Monday 4 October 2021

MAKALAH CARA MEMBUAT PUPUK ZA (Zwavelzure Amonium)

 

DAFTAR ISI

 

Halaman

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.       Latar Belakang .......................................................................................... 1

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2

A.    Pengertian Pupuk......................................................................................... 2

B.     Proses Produksi Pupuk Za .......................................................................... 2

C.     Bahan Baku.................................................................................................. 2

D.    Uraian Proses Pembuatan Pupuk ZA........................................................... 3

E.     Penampungan Product dan Pengemasan..................................................... 8

 

BAB  III PENUTUP.............................................................................................. 9

A.       Kesimpulan ............................................................................................... 9

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 10

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.   Latar Belakang

 Pupuk merupakan gabungan unsur hara makro dan mikro yang diberikan kepada tanaman baik melalui penyemprotan langsung ke tanaman maupun melalui tanah untuk menyuburkan akar, batang, daun, dan memperbanyak serta memperbaiki kualitas buah.

Berdasarkan bahan bakunya, pupuk dapat dibagi menjadi dua jenis yakni pupuk kimia dan pupuk organik. Pupuk kimia dibuat secara kimia atau sering disebut pupuk buatan. Pupuk kimia dapat dibedakan menjadi dua, yakni pupuk kimia tunggal seperti pupuk KCl dan urea karena hanya mengandung satu jenis unsur hara, yaitu K pada KCl dan N pada urea ((CONH2)2), serta pupuk kimia majemuk yang terdiri atas beberapa unsur hara seperti pupuk NPK. Pupuk kimia yang sering digunakan adalah urea dan amonium sulfat ((NH4)SO4)) atau pupuk ZA untuk hara N; tripel superfosfat (Ca(H2PO4) atau TSP, dolomit super prima (DSP) dan zat kapur (CaO) dengan kandungan hara makro Ca sebesar 32% dan magnesium 18% (MgO), super fosfat (SP-26), untuk hara P; Muriate of Potash (MOP) dan potasium klorida atau KCl untuk hara K (Anon., 2009). Sedangkan pupuk organik adalah nama kolektif suatu bahan yang berasal dari kotoran sapi, limbah perikanan/hasil samping tangkapan trawl, fermentasi dedaunan, gambut, kotoran cacing, kotoran binatang ternak, dan rumput laut (Simanungkalit et al., 2006). Pupuk organik mengandung unsur hara lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk kimia.


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Pupuk

Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau nutrisi bagi tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro), dan Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro). Pupuk dapat diberikan lewat tanah, daun, atau diinjeksi ke batang tanaman. Jenis pupuk adalah bentuk padat maupun cair. Berdasarkan proses pembuatannya pupuk dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang didapat langsung dari alam, contohnya fosfat alam, pupuk kandang, pupuk hijau, kompos. Jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi. Sebagian dari pupuk alam dapat disebut sebagai pupuk organik karena merupakan hasil proses dekomposisi dari material mahluk hidup seperti, sisa tanaman, kotoran ternak, dan lain-lain

 

B.     Proses Produksi Pupuk Za

Ammonium Sulfat merupakan salah satu produk pupuk nitrogen yang diproduksi oleh PT. Petrokimia Gresik dengan kapasitas produksi untuk masing – masing unit ZA sebesar 610 ton/hari. Ammonium sulfat atau pupuk ZA merupakan hasil dari netralisasi amoniak (NH3) dan asam sulfat (H2SO4).

 

C.    Bahan Baku

Bahan baku baku pembuatan pupuk ZA adalah amoniak yang diperoleh langsung dari pabrik I dan asam sulfat yang diperoleh dari pabrik III. Berikut spesifikasi bahan baku pupuk ZA.

1.        Amoniak (NH3)

Kadar NH3 : 99 – 99,5%

Kadar H2O : maks 0,5 1% Fase : gas

Temperatur : 1oC

-     Asam Sulfat (H2SO4) Kadar H2SO4 : 98 – 99,5% Kadar H2O : maks 0,5 2% Fase : cair

Temperatur : 34oC

 

D.    Uraian Proses Pembuatan Pupuk ZA

1.      Proses Penguapan Amoniak

Pada proses netralisasi amoniak yang digunakan dalam bentuk gas sehingga jika amoniak masih dalam bentuk cair diperlukan proses evaporasi untuk mengubahnya menjadi bentuk gas. Proses evaporasi dilakukan dalam ammonia vaporizer E 304 C. Pemanas yang digunakan adalah low pressure steam dengan tekanan 10 kg/cm3 dan suhu 178 - 180°C. Tahap ini digunakan ketika laju uap amoniak terlalu rendah atau ketika pabrik amoniak sedang tidak beroperasi.

2.      Reaksi Netralisasi dan Kristalisasi

Reaksi netralisasi dan kristalisasi ini terjadi dalam saturator R-301 ABCD.  Reaksi ini bertujuan untuk mereaksikan gas ammonia murni (NH3) dengan terbentuk. Amoniak dimasukkan bersama dengan asam sulfat ke dalam reaktor (saturator) secara kontinu dengan bantuan udara sebagai pengaduk dan air sebagai penyerap panas. Saturator adalah alat utama pada proses kristalisasi yang berfungsi untuk mereaksikan amoniak dengan asam sulfat dan memekatkan amonium sulfat yang terbentuk. Reaksi pembentukan ammonium sulfat dalam saturator

2NH3 + H2SO4 (NH4)2SO4 + panas

Air proses dari tangki TK-301 dialirkan ke dalam saturator ke dalam saturator R-301 ABCD dengan menggunakan pompa P-302, setelah ketinggian air 4,0 m, uap amoniak dengan konsentrasi 99,5% berat dialirkan ke dalam saturator R-301 ABCD dengan kondisi suhu 70oC dan tekanan 3,5-5,5 kg/cm2g. Asam sulfat dari tangki TK-200 dengan konsentrasi 98,5% dipopakan ke dalam saturator R-301 ABCD pada kondisi 32oC dengan menggunakan pompa P305/P202. Udara pengaduk yang digunakan diambil dari udara luar yang ditekan oleh kompresor,lalu dibersihkan dengan separator oil sebelum dimasukkan ke dalam saturator. Reaksi pembentukan amonium sulfat adalah reaksi eksotermis, yang menghasilkan panas 109,72 kkal/mol dengan penambahan uap amoniak dan asam sulfat secara terus menerus maka konsentrasi amonium sulfat yang terbentuk akan semakin meningkat dan panas yang dihasilkan juga akan semakin besar.

Desain operasi saturator R-301 ABCD adalah pada 105oC dan tekanan 1 atm sedangkan reaksi selalu melepas panas 109,72 {Ù¾ kkal/mol.

Dengan tujuan menjaga suhu larutan amonium sulfat agar konstan 105oC maka air proses dari tangki TK-301 perlu ditambahkan secara terus-menerus ke dalam saturator. Temperatur dalam saturator dapat bertahan hampir konstan (105- 113oC) pada kondisi normal operasi. Sebagian kecil panas ini hilang melalui dinding saturator, sebagian besar akan menguapkan air dari larutan dan dimasukkan kembali ke dalam saturator untuk menjaga temperatur konstan. Kadar impuritis di dalam larutan induk (mother liquor) harus diamati, dengan batasan Fe maksimum 10 ppm. Untuk mengikat Fe maka diinjeksikan asam fosfat.

Pada suhu 105oC dan tekanan 1 atm air proses akan berubah fasa menjadi uap sehingga larutan amonium sulfat dalam saturator akan menjadi jenuh dan kemudian membentuk kristal amonium sulfat. Uap air proses yang terbentuk segera dialirkan keluar saturator R-301 untuk menjaga kondisi tekanan dalam saturator konstan 1 atm. Uap air ini dikondensasikan lagi di kondensor E-301 ABCD kemudian air kondensat yang dihasilkan, dialirkan ke dalam tangki TK-301. Tipe kondensor E-301 BCD adalah shell and tube dengan media air pendingin dari unit utilitas I dengan temperatur 30oC, air pendingin yang keluar dari kondensor harus dijaga temperaturnya tidak boleh lebih dari 50oC.

Kristal amonium sulfat yang terbentuk mempunyai kecenderungan mengendap di dasar saturator, hal ini dapat mengganggu jalan keluar slurry amonium itu sendiri. Dengan tujuan untuk mengatasi hal tersebut maka udara murni bertekanan 1 kg/cm2 dan temperatur 70oC dihembuskan ke dalam saturator R-301 ABCD. Setelah ketinggian slurry dalam saturator 3,5-4,5 m kandungan Kristal amonium sulfat dalam saturator sudah mencapai 50% berat, slurry amonium sulfat dapat dialirkan keluar saturator melalui produk outlet berupa kristal yang kemudian dibawa ke unit pengeringan selanjutnya ke unit pengantongan. Larutan amonium sulfat jenuh (larutan induk) dari tangki D- 301 AB dengan konsentrasi 50% dan temperatur 70oC juga dipompakan kedalam saturator R-301 ABCD dengan tujuan mempercepat terbentuknya kristal amonium sulfat.

Untuk mendapatkan konversi yang tinggi asam sulfat dimasukkan melalui line yang selalu terendam di bagian atas saturator dengan flow sebesar 5,2 ton/jam dan uap amoniak dilewatkan melalui sparger di bagian bawah saturator dengan flow sebesar 1/3 dari flow asam sulfat. Acidity (keasaman) dijaga dengan mengatur jumlah pemasukan NH3 vapor. Acidity naik, pemasukan NH3 ditambah. Acidity turun, pemasukan NH3 vapor dikurangi. Sedangkan flow acid (asam sulfat) sudah tertentu jumlah (konstan).

3.        Pemisahan Kristal (Centrifuge)

Proses ini bertujuan untuk memisahkan Kristal ammonium sulfat yang terbentuk dari ML. Larutan amonium sulfat dalam tangki mother liquor harus dijaga suhunya pada 70oC dan dilakukan pengadukan secara kuntinyu sebelum dialirkan ke saturator R-301 ABCD dengan menggunakan pompa P-3.01. Produk dari saturator R-301 ABCD yang terdiri dari kristal amonium sulfat 50% berat dan sisanya larutan ammonium sulfat akan dipisahkan di centrifuge (M 301 AB). Centrifuge merupakan suatu alat pemisah antara padatan dan cairan dengan menggunakan screen yang berputar secara kontinyu.

Produk slurry amonium sulfat dari saturator R-301 ABCD dilewatkan melalui Hopper D 302 AB untuk diumpankan ke centrifuge M 301 AB secara kontinyu. Kristal amonium sulfat akan tertahan pada dinding screen dan terkumpul di silinder screen. Secara kontinyu pusher bergerak maju mundur untuk mendorong kristal amonium sulfat yang terkumpul di screen ke solid discharge. Produk kristal keluar dari centrifuge M 301 AB mempunyai kandungan air sekitar 2% berat maksimum dikirim ke rotary dryer M-302 melalui belt conveyor M 303 secara kontinyu. Larutan amonium sulfat yang tertampung di dalam tangki mother liquid D 301 AB dianalisis kadar kation- kation bebasnya. Kation-kation tersebut biasanya adalah Fe3+ yang dalam jumlah tertentu akan mempengaruhi bentuk kristal yang akan dihasilkan. Kristal amonium sulfat yang banyak mengandung ion logam tersebut biasanya berbentuk panjang seperti jarum. Kandungan kation bebas dalam larutan induk dibatasi maksimum 10 ppm. Apabila melebihi ambang batas yang ditetapkan maka ke dalam tangki mother liquor D 301 AB ditambahkan asam fosfat sehingga akan terbentuk endapan putih yang mudah dipisahkan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Fe3+ + (PO4)3- FePO4

Butiran kristal amonium sulfat diteruskan ke belt conveyor dan screw conveyor untuk selanjutnya dibawa ke rotary dryer untuk dikeringkan. Sedangkan larutan induk dialurkan ke mother liquor tank untuk di recycle ke saturator.

4.        Proses Pengeringan

Tujuan dari tahap ini adalah mengurangi kadar air kristal amonium sulfat hingga 1,0% berat maksimal. Proses pengeringan kristal ZA di PT. Petrokimia Gresik menggunakan rotary dryer. Alat ini terdiri dari shell berbentuk silinder horizontal yang dipasang pada suatu roll, sehingga silinder dapat berputar dan kedudukannya sedikit membentuk sudut kemiringan. Pada bagian dalam silinder terdapat sekat-sekat yang arahnya mebujur sejajar sumbu silinder. Sekat ini desebut “shovel” berfungsi sebagai pengangkut butiran bahan yang akan dikeringkan pada saat silinder berputar.

Pada bagian akhir belt conveyor sebelum jatuh ke screw conveyor M 307 pada permukaan kristal amonium sulfat ditambahkan larutan anti-cacking, pada ujung akhir screw conveyor dihubungkan langsung dengan bagian masuk kerotary dryer M 302. Kristal amonium sulfat masuk ke bagian ujung yang lebih tinggi dari rotary dryer M 302 dengan kadar air maksimum 1% berat pada temperatur 70oC keluar melalui bagian ujung yang lebih rendah karena adanya gaya gravitasi.

Sebagai media pemanas adalah udara yang dipanaskan dengan heater yang sudah terangkai dalam rotary dryer tersebut. Udara pemanas akan mengalir searah dengan Kristal amonium sulfat, suhu udara pemanas masuk adalah untuk ZA I sebesar 115 oC dan ZA III sebesar 104 oC.

Kristal amonium sulfat akan mengalir keluar sebagai produk kering dengan kadar air maksimum 1% berat denan temperatur 55oC pada bagian ujung yang lebih rendah. Gerakan aliran dari kristal amonium sulfat ini disebabkan adanya putaran silinder dan kemiringan silinder. Media pemanas heater adalah Low Pressure Steam dari unit utilitas I, udara dari atmosfer akan memasuki rotary dryer disebabkan adanya hisapan atau tarikan dari Fan C

Udara keluar dari rotary dryer M 302 pada temperature 60-65 oC, udara tersebut diperkirakan mengandung debu amonium sulfat. Udara keluar dari rotary dryer M 302 dilewatkan wet cyclone D 303/309 untuk menangkap debu amonium sulfat yang terbawa dalam udara pemanas. Udara pemanas yang masuk ke wet cyclone D 303/309 di spray dengan air proses, kemudian air proses dan debu amonium sulfat yang tertangkap akan mengalir ke tangki larutan ZA dan D 307. Larutan ini kemudian dialirkan ke tangki mother liquor sedangkan udara pemanas setelah melewati wet cyclone D 303/309 dilepaskan ke atmosfer.

 

E.     Penampungan Product dan Pengemasan

Penampungan produk bertujuan untuk menyimpan sementara kristal ZA sebelum dikemas. Krital amonium sulfat kering dengan bantuan vibrating feeder M 308 diumpankan ke bucket elevator M 306. Kemudian diangkut setinggi 16,6 m. Kristal amonium sulfat dari bucket elevator diteruskan ke belt conveyor M 309 dan dilewatkan melalui hopper D 306 dan dilewatkan kembali dalam belt conveyor M 662 AB, akhirnya ditampung dalam sebuah bin. Dari bin ini selanjutnya kristal akan masuk ke proses pengantongan. Kristal amonium sulfat dikemas dalam karung plastik dengan berat bersih 50 kg tiap karung.


BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau nutrisi bagi tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro), dan Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro). Pupuk dapat diberikan lewat tanah, daun, atau diinjeksi ke batang tanaman. Jenis pupuk adalah bentuk padat maupun cair.

Ammonium Sulfat merupakan salah satu produk pupuk nitrogen yang diproduksi oleh PT. Petrokimia Gresik dengan kapasitas produksi untuk masing – masing unit ZA sebesar 610 ton/hari. Ammonium sulfat atau pupuk ZA merupakan hasil dari netralisasi amoniak (NH3) dan asam sulfat (H2SO4).

 


DAFTAR ISI

 

Karl-Heinz Zapp "Ammonium Compounds" in Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry 2012, Wiley-VCH, Weinheim. doi:10.1002/14356007.a02_243

"PAKISTAN: ‘Anti-terrorist’ fertilizer ban hinders farmers". IRIN Humanitarian News and Analysis. 2010. Diakses April 24, 2013.

Anonim. 2009. Pupuk organik, pupuk hayati dan pupuk kimia. http://isroi.wordpress.com/2008/02/26/pupuk- organik-pupuk-hayati-dan-pupuk-kimia/. Diakses pada tanggal 2 Februari 2009.

 

 

MAKALAH PESTISIDA FUMIGAN

 

DAFTAR ISI

 

Halaman

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.       Latar Belakang .......................................................................................... 1

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2

A.    Aplikasi Pestisida......................................................................................... 2

B.     Pengertian Fumigan..................................................................................... 4

C.     Jenis-jenis Fumigan...................................................................................... 5

D.    Sifat kimia dari Fumigan.............................................................................. 6

E.     Contoh Produk dari Fumigan...................................................................... 7

 

BAB  III PENUTUP.............................................................................................. 8

A.       Kesimpulan ............................................................................................... 8

 

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.   Latar Belakang

Pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini kebanyakan disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Dari sektor pertanian sendiri penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan adalah penggunaan pestisida. Hampir semua pertanian yang ada saat ini menggunakan bahan kimia, baik pestisida maupun pupuk kimia.

Pestisida sendiri merupakan bahan kimia yang dapat menurunkan OPT (Organisme pengganggu Tumbuhan), namun sayangnya terkadang petani menggunakan pestisida berlebihan yang nantinya akan berdampak pada pencemaran ligkungan. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan, sebaiknya memperhatikan informasi yang terperinci tentang tingkat keracunan, keberadaan dalam tanah, jalan pengangkutan yang lebih dominan dari berbagai herbisida, insektisida dan fungisida hendaknya diketahui. Kondisi cuaca juga penting diperhatikan pada saat pengaplikasian.

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Aplikasi Pestisida

Tujuan dari penggunaan Pestisida ialah menekan atau mengurangi populasi jasad pengganggu sasaran (hama, penyakit, dan gulma) hingga di bawah batas nilai ambang ekonomi, tanpa menimbulkan dampak yang merugikan seperti antara lain : terjadi resistensi, resurgensi, keracunan tanaman pokok dan pencemaran lingkungan. Keberhasilan penggunaan Pestisida sangat ditentukan oleh teknik aplikasi yang tepat, yang menjamin Pestisida tersebut mencapai jasad sasaran dimaksud. Selain itu, keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor jenis, dosis dan saat aplikasi yang tepat.Dengan kata lain, tidak ada Pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila aplikasi dengan tepat. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian OPT secara kimiawi atau menggunakan Pestisida adalah menggunakan Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian serta membaca petunjuk penggunaan Pestisida yang tertera pada label.

Aplikasi Pestisida tergantung dari tujuan pengendalian, jenis OPT sasaran,tanaman dan produk tanaman yang akan dilindungi, lingkungan sekitar wilayah yang akan diberi aplikasi Pestisida, serta cara kerja dan bentuk formulasi Pestisida.

Beberapa Cara Aplikasi Pestisida Di Lapangan Adalah Sebagai Berikut:

  1. Cara Penaburan

Aplikasi Pestisida dengan cara penaburan (soil incorporation) pada umumnya dilakukan untuk Pestisida formulasi butiran /granul, yang bersifat sistemik dengan OPT sasaran yang hidup di dalam jaringan tanaman atau di dalam tanah. Penaburan Pestisida butiran dapat dilakukan di lahan sawah atau di lahan kering.

a.       Lahan Sawah

Aplikasi Pestisida butiran dilahan sawah, Pestisida ditaburkan dalam keadaan sawah macak-macak, saluran pemasukan dan saluran pengeluaran air harus ditutup selama beberapa hari agar sawah tetap dalam keadaan macak-macak.Setelah Pestisida butiran ditaburkan, selanjutnya sawah diinjak-injak agar pestisida yang ditaburkan terbenam ke dalam tanah di sekitar perakaran.

b.      Lahan Kering

Aplikasi Pestisida dilahan kering, Pestisida ditaburkan disekitar batang tanaman atau pada tanah yang sudah ditugal, kemudian lubang ditutup dengan tanah atau mulsa.Cara penaburan Pestisida butiran tidak memerlukan alat aplikasi, sehinggga setiap petani dengan mudah melakukannya. Kelemahan dari cara ini adalah Pestisida yang ditaburkan berbentuk butiran biasanya bekerja lambat (slow action), sehingga apabila terjadi serangan OPT segera setelah aplikasi penaburan Pestisida butiran terlambat dan OPT tidak terkendali.

  1. Cara Penyemprotan

Aplikasi dengan cara penyemprotan merupakan cara aplikasi yang paling banyak dilakukan oleh petani. Agar pengendalian OPT dengan cara penyemprotan Pestisida dapat berhasil baik, maka selain menggunakan jenis Pestisida dengan dosis dan waktu yang tepat, juga diperlukan alat aplikasi yang efisien.Alat aplikasi atau alat semprot yang efisien dapat menjamin penyebaran bahan/ campuran semprot yang merata pada sasaran dan tidak menimbulkan pemborosan. Cairan yang disemprotkan dapat berupa larutan, emulsi atau suspensi.

  1. Cara Penghembusan

Aplikasi Pestisida dengan cara penghembusan biasanya dilakukan terhadap pestisida formulasi tepung atau debu (dust).

  1. Cara Pengumpanan

Cara pengumpanan yaitu mencapur Pestisida dengan makanan atau bahan bahan tertentu yang disukai OPT sasaran, seperti :

a.       Lalat buah diumpan dengan antraktan yang dicampur insektisida.

b.      Babi hutan diumpan dengan ubi jalar yang telah dibubuhi racun.

c.       Tikus diumpan dengan beras yang telah dicampur insektisida anti koagulan.

 

  1. Cara Fumigasi

Aplikasi Pestisida bersifat gas (fumigan) dengan cara fumigasi, pada umumnya dilakukan untuk pengendalian hama gudang, tetapi dapat juga untuk nematoda di dalam tanah.Fumigasi hama gudang, diawali dengan menutup bahan yang akan difumigasi dengan plastik/ bahan lain yang kedap udara. Kemudian, kedalamnya dimasukkan ampul yang berisi gas beracun yang telah dibuka,penutup plastik dibuka setelah beberapa lama sesuai anjuran.Fumigasi nematoda di dalam tanah, keadaan tanah harus gembur dan tidak ada genangan air. Fumigasi tanah dilakukan dengan cara suntikan, semprotan dengan traktor yang dilengkapi alat penyemprot dan pembalik tanah, atau melalui siraman bahan fumigasi (fumigan) ke dalam parit-parit lahan yang akan difumigasi, tanah ditutup plastik lalu gas dialirkan melalui pipa-pipa khusus.

  1. Cara Pengapasan

Aplikasi Pestisida dengan pengapasan, menggunakan alat pengasap yang sering disebut swing fog. Hanya digunakan untuk Pestisida yang dapatdicampur dengan minyak tanah / solar sehingga akan membentuk dropet yang berbentuk asap. Cara pengasapan ini cukup efektif, terutama untuk pengendalian OPT diruang tertutup atau gudang. Apabila cara pengasapan ini akan digunakan dipertanaman terbuka, maka pelaksanaannya sebaiknya pada saat pagi hari,sebelum banyak angin.

 

B.     Pengertian Fumigan

Fumigan adalah bahan yang digunakan dalam proses fumigasi. Bila Anda ingin mengendalikan hama dengan cepat, tahu produk, harga, dan sifat kimianya akan sangat menguntungkan.

Berikut ini adalah beberapa pengertian yang harus dipahami mengenai istilah ini:

Menurut KBBI

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fumigan adalah pestisida yang mudah menguap. Biasanya pestisida ini dipakai untuk membasmi jasad yang hidup.

  1. Pengertian secara umum

Definisi fumigan dikaitkan dengan sebuah zat cair yang mudah menguap menjadi gas saat berada di bawah tekanan tinggi. Zat yang sudah berbentuk gas ini bisa membunuh hama atau serangga dalam waktu yang cepat saat digunakan dalam proses fumigasi.

Contoh dan jenis fumigan

Sudah dijelaskan di atas bahwa zat yang digunakan untuk metode fumigasi lebih sering dikenal dengan istilah fumigan.

 

Pemanfaatan fumigan secara konvensional sangat mudah dilihat pada hal-hal yang berhubungan dengan pertanian. Namun kini, pemanfaatannya sudah semakin luas. Zat ini bisa digunakan di apartemen, gudang penyimpanan, dan struktur bangunan lainnya.

 

C.    Jenis-jenis Fumigan

Penyebaran dan penggunan setiap fumigan tergantung lokasi tertentu dikarenakan perbedaan properti dan sifat-sifat dari gas tersebut. Ada 2 fumigan umum yang terdaftar digunakan di Indonesia, Gas Fosfin dan Metil Bromida.

1.      Gas Fosfin - (Magnesium fosfida dan Alumunium Fosfida) - adalah fumigan yang umum digunakan untuk mengontrol serangga produk pangan. Selain mengobati biji-bijian, sereal, dan tepung yang tercemar oleh hama, gas fosfin juga merupakan fumigan yang lebih diminati untuk membasmi serangga pada penyimpanan daun tembakau seperti serangga rokok (Lasioderma serricorne).

2.      Metil Bromida - Penetrasi mendalam dan sifat cepat membunuh dari gas ini atas komoditas-komoditas telah memberikan gas ini prioritas lebih dibandingkan dengan fumigan lainnya di dalam jasa karantina. Namun, fumigan ini terbatas pada layanan karantina sebelum pengiriman dan dibawah pengendalian Critical Use Exemption (CUE).

Gas Fosfin - (Magnesium fosfida dan Alumunium Fosfida) - adalah fumigan yang umum digunakan untuk mengontrol serangga produk pangan. Selain mengobati biji-bijian, sereal, dan tepung yang tercemar oleh hama, gas fosfin juga merupakan fumigan yang lebih diminati untuk membasmi serangga pada penyimpanan daun tembakau seperti serangga rokok (Lasioderma serricorne). Metil Bromida - Penetrasi mendalam dan sifat cepat membunuh dari gas ini atas komoditas-komoditas telah memberikan gas ini prioritas lebih dibandingkan dengan fumigan lainnya di dalam jasa karantina. Namun, fumigan ini terbatas pada layanan karantina sebelum pengiriman dan dibawah pengendalian Critical Use Exemption (CUE).

Umumnya, zat yang digunakan sebagai fumigan adalah biosida, yakni senyawa kimia yang mampu melukai atau bahkan membunuh organisme pengganggu yang bersentuhan dengannya.

Contohnya adalah iodoform, sulfuryl fluoride, methyl bromide, chloropicrin, formaldehida, fosfin, dll.

 

D.    Sifat kimia dari Fumigan

Berikut ini adalah sifat-sifat kimia yang dimiliki oleh bahan fumigasi:

1.      Tekanan uap

Setiap bahan yang digunakan dalam metode ini memiliki tekanan uap berbeda. Simpelnya, ada yang mudah menguap (tekanan uapnya tinggi), ada pula yang sulit menguap. Contoh bahan yang mudah menguap dan menembus lingkungan dengan cepat adalah metil bromida.

2.      Titik didih

Selain kemampuannya dalam penguapan, sifat lain yang dikaitkan dengan apa itu fumigasi adalah titik didihnya.

Ialah waktu yang dibutuhkan untuk turun sampai setengah dari jumlah sebelumnya. Semakin lama nilai paruh berarti laju degradasinya semakin lambat.

 

E.     Contoh Produk dari Fumigan

1.      Phostek 56 TB

Obat fumigasi ini dibanderol mulai harga Rp 270.000,- dan mengandung Aluminium phospide 56%. Sebaiknya digunakan pada tempat penyimpanan atau gudang komoditi.

2.      56 TB Fumigan

Sama dengan Phostek 56 TB, produk ini juga mengandung Aluminium phospide 56%. Cocok dipakai pada gudang komoditi dengan banderol harga yang sedikit lebih murah.


BAB  III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Tujuan dari penggunaan Pestisida ialah menekan atau mengurangi populasi jasad pengganggu sasaran (hama, penyakit, dan gulma) hingga di bawah batas nilai ambang ekonomi, tanpa menimbulkan dampak yang merugikan

Fumigan adalah bahan yang digunakan dalam proses fumigasi. Bila Anda ingin mengendalikan hama dengan cepat, tahu produk, harga, dan sifat kimianya akan sangat menguntungkan

Definisi fumigan dikaitkan dengan sebuah zat cair yang mudah menguap menjadi gas saat berada di bawah tekanan tinggi. Zat yang sudah berbentuk gas ini bisa membunuh hama atau serangga dalam waktu yang cepat saat digunakan dalam proses fumigasi

 


DAFTAR ISI

 

https://www.rentokil.co.id/fumingasi/tipe-fumingasi/

https://fumida.co.id/fumigan/

https://dppp.bangkaselatankab.go.id/post/detail/1084-teknik-aplikasi-pestisida