KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kepada tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul Askep Paliatif Care Pada
Pasien Dengan HIV Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar atas
bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik.
Makalah ini merupakan
hasil diskusi kelompok kami, Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah
browsing internet, diskusi anggota dll. Kami sadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaanya.
Demikian yang dapat kami
smpaikan, semoga makalh ini dapat bermanfaat khusunya bagi kami yang sedang
menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami
khususnya.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Konsep HIV/AIDS.................................................................................... 3
1. Pengertian HIV/AIDS........................................................................... 3
2. Etiologi HIV/AIDS............................................................................... 4
3. Manifestasi klinis HIV/AIDS................................................................ 4
4. Pencegahan HIV/AIDS......................................................................... 6
B. Konsep Perawatan Paliatif........................................................................ 6
1. Definisi perawatan paliatif.................................................................... 6
2. Prinsip perawatan paliatif...................................................................... 8
3. Karakteristik perawatan paliatif............................................................ 8
4. Manfaat perawatan paliatif.................................................................... 9
C. Perawatan Paliatif Pada Pasien HIV/AIDS.............................................. 9
D. Asuhan Keperawatan Paliatif Pada
Pasien HIV....................................... 12
E. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul...................................................... 13
F. Implementasi.............................................................................................. 18
G. Evaluasi..................................................................................................... 18
BAB III PENUTUP............................................................................................ 19
A. Kesimpulan............................................................................................... 19
B. Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia sedang mengalami masalah
kesehatan yang sangat kompleks sehingga menjadi beban ganda dalam pembiayaan
pembangunan bidang kesehatan, bahkan menimbulkan kerugian negara. Defisit BPJS
Kesehatan pada tahun 2018, misalnya, mencapai Rp 19,4 triliun Pola penyakit
yang diderita masyarakat Indonesia sebagian besar adalah penyakit infeksi
menular sebagai contoh adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), demam
berdarah, TBC dan lain- lain. Namun saat ini, diwaktu yang bersamaan Indonesia
mengalami peningkatan penyakit yang tidak menular seperti stroke, Diabetes
Melitus (DM), jantung maupun kanker. Melihat kondisi ini tentunya Indonesia
mengahadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burdens).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan Aids
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) saat ini menjadi masalah darurat global,
meskipun kita sadari bersama bahwa upaya baik itu promotif ataupun preventif
yang dilakukan pemerintah sudah demikian besar. Namun demikian jumlah kasus
HIV/Aids dari tahun ke tahun diseluruh bagian dunia terus meningkat, sehingga
tidak ada negara yang tidak terkena dampak penyakit ini. Hal ini tentu
menjadikan penyakit HIV/Aids menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat
dunia. Hal ini disebabkan, disamping belum ditemukan obat ataupun vaksin untuk
upaya pencegahan, penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase
asimptomatik (tanpa gejala) yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kecenderungan Survival Penderita HIV yang
memulai ART dengan jumlah CD4 rendah mengalami Aids dalam rentan 7,5 bulan Hal
tersebut diatas menyebabkan pola perkembangan penyakit HIV/Aids bagaikan
fenomena gunung es (iceberg phenomena). Ummu
Muntamah, S.Kp., M.Kes 2020.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa
defenisi penyakit HIV?
2. Apa
penyebab HIV?
3. Apa
manifestasi klinis HIV?
4. Bagaimana
cara pencegahan HIV?
5. Apa
defenisi perawatan paliatif?
6. Apa
manfaat perawatan paliatif?
7. Bagaimana
cara perawatan paliatif pada pasien HIV?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah Paliatif Care dan mendapatkan penjelasan
tentang penyakit HIV dan AIDS mahasiswa mampu memahami perawatan paliatif pada
pasien HIV dan Aids
2. Tujaun Khusus
1. Untuk
mengetahaui apa defenisi penyakit HIV
2. Untuk
mengetahaui apa penyebab HIV
3. Untuk
mengetahaui apa manifestasi klinis HIV
4. Untuk
mengetahaui bagaimana cara pencegahan HIV
5. Untuk
mengetahaui apa defenisi perawatan paliatif
6. Untuk
mengetahaui apa manfaat perawatan paliatif
7. Untuk
mengetahaui bagaimana cara perawatan paliatif pada pasien HIV
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
HIV/AIDS
1. Pengertian
HIV/AIDS
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus)
adalah suatu kondisi klinis oleh infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Pada kebanyakan kasus infeksi HIV menyebabkan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS). Penyakit AIDS merupakan masalah kesehatan
masyarakat terbesar di dunia dewasa ini. Penyakit ini terdapat hampir di semua
negara di dunia tanpa kecuali termasuk Indonesia (Irianto, 2014).
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency
Virus yaitu virus yang melemahkan system kekebalan tubuh. AIDS adalah singkatan
dari Acquired Immune Deficiency Syndrom yang berarti kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya kekebalan tubuh yang bersifat diperoleh (bukan bawaan) (
Kusmiran, 2011).
HIV merupakan singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus,sebuha virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia, sedangkan Aids singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome,
dimana virus ini akan muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh
seseorang selama kurang lebih 5-10 tahun. Sistem kekebalan tubuh menjadi lemah,
sehingga satu atau lebih dari penyakit dapat timbul. Karena lemahnya sistem
kekebalan tubuh tadi,beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat dari biasanya. (Ummu
Muntamah, S.Kp.,M.Kes 2020).
Perawatan untuk mencegah, memperbaiki,
mengurangi gejala-gejala suatu penyakit, namun bukan berupaya penyembuhan.
Suatu perawatan yang bertujuan mencapai kwalitas hidup optimal bagi ODHA dan
keluarganya, dengan meminimalkan penderitaan dengan perawatan klinis,
psikologis, spiritual, dan sosial sepanjang seluruh perjalanan penyakit HIV. (Ummu
Muntamah, S.Kp.,M.Kes 2020).
Suatu pendekatan untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarganya dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
melalui pencegahan, penilaian, pengobatan nyeri dan masalah-masalah fisik lain,
juga masalah psikologis dan spiritual lainnya . (WHO Palliative care
2016).
2. Etiologi HIV/AIDS
Huda
(2013) menjelaskan bahwa penyebab kelainan pada AIDS adalah suatu agen viral
yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus) dari kelompok virus yang
dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau
Human T-Cell Leukemia Virus (HTL-III yang juga disebut Human T-Cell Lymphotropic
Virus (retrovirus). Ditularkan melalui:
Hubungan
seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
a. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan
dipakai bergantian.
b. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung
virus HIV.
c. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika
dalam kandungan, saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).
3. Manifestasi klinis HIV/AIDS
Menurut Ummu Muntamah (2020) seseorang yang terinfeksi virus HIV, proses perjalanan
penyakitnya dibagi beberapa tahap, yaitu:
a.
Transmisivirus
Proses
ini terjadi 2-6 minggu setelah seseorang terinfeksi virus HIV.
b.
Infeksi HIV primer (sindromretroviralakut)
Sebagian
besar pasien yang terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala infeksi seperti
contohnya demam, nyeri otot, nyeri sendi dan rasa lemah. Selain itu akan muncul
kelainan mukokutan yaitu ruam kulit, dan ulkus di mulut. Kemudian pembengkakan
kelenjar limfa, gejala neurologi (nyeri kepala, nyeri belakang kepala,
fotophobia, dan depresi maupun gangguan saluran cerna (anoreksia, nausea,
diare, jamur dimulut). Gejala ini akan muncul 2-6 minggu dan akan membaik
dengan atau tanpa pengobatan.
c. Serokonversi
Pada
tahap ini sering disebut tahap pertama gejala HIV, dimana gejala akan
muncul beberapa minggu setelah tubuh terinfeksi dengan menunjukkan gejala
seperti flu, sakit tenggorokan, diare, demam, muncul peradangan berwarna merah
disertai benjolan kecil disekitarnya, berat badan turun, dan badan terasa
lelah. Gejala ini akan berhenti dan infeksi HIV tidak menunjukan gejala apapun
selama beberapa tahun.
d. Infeksikronikasimptomatik
Pada
fase ini, seseorang yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala selama
rata-rata 8 tahun. Penderita akan tampak sehat, dapat melakukan aktiftas
normal, tetapi dapat menularkan penyakit HIV kepada orang lain
e. Infeksikroniksimptomatik
Di
fase ini, akan muncul gejala-gejala pendahuluan seperti demam, pembesaran
kelenjar limfa yang kemudian diikuti infeksi oportunistik. Dengan adanya
infeksi oportunistik maka perjalanan penyakit telah memasuki stadium Aids.Fase
simptomatik berlangsung rata-rata 1,3 tahun yang berakhir dengan kematian.
f. Aids (indikator sesuai dengan CDC 1993 atau
jumlah CD4 kurang dari 200/mm3)
g. Infeksi HIV lanjut ditandai dengan jumlah CD4
kurang dari 50/mm3.
Tanda dan gejala klinis
HIV/AIDS adalah:
1. Fase Klinik 1
Tanpa gejala,
limfadenopati (gangguan kelenjar/ pembuluh limfe) menetap dan menyeluruh.
2. Fase Klinik 2
Penurunan BB
(<10%) tanpa sebab. Infeksi saluran pernafasan atas (sinusitis, tonsillitis,
otitis media, pharyngitis) berulang. Herpes zoster, infeksi sudut bibir, ulkus
mulut berulang, popular pruritic eruptions, seborrhoic dermatitis, infeksi
jamur pada kuku.
3.
Fase Klinik
3
Penurunan BB (>10%)
tanpa sebab diare kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam menetap
(intermiten atau tetap>1 bulan). Kandidiasis oral menetap. TB pulmonal
(baru), plak putih pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya:
h. Pneumonia, empyema (nanah dirongga tubuh terutama
pleura, abses pada otot skelet, infeksi sendi atau tulang), meningitis,
bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pengkajian asuhan keperawatan pada
klien kemudian menganalisis kesenjangan dengan teori proses asuhan keperawatan
mulai pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4. Pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan
HIV/AIDS bisa dilakukan dengan cara: mengusahakan berhubungan seks dengan satu
orang saja, lakukan hubungan seks yang lebih aman: dimana kuman-kuman dalam air
mani laki-laki jangan sampai masuk ke vagina, anus, atau mulut; hindari menusuk
atau memotong kulit dengan jarum atau alat apapun yang tidak disuci; hindari
transfusi darah kecuali dalam kondisi darurat; jangan memakai silet/pisau cukur
atau sikat gigi bersama orang lain; jangan menyentuh darah/luka orang lain
tanpa alat pelindung (Burns, 2019).
B.
Konsep
Perawatan Paliatif
1. Definisi perawatan paliatian
Perawatan paliatif merupakan
perawatan total yang dilakukan secara aktif terutama pada pasien yang menderita
penyakit yang membatasi hidup, dan keluarga pasien, yang dilakukan oleh tim
secara interdisplin, dimana penyakit pasien tersebut sudah tidak dapat lagi
berespon terhadap pengobatan atau pasien yang mendapatkan intervensi untuk
memperpanjang masa hidup.
Istilah perawatan hospis sering
digunakan sebagai sinonim untuk perawat paliatif namun dibeberapa negara
perawatan hospis merujuk pada perawatan paliatif berbasis komuniti. Secara
filosifi perawatan paliatif dan perawatan hospis memiliki makna yang sama. Akan
tetapi semua perawat hospis adalah perawtan paliatif namun tidak semua perawat
paliatif adalah perawatan hospis. Perawatan paliatif disediakan untuk semua
pasien yang menderita penyakit kronis dengan kondisi penyakit yang membatasi
masa hidup atau mengancam jiwa maupun kondisi pasien yang mendapatkan
intervensi untuk memperpanjang masa hidup. Sedangkan perawatan hospis di
perlukan kepada pasien dengan kondisi masa harapan hidup yang diperkirakan
kurang dari 6 bulan.
Sebagai mana perawat paliatif perawat
hospis difasilitasi oleh tenaga professional yang berkerja secara tim yang
dikenal dengan istilah tim interprofessional atau tim interdisplin. Pasien akan
mendapatkan pelayana perawatan paliatif dirumah sendiri atau dirumah perawatan
maupun difasilitasi kesehatan seperti rumah sakit di amerika sarikat beberapa
rumah sakit telah melakukan kerja sama dan kesepahaman terhadap kolaborasi
pasien rumah sakit yang membutuhkan pelayanan hospis disaat kondisi pasie
membutuhkan penanganan intervensi secara agresif, atau disaat pasien dinyatakan
dalam kondisi sekarat, atau ketika keluarga ingin beristirahat sejenak dari
rutinitas mengurus anggota keluarganya.
Selain itu, supportive care juga sering digunakan sebagai kata alternative
untuk menggantikan kata perawatan paliatif. Istilah tersebut awal digunakan
untuk menjelaskan kondisi penanganan pasien dengan efek samping yang berat
akibat proses terapi, teruatama proses penyakit kanker. Dimana efek samping
yang dapat ditimbulkan akibat proses terapi penyakit kanker tersebut dapat
berupa anemia, trombositopenia, dan neutropenic sspticaemnia. Namun saat ini,
istilah supportive care digunakan
lebih luas lagi termaksud untuk rehabilitasi dan dukungan psikososial. Jadi supportive care memiliki makna yang
serupa dengan perawatan fpaliatif di dalam arti yang lebih luas dan umum. WHO
paliatif Care (2020).
2.
Prinsip
perawatan paliatif
a.
Menghilangkan
nyeri & gejala-gejala yang menyiksa lain.
b.
Menghargai
kehidupan & menghormati kematian sebagai suatu proses normal.
c.
Tidak
bermaksud mempercepat atau menunda kematian.
d.
Perawatan
yang mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, sosial, budaya dari
pasien dan keluarganya, termasuk dukungan saat berkabung.
e.
Memberi
sistim dukungan untuk mengusahakan pasien sedapat mungkin tetap aktif
sampai kematiannya.
f.
Memberi
sistim dukungan untuk menolong keluarga pasien melalui masa sakit pasien, dan
sewaktu masa perkabungan. (Ummu Muntamah, 2020).
3.
Karakteristik
perawatan paliatif
a.
Menggunakan
pendekatan tim untuk mengetahui kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk
konseling kedukaan bila diperlukan.
b.
Meningkatkan
kwalitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi perjalanan penyakit.
c.
Merupakan
komponen esensial dari perawatan konprehensif kontinyu ODHA.
d.
Perawaatan
aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
e.
Pendekatan
holistik: fisik, mental, spiritual, sosial.
f.
Pendekatan
multi-disipliner: medis, non-medis, keluarga. (Ummu Muntamah, 2020).
4.
Manfaat
perawatan paliatif
a.
Meningkatkan
kualitas hidup ODHA dan keluarganya mengurangi penderitaan pasien.
b.
Mengurangi
frekwensi kunjungan ke rumah sakit.
c.
Meningkatkan
kepatuhan pengobatan. (HIV/AIDS palliative care guideance. US Dept. of
State 2016).
C.
Perawatan Paliatif Pada Pasien HIV/AIDS
Perwatan paliatif dapat mendukung kenyamanan fisik,
psikososial, dan spiritual bagi anak dan keluarga karena tujuan utamanya adalah
memberikan kenyamanan secara langsung sehingga perawatan pada anak dengan HIV
AIDS dapat lebih komprehensif dengan manajemen terapi yang diberikan secara
farmakologis dan non-farmakologis (Conserve et al., 2015; Nakawesi et al.,
2014).Dengan demikian pemberian terapi ARV sebagai upaya curative dipadukan
dengan palliative dapat memberikan pelayanan yang paripurna dalam perawatan
pada anak HIV/AIDS.
Tingginya angka tranmisi infeksi vertical dari ibu ke
anak menimbulkan permasalah dalam perawatan pada anak karena pada keluarga
dengan HIV/AIDS, keluarga memilki permasalahan yang sama baik emosional,
sosial, spiritual dan budaya dalam masyarakat, sementara dalam asuhan pada anak
peran keluarga sangat penting karena kesehatan anak baik fisik, emosi, kognitif
dan sosial anak sangat dipengaruhi oleh bagaimana fungsi keluarga (Hokenbbery
& Wilson, 2013). Melalui asuhan berpusat kepada keluarga, seorang perawat
akan memberikan kepercayaan kepada orang tua sebagai orang yang paling ahli
dalam perawatan anak. Seringkali pemberi layanan paliatif menemani anggota
keluarga untuk konsul ke dokter karena mereka merasa terisolasi dari pasangan
atau anggota keluarga lain yang tidak mengetahui status kesehatan mereka.
Pemberi layanan paliatiaf dapat terus menerus melakukan pertemuan yang
mengedukasi keluarga (Nakawesi et al.,2014). Family Health International (FHI)
mempromosikan model palliative care dengan pendekatan yang komprehensif
bersifat holistik meliputi perawatan klinis, dukungan psikososial, dukungan
sosial ekonomi, dan dukungan hak asasi dan hukum (Family Health International,
2009).
Perawatan pasien
dengan HIV tergolong rumit seperti pengobatan gejala saat virus terkontrol atau
membantu dengan perencanaan perawatan lebih lanjut pada masa akhir kehidupan,
tim perawatan paliatif berperan penting dalam mendukung pasien dan dokter
melalui proses ini. Hal ini menjadi alasan perawatan paliatif dianjurkan
sebagai terapi pendamping bagi pasien HIV. Menyadari efek potensial dari
integrasi perawatan paliatif ke dalam perawatan rutin, World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa “perawatan paliatif sebaiknya tergabung
dalam setiap stadium penyakit HIV”. Hal serupa tertera dalam pedoman UNAIDS
yang menyatakan bahwa seluruh individu yang hidup dengan HIV sebaiknya diberi
perawatan paliatif yang efektif selama pengobatannya. Program yang ada yang
menggabungkan perawatan paliatif ke dalam perawatan HIV beragam, menawarkan
berbagai layanan, termasuk perawatan paliatif berbasis rumah sakit dan rawat
inap (Souza, P.N., 2016).
Bukti-bukti
penelitian mengindikasikan integrasi perawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS
menghasilkan:
1.
Pengalaman dan distresing
terhadap gejala fisik lebih sedikit.
2.
Lebih patuh terhadap terapi
antiretroviral.
3.
Memiliki fungsi kekebalan yang
lebih baik dan mengurangi mortalitas
4.
Mau bertahan dalam perawatan.
5.
Sedikit mengalami masalah
psikologis.
6.
Kualitas umum menjadi lebih baik.
Komponen-komponen perawatan paliatif
pada pasien HIV/AIDS adalah:
1.
Penilaian kebutuhan fisik,
emosional, sosial dan spiritual pasien maupun keluarga, meliputi: skrining
nyeri dan gejala fisik lain (termasuk efek samping obat antiretroviral) dan
skrining kesehatan mental serta kebutuhan dukungan sosial.
2.
Mengobati gejala berdasarkan
temuan medis.
3.
Memberikan kebutuhan kesehatan
mental dan dukungan sosial berdasarkan kapasitas pelayanan.
4.
Mendiskusikan dengan pasien dan
keluarga mengenai kebutuhan dalam keahlian perawatan diri dan jangka panjang.
5.
Melakukan follow-up dan
membantu membuat rujukan apabila dibutuhkan.
Tenaga profesional yang terlibat dalam perawatan
paliatif harus membangun komunikasi yang efektif dengan keluarga selama
perawatan sebagai bentuk dukungan psikososial dan spiritual. Komunikasi efektif
dalam memberikan informasi tentang keseriusan penyakit, mengakui keahlian
keluarga terkait kondisi dan kebutuhan anak, memperhatikan budaya, etnik, agama
dan ras mempengaruhi pemahaman keluarga tentang penyakit kronis pada anak.
Selanjutnya, memberikan informasi yang jelas tentang diagnosis, prognosis,
pilihanpenanganan, dan resiko/manfaat dan normalisasi dimana rutinitas anak
dengan penyakit kronis disesuaikan dengan rutinitas keluarga dapat meningkatkan
kualitas hidup anak (Hosckenberry & Wilson, 2013; Naicker et al., 2016).
Perawatan paliatif pada anak memelukan pendekatan
interprofessinal collaborative practice. Pratik interdisiplin terlibat dalam
pelayanan seperti pasien dan keluarga, dokter, perawat, psikolog, pekerja
sosial dan rohaniawan (untuk pasien berduka). Beberapa kondisi saat ini yang
sering terjadi adalah beberapa kasus anak dengan kondisi yang tidak dapat
disembuhkan meninggal di rumah sakit, seringkali di fasilitas perawatan
intensif di mana komponen perawatan paliatif sudah ditawarkan saat diagnosis
dan berlanjut sepanjang perjalanan penyakit. Mengintegrasikan perawatan
paliatif dengan pelayanan home care dapat menjadi model dalam pelayanan
paliatif pada anak dengan HIV/AIDS. Memanfaatkan sumber daya yang tersedia
dalam keluarga dibantu oleh tenaga kesehatan professional dapat memperluas
cakupan pelayanan kesehatan pada anak (Chambell, 2011; International
Children’sPalliative Care Network, 2013; Naicker et al., 2016).
D.
Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien HIV
1. Pengkajian
a.
Identitas Klien
Meliputi: Nama, umur, jeniskelamin, pekerjaan,
pendidikan, alamat, penanggung jawab,
tanggalpengkajian, dan diagnose medis.
b. Keluhan Utama /
Alasan Masuk RumahSakit
Mudahlelah,
tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri panggul,
rasa terbakar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB,
infeksi jamur di mulut, pusing, sakit kepala, kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan,kesemutan pada extremitas,batuk produkti
/ non.
c. Riwayat Kesehatan
1.
Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang
dirasakan biasanya klien mengeluhkan diare, demam
berkepanjangan, dan batuk berkepanjangan.
2.
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menjalani tranfusi darah,
penyakit herpersimplek, diare yanghilang timbul,penurunan daya tahan tubuh, kerusakan immunitas, hormonal
(antibody), riwayat kerusakan responimunseluler (Limfosit T),
batuk yang berdahak yang sudah lama tidak sembuh.
3.
Riwayat Keluarga
Human Immuno DeficiencyVirus Dapat ditular kan melalui bungan seksual dengan penderita HIVpositif,kontak langsung dengan darah penderita melalui
ASI.
d. Pemeriksaan Fisik
1 Aktifitas Istirahat
Mudah lemah,
toleransi terhadapa ektifitas berkurang, progresi, kelelahan /
malaise, perubahan pola tidur.
2 Gejalasu byektif
Demamkronik,demam atau tanpa mengigil,keringat malam hari berulang
kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
e. Psikososial
Kehialangan pekerjaan dan
pengasilan, perubahan pola hidup, ungakapan perasaan takut, cemas, meringis.
1
Sental: Marah atau pasrah,
depresi, ide bunuh diri, apati, with drawl, hilangin terest pada
lingkungan sekitar, gangguan proses piker, hilang memori,gangguan atensi dan konsentrasi,halusinasi dan delusi
2
Neurologis: Gangguan
reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan,
kaku kuduk, kejang, paraflegia.
3
Muskuloskletal: Focal
motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
4
Kardiovaskuler: Takikardi,
sianosis, hipotensi, edemperifer, dizziness.
5
Pernafasan: Nafas pendek
yang progesif, batuk (sedang-parah), batuk produktif/non produktif, bendungan
atau sesak pada dada.
6
Integuzment: Kering,
gatal, rash danlesi, turgor jelek, petekiepositif.
E. Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul
1.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh penurunan nafsu makan.
2.
Nyeriakut b.d agen injuri fisik.
3.
Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan.
4.
Perubahan eliminasi BAB.
5.
Kelelahan b/d status penyakit,
anemia, malnutrisi
6.
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan faktor: penurunan responimun,
kerusakan kulit. (Nanda, NIC, NOC).
No |
Diagnosa
keperawatan |
Rencana
keperawatan |
|
Tujuan
atau kriteriahasil |
Intervensi |
||
1. |
Ketidakseimbangan nutrisi
kurangdari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam Adanya peningkatan berat, badan sesuai dengan
tujuan, Berat badan ideal sesuai Dengan tinggi badan, Tidak adanya
tanda-tanda malnutrisi, Menunjukan peningkatan Fungsi menelan, Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi |
1. Kaji
adanya alergi makanan 2. Monitor
adanya penurunan berat badan 3. Monitor
adanya mual, muntah dan diare 4. kolaborasi
dengan dokter untuk pemasangan NGT 5. Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori 6. Monitor
kadar albumin, Hb dan Ht 7. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien. 8. Berikan
substansi gula 9. Berikan
makanan yang sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi. |
2. |
Nyeri akut b.d ageninjuri fisik |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam pasien dapat mengontrol nyerinya, skala nyeri
berkurang dari skala 6 menjadi skala 3, klien mengatakan nyeri Sudah berkurang |
1. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan
faktor presipitasi 2. Control
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri, seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan. 3. Ajarkan
tentang tehnik nonfarmakologi. 4. berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri. 5. Ajarkan
teknik relaksa |
3. |
Intoleransi aktivitas b.d
penurunan nafsu makan |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x 24 Klien meningkat dalam Aktivitas fisik,Mengerti tujuan
dan peningkatan mobilitas,Memverbalisasikan Perasaan dalam Meningkatkan kekuatandan Kemampuan berpindah ,Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi |
1. Monitoring
vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan 2. Konsultasikan
dengan terapi fisik tentang rencana Ambulasi sesuai dengan kebutuhan 3. Bantu
klien untuk Menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera 4. Ajarkan
pasien atau Tenaga kesehatan lain Tentang teknik ambulasi 5. Kaji
kemampuan pasien dalam mobilisasi 6. Latih
pasien dalam Pemenuhan kebutuhan 7. ADLs
secara mandiri Sesuai kemampuan 8. Dampingi
dan Bantu Pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan 9. ADLs
pasien. Berikan alat bantu jika klien memerlukan. 10. Ajarkan
pasien Bagaimaname rubah posisi dan berikan bantuan jikad iperlukan |
4. |
Perubaha neliminasi
BAB |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 feses berbentuk, BAB sehari sekali-
tiga hari, Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi, Tidak mengalami diare,
Menjelaskan penyebab diare dan rasional tendakan, Mempertahankan turgor kulit |
1.Evaluasi
efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal 2.Ajarkan
pasien untuk Menggunakan
obatan diare 3.Instruksikan pasien/keluarga untuk
mencatat warna, jumlah,
frekuenai dan konsistensi
dari feses 4.Evaluasi
intake makanan yang masuk 5.Identifikasi
factor Penyebab
dari diare 6.Monitor
tanda dangejala diare 7.Observasi
turgor kulit Secara
rutin 8.Ukur
diare/keluaran BAB 9.Hubungi
dokter jika ada kenanikan bisingusus 9.instruksikan
pasien Untuk
makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan 10.
Instruksikan untuk Menghindari
laksative 11.
Ajarkan tehnik menurunkan
stress Monitor
persiapan makanan yang
aman |
5. |
Kelelahan
b/d status penyakit, anemia, malnutrisi |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 pasien mampu Memverbalisasikan Peningkatan
energi dan merasa lebih baik, Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi
kelelah |
1.Observasi
adanyaPembatasan klien dalam melakukan aktivitas 2.Dorong
anal untuk Mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan 3.Kaji
adanya factor yang menyebabkan kelelahan 4.Monitor nutrisi dan Sumber energi
tangadekuat 5.Monitor
pasien akan Adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan 6.
Monitor respon Kardivaskuler
terhadap aktivitas 7.Monitor
pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien |
6. |
Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan faktor: Penurunan responimun , kerusakan kulit. |
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 temperature dan SDP Kembali
kebatas normal, keringat malam berkurang dan tidak ada batuk, meningkatnya
masukan makanan, tercapai |
1.Berikan obat antibiotik dan evaluasi
keefektifannya 2.jamin pemasukan cairan paling sedikit 2-3
liter sehari. 3.Pelihara kenyamanan suhu kamar. Jaga
kebersihan dan keringnya kulit. |
F. Implementasi
Implementasi
merupakam tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan: melakasanakan intervensi /
aaktivitas yang telah dilakukan, pada tahap ini perawat siapapun untuk
melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawtan
klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap
biaya, pertama-tama haris mengidentifikasi priotas perawtan klien, kemudian
bila perawatan telah dilaksanakan memantau dan mencatat respons pasien terhadap
setiap intervensi dan mengekomunikasikan
informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudia, dengan
menggunakan data, dapat mengevualuasi dan merevisi rencana perawatan dalam
tahap proses keperawatan berikutnya.
G. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terha dap pencapaian hasilyang diinginkan danrespon spasien terhadap dan keefektifan intervensi Keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika
diperlukan. Tahap akhir dari proses dari keperawatan mengevaluasi kemampuan
pasien kearah pencapaian hasil (Irianto, 2014).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency
Virus) adalah suatu kondisi klinis oleh infeksi virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Pada kebanyakan kasus infeksi HIV menyebabkan Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Penyakit AIDS merupakan masalah
kesehatan masyarakat terbesar di dunia dewasa ini. Penyakit ini terdapat
hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali termasuk Indonesia (Irianto,
2014).
Perawatan paliatif merupakan perawatan total yang dilakukan
secara aktif terutama pada pasien yang menderita penyakit yang membatasi hidup,
dam keluarga pasoen, yang dilakukan oleh tim secara interdisplin, dimana
penyakit pasien tersebut sudah tidak dapat lahi berespon terhadap pengobatan
atau pasien yang mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup.
B. Saran
Agar pembaca dapat mengenali pengertian HIV dan
paliatief care dan agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien
HIV/ AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Becker R. Fundamental Aspects of Palliative Care Nursing: An Evidence-Based Handbook for Student Nurses. 2nd ed. UK; 2015
dr. Allert Noya. Diagnosis HIV [Internet]. 2016. Available from: https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit- infeksi/hiv/diagnosis
Kemenkes RI. Info Datin-HIV-AIDS-2018.pdf. 2018. p. 12.
Souza, P.N. et al. Palliative Care for Patients with HIV/AIDS Admitted to Intensive Care Units. 3rd ed. Rev Bras Intensiva; 2016.
Yodang, S.Kep., Ns. MPC. Konsep Perawatan Paliatif. Jakarta: Trans Info Media; 2018
No comments:
Post a Comment