DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan penulisan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Prosedur Opname Fisik Persedian ............................................................... 3
B. Pencatatan Dan Prosedur Pajak................................................................. 11
C. Catatan Dan Prosedur Asuransi................................................................. 16
BAB III PENUTUP............................................................................................. 23
A. Kesmpulan.................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pihak Manajemen perusahaan mengharapkan
bahwa perusahaan yang dipimpinnya akan terus mengalami pertumbuhan seperti yang
apa mereka inginkan dalam kegiatan usahanya. Pertumbuhan yangdiinginkan
terutama pertumbuhan penjualan diikuti dengan pertumbuhan laba yang sesuai atau
melebihi target yang ditetapkan. Dampak dari kedua pertumbuhan ini akan pula
memberikan pertumbuhan bagi aktiva atau harta perusahaan. Kedua dampak ini
memang saling membutuhkan dan saling mendukung, karena untuk memperoleh
pertumbuhan seperti yang diinginkan haruslah didukung dengan aktiva yang
memadai, teutama aktiva lancar dan aktiva tetap.Bagi perusahan yang terus
bertumbuh, tentu saja diikuti dengan tambahan investasi di berbagai bidang. Investasi
memerlukan modal untuk tambahan kas untuk investasi dalam piutang, persediaan,
ataupun aktiva tetap.
Tambahan modal ini akan mengakibatkan
adanya kewajiban untuk membayar kembali dengan disertai imbalan jasa yang harus
disediakan bagi pemilik modal. Setiap keinginan untuk meingkatkan pertumbuhan
perusahaan, maka haruslah diikuti dan di mulai dengan perencaan yang matang
serta kerja keras untuk merealisasinya. Dalam perencanaanakan disusun hal-hal
apa saja yang akan dilakukan ke depan. Perencanaan yang menghasilkan rencana,
yang merupakan pedoman bagi manajemen untuk melaksanakan kegiatannya. Oleh
karena itu, setiap periode manajemen akan menyusun berbagai rencana yang
berkaitan dengan aktivitas perusahaan ke depan.
B.
Rumusan
masalah
- Bagaimana
prosedur opname fisik persediaan?
- Apa
itu perencanaan prosedur opname fisik persediaan?
- Fungsi-fungsi
manajemen urusan pajak?
- Jenis-jenis
asuransi?
C.
Tujuan
penulisan
Untuk memahami aspek-aspek administratif
departemen controller
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Prosedur
Opname Fisik Persedian
Opname fisik adalah suatu kegiatan di
akhir periode pelaporan yang berfungsi untuk mengetahui saldo barang secara
riil dengan cara memeriksa fisik barang persediaan di gudang.
Hasil berita acara opname fisik ini akan
diinputkan ke dalam Modul Persediaan dan akan menjadi saldo akhir barang
persediaan
- Perlunya
Melakukan Opname Fisik Persediaan
Salah satu tanggungjawab pokok
controller ialah menyiapkan laporan yang cermat tentang hasil operasi dan kondisi
keuangan perusahaan. Dari semua unsur yang mempengaruhi laporan-laporan ini,
umumnya tidak ada yang lebih penting daripada persediaan. Selain itu biasanya
persediaan mempunyai pengaruh yang relatif lebih penting atas laporan
perhitung- an rugi/laba daripada neraca. Sebagai contoh, suatu kesalahan
sebesar 3% dalam persediaan dapat melipat-gandakan atau mengurangi setengah
dari laba tetapi tidak mengakibatkan perubahan penting pada harta lancar. Jelas
bahwa kecermatan laporan keuangan tergantung dari nilai yang diberikan pada
persediaan, dan ini berhubungan dengan dua faktor, yaitu: (1) kuantitas yang
ada dan (2) penilaian yang diberikan kepada kuantitas yang dilaporkan.
Nilai persediaan sebuah perusahaan dapat
ditentukan dengan mengadakan opname fisik persediaan yang dilakukan pada atau
dekat dengan akhir tahun fiskal, atau penyeleng- garaan catatan persediaan yang
berkesinambungan yang didukung dengan pernghitungan fisik persediaan secara
periodik dan kadang-kadang penghitungan fisik secara periodik terhadap berbagai
unsur persedaian penting yang dipilih. Opname fisik persediaan dirumus- kan
sebagai penghitungan, penimbangan, pengukuran, dan penilaian periodik terhadap
barang-barang dan bahan-bahan yang dimiliki. Bahkan walaupun diselenggarakan
suatu sistem persediaan yang berkesinambungan, biasanya kita perlu melakukan
opname fisik periodik dan merekonsiliasi setiap varians/perbedaan yang dijumpai
untuk meneliti kecer- matan sistem. Ada beberapa alasan tambahan untuk
melakukan suatu opname fisik perse- diaan, yaitu:
a.
Bilamana prosedur
pengendalian intern ternyata lemah menurut hasil audit intern atau apabila
kekurangan-kekurangan yang terlihat.
b.
Bilamana jenis bahan
mengalami penyusutan atau kehilangan dalam gudang.
c.
Bilamana kebijaksanaan
manajemen secara khusus mengharuskannya sebagai suatu masalah kebijaksanaan;
ini berlaku terutama untuk unsur-unsur persediaan yang ber- nilai tinggi,
tetapi berukuran kecil yang mudah dapat dipindahkan, mudah dijual, dan mudah
dicuri,
d.
Bilamana untuk tujuan-tujuan
praktis, satuan yang dipergunakan berbeda untuk pene- rimaan dan untuk
pengeluaran barang, misalnya diterima dalam kg tetapi dikeluarkan dalam unit
atau liter.
e.
Bilamana sifat operasi
atau proses menimbulkan kesulitan untuk mengecek pengguna- an atau produksi.
- Perencanaan
Prosedur Opname Fisik Petrsediaan
Banyak faktor dapat mempengaruhi jumlah
perencanaan dan penyiapan lebih dahulu yang diperlukan, antara lain ukuran dan
jenis persediaan, kondisi penyelenggaraan persedia- an, banyaknya lokasi,
pengalaman staf yang melakukan opname fisik, waktu yang tersedia untuk itu, dan
kecukupan dari sistem pengendalian persediaan dan pencatatannya.
Perencanaan opname fisik hrus meliputi
aspek-aspek yang menyangkut penghitungan fisik dan yang berhubungan dengan
catatan-catatan pembukuan. Rencana harus dikoordi nasikan dengan baik sebelum
melakukan penghitungan fisik, terutama dengan pengolahan, pergudangan bahan,
dan pembukuan. Suatu rencana yang disusun dengan baik harus meliputi
setidak-tidaknya hal-hal sebagai berikut:
a.
Organisasi dan
penyiapan staf dengan tugas-tugas dan tanggungjawab yang dilimpah kan. 2. Instruksi-instruksi tertulis yang terperinci.
b.
Jadwal tanggal-tanggal
kritis, seperti tanggal cutoff, tanggal penghentian sementara kegiatan
produksi, tanggal penerbitan berbagai ikhtisar, laporan dan catatan pembu kuan.
4. Latihan perlu diberikan mengenai metodemetode penghitungan, pengisian formulir,
dan prosedur-prosedur cutoff.
c.
Perancangan, penyiapan
dan pendistribusian formulir-formulir dan alat-alatdipergunakan.
d.
Rencana yang terperinci
mengenai layout dari area-area tempat penyimpanan masing
e.
masing jenis persediaan
dan titik-titik pengendaliannya.
- Intruksi-Intruksi
Apabila persediaan fisik merupakan suatu
kegiatan yang utama, maka instruksiinstruksi harus disiapkan secara tertulis
sehingga prosedur-prosedurnya dapat dilaksanakan dengan lebih mudah. Oleh
karena penytapan fisik dan pengendalian persediaan sdalah di bawah kewenangan
kepada operasi, dan bukan di bawah controller, maka diperlukan kerja sama
antara kepala operasi dan controller. Keduanya mempunyai suatu tonggak dalam
hal ke cermatan persediaan fisik, dan mereka harus bekerja sama. Untuk mencapai
kerja sarna ini maka instruksi-instruksi persediaan harus disiapkan dalam
bentuk naskah dan disampalkan kepada para staf pengawas pada departemen
produksi dan departemen akuntansi untuk memperoleh kritik-kritik dan persetujuan.
Instruksi-instruksi harus ditulis dalam bahass yang sederhana dan jelas.
Demikian pula, apabila situasi dan
kondisi yang ada mengharus kan adanya prosedurprosedur yang terperinci dan
panjang, maka lebih disukai agar instruksi-instruksi tersebut disiapkan per
seksi, sehingga masingmasing peserta hanya mem- peroleh data yang berhubungan
dengan tanggungjawabnya dan bukan dengan suatu uralan yang panjang. Bagan-bagan
dari formulir-formulir akan berguna dan ini dapat dimasukkan dalam buku
pedoman.
Instruksi-instruksi mengadakan opname
fisik persediaan harus mencakup hal-hal sebs- gai berikut:
a.
Tanggal dan tempat dari
persediaan fisik.
b.
Kategori-kategori
persediaan yang akan diliputi.
c.
Perincian mengenai
tugas dari masing-masing orang yang turut membantu dalam meng adakan opname
fisik.
d.
Instruksi-instruksi
khusus dalam hal ada kesulitan atau masalah yang tidak diduga
e.
Penjelasan mengenai
metode pengendalian dan pendistribusian kartu-kartu, etiket, formulir-formulir
lain.
f.
Metode untuk mengerjakan
kartu-kartu dan etiket.
g.
Metode untuk
mengidentifikasikan bahan-bahan.
h.
Pekerjaan persiapan
yang diperlukan.
i.
Pendaftaran dan
contoh-contoh barang atau bahan yang tidak akan dihitung.
j.
Seluk-beluk dari metode
penghitungan-penghitungan skala estimasi, dan lain-lain.
k.
Uraian mengenai
metode-metode pengecekan.
l.
Instruksi-instruksi
mengenai konfirmasi persediaan gudang, barang yang ada di tangan pelanggan,
persediaan pelanggan yang ada di gudang perusahaan.
m.
Instruksi-instruksi mengenai cara perlakuan terhadap barang-barang
usang, yang rusak atau yang lambat perputarannya.
n.
Instruksi-instruksi
tentang metode pengakuntansian untuk semua nomor kartu dan tag (kartu)
persediaan.
o.
Instruksi-instruksi
tentang metode penilaian dan penetapan harga.
p.
Prosedur yang akan
diikuti dalam menentukan cutoff - dengan mencap tanda "setelah: opname
fisik", dan sebagainya.
q.
Instruksi-instruksi
yang berhubungan dengan perbandingan dengan catatan-catatan yang
berkesinambungan.
r.
Instruksi-instruksi
tentang metode pendaftaran, pemakaian, dan pengikhtisaran.
s.
Kerjasama dengan para
auditor independen dan dengan pengamat lain.
t.
Instruksi tentang
pembatasan pengalihan barang antara pabrik dan departemen.
- Pemisahan Waktu (Cutoffs) Persediaan
a. Penerimaan
dan Pemeriksaan/Inspeksi Penerimaan
1) Tidak-ada
kertas kerja atau persediaan yang akan disampaikan ke daerah Gudang Pusat
sesudah jam 11 siang, hari Jum'at, tanggal 26 Oktober 19XX. Hal ini akan
menyediakan kertas kerja yang akan diproses dan persedaiaan disisihkan.
2) Mulai
tanggal 15 Oktober 19XX, semua penerima yang diproses melalui Pemerik- saan
harus dicap ' Sebelum Inventarisasi"
b. Gudang
Pusat
1) Penerimaa:
Semua kertas kerja untuk persediaan yang diterima dari Pemeriksaan Penerimaan
harus diserahkan ke Pengolahan Data sebelum jam 16.30, hari Jum'at, tanggal 26
Oktober 19XX.
2) Pengeluaran:
Kertas kerja untuk semua pengeluaran bagi pesanan pesanan yang terbuka dan
pekerjaan dalam proses harus diselesaikan dan dikirimkan ke Peng- olahan Data
sebelum jam 16.30, hari Jum'at, tanggal 26 Oktober 19XX. Penge- luaran untuk
order-order penjualan, bukti-bukti pengeluaran dan persediaannya harus berada
dalam tempat pemisahan (stagging area) atau tempat pengiriman sebelum jam
15.30, hari Jum'at, tanggal 26 Oktober 19XX.
c. Tempat
Barang Jadi
1) Tempat
pemisahan: Tempat ini adalah tempat dimana persediaan yang dipisahkan menurut
order-order penjualan, Jika persediaan tidak dikirimkan sebelum jam 15.30, hari
Jjm'at tanggal 26 Oktober 19XX, maka persediaan tersebut akan di- tahan sebagai
persediaan gudang.
2) Penerimaan
ke dalam tempat Barang Jadi dari Penyelesaian Order atau nomor Pekerjaan harus
diterima dan kertas kerjanya dikirimkan ke Pengolahan Data sebe- lum jam 16.30,
hari Jum'at, tanggal 26 Oktober 19XX. Pengendalian Produksi melalui petugasnya
harus meyakinkan bahwa semua unit yang diselesaikan telah ditempatkan dalam
persediaan dan bahwa kertas kerjanya dikirimkan ke Pengolah- an Data sebelum
jam 11 siang, yaitu pemisahan waktu (cutoff).
3) Pengeluaran:
(1) Pengeluaran-pengeluaran untuk order-oder penjualan, kartu pe- ngeluaran dan
persediaannya harus berada di tempat pemisahan atau pengiriman sebelum jam 11
siang, hari Jum'at, tanggal 26 Oktober 19XX. (2) Pengeluaran untuk order-order
dan nomor pekerjaan barang dalam proses harus sampai ke Pengolahan Data sebelum
jam 16.30, hari Jum'at, tanggal 26 Oktober 19XX
- Persediaan
Yang Akan Di Hitung
a.
Penghitungan fisik 100
1)
Gudang pusat- bangunan
bawah tanah # 1.
2)
Pemeriksaan penerimaan (Receiving inspection),
3)
Tempat pemisahan di
gedung 1, 2, dan 4.
4)
Tempat barang jadi.
5)
Tempat gudang pusat –
lantai pertama – gedung 1
6)
Barang dalam dalam
Proses di semua tempat- gedung 1, 2, dan 4.
7)
Persediaan bahan baku -
persediaan besi batangan- lembaran metal - gedung 2.
8)
Tempat penyimpanan bulk
- gedung 4.
9)
Peti-peti dan
pengiriman-gedung 4
10) Tempat
penyimpanan terbuka pelataran-pelataran parkir - gedung 4
11) Rework
holding- seluruh pabrik.
12) OSV
(outside vendor) - bahan persediaan.
13) Semua
bahan yang tidak mempunyai order produksi tetapi digunakan untuk mem produksi.
Order-order toko/bengkel akan ditetapkan pada saat inventarisasi fisik,
14) Perangkat
keras (pengeluaran bulk) di tempat produksi.
15) Pengepakan
barang-barang seluruh pabrik.
- Persediaan
Yang Tidak Akan Di Hitung
a.
Semua alat produksi dan
peralatannya.
b.
Barang-barang-modal
(termasuk peralatan penguji/test equipment).
c.
Peralatan penangan
persediaan dan peti kemas.
d.
Jumlah keseluruhan
persediaan yang telah dihapuskan dan tidak diketahui lokasinya.
e.
Peralatan pemeliharaan3
dan perlengkapannya.
f.
Peralatan kantor dan
alat tulis kantor.
g.
Semua bahan yang tidak
mempunyai nomor order produksi dan digunakan untuk Teknik atau Produksi Khusus.
h.
Unsur biaya yang
berhubungan dengan masing-masing bagian seperti lem, cat, solder,, alat-alat
las, kawat las, perlengkapan tungku, pita, dan bahan kimia.
i.
Persediaan untuk
pelayanan langganan di dalam pabrik untuk pekerjaan ulang atau per- baikan.
j.
Persediaan yang
dikeluarkan untuk para penjual keliling yang ada dalam formulir pengembalikan
kepada para penjual keliling
k.
persedian yang di
bubuhi tanda” jangan diinvestasi”
l.
semua persediaan
konsinyasi
Hal-hal tersebut di atas tidak
dimaksudkan untuk menjadi sebuah manual yang menyeluruh dan lengkap tetapi
untuk menunjukkan beberapa kekhususan dan jumlah terperinci yang diperlukan
untuk meyakinkan bahwa telah dilakukan suatu inventarisasi fisik yang lengkap
dan cermat.
- Kalsifikasi
Persediaan
Berbagai kategori persediaan yang telah
dihitung harus digolongkan untuk memungkinkan identifikasi dengan perkiraan
persediaan yang wajar. Kelompok yang terpisah-pisah harus dipergunakan, antara
lain seperti:
a.
Bahan baku
b.
Barang dalam pengolahan
c.
Suku cadang yang telah
jadi
d.
Barang jadi
e.
Supplies Operasi
f.
Alat-alat yang dapat
rusak
g.
Bahan pengepakan
(kotak, kaleng, dan sebagainya) yang dapat dikembalikan.
h.
Barang yang berada di
tangan komisioner.
i.
Lain-lain, yaitu
persediaan pihak lain yang sedang disimpan dalam gudang.
Untuk menghindarkan penggolongan yang
salah, mungkin akan berguna untuk memper- gunakan tag (kartu) dengan
warna-warna yang berbeda untuk masing-masing kelas perse- diaan. Dalam hal ini
sesuatu kategori dapat dicek pada tag (kartu) persediaannya.
- Prosedur
Untuk Penghitungan Fisik
Posedur terperinci untuk memperoleh
penghitun can fisik persediaan yang cenmat jelas da at dihat dart suatu telaah
mengenai instruksi-instruksi standar yang telah diuraikan sebe- lum in
Pentingnya penghitungan yang cermat harus ditonjolkan. Kuantitas dan data
dekriptif yang perlu untuk setiap tumpukan, peti atau kelompok harus dicatat
pada tag persedisan dan dilampirkan pada peti atau kantung dengan tali, kawat,
dan sebagainya Pada saat penghitungan sedang berlangsung, harus dipastikan
balrwa semua parti barang telah dibubuhi etiket sebagaimana mestinya. Apabila
ada unsur-unsur persediaan yang tidak alan dihitung, kadang-kadang suatu etket
"Tidak Usah Dihitung" telah ditempatkan lebih daltolu pada
unsur-unsur yang bersangkutan.
Biasanya penghitungan fisik dilakukan oleh
sepasang penghitung, satu orang mencatat dan yang satu lagi menghitung. Dalam
hal itu ada baiknya anggota bagian akuntansi dipakai tuk mencatat dan anggota
bagian produksi untuk menghitung. Mereka yang bertugas mencatat dapat menguji
kebenaran penghitungan kapan saja. Pada saat penghitungan telah selesai,
kelompok lain harus memindahkan bagian dari tag, menguji kebenaran penghitung-
an, dan memeriksa bahwa semua partai barang telah diberi etiket
Biasanya opname fisik persediaan
dihadiri oleh auditor (pemeriksa) ekstern yang inde- penden dan juga oleh
auditor intern perusahaan sendiri. Para auditor ini mengadakan peng Han
penghitungan, mengamati prosedur penghitungan yang dipergunakan perusahaan, dan
Leudian mentrasir penghitungan ke dalam ikhtisar persediaan Kehadiran para
auditor itu erupakan dorongan lain bagi ter laksananya penghitungan yang
cermat. lamana persediaan ditempatkan dalam gudang, maka harus diatur
mengadakan peng Autange atau memperoleh komfimas dari pihak-pihak luar mengenal
kualitas barang yang A di tangan. Bagaimanapun tidak boleh ada unsur persediaan
yang diabaikan.
B.
Pencatatan
Dan Prosedur Pajak
1.
Fungsing Manajermen
Pajak
Fungsi Manajer Urusan Pajak Fungsi
urusan pajak akan berbeda menurut organisasinya. Tetapi, hal-hal bek ini memberikan indikast
tentang luasnyatanggujawab yang dibebankan kepada departemen urusan pajak pada
perusahaan yang besar
a.
mengembangkan masyarakat dan melaksanakan rencana yang
telah dilaksanakan untuk program manajemen perpajakan yang efektif yang berlaku
bagi semua elemen dalam perusahaan. Memenuhi semua undang-undangan peraturan dan ketentuan perpajakan
b.
Memilih personel,
menetapkan, dan melaksanakan pengendalian yang tepat pada segala kegiatan.
c.
Merencanakan
administrasi pajak dari kantor setempat atau cabang
d.
Merencanakan pajak
cafatan yang memadal, menyiapkan formulir dan kertas kerja, menetapkan tandi
tanda setiap berkas.
e.
Panduan buku (manual)
pajak yang menjelaskan penerapan prosedur dan lengkap,
f.
Penilaian pengaruh dari
undang-undang, peraturan, ketentuan, serta kasus-kasus yang adil tentang
kewajiban perusahaan dan usaha yang potensial.
g.
mengawasi kebijakan dan
prosedur untuk menerapkan pajak perusahuan
h.
bahwa perusahaan telah
membuat berkas se mus
SPT, laporan dan deklarasi yang diwajibkan oleh undang-undang
i.
Meninjau dan
menyarankan tindakan mengenai semua penyesuaian pajak yang dilakukan oleh
berbagai pemerintah perpajakan atau oleh
akuntan publik independen peruaha an serta mewakili perusahaan dalam semua
pertemuan yang memiliki kewajiban pajak perusahaan.
j.
Memulai tindukan,
pengarahan sesual, untuk mendapatkan persetujuan dari kunlor inspeksi pajak
(IRS – Internal Revenue System), bila diperhukan, herks naan dengan perubahan
metode dan prosedur akuntansi serta hal-hal yang berkaitan dengan rencana
pensiun atau tabungan,
k.
Berkarya dan bekerja
sama dengan kantor pengacara, perkara yang akan disiapkan dan dikerjakan,
protes formai, klaim, petisi, atau pengaduan tentang pajak yang melibatkan
perusahaan, kegiatan-kegiatan tersebut dengan fungsi-fungsi lain yang
diinginkan, misainya hukun dan akuntansi
l.
Memulai tindakan, bila
diperlukan, untuk mendapatkan inspeksi pajak saya ngenai kewajiban pajak
perusahaan,
m.
Menganalisa implikasi
pajak dari akuiÅŸisi (pengambil-alihan perusahaan lain) yang usulkan guna
menentukan masalah yang ada dan yang potensial serta meneliti kemung- kinan
untuk pengembalian pajak.
n.
Menyediakan informasi
mengenai masalah-masalah pajak pusat dan daerah serta luar negeri, berdasarkan
nasihat dari penasihat asing, jika perlu.
o.
Menganalisa akibat
pajak dari dokumen hukum yang mempengaruhi perusahaan serta memberikan nasihat
mengenai tindakan yang tepat untuk meminimalkan kewajiban pajak perusahaan
sebagai akibat dari hal tersebut
2.
Pencatatan Pajak Secara
Umum
Undang-undang perpajakan adalah sangat
rumit, begitu banyak, dan sangat bervariasi sehingga tidaklah praktis untuk mengingatingat sermua
ketentuan perundangan dan wmua faksa dari bisnis yang mempunyai kaitan langsung
dengan kemninan kena pajak. Kare nanya, perusahaan harus mempunyai catatan yang
perlu jika perecanaan pajak yang baik mgn diwujudkan, jika manajemen ingin
mempunyai pandatgan yang jelas tentang situasi perpajakan, atau jika tingkat
tertentu dari pengendalian administratif ingin sukses. Akibat dari pengabalan
atau ketidak-mampuan dapat menjadi sangat berat.
Sifat dari catatan akan ditentukan oleh
kerumitan relatif dari masalah pajak. Telapi, secara umum, catatan tertentu
diperlukan untuk kepentingan pengendalian administratif, untuk mendukung
pengembalian pajak, dan untuk memenuhi kewajiban spesifik dari undang-undang,.
Catatan pajak dapat dikelompokkan ke dalam empat klasifikasi utama:
a.
Kalender pajak.
b.
Catatan informasi.
c.
Berkas kertas kerja
(working paper files).
d.
Buku besar pendukung
(supporting ledger).
Meskipun ini semua akan dibahas secara
ringkas, namun harus dipahami bahwa dalam analisa akhir,kesesuaian dan
ketepatan waktu dari keempat hal tersebut tergantung pada staf da, Catatan
tidak dapat dijamin akan memenuhi semua kebutuhan untuk setiap yang wa saat.
Keluwesan harus ada di dalam organisasi. Dengan demikian, jika penjualan
dilakukan dalam daerah baru dan diperlukan tagihan pajak pertambahan nilai,
staf urusan pajak harus mengambil inisiatif untuk mendapatkan analisa penjualan
yang diperlukan berdasarkan daerah atau pos yang diperlukan dibuat. Tidak ada
yang dapat menggantikan inisiatif seper ti itu
3.
Perbedaan Antara
Akuntasi Pajak Penghasilam Dengan Dengan Akuntansi Buku
Sumber informasi utama yang diperlukan
untuk SPT pajak penghasilan adalah, tentu saja, catatan akuntansi atau
pembukuan yang teratur dari perusahaan. Dan meskipun akun- tansi pajak dan
akuntansi buku secara umum sama, namun ada tiga hal penting di mana keduanya
berbeda:
a.
Penghasilan dan
pengeluaran yang secara spesifik dikeluarkan dalam perhitungan pajak.
Contoh-contoh meliputi penghasilan bebas pajak dari obligasi pemerintah ataupun
sumbangan sosial yang melebihi batas maksimum yang diijinkan.
b.
Perbedaan yang
disebabkan oleh pengakuan dari waktu pada saat kerugian atau peng- hasilan
diakui. Posisi cadangan dan penghapusan biaya yang bersangkutan termasuk dalam
kelompok ini.
c.
Perbedaan dalam basis
biaya. Kategori umum ini meliputi perbedaan dalam tingkat dan dasar penyusutan,
perlakuan terhadap biaya pemeliharaan dan perbaikan, serta penilai- an
persediaan.
Jadwal penting untuk peninjauan
controller adalah rekonsiliasi dari penghasilan bersih yang termuat dalam SPT
pajak penghasilan, Jadwal ini mengungkapkan perbedaan penting anta- ra
akuntansi pajak dengan akuntansi buku
4.
Pelakuan Terhadap
Perbedaan Ini Dalam Catatan Akuntansi
Controller dan manajer urusan pajak
persembahan pada masalah tentang bagaimana perbedaan-perbedaan tadi harus
diperlakukan dalam catatan akuntansi.
Jelas perlu untuk memelihara catatan yang terus-menerus mengenai
perbedaan ini dan untuk sekadar menghitung pajak dan konsol buku jika
perusahaan ingin mendapatkan manfaat pajak secara penuh. Penyimpanan catatan seperti itu penting untuk
memastikan bahwa perusa-haan tidak akan melupakan pengurang pajak (pengurangan
pajak) yang menjadi haknya di tahun berikut.
Tetapi, ini berarti berarti bahwa perangkat yang samasekali mandiri
perlu disimpan untuk keperluan pajak.
Beberapa perumusan umum yang dapat
dilakukan, atas tiga kelompok perbedaan yang telah dikemukakan dalam bagian
terdahulu. Kelompok yang pertama tidak
menimbulkan masalah yang terus terbawa dari tahun ke tahun. Berdasarkan ketentuan spesifik dari
Direktorat Pajak, kelompok ini dikeluarkan dari penghasilan atau
pengeluaran. Kelompok ini akan tampak
pada rekonsiliasi, dan biasanya menentukan masalahnya, kecuali jika kelebihan
dari limitasi dapat dilanjutkan ke depan, Bilamana kelompok ini banyak
jumlahnya, mungkin akan membantu membuat pos-pos yang terpisah, atau kelompok
pos, untuk macam atau pengeluaran yang
demikian.
Kelompok yang kedua memuat item-item
yang dimasukkan ke dalam pos lebih cepat atau lebih lambat dari yang
disyaratkan atau diperbolehkan menurut ketentuan atau status yang berlaku. Jadi, meskipun ketentuan untuk kerugian kontrak
boleh ditetapkan dal- lam catatan perusahaan, untuk keperluan pajak, biaya
aktual saja yang merupakan pengurang yang mencapai. Analisa dari pos-pos perkiraan yang mungkin
disiapkan bagi
auditor independen pajakpun akan
memberikan data yang diperlukan.
Lembaran suplemen umumnya cukup untuk kelompok ini, dan buku besar yang
terpisah tidak perlu dibuat. Masalah
besar akan muncul bilamana dasar biaya yang berbeda digunakan. Dalam suatu bisnis analisis diperlukan untuk
menentukan apakah perkiraan tambahan yang terpisah perlu dibuat.
Masalah besar akan muncul bilamana basis
biaya yang berbeda digunakan. Dalam suatu bisnis analisi diperlukan untuk
menetukan apakah serangkai perkiraan tambahan yang terpisah perlu dibuat Jika
basis dan tingkat penyusutan yang sangat berbeda digunakan, buku besar yang
tersendiri mungkin dibutuhkan, Sekali lagi, untuk makelar perantara saham, jika
basis biaya yang berbeda digunakan, buku besar tersendiri mungkin dibutuhkan.
Ada hal yang khusus mengenai penyusutan,
Tanggungjawab untuk membuktikan ten- tang kebenaran nilai penyusutan jelas
berada pada pihak wajib pajak; wajib pajak harus inenyimpan semua catatan yang
perlu untuk mendukung deduksi ini, Meskipun tidak ada bentuk tertentu yang
diharuskan, adalah perlu agar catatan yang permanen disimpan untuk Secara jelas
mencocokkan jumlah penyusutan dalam buku dan dalam pajak dari tahun ke tahun.
5.
Pajak Penghasilan Dan
Perencanaan Bisnis
Manajemen harus mempertimbangkan
konsekuensi pajak dalam perencanaan bisnisnya di masa depan, Manajer urusan
pajak harus dilibatkan dalam proses perencanaan terinci se- hingga pengaturan
bisnis atau kontrak bisnis mencakup provisi yang tepat untuk memaksi- malkan
posisi pajak. Ini dapat dalam bentuk pengurangan pajak atau pembayaran pajak
yang ditangguhkan perusahaan. Bidang lain dari pertimbangan perencanaan adalah
pembayaran pajak asing; untuk pembayaran seperti ini perusahaan berhak atas
keringanan terhadap kewajiban pajak penghasilan untuk setiap pajak penghasilan
asing yang dibayarkan. Adalah penting agar konsekuensi pajak asing diteliti dan
direncanakan jauh sebelumnya sehingga mereka di- kenali dan diidentifikasi
dalam pngambilan keputusan usaha yang mendasar.
C.
Catatan
Dan Prosedur Asuransi
- Prosedur
Asuransi
Untuk melindungi secara memadai kekayaan
dan posisi keuangan suatu bisnis, maka perlu dikembangkan prosedur atau program
asuransi yang terencana dengan baik yang mencakup semua titik yang vital. Baik
dalam memulai perlindungan asuransi yang baru ataupun dalam memperbarui asuransi,
prosedur berikut memberikan hal-hal yang harus dipertimbangkan:
a.
Menentukan resiko
kerugian dalam perusahaan yang dapat diasuransikan melalui pemeriksaan
menyeluruh terhadap kekayaan dan operasi perusahaan. Ini akan mencakup bukan
hanya kekayaan dan proses fisik saja melainkan juga kewajibankewajiban
kontraktual, persyaratan penyewaan, dan ketentuan pemerintah.
b.
Menentukan besarnya
resiko guna menetapkan jumlah pertanggungan yang diperlukan.
c.
Memilih penanggung dan
perantara yang disukai.
d.
Menentukan jenis polis
dan dasar penilaian yang akan digunakan.
e.
Menetapkan prosedur
pelaporan yang sesuai dan catatan yang diperlukan, termasuk manual asuransi.
f.
Mengintroduksikan
program untuk pengendalian atau penekanan kerugian atau tarif asuransi.
g.
Membuat persiapan untuk
audit atau peninjauan berkala dari pertanggungan. Hal-hal ini mencakup
tahap-tahap yang penting dari suatu program asuransi. Tetapi, urutan nya tidak
perlu persis sama. Misalnya, dapat saja pemilihan perantara atau penanggung,
menjadi langkah yang pertama.
- Menentukan
Resiko Kerugian Yang Dapat Di Asuransikan Yang Harus Diliput
Dasar suatu program asuransi yang baik
terletak pada analisis yang cermat mengenai ke- kayaan dan operasi perusahaan
guna menentukan luas dan jenis resiko yang dihadapi. anaiSis ini tidak boleh
hanya merupakan peninjauan yang dangkal; adalah perlu ertuns dalam bentuk
naratif, Jembaran kerja dan jadwal dipersiapkan untuk memperlihat- semua
rincian. Makin banyak usaha dilakukan dalam analisis ini pada saat-saat awal an
banyak menghemat waktu pada akhirnya dan akan membantu dalam menentukan luas
cakupan asuransi yang diperlukan. Ada beberapa hal yang perlu diliput dalam
analisis dan peninjauan:
a.
Gedung dan Peralatan.
Jenis konstruksi, lokasi dan kerusakan yang mungkin diderita perlu dicatat.
Tiap-tiap gedung dan peralatan yang besar harus dicatat secara tersendiri:
Kondisi saat ini dalam hal masa pemakaian dan keusangan perlu ditentukan dan
biaya penggantian dinilai. Mungkin diperlukan bantuan dari ahli-ahli lain
seperti personil konstruksi, rekayasa dan keselamatan kerja.
b.
Harta Lainnya. asuransi
yang layak adalah melindungi kekayaan perusahaan. Peninjauan terhadap pos-pos
berikut perlu dilakukan: Kas dan surat-surat berharga. Persediaan bahan baku,
barang setengah jadi, barang jadi. Piutang a. b. C. Resiko terhadap semua jenis
kerugian, apakah terhadap kebakaran, banjir, pencurian lain-lain perlu
dipertimbangkan dan dinilai untuk mend tkan perlindungan asu- ransi yang
sesuai.
c.
Interupsi Usaha.
Disarankan untuk melindungi perusahaan terhadap hilangnya laba dan berlanjutnya
pengeluaran selama masa di mana bisnis sebagian atau seluruhnya harus
dihentikan sebagai akibat adanya bencana atau kerusakan tertentu. Asuransi yang
meliput interupsi usaha (penggunaan dan penempatan) perlu dipertimbangkan dan
di- peroleh bilamana kondisi memerlukan.
d.
Kewajiban kepada Pihak
Lain. Peninjauan perlu dilakukan terhadap kemungkinan ke- rugian atau kerusakan
terhadap pihak lain dan atas kekayaan mereka yang diakibatkan oleh produk,
pelayanan, atau operasi atau tindakan-tindakan karyawan perusahaan. Analisis
ini harus mencakup suatu peninjauan terhadap semua kontrak, pesanan pen-
jualan, pesanan pembelian, sewa, serta hukum-hukum yang berlaku guna menentukan
komitmen apa yang telah diambil dan resiko apa yang ada. Analisis seperti itu
akan menunjukkan sifat umum dari resiko, kerugian, dan kemungkin an yang
dihadapi oleh perusahaan. Langkah berikutnya adalah mendapatkan semua fakta
lain yang diperlukan dan merumuskan rencana atau program asuransi yang sesuai
dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai asuransi dan manajemen resiko.
Keputusan perlu di- buat berkaitan dengan asumsi resiko, penghindarannya, atau
asuransi untuk yang berikut:
1)
Apakah perlindungan
asuransi telah tersedia dan dalam bentuk apapun untuk setiap jenis kerugian?
Umumnya, kebanyakan kerugian dapat diasuransikan. Perantara atau spesialis
asuransi dapat membantu dalam hal ini.
2)
Seberapa luasnya resiko
yang dihadapi? Dianggap bahwa sebagian besar informasi akan tersedia dari
analisis terinci yang dilakukan. Ini meliputi pertimbangan dan penilaian
mengenai kemungkinan kerugian, derajatnya, serta frekuensinya. Sebagai contoh,
be- rapa jumlah terbesar uang tunai yang diangkut ke bank setiap hari atau
minggu? Atau berapa persediaan maksimum, minimum, dan rata-rata pada lokasi
tertentu dan berapa lamanya waktu?
3)
Berapa biaya
perlindungan asuransi untuk kerugian? Apa saja alternatif untuk me- ngurangi
resiko, mencegah resiko, deduktibel, atau rencana retrospektif?
4)
Berapa efektivitas
biaya perusahaan agar dapat menjadi penjamin sendiri yang me menuhi syarat
untuk satu atau lebih jenis asuransi? Penentu untuk mengasuransikan suatu
resiko atau tidak merupakan masalah pembobotan peluang kerugian terhadap biaya
premi asuransi. Kerugian maksimum yang mungkin dari suatu kejadian serta biaya
tahunan dari semua kerugian tersebut harus dibandingkan dengan biaya premi
asuransi. Jika perbedaannya kecil, maka tidak ekonomis untuk mengasurans kan.
Umumnya, kebanyakan perusahaan akan mengasuransikan diri terhadap kerugian-ke-
rugian besar yang akan mempunyai pengaruh buruk terhadap posisi keuangan
perusahaan
- Memilih
Perantaraan Dan Penangungan
Metode memilih perantara asuransi (insurance
broker) telah menjadi lebih rumit karena luasnya pelayanan yang dibutuhkan dan
persyaratan yang ada. Ini tidaklah semudah me milih perantara atas dasar
penawaran yang terendah. Perantara dapat membantu banyak dalam mengembangkan
strategi untuk keseluruhan program asuransi. Pandangan perantara dapat menjadi
sangat penting dalam menambahkan keahlian dan dimensi bagi kemampuan asu ransi
dalam perusahaan sendiri. Dalam memilih perantara atau perusahaan asuransi,
faktor-faktor berikut harus mendapatkan pertimbangan yang teliti:
a.
Tarif asuransi
komparatif.
b.
Jenis pertanggungan.
c.
Kekuatan keuangan
penanggung (perusahaan asuransi).
d.
Reputasi dan fasilitas
untuk pelayanan - keahlian khusus dalam bidang-bidang seperti rekayasa,
keselamatan kerja, program inspeksi, lokasi pelayanan dibandingkan dengan
resiko yang ada.
e.
Ketersediaan perwakilan
untuk menanggapi kebutuhan secara tepat waktu.
f.
Kemampuan untuk
berkembang bersama perusahaan dalam bidang produk baru dan teknologi baru.
Ada beberapa jenis perusahaan asuransi,
dan biaya asuransi bersih dapat berbeda cukup besar di antara mereka.
Masing-masing perusahaan mungkin dapat melayani kebutuhan dengan sangat baik,
tetapi mungkin perlu juga untuk meneliti bidang kemampuan yang bahas dalam bab
ini sebelum mengadakan kontrak asuransi. Jenis-jenis perusahaan asuransi
meliputi yang berikut ini:
a.
Dana Bersama (Mutuals).
Setiap pemegang polis adálah pemilik, dan laba dibagikan se- bagai dividen.
(Contoh di Indonesia adalah Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912). Jika
mengalami kerugian, pemegang polis bisa ikut menanggungnya. Tetapi, dalam ke-
banyakan kasus, dapat pula diterbitkan polis non-pemilik.
b.
Perusahaan Saham.
Perusahaan ini sama dengan perusahaan lain dalam arti bahwa laba yang tidak
ditahan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen dan tidak ke- pada
pemegang polis.
c.
Lloyds of London.
Perusahaan pertanggungan ini bekerja di bawah wewenang Inggris dan dapat
memberikan perlindungan terhadap jenis-jenis pertanggungan yang tidak dapat
diliput oleh perusahaan lain. Perusahaan ini juga menyediakan jenis-jenis
pertanggungan yang bias…
d.
Perusahaan Asuransi
Kaptif. Perusahaan asuransi saham dibentuk untuk menjamin re- siko perusahaan
induk atau dalam hal-hal tertentu kelompok atau asosiasi sponsor.
- Jenis-Jenis
Asuransi
Ada banyak macam pertanggungan asuransi,
dan pembahasan tentang hal tersebut berada di luar cakupan buku ini. Disarankan
agar berkonsultasi denean perantara asuransi dan mendapatkan buku pegangan
tentang pertanggungan asuransi ini. Umumnya, kebanyakan perusahaan industri
memerlukan jenis-jenis pertanggungan sebagai berikut:
a. Perlindungan
terhadap kebakaran dan akibat-akibatnya.
b. Perlindungan
terhadap kejahatan yang menyeluruh.
c. Perlindungan
terhadap kewajiban umum yang menyeluruh.
d. Kompensasi
tenaga kerja.
e. Kewajiban
mengenai mobil menyeluruh.
f. Interupsi
usaha (penggunaan dan penempatan).
g. Asuransi
kewajiban lengkap.
h. Asuransi
angkutan laut dan udara.
i.
Asuransi kecelakaan,
kesehatan, jiwa secara kolektif.
j.
Asuransi untuk boiler
dan mesin-mesin
k. Asuransi
saham
Manajer resiko dan asuransi harus
meninjau berbagai jenis polis dan memahami kebutuhan serta nilainya untuk
menentukan bahwa perusahaan telah terlindung secara memadai. Ke- cermatan perlu
dilakukan dalam membaca syarat dan kondisi dari masing-masing polis guna
memastikan bahwa pertanggungan adalah seperti yang dibutuhkan.
- Audit
Dan Tinjauan Asuransi
Program asuransi yang tersusun dengan
baik perlu ditinjau kembali secara berkala untuk menentukan kememadaian
perlindungan asuransi dibandingkan dengan resiko yang dihadapi oleh bisnis.
Pemeriksaan harus dilakukan sedikitnya setahun sekali oleh manajer resiko
dengan eksekutif lain guna memastikan bahwa kondisi yang berubah telah
dipertimbangkan dalam semua pembaruan polis. Mungkin perlu juga melibatkan
konsultan independen dari luar dengan keahlian dalam mengaudit program asuransi,
memperkirakan resiko, mengen- dalikan biaya asuransi, dan meninjau klaim.
- Laporan
Asuransi Tahunan
Agar manajemen tetap mendapatkan
informasi mengenai pertanggungan resiko dan asuransi, mungkin diperlukan
penyiapan suatu laporan asuransi tahunan. Disarankan agar laporan tersebut
berbentuk ringkasan agar memudahkan membacanya dan meliputi pokok-pokok seperti
berikut:
a.
Uraian asuransi daftar
berbagai jenis asuransi, dengan uraian singkat mengenai per- tanggungan.
b.
Perbandingan biaya
asuransi batas pertanggungan dan biaya untuk masing-masing selama lima tahun
terakhir.
c.
Resiko yang tidak
diasuransikan.
d.
daftar pertanggungan
asuransi yang memperlihatkan Analisis untuk cadangan resiko-resiko yang
diasuransikan/ditanggung sendiri.
e.
Perkiraan perubahan
dalam program asuransi untuk tahun depan- tarif, pertanggung- an, pasar
asuransi, keselamatan, pertambahan resiko.
f.
Analisis kerugian dan
pemulihan dan jika cukup besar dikaitkan dengan uang premi. 7. Komentar umum
mengenai kememadaian keseluruhan dari program asuransi dan saran yang layak
untuk pertimbangan manajemen
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesmpulan
Opname fisik adalah suatu kegiatan di
akhir periode pelaporan yang berfungsi untuk mengetahui saldo barang secara
riil dengan cara memeriksa fisik barang persediaan di gudang.
Hasil berita acara opname fisik ini akan
diinputkan ke dalam Modul Persediaan dan akan menjadi saldo akhir barang
persediaan
Perhitungan dan pemeriksaan fisik
persediaan barang yang selanjutnya disebut stock opname adalah pemeriksaan
antara stok fisik barang persediaan yang tersedia di dalam gudang (tempat
penyimpanan) dengan stok yang tercatat di dalam daftar inventaris pada sistem
komputer atau aplikasi persediaan.
Pengertian pajak sendiri sederhananya
yaitu pungutan wajib dari rakyat untuk negara. Fungsi pajak adalah membiayai
pengeluaran-pengeluaran. Manfaat pajak digunakan untuk melakukan pembangunan
hingga membayar gaji pegawai negeri.
Pembayar pajak tidak mendapatkan imbalan
secara langsung, di mana uang yang dikumpulkan dari pajak adalah digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak adalah perwujudan dari
kewajiban kenegaraan dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional
DAFTAR
PUSTAKA
Adiyos,
2006, Kamus Standar Akuntansi , Jakarta, Citra Harta Prima
Amirullah,
Haris Budiyono, 2004, Pengantar Manajemen, Edisi Kedua, Yogyakarta, Graha Ilmu
Anthony,
Robert N., Vijay Govindarajan, 2005, Sistem Pengendalian Manajemen, Buku Satu,
Jakarta, Salemba Empat
Carter,
William K., Milton F. Usry, 2005, Akuntansi Biaya, Edisi Ketiga Belas, Jakarta,
Salemba Empat
Hadibroto,
S., Oemar Witarsa, 1999, Sistem Pengawasan Intern (System of Internal
Controll), Edisi Kedua, Jakarta, FE Universitas Indonesia
Handoko,
T. Hani, 2001, Manajemen, Edisi Kedua, Yogyakarta, BPFE
Hansen,
Don R., Maryanne M. Mowen, 2000, Manajemen Biaya, Edisi Pertama, Jakarta,
Salemba Empat
Mulyadi,
1998, Akuntansi Biaya, Edisi Keenam, Cetakan 4, Yogyakarta, STIE
Nasehatum,
Apandi, 1999, BUDGET & CONTROL Sistem Perencanaan dan Pengendalian Terpadu
Konsep dan Penerapannya, Jakarta, Grasindo
Niswonger,
Rollin C., Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, 1999,
Prinsip-Prinsip Akuntansi, Terjemahan Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Edisi
Kesembilan Belas, Cetakan Pertama, Jakarta, Erlangga
Sadeli,
Lili M., Bedjo Siswanto, 2001, Akuntansi Manajemen, Sistem, Proses, dan
Pemecahan Soal, Jakarta, Bumi Aksara
Simamora,
Hendry, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga, STIE YKPN
Suadi,
Arief, 2001, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, Yogyakarta, BPFE
Subaweh,
Imam, 1998, Controllership Teori dan Soal – Jawab, Edisi kedua, Jakarta,
Gunadarma
Wilson,
James D., Jhon B. Campbell, 1998, Controllership Tugas Akuntan Manajemen (The
Work of Managerial Accountant), Editor Alih Bahasa Gunawan Hutahuruk MBA, Edisi
Ketiga, Cetakan Kesembilan, Jakarta, Erlangga