Tuesday 14 April 2020

PROPOSAL SKRIPSI PERTANIAN


STUDI POLA DISTRIBUSI DAN TINGKAT EFISIENSI PEMASARAN HASIL TANGKAP DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) CALANG, KABUPATEN ACEH JAYA

KATA PENGANTAR



Segala Puji Penulis ucapkan atas nikmat dan karunia Allah SWT yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian  ini dengan baik. Proposal penelitian ini berjudul Studi Pola Distribusi dan Tingkat Efisiensi Pemasaran Hasil Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Calang, Kabupaten Aceh Jaya
Proposal penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis, diantaranya:
1.      Kepada Keluarga yang telah menjadi penyemangat dan memberikan dukungan selama penelitian sampai menyelesaikan skripsi ini.
2.      Kepada pihak Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Aceh Jaya yang telah mengizinkan penulis dalam melakukan penelitian.
3.      Kepada bapak Fauzi syahputra S.Kel, M.Si selaku ketua program studi pemanfaatan sumberdaya perikanan dan juga selaku pembimbing kedua
4.      Kepada bapak Agus Naufal, M.Si selaku pembimbing pertama
  1. Kepada teman – teman yang telah sama – sama berjuang untuk menyelesaikan Praktikum ini.
Diharapkan, laporan ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca sekalian agar laporan ini bisa lebih baik lagi. Amin Yaa Rabbal’alamin.




DAFTAR ISI



I      PENDAHULUAN.. 1
I      METODELOGI. 21




1           BAB I

PENDAHULUAN



1.1         Latar belakang

Potensi wilayah pesisir kelautan berkaitan dengan sumberdaya yang terkandung didalamnya dapat mendorong pertumbuhan wilayah melalui kegiatan perikanan, industri pertambangan minyak dan gas bumi bawah laut, pariwisata, agrobisnis, agroindustri, transportasi, pelabuhan permukiman serta kegiatan jasa angkutan lainnya. (Parr 1999), pembangunan dan pengembangan wilayah bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat melalui pembangunan yang terpadu antar sektor dengan memperhatikan aspek keruangan. (Dahuri 2001) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas daratan meliputi bagian kering maupun yang terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut dan perembesan air laut. Sebaliknya ke arah laut, wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat.
Ikan laut (pisces maris), adalah salah satu sumberdaya laut yang dapat dikonsumsi untuk kesejahteraaan manusia di bumi. Menurut Adisasmita (2006), ikan merupakan salah satu unsur pembangunan maritim. Perikanan merupakan mata pencaharian pokok para nelayan. Penangkapan masih dilakukan dengan dengan cara-cara tradisional karena pengetahuan dan modal sangat terbatas (Mubyarto 1989). Bappenas (2013) melansir bahwa berdasarkan data dari Badan Pangan Dunia, pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat ke-2 untuk produksi perikanan tangkap laut. Artinya pembangunan nasional yang berbasis perikanan benar-benar penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


Aceh merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang secara geografis dikelilingi laut dimana 17 kabupaten/kota berhubungan langsung dengan laut. Ekosistem perairan pesisir dan laut Aceh sangat strategis dan sesuai untukkehidupan berbagai jenis biota serta kegiatan usaha perikanan tangkap danbudidaya. Di sepanjang pesisir Aceh terdapat ekosistem Mangrove yang dapat berfungsi antara lain sebagai tempat tumbuh kembangnya berbagai jenis biota lautdan mencegah terjadinya abrasi pantai. (Basri 2014).
Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh memiliki wilayah pesisir dengan garis pantai sepanjang 160 km. Secara umum Kabupaten Aceh Jaya dikenal sebagai daerah pertanian juga sebagai daerah nelayan/maritim. Permintaan kebutuhan pasokan ikan dari dalam dan luar wilayah Kabupaten Aceh Jaya telah menggerakan pertumbuhan perekonomian wilayah dari subsektor perikanan, hal ini dapat menjadi motor penggerak dalam pembangunan ekonomi daerah (Mursaini 2014)
Menurut Adisasmita (2005) untuk menciptakan suatu sistem pembangunan ekonomi daerah yang mandiri dalam arti berkecukupan dan berkelanjutan dilakukan dengan pendekatan kebijakan pembangunan pada kekhasan lokal yang memanfaatkan sumberdaya alam lokal, sumber daya institusional lokal dan kelembagaan yang dimiliki.
Kebijakan pembangunan perikanan Kabupaten Aceh Jaya sebagai pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah salah satunya adalah pengembangan Kawasan PPI Calang. Sebagai wujud kebijakan pengembangan perikanan tangkap telah dikembangkan fasilitas pelabuhan pangkalan pendaratan ikan (PPI) dan tempat pelelangan ikan (TPI) di kawasan tersebut. Menurut Mursaini (2014) pembangunan infrastruktur fasilitas PPI Calang mulai di bangun pertengahan tahun 2006, dimaksudkan untuk mengembangkan produksi perikanan tangkap, lengkap dengan kegiatan pengolahan dan jasa lainnya. Hal ini akan menjadikan kawasan PPI Calang sebagai fungsi ekonomi dalam pertumbuhan wilayah.

Menurut Rais et.al (2004) fungsi ekonomi yang dimaksud merupakan kebijakan secara makro bahwa suatu kawasan perairan ditetapkan sebagai pertumbuhan kawasan ekonomi berdasarkan karakter yang dimiliki setiap kelompok perairan yang dapat diperkirakan sebagai arahan komoditi unggulan, kebutuhan infrastruktur, arahan kelembagaan, arahan jaringan pemasaran produk ataupun perkiraan tingkat kerawanan bencana.
Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 7 tahun 2010 tentang perikanan, dalam pasal 43 dan 44 menjelaskan, pelabuhan perikanan adalah pusat pendaratan ikan yang terdiri atas daratan dan pearian di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah pembinaan nelayan kegiatan bisnis perikanan. Pelabuhan perikanan rakyat adalah pelabuhan yang dibangun dan dikelola rakyat setempat.
Keberadaan kelompok pangkalan pendaratan ikan (PPI) Calang sudah berjalan sejak dulu sebagai tempat pendaratan dan pelelangan ikan oleh masyarakat nelayan calang, mengingat lokasinya yang strategis dan dekat dengan pusat Kota Calang serta ditunjang oleh prasarana yang memadai menjadikan PPI Calang menjadi peluang dalam pengembangannya. Serta didukung dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Calang guna untuk membantu pemasaran ikan di daerah tersebut.
Hendrik (2013) mengatakan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan.
 Fenomena yang dihadapi oleh masyarakat nelayan dan petani sekarang ini bukan saja masalah produksi melainkan sampai pada masalah pemasaran dan distribusi. Masalah pemasaran dan distribusi tidak saja berhubungan dengan sarana fisik (jalan dan angkutan) untuk mencapai pasar yang lebih luas, melainkan juga keterlibatan pihak ketiga (pedagang perantara) yang turut memperumit pola distribusi yang efisien. Seharusnya pihak ketiga (pedagang perantara) adalah mitra bisnis yang dapat diandalkan untuk dapat mensejahterakan masyarakat nelayan dan petani. Oleh karena itu, masalah efisiensi merupakan masalah yang terpenting tidak saja dalam kegiatan produksi melainkan juga dalam kegiatan pemasaran dan distribusi. Distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi konsumen. Pengertian pemasaran (marketing) adalah luas sekali, tetapi pada prinsipnya adalah distribusi-penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Distribusi (saluran pemasaran) adalah bagian dari marketing mix (Webster Jr 1992 dikutip oleh Waoma 2015 ). Dalam lingkup agribisnis, distribusi juga berarti tataniaga danjuga berarti pemasaran / marketing (Soekartawi & Mubyarto 1989; Hanafie 2010). Masalah pemasaran perikanan adalah terjadinya perbedaan harga / margin pemasaran yang besar antara nelayan dengan konsumen akhir. Semakin tiggi margin pemasaran berarti semakin tidak adil, dan sebaliknya (Soekartawi & Mubyarto 1989).
Pemasaran mempunyai tujuan pokok untuk memenuhi permintaan konsumen baik pada tingkat harga, jumlah dan waktu yang tepat serta mutu yang baik, tidak ada artinya produksi perikanan yang besar jumlahnya jika tidak dipasarkan. Oleh sebab itu pemasaran merupakan kegiatan yang perlu mendapat perhatian sehingga peran pemasaran menjadi penting dan menentukan bagi usaha perikanan khususnya (Effendi dan Oktariza, 2006). Tanpa kegiatan pemasaran maka semua produk yang dihasilkan tersebut adalah merupakan suatu barang yang tidak bermanfaat. Dengan demikian, kegiatan pemasaran adalah sangat penting dalam semua kegiatan yang menghasikan barang ataupun jasa. Menurut Johanson (2013) dengan judul analisis efisiensi pola distribusi hasil penangkapan ikan nelayan kecamatan kahayan kuala kabupaten pulang pisau mengatakan bahwa salah satu fenomena ketidak efisienan yang dihadapi nelayan/petani dalam masalah pemasaran dan distribusi adalah pola-pola distribusi yang rumit dan panjang yang menyebabkan beberapa konsekuensi yang dihadapi nelayan dan petani. Oleh sebab itu, karena kurangnya informasi mengenai pola pemasaran dan distribusi serta tingkat harga di setiap lembaga pemasaran yang terlibat, dan juga untuk mengetahui permasalahan yang terdapat dalam pemasaran hasil tangkap di PPI Calang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Studi Pola Distribusi dan Tingkat Efisiensi Pemasaran Hasil Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Calang, Kabupaten Aceh Jaya”.

1.2         Rumusan masalah

1.      Bagaiman pola distribusi dan pemasaran hasil tangkapan yang dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Calang Kabupaten Aceh Jaya ?
2.      Bagaimana tingkat margin pemasaran ikan di PPI Calang, kabupaten Aceh Jaya ?
3.      Bagaimana tingkat efisiensi pola pemasaran ?

1.3         Tujuan penelitian

1.      Untuk mengetahui pola pemasaran hasil tangkapan yang dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Calang, Kabupaten Aceh Jaya
2.      Untuk menganalisis margin pemasaran ikan di PPI Calang, kabupaten Aceh Jaya
3.      Untuk menganalisis tingkat efisiensi pola pemasaran

1.4         Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi setiap lembaga pemasaran hasil perikanan serta instansi-instansi yang terkait.Dengan diketahuinya pola pemasaran yang terjadi di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Calang Kabupaten Aceh Jaya, diharapkan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dapat mengambil kebijakan lebih lanjut dan tepat untuk kesejahteraan para nelayan khususnya dalam pemasaran hasil tangkapannya.









2           BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



2.1         Pengertian Pemasaran

Harman (2014), mengatakan bahwa pemasaran merupakan kegiatan untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Proses ini merupakan jalur yang melibatkan lembaga-lembaga tataniaga seperti agen, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer, dan industri pengolahan.
Dalam menjalankan aktivitas pemasaran salah satu hal yang memegang peran penting adalah personal selling. Personal selling merupakan salah satu metode promosi untuk mencapai tujuan tersebut, dan usaha ini memerlukan lebih banyak tenaga kerja atau tenaga penjualan. Semua usaha pemasaran adalah menambah penjualan dan memberikan kepuasan kepada konsumen dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Harman 2014).
Pengertian pemasaran menurut beberapa ahli adalah sangat beragam, namun yang jelas dari defenisi kita ketahui bahwa pemasaran sangat berbeda dengan penjualan. Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat (Ma’ruf 2006). Aktivitas pemasaran bermula dari pengamatan kebutuhan konsumen.
Pemasaran merupakan suatu proses atau kegiatan dalam menyalurkan produksi dari produsen ke konsumen sehingga menjadi jembatan antara produsen dengan konsumen. Produsen harus memproduksi produk sesuai dengan keinginan konsumen dan menguntungkan. Sementara itu, konsumen menghendaki produk yang tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu dan tepat harga. Terdapat dua kepentingan dalam pemasaran, yaitu kepentingan produsen dan kepentingan konsumen yang harus disambungkan dan dipadukan sehingga menjadi kepentingan bersama secara harmonis dan sinergis (Effendi dan Oktariza 2006).

pemasaran merupakan suatu proses pertukaran produk berupa barang, jasa, dan ide yang melibatkan dua pihak atau lebih. Pada prakteknya, pemasaran seringkali dipandang sebagai suatu upaya kreatif, promosi, atau periklanan, distribusi, dan penjualan. Agar upaya pemasaran dapat dilakukan dengan efektif dan mencapai sasaran diharapkan, diperlukan perumusanstrategi yang benar-benar cermat. Dan salah satu hal terpenting yang dapat menunjang perumusan strategi pemasaran tersebut adalah dengan analisa data pemasaran yang baik (waoma 2015).
Menurut McCarthy (1985) bahwa pemasaran memiliki beberapa fungsi Universal yaitu :
1.      Fungsi pembelian yang berarti mencari nilai barang-barang dan jasa.
2.      Fungsi penjualan meliputi promosi dari pada produk
3.      Fungsi pengangkutan meliputi perpindahan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain.
4.      Fungsi penyimpanan yaitu menahan barang
5.      Fungsi standarisasi dan tingkat mutu meliputi pemilikan produk menurut ukuran dan kualitas.
6.      Fungsi pembelanjaan yaitu menyiapkan sejumlah uang atau kredit untuk biaya pemasaran.
7.      Fungsi pengambilan resikomenanggung ketidak pastian dari proses pemasaran
8.      Fungsi informasi pasar meliputi penyebaran informasi yang dibutuhkan untuk merencanakan, melaksanakan serta mengawasi kegiatan pemasaran.
Menurut Abdi (2009), mengatakan bahwa dalam konteks yang lebih luas pemasaran global diartikan sebagai proses pemusatan sumberdaya dan tujuan organisasi pada peluang pasar global. Pemasaran memiliki tiga prinsip utama yaitu :
1.      Menciptakan nilai bagi pelanggan
2.      Mencapai keunggulan barsaing atau keunggulan diferensial
3.      Memusatkan tujuan sumberdaya dan usaha.
Menurut Jasin (2011), ada beberapa masalah pokok yang dihadapi dalam sistem pemasaran ikan di Indonesia (terutama ikan laut) adalah :
a.       Adanya saluran pemasaran yang panjang umumnya memperbesar biaya pemasaran dan ini akan menjadi beban konsumen.
b.      Adanya fasilitas fisik yang dirasakan sangat kurang, misalnya : sarana komunikasi, pengangkutan, pengolahan dan bangunan pusat-pusat pasar di daerah konsumen.
c.       Margin pemasaran ikan segar di Indonesia masih besar sehingga setiap lembaga pemasaran dalam melakukan fungsinya memerlukan penanganan yang khusus dan menanggung resiko yang besar.
d.      Sebagian pedagang ikan terutama dikota-kota besar di kuasai oleh pedagang-pedagang yang kuat modalnya.
Menurut Setiyorini (2018) Bauran pemasaran produk ditelaah melalui pendekatan 4 P (Product, Price, Place, dan Promotion).
1.      Produk (products)
Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Produk disini bisa berupa apa saja (baik yang berujut fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
2.      Harga (price)
Harga berkenan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai kelompok pelanggan. Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk memperoleh satu buah produk dan hendaknya harga akan dapat terjangkau oleh konsumen.




3.      Saluran Distribusi (place)
Saluran distribusi adalah lembaga ekonomi yang berperan sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Untuk produk ikan hasil penangkapan, saluran distribusi merupakan hal yang penting karena mereka berfungsi mendekatkan produk (ikan) kepada konsumen, tanpa mereka (saluran distribusi = perantara) maka ikan akan tidak ada nilainya. Saluran distribusi suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri (Swastha 1998).
Jenis saluran distribusi yang dapat digunakan sangat tergantung :
9.      Jenis barang,
10.  Berat-ringan barang,
11.  Mudah pecah atau keras,
12.  Besar atau kecil
13.  Sasaran konsumen yang dituju,
14.  Pasar yang dituju secara geografis, dan
15.  Perantara
Alasan-alasan yang dapat dipahami terhadap penggunaan saluran distribusi bagi produsen dalam menyalurkan produk ke konsumen, antara lain : 1) Pasar atau konsumen tersebar luas, 2) Produsen tidak mampu melayani semua konsumen dengan tepat dan cepat, 3) Produsen tidak mampu melaksanakan kegiatan kontak langsung kepada konsumen akhir (Johanson 2013).
4.      Promosi (promotion)
Promosi meliputi berbagai metode, yaitu iklan, promosi penjualan, penjualan tatap muka dan hubungan masyarakat.




Pemasaran (marketing) pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen.Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan karateristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh karena itu dikenal istilah saluran pemasaran atau marketing channel. Fungsi saluran pemasaran ini sangat penting, khususnya dalam melihat tingkat harga dimasing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi 1989).

2.2         Saluran Pemasaran

Jasin (2011), mengatakan strategi pemasaran merupakan salah satu bagian yang terpenting dan mempunyai pengaruh yang sangat luas dan kuat terhadap kelancaran arus barang dan jasa yang dimulai dari produsen sampai ke konsumen akhir yang dapat menciptakan permintaan yang begitu efektif. Keberhasilan suatu usaha atau badan dalam memasarkan produk perlu kita melihat atau menetapkan tingkat saluran distribusi yang akan digunakan.
Saluran distribusi terdiri dari beberapa tingkatan, setiap perantara yang melakukan usaha menyalurkan barang kepada konsumen akhir membentuk suatu tingkatan saluran (Abdi 2009).
Menurut Ayunita (2013), menyatakan bahwa diantara produsen dan konsumen ada sekelompok perantara yang menyalurkan produk diantara mereka. Perantara ini sering disebut dengan saluran pemasaran. Saluran pemasaran adalah organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk dan jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Perangkat inilah yang menjadi alur lintas dari produsen ke konsumen setelah diproduksi.




Menurut Kotler (1987), saluran pemasaran adalah sekelompok organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran pemasaran merupakan seperangkat alur yang diikuti produk atau jasa setelah diproduksi, berakhir dalam pembelian dan digunakan oleh pengguna akhir. Menurut Widiastuti (2008) ada 5 alternatif saluran distribusi/pemasaran yang dapat dipilih, yaitu :
1.      Produsen Konsumen
Bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan sederhana, tanpa menggunakan perantara atau disebut juga dengan saluran distribusi langsung.
2.      Produsen Pengecer Konsumen
Pada saluran distribusi ini produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya dalam hal ini pengecer yang menyampaikan produk ke konsumen, dimana pengecer langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjual kembali kepada konsumen.
3.      Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen (pengumpul)
Disini produsen hanya melakukan penjualan dalam jumlah besar pada pedagang besar, tidak menjual kepada pengecer, pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer.
Harga jual di tingkat pedagang pengumpul paling tinggi karena lebih melayani industri pengolah dari pada rumah makan, apalagi untuk pedagang pengecer. Akibatnya margin pemasaran juga meningkat. (Purnomo 2018)
4.      Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen
Dimana produsen melibatkan agen didalamnya. Disini agen fungsinya adalah sebagai penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada pedagang besar selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ketangan konsumen. Saluran distribusi ini sering digunakan untuk produk yang tahan lama.


5.      Produsen Agen Pengecer Konsumen
Dalam saluran distribusi ini produsen memiliki agen yang akan dipertemukan produsen untuk menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer menjualnya kepada konsumen. Pada dasarnya saluran distribusi yang dipakai baik itu agen maupun pengecer tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan sasaran konsumen. Agen disisni tugasnya mempertemukan si pembeli dengan si penjual. Agen tidak mengambil alih kepemilikan dari barang tersebut.

2.3         Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran bertugas untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Imbalan yang diterima lembaga pemasaran dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran adalah margin pemasaran (yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan) (Apriono 2012).
Menurut Made (2002), fungsi lembaga pemasaran yaitu untuk:
1.      Mengurangi tugas produsen dalam kegiatan distribusi untuk mencari konsumen;
2.      Membantu menyediakan peralatan dan jasa-jasa yang dibutuhkan;
3.      Membantu dibidang pengangkutan; serta
4.      Membantu dibidang keuangan dan menyediakan sejumlah dana untuk melakukan penjualan secara kredit terhadap produsen.
Menurut Made (2002), lembaga pemasaran dapat digolongkan berdasarkan pemilikan dan penguasaan atas barangnya, yaitu:
1.      Lembaga pemasaran yang tidak memiliki barang, tetapi menguasai barang tersebut seperti: agen perantara (broker) selling broker, dan buying broker,
2.      Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasi barang seperti: pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang eksport, import dan sebagainya,
3.      Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang seperti: lembaga pemasaran fasilitas.
Masing-masing lembaga pemasaran, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang dimilikinya, akan melakukan fungsi pemasaran secara berbeda-beda. Karena perbedaan kegiatan dan biaya yang dikeluarkan, maka tidak semua kegiatan dalam fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran, dengan demikian biaya dan keuntungan pemasaran menjadi berbeda di tiap tingkat lembaga pemasaran (Soekartawi 2002).

2.4         Penanganan

2.4.1        Proses Kemunduran Mutu Hasil Perikanan

Dalam setiap pemasaran perikanan mutu sangat berpengaruh terhadap harga jual. Untuk menjaga mutu ikan tersebut tetap baik, maka diperlukan penanganan yang baik pula agar mikroba yang terdapat pada ikan tersebut tidak tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, untuk mencegah pembusukan tidak terjadi diperlukan adanya penanganan yang baik di atas kapal baik pada saat penangkapan maupun pada saat pembongkaran dilakukan. Untuk mendukung penanganan tersebut maka diperlukan pula fasilitas pendukung yang baik dan memadai seperti TPI yang bersih, sarana dan prasarana yang lengkap, pasca panen yang baik serta handling yang cepat dan baik.
Sehingga dengan demikian, maka mutu ikan tersebut akan tetap terjaga dan harga jualnya juga akan baik. Dan dengan mutu yang baik maka taraf hidup nelayan sampai dengan konsumen akhir akan baik pula. Perlakuan penanganan yang kurang baik dan peralatan tidak memadai, maka mutu ikan akan cepat sekali mengalami kemunduran sehingga nilai ekonominya juga akan menurun. Pada daging ikan tersebut tersedia sumber zat makanan makro molekul dan mikro molekul serta metabolit-metabolit sederhana yang secara langsung dapat digunakan oleh mikroba (Junianto 2003).

Secara garis besar, proses pembusukan pada ikan berjalan melalui 4 tahap sebagai berikut : Hyperaemia, rigor mortis, autolysis dan bacterial decomposition
a.      Tahap  Hyperaemia
Lendir ikan terlepas dari kelenjar-kelenjarnya didalam kulit, membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir ini merupakan reaksi alami ikan yang sedang sekarat terhadap keadaan yang tidak menyenangkan.
b.      Tahap Rigormortis
Fase ini ditandai dengan tubuh ikan yang kejang setelah ikan mati (rigor = kaku; mortis = mati). Ikan dikatakan masih sangat segar dalam fase ini. Tahapan ini ditandai oleh tubuh ikan mengejang setelah mati akibat proses biokimia yang kompleks di dalam jaringan tubuh yang menghasilkan kontraksi dan ketegangan.
c.       Tahap Autolysis
Autolysis belum dapat dapat disebut pembusukan karena hasil hidrolisis protein dan lemak masih dapat dimakan oleh manusia. Namun demikian autolysis merubah struktur daging sehingga kekenyalannya menurun, daging menjadi lembek, terbagi menjadi lapisan-lapisan dan terpisah dari tulang. Kerusakan ini menyebabkan bagian perut robek. Selain itu pemecahan protein menghasilkan substrat yang disukai bakteri yang menyebabkan pembusukan.
d.      Tahap Bacterial decomposition
Pada tahapan ini bakteri telah terdapat dalam jumlah yang sangat banyak akibat perkembangbiakan yang terjadi pada fase-fase sebelumnya. Aksi bakteri ini dimulai pada saat yang hampir bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar.



pertumbuhan mikroba pada hasil produksi perikanan. Ikan yang telah di es dalam pengirimannya harus diperhitungkan lama dan efektifitas pengemasan serta apakah alat angkut atau kendaraan yang dipakai dalam pengiriman dilengkapi alat pendingin atau tidak (Amprialdi dikutip oleh Waoma 2015).
Menurut (Suherman 2008 dikutip oleh Waoma 2015), prioritas yang perlu diperhatikan dalam kegiatan panen yaitu perkembangan prasarana setelah panen. Hal ini dimaksudkan agar produk perikanan punya daya saing dan dapat meningkatkan mutu hasil perikanan tersebut serta akan berdampak pada pendapatan dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.5         Kegiatan Pemasaran

2.5.1        Pengumpulan Informasi Pasar

Kegiatan pemasaran hasil perikanan telah mengikuti perkembangan pemikiran pasar modern. Produsen harus dituntut untuk dapat menyediakan produk perikanan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen. Pengumpulan informasi pasar dilakukan, terutama untuk mengetahui tipe produk (ikan hidup, ikan segar, atau ikan olahan), ukuran, jumlah, harga, waktu, mekanisme distribusi dan pelayanan yang dikehendaki oleh konsumen terhadap produk (Effendi dan Oktariza  2006)).
Umumnya, permintaan produk perikanan relatif tetap dengan kecenderungan meningkat sepanjang tahun. Pada sisi lain diketahui bahwa pemasaran produk perikanan laut, penawarannya sangat dipengaruhi oleh ketersediaan suplai atau hasil tangkapan nelayan. Suplai atau produk perikanan tangkap sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain musim, jenis ikan, serta lokasi pendaratan dan penangkapan ikan (Effendi dan Oktariza 2006).

2.5.2        Penyortiran (Sorting)

Sortir merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam pemasaran agribisnis perikanan. penyortiran adalah memilih (sorting) dan memisahkan individu dari suatu populasi ikan berdasarkan kriteria/performa tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memilih (menyortir) ikan mencakup antara lain, jenis (spesies), ukuran (panjang atau bobot), warna, kondisi kesehatan, kelengkapan morfologi tubuh dan tingkah laku (Abdi 2009).
Tujuan sortir antara lain adalah memenuhi permintaan pasar (konsumen), meningkatkan keseragaman (mutu) produk, serta meningkatkan harga produk dan penerimaan. Konsumen menghendaki produk perikanan dengan jenis, ukuran dan mutu yang baik. Permintaan konsumen tersebut seyogyanya dipenuhi agar produk perikanan bisa diapresiasikan oleh pasar dalam bentuk harga yang layak (Junianto 2003).

2.5.3        Pengangkutan Hasil Perikanan

Produk perikanan akan bernilai bila bisa diangkut hingga sampai ke konsumen secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat harga. Bila tidak, maka nilai produk perikanan tersebut menjadi berkurang atau tidak berharga sama sekali. Oleh karena itu pengangkutan merupakan salah satu kegiatan pemasaran yang sangat penting dan menentukan (Effendi dan Oktariza 2006). Pengangkutan produk perikanan merupakan penyampaian produk kepada konsumen secara efisien dan menguntungkan.
Kegiatan pengangkutan dalam pemasaran produk agribisnis perikanan bergantung kepada tipe produk perikanan, yaitu ikan hidup, ikan segar atau ikan olahan. Pengangkutan ikan segar mensyaratkan lingkungan dingin disekeliling produk sehingga dibutuhkan wadah khusus berupa cool box dan drum berisulasi yang diberi es untuk pendingin. Pengangkutan jenis ini banyak digunakan untuk mengangkut produk perikanan tangkap dari tempat pelelangan ikan (TPI), tempat pendaratan ikan tautangkahan (Effendi dan Oktariza 2006).

2.5.4        Pengumpulan dan Penyimpanan

Pengumpulan (holding) merupakan kegiatan mengumpulkan produk dari produsen sebelum dijual ke konsumen, sehingga kegiatan ini tidak terlepas dari penyimpanan. Beberapa pertimbangan pengumpulan dan penyimpanan produk perikanan, antara lain menstabilkan pasokan produk perikanan ke pasar, lokasi produsen dan konsumen, serta skala ekonomi pengangkutan (Effendi dan Oktariza 2006).
Pengumpulan produk perikanan terjadi karena lokasi produsen bersifat remote (jauh dan terpencil), terpencar dan ada kalanya memiliki aksesibilitas yang buruk. Pedagang pengumpul mesti mengumpulkan barang tersebut untuk dikumpulkan pada suatu tempat yang lebih dekat dan aksesibilitas yang lebih tinggi ke pasar. Pedagang yang menang di dalam persaingan pemasaran adalah pedagang yang bisa memenuhi prinsip tersebut terhadap pasar dan konsumen (Effendi dan Oktariza 2006).

2.5.5        Analisis Usaha Perikanan

Analisis kelayakan usaha merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial  investasi pada suatu usaha perikanan tangkap (Naufal 2016)
Usaha perikanan yang akan dilakukan oleh seorang pengusaha harus menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis usaha. Analisis usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu jenis usaha (Amprialdi dikutip oleh Waoma 2007).
Tujuan analisis usaha adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan, pengembalian investasi maupun titik impas suatu usaha. Berbagai antisipasi untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan perusahaan juga dapat dilakukan analisis usaha. Analisis usaha perikanan sangat diperlukan mengingat ketidakpastian usaha yang cukup besar, apalagi usaha perikanan tangkap yang sangat dipengaruhi oleh musim penangkapan dan kondisi cuaca yang tidak menentu (Effendi dan Oktariza 2006).

2.5.6        Pola Pemasaran Produk Perikanan

Pemasaran produk perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi yang memindahkan produk dari sektor produksi ke sektor konsumsi yang umumnya melibatkan barbagai lembaga pemasaran di pelabuhan perikanan.
Usaha pemasaran hasil perikanan baik untuk konsumsi lokal maupun tujuan ekspor diarahkan untuk menunjang kelangsungan usaha perbaikan tingkat penghasilan nelayan/petani ikan serta pengolah ikan dan juga menyediakan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik serta yang layak (Murniyati dan Sunarman 2000).
Pemasaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang menyalurkan produk dari produsen ke konsumen sehingga menjadi jembatan antara produsen dan konsumen. Produsen harus memproduksi produk sesuai dengan keinginan konsumen dan menguntungkan. Sementara itu konsumen menghendaki produk yang tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu dan tepat harga. Terdapat dua kepentingan dalam pemasaran yaitu kepentingan produsen dan kepentingan konsumen yang harus disambungkan dan dipadukan sehingga menjadi kepentingan bersama secara harmonis dan sinergis. Disitulah peran pemasaran menjadi penting yang dapat menentukan serta menguntungkan bagi pengusaha perikanan (Effendi dan Oktariza 2006).
Manajemen pemasaran produk perikanan tidak hanya menyangkut aspek teknis pemasaran. Seorang pengusaha perikanan harus sudah memikirkan kemana produknya akan dipasarkan, tidak hanya produknya siap jual, tetapi jauh sebelumnya, bahkan ketika masih dalam proses penyusunan rencana usaha harus sudah ditentukan kemana produk akan dipasarkan (Abdi 2009)
Berdasarkan tingkat pembeli hasil perikanan, seorang produsen atau nelayan dapat menjual hasil tangkapannya keberbagai tingkat pedagang. Dengan adanya pemasaran yang lebih baik diharapkan untuk mendapatkan produk perikanan pada waktu dan jumlah yang diperlukan dengan kualitas yang lebih baik, sehingga produk perikanan tersebut memiliki nilai tambah.
Pada mulanya orientasi pemasaran lebih difokuskan pada produk perikanan, tetapi pada saat sekarang ini kecenderungan yang ada menunjukan bahwa yang menentukan pasar adalah pedagang atau konsumen bukan produsen (Effendi dan Oktariza 2006).

2.6         Biaya, Harga dan Margin Pemasaran

Setiap lembaga pemasaran dalam melakukan kegiatannya untuk memindahkan ikan dari produsen ke konsumen akhir mengeluarkan biaya pemasaran yaitu jumlah pengeluaran perusahaan perikanan (yang dikeluarkan oleh nelayan dan petani ikan) untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan hasil produksinya dan jumlah pengeluaran oleh lembaga tataniaga (badan perantara) dan laba (profit) yang diterima oleh badan yang bersangkutan. Biaya tataniaga suatu macam produk biasanya diukur secara kasar dengan margin, margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dengan dibayar oleh pembeli terakhir (Yesmala 2004 dikutip oleh Waoma 2015).
Made (2002) mengatakan bahwa biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengeringan, pungutan retribusi, dan lain-lain.
Besarnya biaya pemasaran ini berbeda satu sama lain, tergantung pada:
a.       Macam komoditi perikanan.
b.      Lokasi-lokasi pengusahaan yang terpencil.
c.       Macam dan peranan lembaga tataniaga.
Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat sistem pemasaran dibandingkan dengan kuantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan ini sama dengan konsep nilai tambah (value added). Pengertian ekonomi nilai margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran/tataniaga yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran produk-produk tersebut. Oleh karena itu nilai margin pemasaran dibedakan menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges (Bagus 2001 dikutip oleh Waoma 2015). Perubahan/perbedaan harga dapat terjadi akibat perubahan permintaan dan penawaran suatu barang, yang meliputi :
a.       Perubahan harga umum yang dipengaruhi tingkat upah dan skala output keseluruhan.
b.      Perubahan siklus, terjadi akibat produk perikanan terbentur waktu yang sulit disesuaikan dengan cepat dan tepat terhadap keadaan harga karena hasil perikanan adalah organisme hidup yang memiliki biological process.
c.       Perubahan musiman, karena adanya perbedaan produksi dalam tataniaga secara musiman.
d.      Kecenderungan perubahan menuju ke satu arah/trend, terjadi karena adanya perubahan perlahan-lahan dalam penawaran atau permintaan sepanjang periode bersangkutan.
e.       Fluktuasi harga jangka pendek, yaitu perubahan harga dari jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu yang terjadi akibat perubahan sementara dalam permintaan dan penawaran (Bagus 2001 dikutip oleh Waoma 2015).
Menurut Basri (2014)  analisa margin yaitu suatu analisis untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis serta efisiensi ekonomis (harga) dari pemasaran komoditi. Harga merupakan unsur terkuat di antara sekian banyak unsur perangsang produksi.
Hal ini dikarenakan harga yang berkembang di pasar adalah pedoman para petani dalam cara berproduksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam usahanya. Margin pemasaran dipakai salah satu indikator untuk menyatakan efisiensi suatu sistem pemasaran, dimana margin dapat menunjukkan sistem pemasaran tersebut.
Ada dua cara memperbaiki strategi pemasaran yaitu:
1.      Memperluas pasar yang ditempuh dengan dua cara yaitu memperbesar permintaan konsumen dan melaksanakan pemasaran dengan memanfaatkan potensi pasar yang ada dengan mengatur penyaluran barang menurut waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen.
2.      Memperkecil margin yang akan ditempuh ada dua cara yaitu margin keuntungan yang diperbesar dan mengurangi biaya pemasaran (Amprialdi dikutip oleh Waoma 2015).


3           BAB III

METODELOGI



3.1         Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2020 di Tempat Pelelangan Ikan(TPI) Calang, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya
Gambar.1  Peta Kabupaten Aceh Jaya






















3.2         Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam suara (recorder) dan kamera dari handphone, buku catatan, dan Timbangan, seperti yang terlihat pada Tabel. 1

Table. 1 Alat dan Bahan
No.
Nama Alat dan Bahan
Kegunaan
1
Recorder Handphone
Untuk merekam ketika wawancara.
2
Kamera Handphone
Untuk mengambil gambar.
3
Buku Catatan
Untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting saat pengamatan di lapangan.
4
Timbangan
Untuk menimbang berat ikan

3.3         Materi Penelitian

Materi penelitian yang dilakukan meliputi jenis ikan yang di pasarkan yaitu ikan Tuna madidihang (Thunus albacares), ikan Tongkol (Auxis Thazard), ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus), ikan Kerapu (Epinephelus Sp) dan ikan Kuwe (Caranx Sp), serta kondisi pemasaran ikan, nelayan, agen/pedagang pengecer, pedagang pengumpul dan konsumen di Pangkalan pendaratan Ikan (PPI)  calang kabupaten Aceh Jaya






.

3.4         Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey dilaksanakan dengan cara mengamati pola pemasaran secara langsung pada tempat atau daerah penelitian mulai dari produsen/nelayan sampai kepada konsumen yang dilanjutkan dengan menganalisis margin pemasaran hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI Calang, Kabupaten Aceh Jaya.

3.4.1        Metode Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini dilakukan mulai dari pedagang pengumpul, nelayan, pengecer, konsumen Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara kuisioner dan wawancara langsung dengan pedagang dan pelaku pemasaran lain nya. Sampel ini diambil secara “Purposive sampling”.

3.5         Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer diambil dengan wawancara langsung dengan produsen/nelayan, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, agen dan konsumen, sesuai dengan pelaku pemasaran yang tersedia di lokasi penelitian, sedangkan data sekunder diambil dari instansi yang terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) yang terdapat di kabupaten Aceh Jaya. Rincian jenis dan sumber data dapat dilihat pada tabel. 2.














Tabel 2 Jenis dan sumber data
No.
Jenis data
Sumber data
Metode pengumpulan data
Data Yang didapat
1
Primer
Panglima Laoet
Wawancara
-          Pola pemasaran dan distribusi
-          Daerah pasaran dan distribusi
2
Pihak Pengumpul
Wawancara
-          Harga beli ikan
-          Harga jual ikan
-          Arah saluran penjualan
-          Jenis ikan yang dibeli dan dijual beserta jumlah
3
Pengecer
Wawancara
-          Harga Beli ikan
-          Harga jual ikan
-          Arah saluran penjualan
-          Jenis ikan yang dibeli dan dijual beserta jumlah
4
Nelayan
Wawancara dan kuisioner
-          Lama melakukan penangkapan
-          Jumlah hasil tangkapan/trip
-          Jenis hasil tangkapan
-          Harga jual
-          Arah saluran penjualan
5
Konsumen
Wawancara dan kuisioner
-          Harga beli
-          Tempat pembelian
-          Jenis ikan yang dibeli dan dijual beserta jumlah
6
Lokasi penelitian
Observasi
-          Sistem pemasaran
-          Jenis ikan yang dibeli dan dijual beserta jumlah
7
Toke bangku
Wawancara
-          Daerah distribusi ikan
-          Harga pembelian
-          Harga jual
-          Jenis ikan yang dibeli dan dijual
-          beserta jumlah
7
Skunder
DKP Aceh jaya
Pengumpulan dokumen-dokumen
-          Jumlah hasil tangkapan  ikan/tahun
-          Jenis hasil tangkapan ikan
8
BPS
Pengumpulan dokumen-dokumen
-          Jumlah penduduk menurut tata usaha



3.6         Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari hasil observasi dilapangan, selanjutnya diolah dan dimasukkan dalam bentuk tabel. Dalam menganalisa data dilakukan dengan cara :

3.6.1        Menganalisis Pola Pemasaran Ikan

Dimulai dari produsen/nelayan pedagang, pengumpul, pedagang pengecer, konsumen.

3.6.2        Menganalisis Margin Pemasaran pada Masing-Masing Saluran Pemasaran

Dalam menganalisis margin pemasaran tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Marketing margin dapat dihitung dengan memilih sejumlah tertentu barang yang diperdagangkan dan mencatatnya sejak awal sampai akhir sistem pemasaran. saluran pemasaran yang dilalui oleh sejumlah barang ini harus diketahui terlebih dahulu.
2.      Marketing margin dapat dihitung dengan mencatat nilai penjualan, nilai pembelian dan volume barang dagangan dari tiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam satu saluran pemasaran. Dari kedua unsur ini maka AGM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


Dimana :
AGM               : Average Gross Margin
Ps                    : Nilai Penjualan
Pb                    : Nilai Pembelian
V                     : Volume penjualan dan pembelian

Dengan cara menetapkan saluran-saluran pemasaran tertentu dan mencari AGM dari urutan pedagang yang mengambil bagian dalam saluran tersebut maka biaya pemasaran dari keseluruhan dapat diketahui (Amprialdi dikutip oleh Waoma dikutip oleh Waoma 2015).

3.6.3        Menganalisis Tingkat Keuntungan Masing-Masing Lembaga Pemasaran

Dalam menganalisis tingkat keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran tersebut, dilakukan dengan cara menggunakan rumus yaitu:

HTKL         = Hk – Hp – Ha …………………. Waoma (2015)

Dimana :
HTKL             : Harga Tingkat Keuntungan Lembaga
Hk                   : Harga Konsumen
Hp                   : Harga Pengecer
Ha                   : Harga Agen/Pengumpul

3.7         Menganalisis tingkat efisiensi pola pemasaran

Efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi rasio antara pengeluaran dan masukan yang digunakan dalam kegiatan pemasaran (Irawan 2007).

                ……………… Huda (2015)
dimana:
Eps                  : efisiensi pemasaran
Bp                    : biaya pemasaran
HE                   : harga eceran
Kriteria:
Ø  Eps < 5%, berarti efisien
Ø  Eps > 5 %, berarti tidak Efisien

4           DAFTAR PUSTAKA


Abdi W.  2009. Pola Pemasaran Ikan Laut di Pasar Gunung Sitoli. [Skripsi] Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang.
61 halaman.

Adisasmita dan Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta.

Amprialdi. 2007. Pola Pemasaran Ikan Yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) Sikakap. [Skripsi] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Bung Hatta Padang. 93 halaman.

Apriono. 2012. Analisif Efisiensi Saluran Pemasaran Ikan Lele di Desa Rasau Kec.
Rasau Jaya Kab. Kubu Raya. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 1 (3) :
29-36.

Ayunita D. 2013. Studi Pemasaran Ikan Bawal Putih(Pampus argenteus) di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Kabupaten Lamongan.
[Artikel] Fakultas Pertanian. Universitas Trunojoyo Madura. 11
halaman

Basri H. 2014. Analisis Rantai Pemasaran dan Besar Marjin Pemasaran Ikan Asin
Pada Tiap Pelaku Pemasaran Di Desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. [Skripsi]. Fakultas pertanian
Universitas Teuku Umar. 71 halaman.

Dahuri. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
PT. Pradnya Paramita. Jakarta

Effendi dan Oktariza. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya.
Bogor.

Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. CV. Andi. Yogyakarta.

Harman. 2014. Analisis Strategi Pemasaran Komoditas Perikanan (Ikan Bawal) CV.
Hasnidar diPulau Sebatik Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan
Utara. Jurnal Ilmiah Agr IBA. 1 (2) : 88.

Hendrik. 2013. Peranan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dalam Pemasaran Ikan Hasil
Tangkapan Nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kec. Tanjung
Beringin Kab. SerdangL Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Berkala Perikanan Terubuk. 41 (1) :102-108.


Huda M. 2015. Tingkat Efisien Pemasaran Ikan Laut Segar Di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong. Jurnal teknologi perikanan dan kelautan. Vol : 6
(1) : 14 Hal

Irawan B. 2007. Fluktuasi harga, transmisi harga dan marjin pemasaran sayuran dan
buah. Analisis Kebijakan Pertanian Vol 5: 358-373.

Jasin M. 2011. Mengembangkan Strategi Pemasaran Pada Tahap Daur Hidup
Produk. Jurnal Manajemen dan Bisnis. 11 (2) : 169.

Johanson D. 2013.Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan
Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau. jurnal sains
manajemen. Vol 1 (1) :14

Junianto. 2003. Teknik Penangkapan Ikan. Penebar Swadaya. Bogor.

Kotler P. 1987. Dasar-dasar pemasaran, inter media, Jakarta.

Made S. 2002. Studi Pemasaran Ikan Kerapu (Epinephelus spp). [Skripsi]
Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. 99 halaman

Ma’ruf.  2006. Pemasaran Ritel. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
http//www. Pengertian Pemasaran. blogspot.com.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Murniyati dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan.
Kanisius.Yogyakarta.
Mursaini. 2014. Analisis Dampak Pangkalan Pendaratan Ikan (Ppi) Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Lhok Timon. [ Skripsi]. 37 halaman

Naufal A et al. 2016. Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Cakalang di Pantai Utara Aceh. Jurnal Aplikasi Manajemen.
Vol. 14 : 2 (9)

Parr JB. 1999. Growth-Pole Strategis in Regional Economic Planning: A
Retrospective View : Part 1. Origins and Advocacy.Urban Studies.
Vol 36 (7) : 23

Purnomo C. 2018. Pola Saluran Pemasaran Ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Diy). Majalah Ilmiah Bahari Jogja (MIBJ) Vol. 16 (2) : 22

Rais et al . 2004. Menata Ruang Laut Terpadu.PT. Pradnya Paramita. Jakarta

Setiyorini ES et al. 2018. Strategi Pemasaran Produk Olahan Hasil Perikanan pada
UMKM Cindy Group. Jurnal manajemen IKM. Vol. 13 : 1 (10)

Soekartawi. 1989. Prisip dasar ekonomi pertanian Teori dan Aplikasi. CV. Rajawali.
Bandung
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. jakarta

Swastha DH dan Basu. 1998. Azsa-azas Marketing. Edisi Revisi. Cetakan ke tujuh.
Liberty. Yogyakarta.

Waoma I G . 2015. Pola Pemasaran Ikan Yang Didaratkan Di Tempat Pelelangan
Ikan (Tpi) Telukdalam Kabupaten Nias Selatan Provinsi Sumatera
Utara. [Skripsi].  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Bung Hatta. 98 halaman

Widiastuti. 2008. Analisis Mutu Ikan Tuna Selama Lepas Tangkap Pada Perbedaan
Preparasi dan Waktu Penyimpanan. [Skripsi]. IPB. Bogor. 93 halaman



























Lampiran


DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PANGLIMA LAOT

1.      Nama = ……….
2.      Alamat =……….
3.      Umur = .............. tahun
4.      Apakah pekerjaan utama ?
5.      Apakah ada pekerjaan lain ?
a.       Ya, jelaskan : ……….
b.      Tidak
6.      Menurut anda bagaimana system pemasaran ikan yang terjadi saat ini ?
7.      Kemana hasil tangkapan akan disalurkan ?
8.      Jenis apa saja yang akan diekspor ?
9.      Berapa banyak ikan yang di ekspor ?
10.  Berapa banyak ikan yang disalurkan ke pasar local ?














Kegiatan Penangkapan
1.      Jenis ikan apa saja yang tertangkap ?
No.
Jenis ikan
Jumlah Kg/trip
jumlah  Kg/bulan
1
2
3
4
5
6
dst
Total



2.      Alat tangkap apa yang digunakan ?
3.      Berapa lama anda melakukan penangkapan ?
4.      Kemana ikan anda akan dijual ?









Kegiatan Pembelian
1.      Tabel pertanyaan
No.
Jenis ikan
Harga pembelian (Rp/Kg
Volume Pembelian (Kg)
1
2
3
4
5
6
dst
Total

2.      Ikan laut dibeli dari :
a.       Nelayan
b.      Pedagang pengumpul
c.       Pedagang pengecer
d.      Pedagang besar
e.       Lainnya (sebutkan) : ……….
3.       Tempat pembelian
a.       Mendatangi nelayan
b.      Pasar lokal
c.       TPI
d.      Lainnya (sebutkan) : ……….

4.      Apakah ada sortasi/sortir ?
a.       Ya (besar/kecil)
b.      Tidak
5.      Jarak pasar (antara pedagang dengan tempat konsumen) = ……… km
6.      Alat angkut yang digunakan : ………..
Kegiatan pemasaran

1.      Tabel Pertanyaan

No.
Jenis ikan
Harga pembelian (Rp/Kg
Volume Pembelian (Kg)
1
2
3
4
5
6
dst
Total



2.      Biaya Pemasaran
a.       Pengangkutan = Rp ……..
b.      Bongkar muat = Rp ……..
c.       Retribusi = Rp ……….
d.      Pengemasan = Rp ……….
e.       Penyimpanan = Rp ……….
f.       Sortasi = …………... kg = Rp ……….
g.      Sewa tempat = Rp ……….
h.      Es batu = …………. balok es = Rp ……..
i.        Tenaga kerja = ………….. orang = Rp ……..
j.        Biaya lain = Rp ……….
k.      JUMLAH = Rp ……….


3.      Ikan dijual kepada :
a.       Pedagang besar
b.      Pedagang pengumpul
c.       Pedagang pengecer
d.      Konsumen
e.       Lainnya (sebutkan) ………
Keterangan : Nama = ……….
Alamat = ……….
4.      Tempat penjualan
a.       Didatangi pedagang
b.      Didatangi konsumen
c.       Pasar lokal
d.      TPI
e.       Lainnya (sebutkan) ……
5.      Cara penjualan
a.       Borongan
b.      Per kilogram
c.       Lainnya : ……….
6.      Apakah ada sortasi/sortir ?
a.       Ya (besar/kecil)
b.      Tidak