Sunday 6 November 2022

MAKALAH KONSEP ANATOMI SISTEM LIMFATIK

 

kata pengantar........................................................................................... i

daftar isi.......................................................................................................... ii

bab i pendahuluan...................................................................................... 1

A . Latar Belakang............................................................................................... 1

Bab ii pembahasan....................................................................................... 3

A . Anatomi Dan Fisiologi Sistem Limfatik ...................................................... 3

1. Anatomi sistem limfatik .......................................................................... 3

a . Pembuluh limfe .................................................................................. 4

b . Jaringan limfoid ................................................................................. 4

c . Organ limfoid .................................................................................... 5

d . Fisiologi sistem limfatik .................................................................... 6

e . Drainase sistem limfe tubuh ............................................................... 7

f . Pembentukan cairan limfe .................................................................. 8...........

B . Sistem Limfatik Kepala Dan Leher .............................................................. 9

1 . Kelenjar limfe leher ................................................................................ 9

2 . Penataan kelompok kelenjar limfe daerah kepala dan leher ................... 9

C . Aspek Klinis Sistem Limfe Leher .............................................................. 12

1 . Patologi ................................................................................................ 13

2 . Penyakit yang menyebabkan pembesaran kelenjar limfe leher ............. 13

3 . Inflamasi ............................................................................................... 13

4 . Neoplasma ............................................................................................ 13

Bab iii penutup............................................................................................. 15

A . Kesimpulan...................................................................................................... 15

Daftar pustaka......................................................................................... 16

 



BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sistem limfatik daerah kepala dan leher merupakan bagian dari sistem limfe seluruh tubuh yang secara anatomis terdiri atas organ limfatik, duktus atau pembuluh-pembuluh limfe dan nodus limfatikus (atau kelenjar limfe).

Sistem limfatik mentransportasi cairan yang disebut limfe. Cairan ini mendistribusikan sel-sel dan faktor imunitas ke seluruh tubuh. Sistem limfatik juga berinteraksi dengan sistem sirkulasi darah untuk drainase cairan dari sel dan jaringan tubuh. Sistem limfatik mengandung sel-sel limfosit yang melindungi tubuh dari berbagai antigen. Tubuh dibagi atas limfotom (lymphotome) di mana tiap limfotom merupakan area drainase spesifik bagi kelompok kelenjar limfe tertentu.

 Pengetahuan mengenai drainase aliran limfatik dari berbagai organ merupakan hal yang penting dalam penegakan diagnosis dan penanganan berbagai penyakit termasuk kanker oleh karena kedekatan fisik sistem limfatik dengan jaringan tubuh yang memungkinkannya membawa sel-sel kanker ke berbagai organ tubuh dalam proses yang disebut metastasis, bahkan jika nodus limfatikus tidak dapat menghancurkan sel-sel kanker mereka akan menjadi lokasi tumor sekunder.

Pada kondisi normal nodus limfatikus tidak dapat dipalpasi. Infeksi atau kanker dari suatu area dialirkan oleh pembuluh-pembuluh limfe ke nodus-nodus tersebut sehingga memungkinkan untuk dipalpasi. Suatu reaksi patologis tertentu dari sistem imun dapat menimbulkan manifestasi berupa perubahan anatomis sesuai lokasi terjadinya reaksi patologis tersebut. Hampir semua bentuk keradangan maupun keganasan daerah kepala dan leher akan memperlihatkan manifestasinya melalui kelenjar limfe kepala dan leher tersebut oleh karena itu anatomi sistem limfatik daerah kepala dan leher penting untuk dipahami.

 

Tujuan penyajian referat ini adalah untuk membantu pemahaman anatomi dan fisiologi sistem limfatik daerah kepala dan leher sehingga bisa menjadi dasar yang kuat untuk melakukan penegakan diagnosis, perencanaan penatalaksanaan, serta memperkirakan prognosis dari penyakit atau kelainan yang mengenai daerah kepala dan leher.


 

BAB 2

PEMBAHASAN

 

A.    Anatomi Dan Fisiologi Sistem Limfatik

1.      Anatomi sistem limfatik

Secara garis besar sistem limfatik tubuh dapat dibagi atas sistem konduksi, jaringan limfoid dan organ limfoid (gambar 1). Sistem konduksi mentransportasi limfe dan terdiri atas pembuluh-pembuluh tubuler yaitu kapiler limfe, pembuluh limfe dan duktus torasikus. Hampir semua jaringan tubuh memiliki pembuluh atau saluran limfe yang mengalirkan cairan dari ruang interstisial.

Definisi jaringan limfatik (atau yang sering disebut jaringan limfoid) adalah jaringan penyambung retikuler yang diinfiltrasi oleh limfosit. Jaringan limfoid ini terdistribusi luas di seluruh tubuh baik sebagai organ limfoid ataupun sebagai kumpulan limfosit difus dan padat. Organ limfoid sendiri merupakan massa atau sekumpulan jaringan limfoid yang dikelilingi oleh kapsul jaringan penyambung atau dilapisi oleh epitelium.

Description: C:\Users\Asus\Desktop\9267a184-c317-477c-874e-45a46355acb0.jpg

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Sistem limfe tubuh dan kelompok kelenjar limfe utama

 

a.      Pembuluh limfe

Semakin ke dalam ukuran pembuluh limfe makin besar dan berlokasi dekat dengan vena. Seperti vena, pembuluh limfe memiliki katup yang mencegah terjadinya aliran balik. Protein yang dipindahkan dari ruang interstisial tidak dapat direabsorbsi dengan cara lain. Protein dapat memasuki kapiler limfe tanpa hambatan karena struktur khusus pada kapiler limfe tersebut, di mana pada ujung kapiler hanya tersusun atas selapis sel-sel endotel dengan susunan pola saling bertumpang sedemikian rupa seperti atap sehingga tepi yang menutup tersebut bebas membuka ke dalam membentuk katup kecil yang membuka ke dalam kapiler (gambar 2). Otot polos di dinding pembuluh limfe menyebabkan kontraksi beraturan guna membantu pengaliran limfe menuju ke duktus torasikus.

Description: C:\Users\Asus\Desktop\6d1e4a92-8a04-4128-a3a0-c248ca3d4d3b.jpg

Gambar 2. Struktur khusus kapiler limfe

b.      Jaringan limfoid

Jaringan limfoid terdiri atas nodus dan nodulus limfoid yang mempunyai ukuran dan lokasi bervariasi. Ukuran nodus biasanya lebih besar, panjangnya berkisar 10 - 20 mm dan mempunyai kapsul; sedangkan nodulus panjangnya antara sepersekian milimeter sampai beberapa milimeter dan tidak mempunyai kapsul.

Dalam tubuh manusia terdapat ratusan nodus limfoid ini (kelenjar limfe atau kelenjar getah bening) yang tersebar dengan ukuran antara sebesar kepala peniti hingga biji kacang. Meskipun ukuran kelenjarkelenjar ini dapat membesar atau mengecil sepanjang umur manusia, tiap kelenjar yang rusak atau hancur tidak akan beregenerasi. Jaringan limfoid berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh yang bertugas untuk menyerang infeksi dan menyaring cairan limfe (atau cairan getah bening).

Berdasarkan lokasi sebagian besar nodus limfoid ini berkelompok di daerah-daerah tertentu misalnya mulut, leher, lengan bawah, ketiak dan sela paha. Jaringan limfoid mukosa yang terorganisasi terdiri atas plak Peyer (Peyer’s patch) di usus kecil, tonsil faring dan folikel limfoid yang terisolasi.

c.       Organ limfoid

Menurut tahapan perkembangan dan maturasi limfosit yang terlibat di dalamnya, organ limfoid terbagi atas:

1.      Organ limfoid primer atau sentral, yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau sejenisnya seperti sumsum tulang. Membantu menghasilkan limfosit virgin dari immature progenitor cells yang diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen,

2.      Organ limfoid sekunder atau perifer, yang mempunyai fungsi untuk menciptakan lingkungan yang memfokuskan limfosit untuk mengenali antigen, menangkap dan mengumpulkan antigen dengan efektif, proliferasi dan diferensiasi limfosit yang disensitisasi oleh antigen spesifik serta merupakan tempat utama produksi antibodi.  

Organ limfoid sekunder yang utama adalah sistem imun kulit atau skin associated lymphoid tissue (SALT), mucosal associated lymphoid tissue (MALT), gut associated lymphoid tissue (GALT), kelenjar limfe, dan lien.

Seluruh organ limfoid memiliki pembuluh limfe eferen tetapi hanya nodus limfatikus yang memiliki pembuluh limfe aferen. Nodul limfoid dikelilingi oleh kapsul fibrosa di mana terdapat proyeksi jaringan penyambung dari kapsul ke dalam nodus limfoid menembus korteks dan bercabang hingga ke medula yang disebut trabekula yang memisahkan korteks nodus limfoid menjadi kompartemen-kompartemen yang inkomplit yang disebut folikel limfoid. Nodulus limfoid tersusun atas massa padat dari limfosit dan makrofag yang dipisah oleh ruang-ruang yang disebut sinus limfoid. Di bagian tengah terdapat massa ireguler medula.Pembuluh eferen meninggalkan nodus dari regio yang disebut hilum (gambar 3).

Description: C:\Users\Asus\Desktop\81cae8cd-939b-4739-a2ec-07671a84be78.jpg

Gambar 3. Potongan melintang nodus limfoid

d.      Fisiologi sistem limfatik

Sistem limfe merupakan suatu jalan tambahan tempat cairan dapat mengalir dari ruang interstisial ke dalam darah sebagai transudat di mana selanjutnya ia berperan dalam respon imun tubuh. Secara umum sistem limfatik memiliki tiga fungsi yaitu:

1.      Mempertahankan konsentrasi protein yang rendah dalam cairan interstisial sehingga protein-protein darah yang difiltrasi oleh kapiler akan tertahan dalam jaringan, memperbesar volume cairan jaringan dan meninggikan tekanan cairan interstitial. Peningkatan tekanan menyebabkan pompa limfe memompa cairan interstisial masuk ke kapiler limfe membawa protein berlebih yang terkumpul tersebut. Jika sistem ini tidak berfungsi maka dinamika pertukaran cairan pada kapiler akan menjadi abnormal dalam beberapa jam hingga menyebabkan kematian,

 

2.      Absorpsi asam lemak, transpor lemak dan kilus (chyle) ke sistem sirkulasi,

3.      Memproduksi selsel imun (seperti limfosit, monosit, dan sel-sel penghasil antibodi yang disebut sel plasma).

Nodus limfoid mempersiapkan lingkungan tempat limfosit akan menerima paparan pertamanya terhadap antigen asing (virus, bakteri, jamur) yang akan mengaktivasi limfosit untuk melaksanakan fungsi imunitas.

e.       Drainase sistem limfe tubuh

Drainase limfe merupakan organisasi dua area drainase yang terpisah dan tidak sama, yaitu area drainase kanan dan kiri. Secara normal aliran limfe tidak akan melewati aliran drainase sisi yang berseberangan. Struktur-struktur dari tiap area akan membawa limfe ke tujuan masingmasing, kembali ke sistem sirkulasi. Area drainase bagian kanan menerima aliran limfe dari sisi kanan kepala, leher, bagian lengan kanan, serta bagian kuadran kanan atas tubuh. Aliran limfe dari daerah-daerah tersebut akan mengalir ke duktus limfatikus kanan yang akan mengalirkan limfe ke sistem sirkulasi melalui vena subklavia kanan. Area drainase kiri membawa limfe yang berasal dari sisi kiri daerah kepala, leher, lengan kiri, dan kuadran kiri atas tubuh, tubuh bagian bawah serta kedua tungkai. Sisterna sili secara temporer menyimpan limfe saat mengalir ke atas dari bagian bawah tubuh. Duktus torasikus membawa limfe ke atas menuju duktus limfatikus kiri yang akan mengalirkan limfe ke sistem sirkulasi melalui vena subklavia (gambar 4)

Description: C:\Users\Asus\Desktop\d7ac88ee-953f-40fb-96b5-ca9f4db110ee.jpg

Gambar 4. Drainase aliran limfe

f.       Pembentukan cairan limfe

Limfe atau cairan limfe berasal dari plasma darah arteri yang kaya nutrisi. Pada ujung kapiler aliran darah melambat sehingga plasma keluar menjadi cairan jaringan yang disebut cairan interseluler atau interstisial. Cairan jaringan ini membawa nutrien, oksigen dan hormon yang dibutuhkan oleh sel (gambar 5). Sekitar 90% cairan jaringan kemudian akan mengumpulkan hasil produk metabolisme sel kembali ke kapiler menjadi plasma sebelum melanjutkan perjalanannya kembali ke sirkulasi vena. Cairan limfe adalah 10% cairan jaringan yang tertinggal.

Jika peran cairan interstitial membawa nutrisi yang dibutuhkan sel maka peranan limfe adalah membawa produk metabolisme untuk dibuang. Kapiler limfe sangat permeabel dan mengumpulkan cairan jaringan dan protein. Limfe terus menerus bersirkulasi sehingga cairan yang tadinya jernih menjadi kaya protein karena melarutkan protein dari dan antar sel.

Description: C:\Users\Asus\Desktop\4a83d0af-5e5d-4058-8a8c-2739f33aac14.jpg

Gambar 5. Mekanisme terbentuknya cairan limfe

Kapiler limfe kemudian menyatu membentuk vasa limfatika yang lebih besar dengan susunan menyerupai vena. Pada vasa limfatika tidak terdapat pompa namun limfe tetap mengalir yang mempercepat aliran balik vena untuk kembali menjadi plasma.

 

B.     SISTEM LIMFATIK KEPALA DAN LEHER

1.      Kelenjar limfe leher

Terdapat perbedaan perkiraan jumlah nodus limfoid pada kepala dan leher menurut para ahli. Bailey dan Love melaporkan sejumlah 300 nodus terdapat di leher. Cummings dkk melaporkan sepertiga dari lebih 500 kelenjar limfe di tubuh terletak di atas klavikula. Menurut Roezin sekitar 75 buah kelenjar limfe terdapat di setiap sisi leher dan kebanyakan pada rangkaian jugularis interna dan spinalis assessorius (gambar 6). Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis adalah kelenjar limfe di rangkaian jugularis interna yang terbentang dari klavikula sampai dasar tengkorak. Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok superior, media, dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental, sub mandibula, servikalis superfisialis, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius, skalenus anterior, dan supraklavikula.

Description: C:\Users\Asus\Desktop\6.jpg

Gambar 6. Kelompok kelenjar limfe leher

2.      Penataan kelompok kelenjar limfe daerah kepala dan leher

Agar lebih mudah membicarakan lokasi dari temuan klinis daerah leher, maka leher dibagi dalam bentuk segitiga-segitiga yang dipisahkan oleh otot sternokleidomastoid menjadi segitiga anterior dan posterior (gambar 7). Segitiga posterior dibatasi oleh otot trapezius, klavikula, serta sternokleidomastoid. Segitiga anterior dibatasi oleh m. sternohioid, digastrikus, dan sternokleidomastoid.

Description: C:\Users\Asus\Desktop\1a4f6f3f-3df4-467b-9073-d2dedcae117f.jpg

Gambar 7. Segitiga-segitiga di area leher

Segitiga-segitiga tersebut kemudian terbagi lagi menjadi segitiga-segitiga yang lebih kecil; dalam segitiga posterior terdapat segitiga supraklavikular dan segitiga oksipital. Segitiga anterior terbagi atas submandibula, karotid, dan segitiga muskular .

Pembagian kelompok kelenjar limfe leher bervariasi dan salah satu sistem klasifikasi yang sering dipergunakan adalah menurut Sloan Kettering Memorial Center Cancer Classification sebagai berikut: (gambar 8)

1.      Kelenjar di segitiga submental dan submandibula

2.      Kelenjar-kelenjar yang terletak di 1/3 atas, termasuk kelenjar limfe jugular superior, kelenjar digastrik dan kelenjar limfe servikal postero superior.

3.      Kelenjar limfe jugularis antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid dengan m. sternokleidomastoid dan batas posterior m. sternokleidomastoid.

4.      Kelompok kelenjar daerah jugularis inferior dan supraklavikula

5.      Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.

Description: C:\Users\Asus\Desktop\8.jpg

Gambar 8. Daerah kelenjar limfe

Klasifikasi lainnya adalah menurut Robbins dkk dari Committee for Head and Neck Surgery and Oncology of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS) tahun 1991 yang kemudian dimodifikasi dan diperbaharui pada tahun 2002 (gambar 9).

Klasifikasi tersebut merupakan modifikasi dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center yang mengacu pada lokasi topografi tertentu daerah leher sesuai pola konsisten kelenjar limfe yang ada. Pembagian ini mengakibatkan acuan kelenjar limfe adalah sesuai levelnya dan bukan kelenjar limfe tertentu. Contohnya kelompok kelenjar limfe juguler inferior terletak di area 4 sementara kelenjar jugulodigastrik berada di level 2. Menurut klasifikasi ini, daerah leher dibagi atas  6 level yaitu level 1 hingga 6 dan tiap-tiapnya menaungi kelompok kelenjar limfe spesifik. Level I akan dibagi menjadi level I A dan IB, level II menjadi IIA dan II B, dan level V menjadi level VA dan VB, lebih jelasnya sebagai sebagai berikut:

·         Level IA merupakan tempat kelenjar limfe submental dan submandibula.

·         Level II A dan II B berlokasi di anteromedial saraf spinal assessorius sementara level II B berlokasi di bagian posteromedialnya.

·         Level III dan level IV terletak sepanjang rantai jugular tengah dan bawah

·         Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior. Level V A dan V B dipisah oleh garis horisontal yang terletak di inferior kartilago krikoid.

·         Level VI merupakan kompartemen sentral yang berisi kelenjar paratrakea, retrosternal, prekrikoid, dan pretiroid.

Description: C:\Users\Asus\Desktop\391e7900-65f8-4662-bfa1-27e9eed6886e.jpg

Gambar 9. Pembagian level area leher

 

C.    ASPEK KLINIS SISTEM LIMFE LEHER

Aspek klinis dari sistem limfe leher berkaitan erat dengan penatalaksanaan suatu massa atau kelainan di leher.

Limfadenopati merupakan istilah umum bagi nodus yang baik ukuran, konsistensi maupun jumlahnya abnormal. Ada banyak klasifikasi berbeda untuk limfadenopati tetapi yang paling lazim adalah limfadenopati generalisata jika nodus membesar di dua atau lebih area yang tidak berdekatan, atau limfadenopati lokal jika hanya mengenai satu area. Perbedaan limfadenopati lokal atau generalisata penting dalam menentukan diagnosis banding.

Pembagian tradisional massa di leher antara lain adalah tumor benigna atau maligna, primer atau metastasis, serta kongenital atau inflamatorik.Pembesaran kelenjar limfe merupakan jenis massa leher yang sering ditemukan.

1.      Patologi

Perubahan anatomi yang bisa terjadi pada sistem limfe leher akibat suatu reaksi patologis dapat berupa:

1.      Defek pada kelenjar akibat kerusakan struktur normal kelenjar limfe oleh sel-sel metastatik,

2.      Pembesaran kelenjar bisa terjadi karena hiperplasia atau deposit sel-sel inflamasi, atau metastasis,

3.      Obstruksi saluran limfe akibat infeksi ataupun metastasis yang kemudian menyebabkan kongesti dan melebarnya saluran limfe,

4.      Pergeseran letak akibat proses metastasis yang mendesak saluran limfe,

5.      Kolateralisasi, bisa merupakan akibat lanjut obstruksi.

2.      Penyakit yang menyebabkan pembesaran kelenjar limfe leher

Beberapa penyakit yang menimbulkan gejala berupa pembesaran kelenjar limfe daerah leher antara lain:

3.      Inflamasi

Tanda-tanda inflamasi baik lokal maupun sistemik dapat ditemukan pada penderita. Yang bisa menyebabkan manifestasi inflamasi pada kelenjar limfe adalah infeksi akut seperti pada infeksi virus, bakteri Staphylococcus dan Streptococcus, maupun kronik seperti limfadenitis TB maupun HIV/AIDS.

4.      Neoplasma

Penelitian-penelitian retrospektif mengenai biopsi daerah kepala dan leher menunjukkan tingginya kejadian keganasan. Keganasan daerah kepala dan leher (kecuali kelenjar saliva) sering memiliki etiologi, patologi, dan cara penyebaran yang sama karena berasal dari epitel skuamus dan kesamaan struktur yang berdekatan. Manifestasi leher dapat merupakan tumor primer  atau metastasis dari lokasi regional. Salah satu keganasan primer yang mengenai kelenjar limfe adalah limfoma maligna.

Kanker kepala dan leher menyebar sepanjang latar jaringan dan struktur neurovaskuler ke daerah sekitarnya melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe regional, kealiran darah paru, hepar dan tulang. Penyebaran sepanjang saluran limfe yang menghubungkan tumor primer dengan kelenjar limfe regional lebih sering terjadi melalui emboli.

 


 

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Sistem limfatik tubuh merupakan saluran yang meliputi seluruh tubuh sebagai jalur tambahan untuk mengalirkan cairan interstisial kembali ke sirkulasi darah dan sebaliknya, selain berperan dalam respon imun tubuh.

Penataan kelompok kelenjar limfe daerah leher memiliki beberapa variasi tergantung kepentingan klinis yang ingin dicapai. Kriteria-kriteria tersebut antara lain adalah menurut Sloan Kettering Cancer Center dan American Academy of OtolaryngologyHead and Neck Surgery (AAO-HNS). Pada prinsipnya pembagian-pembagian tersebut berdasarkan atas struktur anatomi dan penyebaran ke kelenjar limfe regional jika terjadi metastasis dari tumor primer di daerah kepala dan leher.

Perubahan anatomi dari kelenjar limfe akibat proses patologis bisa berupa defek pada kelenjar, pembesaran kelenjar, obstruksi saluran limfe, pergeseran letak dan terbentuknya sistem kolateral.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

1. Munir M. Tumor leher dan kepala: keganasan di bidang telinga hidung tenggorok. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. Eds. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok. 4th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p.135- 41.

2. Ross J. Understanding the lymphatic system. Available from http://www.lymphnotes.com/article .php/id/151/, accessed March 14, 2009.

3. Guyton AC. Sistem Limfe. In: Buku ajar fisiologi kedokteran. 7th ed. Jakarta: EGC; 1994. p. 243-5, 547-8

4. Ferrer R, Lymphadenopathy: differential diagnosis and evaluation, Available from http://www.lymphomation.org/lym phatic.htm, accessed on June 1, 2009.

5. Feltman B, Petterborg L. Lymph flow of the digestive tract in rehabilitation oncology. Available from:http://www.lymphnotes.com/ article.php/id/151/, accessed on March 23, 2009.

6. Lucioni, M. Anatomical Lay Out of superficial dissection. In: Chapter 3 Practical guide to neck dissection, eds. Berlin Heidelberg: Springerverlag; 2007. p 15-6.

7. Baratawidjaja KG. Imunologi dasar. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004:17-26.

8. Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic system and immunity. In: Scanlon VC, Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5thed. Philadelphia: FA Davis Company; 2007: 319-26.

9. Roezin A. Tumor leher dan kepala: sistem aliran limfe leher. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N. eds. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok. 4th ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 142-5. 17. Frank DG, Sessions RB. Management of the neck surgery. In Head and neck cancer. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. p. 181-96.

10. Adams GL, Boies LR, Hilger PA. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996. p. 422-49.

11. Tirto widarjo S. Limfatik drainase pada tumor kepala dan leher. Dalam: Kumpulan naskah simposium bedah kepala leher, Jakarta: FKUI- RSUPN Cipto Mangunkusumo; 2000. p 12-20.

No comments:

Post a Comment