Wednesday 27 October 2021

MAKALAH PROSES PERKEMBANGAN GEOGRAFI DARI FILSAFAT ILMU

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................

A. Latar Belakang …..........................................................................................................

B. Rumusan Masalah …......................................................................................................

 

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................

A. Pengertian filsafat ilmu dan hubungan dengan geografi…............................................

B. Ontologi geografi ...........................................................................................................

C. Epistemologi geografi ....................................................................................................

       1. Objek dan tujuan Epistemologi................................................................................

       2. Landasan Epistemologi ...........................................................................................

D.Aksiologi geografi  .........................................................................................................

       a. Teori menurut idealisme ...........................................................................................

       b. Teori nilai menurut realism.......................................................................................

       c. Karakteristik dan jenis-jenis nilai Aksiologi.............................................................

               1). Karakteristik nilai............................................................................................

              2). Jenis-jenis nilai…..............................................................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................................

A. Simpulan ........................................................................................................................

B. Saran ..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

                                                                                                 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Pengetahuan tentang filsafat ilmu biasanya diberikan kepada mahasiswa pascasarjana khususnya program doktor sebagai pondasi dalam memahami filosofi bidang ilmunya pada saat para mahasiswa melakukan kegiatan penelitian ilmiah atau seminar ilmiah. Manfaat setelah memperoleh pengetahuan filsafat ilmu adalah semakin meningkatkan kesadaran kita dalam meletakkan hakekat “kebenaran” tentang suatu hal pada tempat yang tepat. Kita semakin menyadari bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang kita peroleh ternyata bersifat relative (tidak bersifat absolute). Dalam konteks inilah latar belakang tulisan ini dihadapkan pada persoalan bagaimana perkembangan ilmu geografi (di Indonesia) saat ini. Masalah yang dibahas tampak sederhana namun menurut hemat penulis hal yang sederhana tersebut justru memiliki implikasi yang sangat luas dan mendalam.

Paling tidak ada dua pendapat terhadap perkembangan bidang ilmu geografi saat ini. Pendapat pertama menganut faham geografi sebagai ilmu yang bersifat generalis yang tidak memerlukan bidang spesialisasi. Pendapat kedua memiliki pemikiran bahwa geografi dapat dikembangkan dalam spesialisasi spesialisasi (cabang atau bahkan ranting) tertentu.

 Ke dua pendapat tersebut mengetengahkan kebenaran masing masing sebagai dasar pertimbangan.

Tulisan ini disusun dengan maksud untuk menyegarkan kembali pemikiran kita tentang dunia ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu geografi. Proses penyegaran kembali ini perlu dilakukan karena kita ingin tetap memposisikan ilmu geografi sebagai bidang ilmu yang diakui dan selalu relevan dengan dinamika perkembangan sains dan teknologi dewasa ini. Dalam tulisan ini, dari berbagai buku pustaka, akan ditelaah tentang apa sebenarnya substansi pengetahuan filsafat ilmu sebagai pengantar pokok bahasan. Selanjutnya akan dielaborasi dua definisi geografi sebagai titik tolak telaah geografi sebagai bidang ilmu, metode keilmuan beserta asumsi asumsinya dan selanjutnya disampaikan beberapa pemikiran dari hasil telaah inti tulisan ini sebagai penutup .

Dalam tulisan ini juga akan ditunjukkan posisi pengetahuan tentang teknik mutakhir seperti teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan sistem informasi geografi (GIS) sebagai sarana analisis dalam studi geografi sehingga diperoleh kejelasan perbedaan antara metode (keilmuan) dan teknik analisis penelitian.

              Geografi Ontologi merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang mengkaji hakikat sebenarnya suatu ilmu. Oleh karena itu,supaya para geografi Indonesia tidak terjebak pada kajian rumpun ilmu lain, kiranya perlu memahami kembali aspek ontologi filsafat ilmu geografi.Secara ontologi ilmu geografi harus dipahami secara utuh oleh para geograf. Hal ini dapat dilakukan dengan merujuk kembali pengertian – pengertian geogra  yang dikemukakan oleh para ahli dan perhimpunan geogra.Ada beragam definisi geografi  yang berkembang saat ini,misalnya pendapat Hangget(1983) yang menyatakan bahwa Geography is an integrative discipline that brings together the physical and human dimensions of the world in the study of people,place,and environments.Selain itu,ada juga definisi geografi yang dirumuskan oleh para ahli geografi  Indonesia pada Seminar dan Lokakarya di Semarang tahun 1988 yang menjelaskan bahwa geografi  adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan menggunakan sudut pandang kelingkungan & kewilayahan dalam konteks keruangan. Dari definisi tersebut,secara eksplisit dapat dipahami bahwa geografi merupakan bidang ilmu yang integratif antara aspek dan sosial. Dalam mengkaji fenomena geosfer tidak boleh hanya menyentuh aspek sik saja.Kajian geosfer harus komprehensif meliputi  aspek sik dan sosial (manusia). Selain itu,ilmu geografi merupakan analisa sintesis terhadap fenomena geosfer (Arild Holt-Jensen, 2003; Haggett, 1983).Dalam melakukan kajian geosfer,seorang geograf harus menggunakan tiga pendekatan utama yaitu keruangan,kelingkungan,dan kompleks wilayah.Tiga pendekatan tersebut merupakan ciri khas geografi yang tidak dimiliki oleh ilmu lain.Pendekatan keruangan menekankan pada analisa sintesis terhadap variasi perbedaan lokasi di permukaan bumi serta faktor-faktor apa yang dominan mempengaruhi perbedaan tersebut.Kemudian,pendekatan kelingkungan menekankan pada hubungan (interaksi) antara manusia dengan lingkungan (alam). Sementara itu, pendekatan kompleks wilayah adalah penggabungan antara keruangan dan kelingkungan.Analisis kompleks wilayah menekankan pada kajian komprehensif terhadap suatu wilayah meliputi aspek sik dan manusia (Arild Holt-Jensen, 2003; Haggett, 1983).Dalam melakukan analisis terhadap fenomena geosfer,penggunaan ketiga pendekatan tersebut disesuaikan dengan topik (tema) kajian. Misalnya dalam kajian geografi  bencana,penggunaan pendekatan keruangan menekankan pada kajian tentang perbedaan variasi jenis bencana (Mönter & Otto, 2017),contohnya mengapa Pulau Sumatra memiliki indeks risiko gempa bumi sangat tinggi dibandingkan dengan Palau Kalimantan.Dalam hal ini,kajian tersebut harus menyajikan faktor yang dominan mempengaruhi perbedaan jenis bencana antara satu wilayah dengan lainnya.

 

B. Rumusan Masalah

berdasarkan latar belakang penulisan makalah ini, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud Ontologi geografi dalam Filsafat ?

2. Apakah Pengertian Epistemologi ?

3. Jelaskan teori nilai menurut realisme dalam Aksiologi geografi !

 

 

 

                                                                                                       

 

BAB II

PEMBAHASAN

          

A. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU DAN HUBUNGAN DENGAN GEOGRAFI

              Defenisi  FilsafatSecara etimologis, filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani.Filsafat   dalam bahasa inggris,yaitu philosophy,sedangkan dalam bahasa Yunani,filsafat merupakan gabungan dua kata,yaitu philein  yang berarti cinta atau philos yang  berartimencintai,menghormati,menikmati,dan Sophia dan sofein yang artinya kehikmatan,kebenaran,kebaikan, kebijaksanaan,atau kejernihan.Berdasarkan teori tersebut,berfilsafat atau filsafatberarti   mencintai,menikmati kebijaksaan atau kebenaran.Hal ini sejalan dengan apa yang diucapkan ahli filsafat Yunani kuno, Socrates,bahwa filosof  adalah orang yang mencintai atau mencari kebijaksanaan atau  kebenaran.Jadi,filosof bukanlah   orang yang bijaksana atau berpengetahuan benar,melainkan orang yang sedang belajar dan mencari kebenaran   atau kebijaksaan.Dalam bahasa Indonesia,filsafat berasal dari bahasa Arab filsafah,yang juga berakar pada istilah yunani. Pengertian filsafat itu juga dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi yang statis dan darisegi yang dinamis.  Dikatakan  dinamis karena dimana pada akhirnya orang harus mencari kebijaksanaan itu dengan beraneka macam cara dan metode yang dimiliki dan kemampuan yang ada,dan dikatakan statis karena orang dapat mencukupkan diri atau merasa cukup untuk sekedarmencintai kebijaksanaan tersebut.Akan tetapi walaupun demikian,secara terinci dan secara khusu filsafat itu dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada atau mencari hakikat segala sesuatu yang secara ringkas dapat dikatakan sebagai usaha mencari kebenaran yang hakiki.

            Ilmu filsafat adalaha Ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan,alam semesta,dan  manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana ilmu filsafat dapat dicapai oleh akal manusia dan   bagaimana seharusnya sikap manusia setelah mencapai pengetahuan itu.[ CITATION Sut07 \l 1033 ] Sebagai manusia yang beriman,sudah seharusnya kita bersyukur kepada Allah SWT. yang telah membekali kita akal.Melalui akal itulah kita mampu bernalar sehingga kita menjadi makhluk yang berbudaya, yang lebih mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Sekiranya hewan yang diberi akal oleh AllahSWT, maka kita harus khawatir,karena mungkin yang akan dilestarikan agar tidak punah bukanlah harimau Jawa atau harimau Sumatera, melainkan manusia Jawa atau manusia Sumatera.[ CITATION Sus13 \l 1033 ]Filsafat,sebagai sebuah metode berpikir yang sistematis merupakan salah satupendekatan tersendiri dalam  memahami   kebenaran.Dalam konteks keagamaan,pemikiran tentang berbagai hal dan urusan.ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitumengandung lebih daripada satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah tersebut seseorangharus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari arti mana yang dimaksud.Menurut cakupannya   pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai  satu kebulatan.Jadi,dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science-in-general).[ CITATION The07 \l 1033 ] Ilmu adalah merupakan suatu pengetahuan,sedangkan pengetahuan merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui manusia.Itulah bedanya filsafat dengan ilmu,karena ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan yang berupa informasi yang didalami sehingg amenguasai pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu.Ilmu   pengetahuan merupakan rangkaian kata yang sangat berbeda namun memiliki kaitan yang sangat kuat.Ilmu dan pengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh sebagian orang karena memiliki makna yang berkaitan dan sangat  berhubungan erat.Membicarakan  masalah ilmu pengetahuan dan definisinya memang sebenarnya tidak semudah yang   diperkirakan.Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami hakikat   ilmu pengetahuan itu.

           Hubungan Antara Ilmu Dan FilsafatFilsafat berbicara tentang ilmu,begitulah Kattsof mengutarakan jalinan filsafat   denganilmu.Bahasa yang dipakai dalam filsafat berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan bukannyadi dalamnya ilmu. Sementara itu Saifullah memberikan kesimpulan umum bahwa pada dasarnya filsafat tiada lain adalah hasil pemikiran  manusia,hasil spekulasi manusia betapa pun tidak sempurnanya daya kemampuan pikiran manusia.Antara filsafat dan ilmu memiliki persamaan,dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan pikiran manusia, yaitu berpikir filosofis,spekulatif, dan empiris ilmiah.Perbedaan antara keduanya,terutama untuk filsafat menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan   sarana untuk hidup.Karenanya,filsafat inilah kemudian disebut sebagai induknya ilmu pengetahuan.[ CITATION Sus13 \l 1033 ]Meskipun secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan,namun dalam perkembangannya   mengalami divergensi,dimana dominasi ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia,kondisi ini mendorong pada upaya   untuk memposisikan keduanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing,bukan untuk me-ngisolasinya   melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks lebih memahami khazanah intelektual manusia.Harold H.Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat,karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat,di samping di kalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu,demikian juga di kalangan filsufter dapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat.Adapun persamaan(lebih tepatnya persesuaian)antara ilmu dan   filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan berpikir reflektif dalam upaya menghadapi atau memahami fakta-fakta dunia  dan kehidupan,terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis.

 

 

B.ONTOLOGI GEOGRAFI

         Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani.Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales,Plato,dan Aristoteles .Pada masanya,kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

 

•Hakikat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:

1. Kuantitatif,yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?

2. Kualitatif,yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu,seperti.misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Monisme, Dualisme, Materialisme, Idealisme, Agnostisisme.

 

Monisme:Aliran yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu saja,baik yang asa itu berupa materi maupun rohani yang menjadi sumber dominan dari yang lainnya.Para filosof pra-Socrates seperti Thales,Demokritos, dan Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme,selain juga Plato dan Aristoteles.

Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan filsafat yang paling kuno. Pertama kali diperkenalkan oleh filosof Yunani bernama Thales atas pernungannya terhadap air yang terdapat dimana-mana,dan sampai pada kesimpulan bahwa “air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu”.Yang penting bagi kita bukanlah mengenai kesimpulannya tersebut melainkan pendiriannya bahwa mungkin segala sesuatu berasal dari satu substansi saja.

Dualisme: kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu terdiri dari dua hakikat,yaitu materi(jasad) dan jasmani(spiritual).Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama abadi dam azali. Perhubungan antara keduanya itulah yang menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.

Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi dan forma (bentuk yang berupa rohani saja). Umumnya manusia dengan mudah menerima prinsip dualisme ini, karena kenyataan lahir dapat segera ditangkap panca indera kita, sedangkan kenyataan batin dapt segera diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.

Materialisme: aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Menurut pahan materialisme bahwa jiwa atau roh itu hanyalah merupakan proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.

Materialisme terkadang disamakan orang dengan naturalisme.Namun sebenarnya terdapat perbedaan antara keduanya. Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. (Tuhan yang di luar alam tidak ada). Sedangkan yang dimaksud alam (natural) disana ialah segala-galanya meliputi benda dan roh. Sebaliknya materialisme menganggap roh adalah kejadian dari benda, jadi tidak sama nilainya dengan benda.

Filsafat Yunani yang pertama kali muncul juga berdasarkan materialisme, mereka disebut filsafat alam (natuur filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini pada unsur-unsur kebendaan yang pertama. Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu air. Anaximandros (610-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni suatu unsur yang tak terbatas. Anaximenes (585-528 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu udara. Dan tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Demokritos (460-360 s.M) menggap bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan sangat halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada Demokritos inilah tampak pendapat materialisme klasik yang lebih tegas.

Idealisme: idealisme merupakan lawan dari materialisme yang juga dinamakan spiritualisme. Aliran menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka warna itu semua berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu. Intinya sesuatu yang tidak berbentuk dan yang tidak menempati ruang. Menurut aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis daripada penjelmaan roh. Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah “manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.

Agnostisisme: pada intinya Agnostisisme adalah paham yang mengingkari bahwa manusia mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran ini juga menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Contoh paham Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang Ateis. Sartre menyatakan tidak ada hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada adalah keberadaan (on being)-nya.

Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:

•yang-ada (being)

•kenyataan/realitas (reality)

•eksistensi (existence)

•esensi (essence)

•substansi (substance)

•perubahan (change)

•tunggal (one)

•jamak (many)

Aspek Ontologi Geografi meliputi :

a) Konsep Geografi, secara etimologi berarti ilmu bumi, secara terminologi adalah ilmu yang mempelajari fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan.

b) Ruang lingkup Geografi adalah aspek alam dan aspek kemanusiaan.

c) Obyek studi, berupa obyek material adalah geosfer meliputi atmosfer, lithosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer, sedangkan obyek formal berupa analisis keruangan, ekologi dan kewilayahan.

d) Konsep geografi meliputi konsep : lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, geomorfologi, aglomerasi, perbedaan wilayah, nilai kegunaan, interaksi dan keterkaitan keruangan.

Jadi bagian ini mencoba menafsirkan alam sebagaimana adanya serta dapat dikembangkan secara realitas yang lebih dalam lagi dan tidak berhenti pada dimensi waktu.

 

C.EPISTEMOLOGI

              Epistemologi merupakan aspek yang membahas tentang pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Istilah epistemologi didalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Theory of knowledge”. Epistemologi berasal dari kata “episteme” dan “logos”. Episteme berarti pengetahuan dan logos berarti teori. Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu. Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu.

          Menurut Dagobert D.Runes epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra menambahkan bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”. Jadi, Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan.

Pengetahuan adalah jarum sejarah yang selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman. Semakin banyak ilmu yang kita pahami, semakin banyak khasanah kita. Pengetahuan inilah yang menjadi batasan-batasan kita dalam menelaah suatu ilmu. Hal ini yang mengakibatkan ilmu zaman dahulu dan zaman sekarang berbeda. Misalnya, ditinjau dari segi ilmu teknologi. Teknologi zaman dahulu dan zaman sekarang sangat berbeda jauh. Maka ilmu untuk menyikapi fenomena ini juga akan ikut berkembang dan semakin bertambah.

Dalam aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi, silogisme, premis mayor, dan premis minor.

1).Analogi, analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.

2).Silogisme, silogisme adalah penarikan kesimpulan konklusi secara deduktif tidak langsung,yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.

3).Premis Mayor, premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan,kebenaran,dan kepastian.

4).Premis Minor, premis minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir dan dalil-dalilnya.

 

 

1.Objek dan Tujuan Epistimologi

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran, sedang tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi objek dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan.

Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri berupa “segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.

Jacques Martain mengatakan: “Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu”. Hal ini menunjukkan, bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.

 

2.Landasan Epistemologi

        Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah; yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah. Dengan demikian, metode ilmiah merupakan penentu layak tidaknya pengetahuan menjadi ilmu, sehingga memiliki fungsi yang sangat penting dalam bangunan ilmu pengetahuan.

Metode ilmiah telah dijadikan pedoman dalam menyusun, membangun dan mengembangkan pengetahuan ilmu. Menurut Burhanudin Salam Metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkah-langkah sebagai berikut:

a.    Penemuan atau Penentuan masalah. Di sini secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita telaah denga ruang lingkup dan batas-batasanya. Ruang lingkup permasalahan ini harus jelas. Demikian juga batasan-batasannya, sebab tanpa kejelasan ini kita akan mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya, yakni perumusan kerangka masalah;

b.    Perumusan Kerangka Masalah merupakan usaha untuk mendeskrisipakn masalah dengan lebih jelas. Pada langkah ini kitamengidentifikasikan faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut.Faktor-faktor tersebut membentuk suatu masalah yang berwujud gejala yang sedang kita telaah.

c.    Pengajuan hipotesis merupakan usaha kita untuk memberikan penjelasan sementara menge-nai hubungan sebab-akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk kerangka masalah tersebut di atas. Hipotesis ini pada hakekatnya merupakan hasil suatu penalaran induktif deduktif dengan mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya.

d.   Hipotesis dari Deduksi merupakan merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk menguji hipotesis yang diajukan. Secara deduktif kita menjabarkan konsekuensinya secara empiris. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang nyata, dalam hubungannya dengan hipotesis yang kita ajukan.

e.     Pembuktian hipotesis merupakan usaha untuk megunpulkan fakta-fakta sebagaimana telah disebutkan di atas. Kalau fakta-fakta tersebut memag ada dalam dunia empiris kita, maka dinyatakan bahwa hipotesis itu telah terbukti, sebab didukung oleh fakta-fakta yang nyata. Dalam hal hipotesis itu tidak terbukti, maka hipotesis itu ditolak kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis yang lain, sampai kita menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh fakta.

f.      Penerimaan Hipotesis menjadi teori Ilmiah hipotesis yang telah terbukti kebenarannya dianggap merupakan pengetahuan baru dan diterima sebagai bagain dari ilmu. Atau dengan kata lain hipotesis tersebut sekarang dapat kita anggap sebagai (bagian dari) suatu teori ilmiah dapat diartikan sebagai suatu penjelasan teoritis megnenai suatu gejala tertentu. Pengetahuan ini dapat kita gunakan untuk penelaahan selanjutnya, yakni sebagai premis dalam usaha kita untuk menjelaskan berbagai gejala yang lainnya. Dengan demikian maka proses kegiatan ilmiah mulai berputar lagi dalam suatu daur sebagaimana yang telah ditempuh dalam rangka mendapakan teori ilmiah tersebut.

 

D.AKSIOLOGI GEOGRAFI

          Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi: nilai kegunaan ilmu,penyelidikan tentang prinsip-prinsip nilai.Secara etimologis, istilah aksiologi berasal dari Bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai.[1] Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.[1] Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.[1]

Aksiologi dibagi kepada tiga bagian menurut Sumantri, yaitu: (1) Moral Conduct (tindakan moral), bidang ini melahirkan disiplin  ilmu khusus yaitu “ilmu etika” atau nilai etika. (2) Esthetic Expression (Ekspresi Keindahan), bidang ini melahirkan konsep teori keindahan atau nilai estetika. (3) Sosio Political Live (Kehidupan Sosial Politik), bidang ini  melahirkan konsep Sosio Politik atau nilai-nilai sosial dan politik.[1] Aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya, membinanya di dalam kepribadian manusia. Socrates berpendapat bahwa masalah yang pokok adalah kesusilaan, tetapi semenjak masa hidup socrates masalah hakikat yang-baik senantiasa menarik banyak kalangan dan dipandang bersifat hakiki serta penting untuk dapat mengenal manusia.[1]

Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Sejalan dengan itu, Sarwan menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan kebenaran). Dengan demikian aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika.Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and ends).[1] Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good). Demikianlah aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan valuation, yaitu:

Nilai, digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti: baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian. Penggunaan nilai yang lebih luas merupakan kata benda asli untuk seluruh macam kritik atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan dari suatu yang lain, dan ia berbeda dengan fakta. Teori nilai atau aksiologi adalah bagian dari etika.Nilai sebagai kata benda konkret.Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai.

 

a).Teori nilai menurut idealisme.

Idealisme berpandangan bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos karena itu seseorang dikatakan baik, jika banyak berinteraksi dalam pelaksanaan hukum-hukum itu. Menurut idealisme, sikap, tingkah laku, dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk. Orang yang berpakaian serba formal seperti dalam upacara atau peristiwa lain yang membutuhkan suasana tenang haruslah bersikap formal dan teratur. Untuk itu, ekspresi perasaan yang mencerminkan adanya serba kesungguhan dan kesenangan terhadap pakaian resmi yang dikenakan dapat menunjukkan keindahan pakaian dan suasana kesungguhan tersebut.

b).Teori Nilai Menurut Realisme

Menurut realisme, sumber semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Realisme memandang bahwa baik dan buruknya keadaan manusia tergantung pada keturunan dan lingkungannya. Perbuatan seseorang adalah hasil perpaduan antara pembawa-pembawa fisiologis dan pengaruh-pengaruh lingkungannya. George Santayana memadukan pandangan idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan menyatakan bahwa “nilai” itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian, dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung tinggi asas otoriter atau nilai-nilai, namun tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri.

c).Karakteristik dan Jenis-jenis Nilai Aksiologi

1.Karakteristik Nilai

Ada beberapa karakteristik nilai yang berkaitan dengan teroi nilai, yaitu :

a).Nilai objektif atau subjektif

Nilai itu objektif jika ia tidak bergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai; sebaliknya nilai itu subjektif jika eksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisik.

b).Nilai absolute atau berubah

Suatu nilai dikatakan absolute atau abadi, apabila nilai yang berlaku sekarang sudah berlaku sejak masa lampau dan akan berlaku serta abash sepanjang masa, serta akan berlaku bagi siapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas social. Dipihak lain ada yang beranggapan bahwa semua nilai relative sesuai dengan keinginan atau harapan manusia.[1]

Jenis- jenis Nilai

Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2 yaitu :

Etika

Istilah etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyubutkan dengan moral, berasal dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan.[1] Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang meuat dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral pelaksanaannya dalam kehidupan.

Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbutan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.

2.Jenis- jenis Nilai

Aksiologi sebagai cabang filsafat dapat kita bedakan menjadi 2 yaitu :

a).Etika

Istilah etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyubutkan dengan moral, berasal dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan.[1] Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang meuat dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral pelaksanaannya dalam kehidupan.

Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbutan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.

 

 

                                                                                                         

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUPAN

                                                                                                     

A. KESIMPULAN

           Geografi merupakan ilmu yang sangat menarik untuk dipelajari.Pada hakikatnya belajar geografi lebih menekankan pada cara unik untuk mempelajari bumi dengan berbagai ilmu bantu dalam persepktif geography eye (sudut pandang geografi meliputi: keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah).Hal ini yang menjadi kekuatan ilmu geografi yang tidak dimiliki oleh ilmu lain.Oleh karena itu,sudah saatnya para geografi untuk kembali ke landasan tersebut.Spesialisasi yang terlalu jauh jusrtu membuat ilmu geografi semakin kabur dan tidak jelas serta bersinggungan dengan ilmu lain.Kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi geografi.Sudah sepatutnya,bagi ilmuan geografi untuk memengang teguh tiga pendekatan utama geografi tersebut dalam kajian berbagai isu.Dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dari aspek epistimologi geografi,penulis menyakini hasil penelitian dan kajian yang dilakukan akan semakin menarik dan komprehensif.Hasil penelitian tersebut akan menjadi masukan berharga bagi stakeholders.Kemudian,dalam konteks pendidikan geografi,sudah saatnya kurikulum geografi di Indonesia direvisi dan disempurnakan.Kurikulum geografi kedepan harus memiliki standar yang jelas serta berbasis Higher Order inking Skill (HOTS).Kompetensi dasar yang dirumuskan harus dapat merangsang siswa untuk berpikir kiritis dan analisis.Selain itu,muatan konten dalam silabus lebih menekankan pada kehidupan sehari – hari siswa.

 

B. SARAN

           Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu bahan untuk dapat menambah pengetahuan dalam hal Perspektif Filsafat Ilmu Geografi.Dan juga penulis mengharapkan adanya sumbangsih kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyesunan makalah berikutnya yang lebih sempurnah lagi.

 

 

   


DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu

Pengetahuan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2011

Akhmadi, Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta: Raja grafindo Persada, 2007

Budi, F. Hardiman, Pemikiran-Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern, Jakarta: Erlangga, 2010

Hadi, Hardono, Epistemologi Filsafat Pengetahuan………,

S. Juhaya, Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, Jakarta: Kencana, 2003

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003,

http://lingkarpenadamayana.wordpress.com/category/filsafat/, diunduh pada tanggal 11 Mei 2017

http://mdsutriani.wordpress.com/2012/06/23/aliran-filsafat-rasionalisme/, diunduh pada tanggal 11 Mei 2017.

 

 

 

 

MAKALAH ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT MORAL

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3

A. Pengertian aliran.................................................................................................................. 3

B. Contoh aliran....................................................................................................................... 3

 

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... .14

A. Simpulan ........................................................................................................................... 14

B. Saran ................................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA…..................................................................................................... .15

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

 

                                       

A.Latar Belakang

 

Filsafat merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu Philosophy dan kata ini berasal dari bahasa Yunani yang terbagi dalam dua kata yaitu Philein atau Philia dan Sophia. Apa arti dari kedua kata tersebut? Di sini, kita akan menemukan “cinta” yang pertama pada filsafat. Kedua kata tersebut memiliki arti Philen atau Philia yaitu cinta atau mencintai, sedangkan Sophia memiliki arti kebijaksanaan. Secara keseluruhan, filsafat memiliki arti mencintai kebijaksanaan atau love of wisdom. Yup, seorang filsuf (ahli berpikir) sangat mencintai kebijaksanaan. Aku rasa mereka tidakakan mudah percaya pada hoax atau berita-berita bohong yang banyak terjadi saat ini.Seseorang yang mencintai kebijaksanaan akan lebih berhati-hati dalam menerima dan percaya pada hal yang tidak jelas sumbernya. Mereka akan terus bertanya hingga jawaban yang mereka terima sudah cukup menjawab segala keraguan dan kebingungannya. Bisa dibilang, hidup mereka akan jauh terasa lebih tenang. Dengan pertanyaan-pertanyaan dan usahanya mencari jawaban, dapat membantu mereka untuk tidak terlalu larut dalam hal yang tidak jelas kebenarannya. Hal ini sesuaidengan ciri-ciri filsafat yaitu universal, radikal, dan sistematis. Filsafat itu universal, artinya pemikiran yang ada pada aliran filsafat berlaku untuk semua tidak terkecuali. Lalu filsafat itu memiliki ciri radikal yaitu menggali sesuatu sampai ke akarnya, seorang filsuf tidak hanya berhenti pada satu atau dua pertanyaan saja, pertanyaan akan terus muncul hingga sudah tidak ada lagi hal yang membuatnya ragu atau heran. Terakhir adalah sistematis, filsafat memiliki ciri sistematis yang artinya segala pemikiran yang muncul atau pertanyaan hingga jawaban semuanya berurutan dan saling berkaitan. Nantinya kamu akan menemukan bahwa aliran-aliran filsafat yang ada merupakan aliran yang saling berkaitan dan terhubung satu sama lainnya.

 Filsafat moral terdapat dua teori etika yaitu etika teleologis dwontologis.

 Teleogis menentukan baik buruknya suatu tindakan bdari akibat yang menjadi tujuannya.

 Deontologis, suatu sistem etika yang berdasarkan maksud si pellaku dalamdalam melakukan perbuatannya.

 

-Pembedanya para Ahli moral akan bertindak seperti guru atau ulama/ pendeta sedangkan zahli etika mempunyai keahlian teoretis yang dapat di pelajari tanpa mempedulikan moral para pembelajarnya.

 

B.Rumusan Masalah

 

   a .Apa saja yang termasuk macam-macam Aliran Filsafat moral?

   b.apa saja pengertian aliran?

   c.contoh contoh aliran

 

C. Tujuan

 

  a.Menjelaskan macam-macam Aliran Filsafat Moral.

  b.Menentukan apa- apa saja contoh aliran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

   Filsafat moralFilsafat Moral merupakan bagian dari kehidupan Manusia, dan karena itu tercermin dari sikap manusia dalam kehidupan sehari-hari. Aliran-aliran filsafat dan kaitanya dengan ilmu pengetahuan, merupakan penelahan dua aspek sekaligus menyangkut paham dan pandangan para ahli pikir atau filsafat.

A. Aliran hedonisme

Kata hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan. Hedonisme sendiri dapat diartikan sebagai pandangan hidup seseorang atau merupakan ideologi yang kemudian diwujudkan dalam bentuk gaya hidup dan memiliki tujuan utama untuk menikmati serta merasakan kebahagiaan pribadi ketika menjalani hidup.

Hedonisme juga dapat diartikan pula sebagai pandangan hidup yang menganggap bahwa seseorang akan merasakan bahagia dengan cara mencari kebahagiaan sebanyak mungkin serta dengan cara bagaimana pun harus menghindar dari perasaan yang dapat membuatnya merasakan sakit.

Ukuran baik dan buruk bagi aliran ini adalah segala perbuatan yang membawa kebahagiaan dan kenikmatan yang merupakan tujuan hidup manusia. Yang dimaksud kebahagiaan adalah suatu keadaan yang tanpa menderita, yang dapat dicapai dengan akal manusia. Hedonisme dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu:

1) Hedonisme yang egoistik

   Aliran ini mengatakan bahwa manusia harus mencari kenikmatan yang sebesar-besarnya untuk diri sendiri.

2) Hedonisme yang universalistik

       Aliran ini orang dalam hidupnya harus berusaha untuk mencapai kebahagiaan dan kenikmatan bagi seluruh Umat manusia.

 

Ciri-ciri gaya hidup hedonisme

Gaya hidup hedonisme memang mudah ditemukan di masyarakat, namun tidak sedikit pula yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terjebak dalam gaya hidup hedonisme. Untuk dapat menghindari gaya hidup hedonisme, maka Grameds perlu mengetahui ciri-cirinya terlebih dahulu.

     - Orang yang memiliki gaya hidup hedon, maka ia memiliki pandangan bahwa tujuan utama dalam hidupnya adalah untuk kenikmatan serta kesenangan pribadinya saja.

- Orang dengan gaya hidup hedonisme, tidak memedulikan kepentingan serta kebahagiaan orang lain sehingga orang tersebut menjadi pribadi yang egois.

- Orang dengan gaya hidup hedon tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah ia miliki baik harta maupun keluarga.

       - Orang dengan gaya hidup memiliki sifat konsumtif dan lebih mengutamakan untuk membeli barang-barang atau suatu hal karena kesenangan dianggap lebih utama dibandingkan dengan kebutuhan.

 

         - Orang dengan gaya hidup hedonisme cenderung memiliki sifat yang diskriminatif serta sombong.

- Orang dengan gaya hidup hedonisme selalu melihat orang lain berdasarkan harta kekayaan dan merasa dirinya lebih baik dari orang lain.

Itulah enam ciri-ciri yang dimiliki oleh orang yang memiliki gaya hidup hedonisme. Apabila Grameds mulai merasakan salah satu dari enam ciri tersebut, maka segeralah memperbaiki diri dan jangan menutup diri. Apabila Grameds merasakan orang terdekat memiliki salah satu dari keenam ciri tersebut, maka peringatkanlah orang terdekat Grameds agar tidak berlarut-larut dan jatuh lebih dalam pada gaya hidup hedonisme.

 

Contoh Gaya Hidup Hedonisme

Berikut adalah beberapa contoh gaya hidup hedonisme yang ada dalam kehidupan bermasyarakat.

 

         1. Memiliki Mobil Mewah

            Mobil merupakan kendaraan pribadi yang tidak selalu dibutuhkan untuk setiap orang, namun ada beberapa orang yang memang membutuhkan mobil sebagai alat transportasi yang dapat menunjang kebutuhannya.Contohnya orang tersebut harus bepergian setiap hari ke luar kota dengan jarak yang cukup jauh. Orang tersebuttidak merasa nyaman apabila setiap hari harus mengendarai motor maupun kendaraan umum, karena terkadang cuaca hujan maupun terlalu panas dapat membuatnya kelelahan. Oleh karena itu, ia merasa membutuhkan mobil sebagai alat penunjang kebutuhannya tadi.

         2. Memiliki Sifat Gemar Belanja

           Sebelumnya, ciri-ciri orang yang memiliki gaya hidup hedonisme adalah membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu ia butuhkan, karena ia memiliki pandangan bahwa kesenangan lebih penting dibandingkan kebutuhan.

Oleh karena itu, memiliki sifat gemar belanja merupakan salah satu contoh dari gaya hidup hedonisme. Orang yang memiliki sifat gemar belanja biasanya tidak terlalu memikirkan kegunaan dari barang tersebut ataupun memikirkan apakah ia membutuhkan barang tersebut ataupun tidak, karena ia hanya ingin membeli barang tersebut.

Beberapa orang yang memiliki sifat gemar belanja pun akhirnya hanya membuang-buang uang untuk barang yang tidak terlalu penting dan telah ia beli itu.

          3. Mentraktir Teman dengan Uang Hasil Berhutang

             Tentu tidak masalah apabila ada seorang teman yang ingin mentraktir dan sedikit menyisihkan uangnya untuk temannya. Walaupun begitu apabila terlalu sering membelanjakan barang maupun makanan untuk teman, maka budget pengeluaran akan membengkak dan mengakibatkan orang tersebut membuang-buang uang. Aktivitas satu ini baik apabila dilakukan sewaktu-waktu dan tidak setiap saat.

 

Perlu diperhatikan pula apabila orang tersebut mentraktir menggunakan uang hasil dari dia berhutang kepada orang lain. Maka traktiran tersebut merupakan bentuk dari gaya hidup hedonisme.

Karena orang itu sebenarnya tidak mampu untuk mentraktir orang lain dan harus membuatnya berhutang.

         4. Memberikan Aksesoris Berlebihan pada Hewan Peliharaan

Orang yang memiliki hewan peliharaan tentu memiliki tanggung jawab untuk merawat hewan tersebut sepenuh hati dengan memberikan makanan yang cukup, memerhatikan ketika hewan tersebut sakit dan lain sebagainya.

Pemilik hewan peliharaan juga perlu senantiasa menjaga kebersihan dari hewan tersebut, agar hewan peliharaannya terhindar dari penyakit seperti kutu dan lainnya.

        5. Memilih Makanan Enak Setiap hari                                                                                       

           Makan merupakan kebutuhan seorang manusia dan harus terpenuhi setiap hari dengan mempertimbangkan gizi yang seimbang. Apabila tidak makan, maka manusia akan kehilangan energinya dan tidak dapat mengembalikan energinya sehingga membuat orang tersebut menjadi lemah dan mengganggu aktivitasnya

Oleh karena itu, seseorang tentu perlu makan. Akan tetapi untuk dapat memenuhi gizi dalam sehari, setiap orang tidak perlu makan makanan enak atau mahal setiap hari. Terkadang makanan dengan harga terjangkau seperti sayuran dan tempe lebih bergizi dibandingkan dengan makanan mahal.

Maka, apabila seseorang terlalu memilih-milih makanan dan hanya ingin mengkonsumsi makanan enak setiap saat maka hal tersebut merupakan salah satu contoh dari gaya hidup hedon.

 

Dampak dari Gaya Hidup Hedonisme

Perilaku serta gaya hidup hedonisme akan memberikan dampak pada pribadi yang menganut hedonisme serta lingkungan sekitarnya. Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perilaku hedonisme ini cenderung memberikan dampak negatif dibandingkan dampak positif. Berikut penjelasan lengkapnya.

     1. Individualisme

         Individualisme atau sering menyendiri merupakan dampak pertama yang diberikan oleh gaya hidup hedonisme. Selain sering menyendiri, seseorang yang menganut gaya hidup hedonisme juga menganggap dirinya lebih penting daripada orang lain.

 

     2. Konsumtif

         Gaya hidup hedonisme datang bersamaan dengan sifat konsumtif. Hal ini dikarenakan pandangan orang yang menganut gaya hidup hedonisme adalah mementingkan kesenangan dibandingkan dengan kebutuhan.

Umumnya, orang yang memiliki gaya hidup hedonisme berpendapat bahwa dengan membelanjakan uangnya maka ia akan

mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan. Oleh karena itu, ia akan terus membeli sesuatu dan menghamburkan uangnya.

     3. Egois

         Dampak ketiga ini merupakan buntut dari individualisme. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, orang yang memiliki gaya hidup hedonisme akan cenderung memiliki sifat individualis serta mementingkan dirinya sendiri atau bersikap egois Ketika orang tersebut memiliki sifat egois, maka ia tidak akan memedulikan orang lain dan hanya pada dirinya sendiri.

     4. Memiliki Sifat Pemalas

         Orang yang terlanjur terjerumus dalam hidup hedonisme umumnya memiliki sifat pemala karena ia menjadi tidak menghargai waktu dan hanya fokus pada hal-hal yang dapat membuatnya merasa senang saja.

B. Aliran utilitarianisme

Utilitarianisme adalah teori etis dan filosofis yang menyatakan bahwa tindakan terbaik adalah tindakan yang memaksimalkan utilitas. Utilitas itu sendiri bukanlah konsep yang sederhana, meskipun tujuannya adalah untuk mewakili keadaan yang baik untuk individu.

Aliran ini mengatakan bahwa yang baik ialah yang ada manfaatnya atau utility. Semua perbuatan manusia harus diarahkan kepada kemanfaatan, jadi baik dan buruk dilihat dari manfaatnya.

Menurut aliran ini kebahagiaan manusia dapat dicapai dengan panggilan “natuur” atau panggilan alam. Sesuatu perbuatan dikatakan bermoral apabila sesuai dengan panggilan alam. Gangguan terhadap kelangsungan hidup kan mengakibatkan hilangnya kebahagiaan.

      

   Macam Teori Utilitarianisme

 

   Terdapat dua macam teori etika normatif utilitarianisme, yaitu:

- Tindakan     

         Utilitarianisme sebagaimana yang lazim dipahami adalah Utilitarianisme Tindakan. Kaidah dasarnya bisa dirumuskan sebagai berikut yaitu “Bertindaklah sedemikian rupa sehingga setiap tindakanmu tersebut dapat menghasilkan akibat-akibat baik yang lebih besar di dunia daripada akibat buruknya“.

Pertanyaan pokok yang perlu diajukan bagi para penganut aliran ini dalam mempertimbangkan suatu tindakan ialah Apakah tindakan tertentu yang dilakukan pada situasi tertentu pula, jika memperhatikan semua pihak yang bersangkutan, akan membawa dampak baik yang lebih besar daripada akibat buruknya?.

Bagi Utilitarianisme jenis ini tidak ada peraturan umum yang dengan sendirinya berlaku; tapi setiap tindakan haus dipertimbangkan akibatnya.

     - Peraturan

   Untuk mengatasi kelemahan pokok di atas, maka kemudian berkembanglah etika utilitarian yang kedua, yaitu Utilitarianisme Peraturan. Berdasarkan teori ini yang diperhitungkan bukan lagi akibat baik dan buruk dari tiap-tiap tindakan sendiri, melainkan dari peraturan umum yang mendasari tindakan itu.

Jadi yang dipersoalkan sekarang ialah akibat-akibat baik dan buruk dari suatu peraturan jika diberlakukan secara umum. Sekarang kaidah dasarnya berbunyi: “Bertindaklah selalu sesuai dengan kaidah-kaidah yang penerapannya menghasilkan akibat baik yang lebih besar di dunia ini daripada akibat buruknya”

  Ciri Utilitarianisme

Teori utilitarianisme memiliki 3 karakteristik utama yaitu sebagai berikut:

 

 

 

Universalisme

Utilitarianisme berpendapat bahwa moralitas itu universal, bahwa standar moral yang sama berlaku untuk semua orang dan semua situasi. Standar yang menentukan apa yang benar adalah sama untuk kita semua, terlepas dari siapa kita. Ini tidak terlalu kontroversial, karena sebagian besar filsafat etis sejak masa Enlightenment (pencerahan) bersifat universal.

Konsekuensialime

Utilitarianisme berpendapat bahwa yang penting, secara moral, adalah konsekuensi dari tindakan. Kata teknis untuk ini adalah “Teleologis“. Artinya, bagi para Utilitarian, ini adalah hasil dunia nyata dari sesuatu yang baik atau buruk, bukan sesuatu yang intrinsik dengan tindakan itu sendiri.

Misalnya, berbohong itu buruk jika menghasilkan konsekuensi buruk (yang biasanya dilakukan kebohongan). Itu tidak akan salah hanya karena itu bohong. Pandangan ini cukup kontroversial, dan penentang utama kaum konsekuensialis adalah orang-orang yang mendukung untuk penegakan dalam pengertian hak.

Welfarisme (Kesejahteraan)

Welfarisme adalah pandangan bahwa konsekuensi signifikan secara moral adalah dampak pada kesejahteraan manusia (atau hewan). Ada banyak pemahaman yang berbeda tentang kesejahteraan manusia, tetapi istilah “welfarisme” biasanya dikaitkan dengan konsepsi ekonomi tentang kesejahteraan.

 

Dampak Utilitarianisme

Adapun untuk serangkaian akibat positif dan negarif dari adanya penarapan utilitarianisme, antara lain adalah sebagai berikut;

Kebahagiaan

Prinsip utama teori moral utilitarian, prinsip utilitas, menyatakan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan paling menyeluruh. John Stuart Mill mengadaptasi teori Jeremy Bentham, dan menyatakan bahwa kebahagiaan adalah kesenangan dan tidak adanya rasa sakit.

Tidak Ada Deskriminasi

Prasangka dan dalam arti diskriminasi tidak memiliki tempat di sini, karena masing-masing individu menghitung sama ketika menghitung kebahagiaan yang dihasilkan oleh tindakan kita. Mill sendiri berjuang untuk hak-hak perempuan, melawan perbudakan, dan untuk praktik perburuhan yang adil, yang konsisten dengan keyakinan utilitariannya.

Contoh utilirianisme

 contoh utilitarianisme yang ada di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya adalah sebagai berikut;

1. Seseorang yang mengumpulkan dana dari para pejalan kaki untuk membantu orang yang tidak mampu.

2. Perusahaan rokok yang memproduksi rokok dari tembakau pilihan, dengan tingkat produk yang banyak beredar dipasaran maka akan diperoleh keuntungan yang besar, tapi keuntungan yang besar tersebut juga meneyebabkan tingkat pajak yang tinggi terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan mengambil keputusan yaitu dengan menggunakan metode utilitarian dengan cara setiap pembeli rokok yang diproduksi oleh perusahaan tersebut akan membayar pajak yang ditangguhkan. Sehingga perusahaan tidak lagi membayar pajak, tapi konsumenlah yang membayarnya.

3. Penggunaan pewarna pakaian pada makanan anak-anak, sebagai contoh di sekolah ada penjual makanan yaitu agar-agar dan gulali ternyata menggunakan pewarna pakaian dalam jajanan yang dijual untuk anak-anak tersebut bukan menggunakan pewarna makanan. Secara etis hal ini memang tidak beretika, karena dapat merugikan konsumen yaitu anak-anak. Tapi dalam konsep utilitarianisme hal tersebut akan menghasilkan keuntungan yang banyak bagi penjual sebab dia mampu menggantikan pewarna makanan yang mahal dengan pewarna yang murah.

 

 

C. Pragmatisme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Paham ini terkesan "baik" karena mengajarkan hal yang langsung pada manfaat yang dapat dirasakan.

Contohnya:

    - kamu sekolah ya supaya pintar, nanti sudah lulus cari uang yang banyak biar jadi orang sukses

- kalau kerja ya supaya dapat banyak uang biar kaya

_ mengasuh anak ya yang penting cukupi saja semua kebutuhannya, sampai nanti dia mandiri, bisa kerja dan jadi sukses.

Fase Teori Pragmatisme

   Ada 3 fase pertumbuhan teori pragmatisme yaitu fase awal menurut Charles S. Pierce, fase perkembangan menurut John Dewey, dan fase radikal menurut William James. Berikut adalah penjelasannya:

 

Fase Awal

Menurut Pierce, hal yang penting dalam konsep pragmatisme adalah apa yang dilakukan terhadap ide tersebut dan tidak mempermasalahkan hakikat dari ide.

Fase Perkembangan

Pada fase ini seperti yang dikemukakan Dewey, menyebutkan bahwa teori pragmatisme bukan mengenai benar atau salahnya suatu pengetahuan, melainkan pada sejauh mana manusia dapat memecahkan masalahnya. Kebenaran diukur hanya berdasarkan kegunaannya secara umum sedangkan akal manusia danya dijadikan sebagai sarananya saja.

Fase Radikal

Dalam fase radikal, James mengajarkan bahwa ukuran kebenaran ditentukan oleh akibatnya yang praktis. Dalam paham ini menyatakan setiap pengetahuan tidak pernah benar namun dapat menjadi benar. Hal tersebut dapat dicari dari taraf kepuasaan manusia sebagai pribadi dan psikisnya.

Pikiran manusia selalu mengalami perkembangan, sehingga manusia dapat menguasai alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Contoh Pragmatis

   1. Contoh Pragmatis Bidang Pendidikan

Contoh pragmatis dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya pada bidang pendidikan. Pendidikan wajib dari sekolah dasar, menengah, hingga tingkat atas dan perguruan tinggi memiliki nilai pragmatis tidak hanya dikaitkan dengan kepercayaan.

 

   2. Contoh Pragmatis Bidang Seni

Pragmatis juga dapat ditemukan dalam bidang seni. Nilai pragmatis dalam bidang seni adalah menenpatkan seni rupa sebagai media untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya membuat gambar karikatur dengan tujuan politik, menyampaikan moral, agama, sosial, dsb.

   3. Contoh Cara Berpikir Pragmatis

Cara berpikir pragmatis adalah pola pikir yang praktis yang digunakan pada kondisi tertentu dan biasanya untuk tujuan jangka pendek. Contohnya adalah seseorang yang mengalami kesulitan ekonomi dan harus menghidupi keluarganya.

Untuk mencukupi kebutuhan dan tanggungannya, akhirnya ia bekerja sebagai kuli bangunan walaupun sebelumnya tidak pernah memiliki keterampilan tersebut.

D. Pandangan teologi dan filsafat moral

 Pendiri negara Indonesia nampaknya menentukan pilihan yang khas.dan inovatif tentang bentuk negara dalam hubungannya dengan agama.Dengan melalui pembahasan yang sangat serius disertai dengan komitmen.moral yang sangat tinggi sampailah pada suatu pilihan bahwa negara.Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.Mengingat kekhasan unsur-unsur rakyat dan bangsa Indonesia yang terdiri.atas berbagai macam etnis, suku, ras, agama, dan budaya nampaknya.Founding Fathers kita sulit untuk menentukan begitu saja bentuk negara.sebagaimana yang ada di dunia.

 sebagai dasar negara dan falsafah kenegaraan Indonesia.diterima dan ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila merupakan hasil.kesepakatan luhur para pendiri bangsa dalam mendirikan negara Indonesia.yang terdiri dari keanekaragaman suku, ras, agama, dan budaya (Pluralitas).Pancasila yang secara sadar dan sengaja itu ditempatkan dalam pembukaan.UUD 1945 sebagai landasan kefilasafatan yang mendasari dan menjiwai.dalam penyusunuan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dasar itu.Dengan demikian, maka Pancasila melandasi kebijakan-kebijakan dalam penyelenggaraan bernegara dan berbangsa yang dituangkan dalam politikhukumnya, sejak berlakunya undang-undang.

 

 

Ketuhanan dalam perspektif teologikristen

Teologi juga merupakan ilmu tentang pengenalan esensi Tuhan sebagai realitas moral. Dari pengertian ini teologi merupakan pemahaman ketuhanan yang dimiliki oleh agama-agama sebagai landasan berkeyakinan dalam menjalankan rutinitas keagamaan. Teologi dikenal oleh semua agama. Setiap agama memiliki penafsiran dan pemahaman ketuhanan yang berbeda. Secara pengertian, konsep teologisnya sama, setiap agama memiliki keyakinan ketuhanan, namun berbeda dalam hal praktik bahkan keyakinan. Sehingga banyak kita kenal dalam perkembangan agama-agama ada teologi Islam, teologi Kristen, teologi Hindu, dan sebagainya. Perbedaan konsep keyakinan (teologi) masing-masing agama ini sifatnya sensitif. Hal yang paling dasar dalam keyakinan umat beragama adalah konsep teologis. Seringnya terjadi benturan internal maupun eksternal umat beragama kebanyakan dipicu oleh adanya saling singgung soal hal-hal teologis. Dalam konsep toleransi agama mestinya yang paling utama adalah mengedepankan kepentingan sosialkemasyarakatan, bukan atas keyakinan. Karena jelas bahwa konsep teologisnya berbeda dan tidak akan pernah bisa bertemu. Dalam melahirkan kerukunan umat beragama harus mengedepankan hubungan dan kepentingan bersama dalam tujuan-tujuan sosial.


BAB III

PENUTUP

 

  1. kesimpulan

  Filsafat moral merupakan kajian ilmu yang secara garis besar membahas tentangmacam macam teori etika. Dalam teori etika terdapat dua pembagian diantaranyateleologis dan deontologis. Teori teleologis menentukan baik buruknya suatu tindakandari baik buruknya akibat yang menjadi tujuannya. Berbeda dengan etika teleologis,etika deontologis berpandangan bahwa moralitas suatu tindakan melekat padatindakan itu sendiri bukan finalitasnya.Etika sebagai filsafat moral berarti melakukan perenungan secara mendalammengenai berbagai ajaran moral (kebaikan) secara kritis. Namun harus dibedakanantara etika dan moral. Etika mempelajari berbagai ajaran moral secara kritis danlogis. Sedangkan moral adalah nasihat-nasihat yang berupa ajaran-ajaran pada adatistiadat suatu masyarakat/golongan/agama. Moral bersifat aplikatif mengenai tindakanmanusia yang baik dan buruk.Pokok bahasan yang sangat khusus pada etika adalah sikap kritis manusia dalammenerapkan ajaran-ajaran moral terhadap perilaku manusia yang bertanggung jawab.Ajaran-ajaran tersebut sangat menentukan bagaimana moral manusia itu “dibina” baikmelalui pendidikan formal maupun non formal.

 

  1. Saran

  Langkah pertama bagi seseorang untuk dapat memahami etika adalah memahami cara berpikir manusia tentang moral dan moralitas setiap perbuatan. Etika memiliki aliran-aliran berpikir yang beragam yang seluruhnya harus dipahami sebelum melakukan kegiatan berpikir etik. Pemahaman terhadap aliran-aliran berpikir ini akan membantu untuk memahami langkah-langkah selanjutnya dalam pemahaman tentang etika.


DAFTAR PUSTAKA

 

Asmani, Jamil Ma’mur. 2015. Tips Menjadi guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, Jogjakarta: DIVA Press.

Barizi, Ahmad. 2009. Buku Panduan Praktis menjadi Guru Unggul, Jogjakarta: AM Ar Ruzz Media.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Jakarta: Rineka Cipta.

 

 

 

.