dalam rak telur secara merata
atau mendata dan jangan tumpang tindih. Dua kali sehari posisi telur-telur
dibalik dengan hati-hati untuk menghindari kerusakan embrio. Di hari ketiga
dilakukan peneropongan telur. Telur-telur yang kosong dan yang embrionya mati
dibuang. Embrio mati tandanya dapat terlihat pada bagian tengah telur terdapat
lingkaran darah yang gelap. Sedangkan telur yang embrionya hidup akan terlihat
seperti sarang laba-laba. Pembalikan telur dilakukan sampai hari ke-12. Selama
penetasan mesin tidak boleh dibuka kecuali untuk keperluan pembalikan atau
mengisi cawan pengatur kelembaban. Setelah 13–15 hari telur akan menetas.
f. Perawatan ternak burung wallet
Anak burung walet yang baru menetas tidak berbulu dan sangat lemah.
Anak walet yang belum mampu makan sendir perlu disuapi dengan telur semut
(kroto segar) tiga kali sehari. Selama 2–3 hari anak walet ini masih memerlukan
pemanasan yang stabil dan intensif sehingga tidak perlu dikeluarkan dari mesin
tetas. Setelah itu, temperatur boleh diturunkan 1–2 derajat/hari dengan cara
membuka lubang udara mesin. Setelah berumur ± 10 hari saat bulu-bulu sudah
tumbuh anak walet dipindahkan ke dalam kotak khusus. Kotak ini dilengkapi
dengan alat pemanas yang diletakan ditengah atau pojok kotak. Setelah berumur
43 hari, anak-anak walet yang sudah siap terbang dibawa ke gedung pada malam
hari, kemudian dletakan dalam rak untuk pelepasan. Tinggi rak minimal 2 m dari
lantai. Dengan ketinggian ini, anak waket akan dapat terbang pada keesokan
harinya dan mengikuti cara terbang walet dewasa.
g. Pakan burung wallet
Burung walet merupakan burung liar yang mencari makan sendiri.
Makanannya adalah serangga-serangga kecil yang ada di daerah pesawahan, tanah
terbuka, hutan dan pantai/perairan. Untuk mendapatkan sarang walet yang
memuaskan, pengelola rumah walet harus menyediakan makanan tambahan terutama
untuk musim kemarau
h. Pemeliharaan kandang burung wallet
Apabila gedung sudah lama dihuni oleh walet, kotoran yang menumpuk
di lantai harus dibersihkan. Kotoran ini tidak dibuang tetapi dimasukan dalam
karung dan disimpan di gedung.
2.6.
Hama dan Penyakit
- Tikus Hama ini memakan telur, anak burung walet bahkan
sarangnya. Tikus mendatangkan suara gaduh dan kotoran serta air kencingnya
dapat menyebabkan suhu yang tidak nyaman.
Cara pencegahan tikus dengan menutup semua lubang, tidak menimbun
barang bekas dan kayu-kayu yang akan digunakan untuk sarang tikus.
- Semut Semut api dan semut gatal memakan anak walet dan
mengganggu burung walet yang sedang bertelur.
Cara pemberantasan dengan memberi umpan agar semut-semut yang ada di
luar sarang mengerumuninya. Setelah itu semut disiram dengan air panas.
- Kecoa Binatang ini memakan sarang burung sehingga tubuhnya cacat,
kecil dan tidak sempurna.
Cara pemberantasan dengan menyemprot insektisida, menjaga kebersihan
dan membuang barang yang tidak diperlukan dibuang agar tidak menjadi tempat
persembunyian.
- Cicak dan Tokek Binatang ini memakan telur dan sarang walet.
Tokek dapat memakan anak burung walet. Kotorannya dapat mencemari raungan
dan suhu yang ditimbulkan mengganggu ketenangan burung walet.
Cara pemberantasan dengan diusir, ditangkap sedangkan penanggulangan
dengan membuat saluran air di sekitar pagar untuk penghalang, tembok bagian
luar dibuat licin dan dicat dan lubang-lubang yang tidak digunakan ditutup.
- Salah satu metode lain yang sangat
efektif untuk menghentikan tikus dan tokek atau serangga lainya masuk
gedung walet adalah dengan menambahkan pecahan kaca di seluruh lubang
keluar-masuk burung walet sehingga hama-hama tersebut tidak bisa masuk. Pecahan
kaca juga termasuk mencegah kelelawar dan burung hantu di dalam gedung
walet sangat mengganggu kenyamanan burung walet sehingga menyebabkan walet
menjadi takut dan kemudian pergi dari gedung.
2.7. Panen
budidaya burung wallet
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila
keadaannya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu
cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang
walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi
gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa
tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik
gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan.
Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola
gedung walet dengan beberapa cara, yaitu :
a. Panen rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur,
tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan
yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi
sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam
pelestaraian burung walrt karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena
dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat.
Kualitas sarangnya pun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur
tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
b. Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur
dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini
mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali
dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun
kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
c. Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas
dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah
mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung
walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga polulasi burung
dapat meningkat.
2.8. Tahapan dalam Panen Burung Walet
- Panen 4 kali setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang
dihuni dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama
dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan
pola buang telur.
- Panen 3 kali setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah
berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu,
panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan
buang telur.
- Panen 2 kali setahun
Cara panen ini dilakukan
pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung
walet.
2.9. Pasca panen budidaya wallet
Setelah hasil panen walet dikumpulkan dalu dilakukan
pembersihan dan penyortiran dari hasil yang didapat. Hasil panen dibersihkan
dari kotoran-kotoran yang menempel yang kemudian dilakukan pemisahan antara
sarang walet yang bersih dengan yang kotor.
2.10. Pemberian Pakan
Setiap
hari walet dapat mengkonsumsi pakan sekitar 500 jenis serangga yang berukuran
0,2-2,5 mm. Pakan tersebut di dapat dari areal persawahan, kebun, dan lahan
yang di tumbuhi tanaman. Kandungan zat pakan yang di butuhkan walet antara lain
Protein 55-60%, Energi 4.100 kkal, Lemak 14%, Kalsium 0,15-0,25%, Fosfor
0,4-0,6%, dan serat Kasar 5-8%. Persentase kalsium yang berfungsi sebagai unsur
pembentuk tulang lebih sedikit dari pada fosfor menyebabkan kaki walet lemah sehingga
hanya bisa menggantung.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah kami yaitu, dalam membudidayakan burung walet tidak lah sulit,
kita hanya perlu menyediakan tempat yang tidak terjangkau paparan sinar
matahari dengan suhu yang relatif stabil (24C – 27C). Kemudian Hasil dari
peternakan walet ini adalah sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva).
Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapatbermanfaat bagi
duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan Paru paru panas dalam
melancarkan peredaran darah dan penambah stamina.
Hama
yang menyerang walet yaitu, Tikus, Kecoa, Semut, Cicak dan Tokek. Pakan alami
berupa burung dan berbagai serangga yang ad di alam bebas, namun perlu pakan
tambahan seperti Protein 55-60%, Energi 4.100 kkal, Lemak 14%, Kalsium
0,15-0,25%, Fosfor 0,4-0,6%, dan serat Kasar 5-8%. Persentase kalsium yang
berfungsi sebagai unsur pembentuk tulang lebih sedikit dari pada fosfor
menyebabkan kaki walet lemah sehingga hanya bisa menggantung.
DAFTAR PUSTAKA
Susilorini,Tri
Eko, 2010. Budidaya 22 Ternak Potensial, Jakarta: Penebar Swadaya
No comments:
Post a Comment