Sunday 6 November 2022

MAKALAH ARTI PENTING PEKARANGAN DALAM PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA

 

DAFTAR ISI

 

 

 

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………

BAB I…………………………………………………………………………………………

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………...

            1.1  Latar belakang…………………………………………………………………….

            1.2 rumusan masalah………………………………………………………………….

BAB II………………………………………………………………………………………….

2.1 pengertian tanaman holtikultura dan jenis-jenisnya………………………………

            a. pengertian…………………………………………………………………..

            b. jenis-jenis…………………………………………………………………….

2.2  pengembangan holtikultura…………………………………………………………

BAB III………………………………………………………………………………………….

PENUTUP………………………………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………

3.2 Saran………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

 

 Tanaman hortikultura merupakan komoditas pertanian khas tropis yang potensial dikembangkan di Indonesia. Komoditas hortikultura unggulan terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias (Nurjayanti dan subeki, 2017). Ada banyak tanaman hias yang mudah dikembangkan di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia, salah satunya adalah Adenium (Mohamad, 2016). Tanaman Adenium sp. yang sering dikenal dengan nama sebutan kamboja Jepang adalah salah satu komoditi dari jenis tanaman hias dan sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Sebagai tanaman gurun, maka tanaman kamboja jepang termasuk dalam tanaman semak sukulen yang kuat dalam pertahanan diri terhadap lingkungan yang kering dan panas. Melihat dari asal tanaman ini, maka Adenium sp. merupakan tanaman yang memerlukan sinar matahari penuh dan media tanam yang porus (Sugih, 2007). Indonesia dengan iklim tropis yang cenderung panas sangat cocok untuk mengembangkan adenium secara luas (Megawati, 2011). Tanaman jenis ini merupakan salah satu jenis tanaman hias yang berbunga dan memiliki nilai ekonomi tinggi serta berpotensi mendatangkan keuntungan. Kebutuhan terhadap jenis tanaman Adenium sp. baik dari biji, bibit bonggolan, tanaman sambung atau tanaman jadi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pesat (Rochmatino dan Prayoga, 2011). Menurut Haryanto (2005), salah satu keindahan adenium adalah kemampuan pangkal batang dan akarnya yang membesar yang dikenal dengan

 

 

sebutan “Bonggol”. Ukuran akar dan batang dapat semakin bertambah besar seiring bertambahnya waktu dan bertambahnya umur tanaman tersebut. Keindahan bonggol Adenium menjadi salah satu nilai jual Adenium. Penambahan hormon auksin dan sitokinin diharapkan akan meningkatkan keberhasilan dan mempercepat sambung (Grafting) pada tanaman Adenium sp. (Ekosari, 2010). Tanaman Adenium memiliki keunikan dan daya tarik sebagai tanaman hias, seperti bentuk bunganya yang indah, warna yang beraneka ragam (merah, putih, merah muda, jingga, ungu, dan kuning), serta memiliki berbagai motif bunga (motif strip, bercak, bergaris, dan berbintik-bintik) (Sulistiana, 2009). Menurut hasil penelitian Fransiska et al., (2020) mengatakan zat perangsang tumbuh Indole Butyric Acid (IBA) ini memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan. Aplikasi ZPT golongan sitokinin menghasilkan persentase pembentukan tunas baru (Yuda et al., 2020). Auksin dan sitokinin merupakan faktor pemicu dalam proses tumbuh dan berkembang jaringan pada tanaman. Penggunaan zat pengatur tumbuh tersebut dapat memacu pertumbuhan tunas baru (Lestari 2011).

 

 

 

 

 

 

 

1.2  Rumusan Masalah

 

 Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

 

 1. Bagaimana pengaruh pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) terhadap penyambungan tanaman adenium.

 2. Bagaimana pengaruh macam varietas tanaman Adenium terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman

3. Bagaimana Interaksi pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) dengan macam varietas tanaman Adenium dalam penyambungan.

 

 1.3 Tujuan Penelitian

 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) terhadap penyambungan tanaman adenium.

 2. Untuk mengetahui pengaruh macam varietas tanaman Adenium terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

3. Untuk mengetahui Interaksi pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) dengan macam varietas tanaman Adenium dalam penyambungan.

 

1.4 Keaslian Penelitian Penelitian yang berjudul “Efektifitas Pemberian Hormon Pertumbuhan Terhadap Penyambungan Berbagai Macam Varietas Kamboja Jepang (Adenium obesum)” adalah penelitian yang benar-benar dilakukan di Sukamakmur, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. Adapun pendapat penelitian lain yang tercantum dalam tulisan ini ditulis dengan menyertakan sumber pustaka aslinya.

 

1.5 Luaran Penelitian Penelitian ini dapat menghasilkan luaran berupa : Skripsi, Artikel ilmiah, dan Poster Ilmiah.

 

1.6 Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah, menambah wawasan dan dapat dijadikan referensi bagi pembaca atau peneliti selanjutnya tentang “Efektifitas Pemberian Hormon Pertumbuhan Terhadap Penyambungan Berbagai Macam Varietas Kamboja Jepang (Adenium obesum)”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

2.1  Pengertian tanaman holtikultura dan jenis-jenisnya

 

a.       pengertian

Hortikultura merupakan gabungan bahasa Latin, hortus yang mengandung arti kebun dan culture yang berarti bercocok tanam. Hortikultura bisa didefinisikan sebagai cara budidaya tanaman yang dilakukan di kebun dan halaman rumah

 

b.      jenis-jenis

1)       Olerikultura (Tanaman sayur)

Tanaman olerikultura atau biasa dikenal dengan tanaman sayur ini tak asing di tengah masyarakat, sebab menjadi salah satu makanan sehat yang dianjurkan untuk dikonsumsi. Tanaman ini umumnya bertekstur lunak dan dapat dikonsumsi dalam kondisi segar ataupun dimasak.

Tanaman sayur terbagi menjadi dua jenis, yaitu tanaman musiman dan tanaman tahunan. Jenis tanaman musiman merupakan tanaman yang hanya bisa ditanam pada saat tertentu, seperti musim panas atau musim penghujan. Berikut beberapa contoh tanaman musiman:

- bawang Putih

- kubis

- wortel

- kentang

- sawi

- bayam

- kangkong

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2)       Frutikultura/pomologi (Tanaman buah)

 

Tanaman frutikultura merupakan tanaman buah yang dapat dikonsumsi sehari-hari dan mengandung banyak nutrisi untuk tubuh
Tanaman buah tak bisa ditanam sembarang waktu. Pasalnya, ia ditentukan berdasarkan musim. Beberapa tanaman yang terkait pada musim-musim tertentu di antaranya:

jeruk

- rambutan

- semangka

- melon

 

Selain itu, ada pula tanaman buah yang memiliki jangka tanam tahunan atau panen dalam setahun sekali, seperti berikut:

- nanas

- nangka

- sawo

- belimbing

- manga

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3)       Florikultura (Tanaman bunga)

Tanaman hortikultura satu ini berfungsi untuk mempercantik ruang atau area tertentu. Cara tanamnya dan perawatannya pun tergolong mudah.

Beberapa contoh florikultura adalah sebagai berikut:

- melati

- mawar

- krisan

- anyelir

 

 

4)       Biofarmaka (Tanaman obat)

 

Biofarmaka atau tanaman obat juga sering dikaitkan dengan tanaman obat keluarga (Toga). Tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di ladang luas ataupun pekarangan rumah.

Tak hanya sebagai obat, tanaman-tanaman ini juga dapat berfungsi sebagai kosmetik ataupun perawatan alami tubuh. Berikut adalah beberapa contoh tanaman obat:

- serai

- temulawak

- lengkuas

- kayu manis

- mengkudu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.2  pengembangan holtikultura

Pendekatan kawasan dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi biaya dan mendorong keberlanjutan kawasan komoditi unggulan. Melalui pengembangan kawasan diharapkan dapat terwujud pelayanan pembangunan yang lebih bersifat  partisipatif dan efisien dengan fokus pada upaya pengembangan komoditi unggulan. Dalam pembangunan kawasan mutlak diperlukan suatu perencanaan yang disusun dengan melibatkan masyarakat setempat dan seluruh pemangku kepentingan.

Kawasan hortikultura adalah hamparan sebaran usaha hortikultura yang disatukan oleh faktor pengikat tertentu, baik faktor alamiah, sosial budaya maupun faktor infrastruktur fisik buatan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, penetapan kawasan hortikultura dilakukan dengan memperhatikan aspek sumberdaya hortikultura, potensi unggulan yang ingin dikembangkan, potensi pasar, kesiapan dan dukungan masyarakat, dan kekhususan wilayah.

Pengembangan hortikultura berbasis kawasan akan memberikan manfaat sebagai berikut :

  1. Memungkinkan penangaanan berbasis komoditas hortikultura secara terpadu sesuai dengan kesamaan karakteristiknya.
  2. Memberikan peluang bagi semua komoditas potensial di kawasan untuk ditangani secara proporsional.
  3. Merupakan wadah dan wahana pelaksanaan desentralisasi pembangunan secara nyata, sinergis, dan harmonis, diantara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
  4. Memungkinkan “critical mass” penggalangan sumberdaya sehingga terjadi sinergi dari berbagai sumberdaya.
  5. Membedakan secara jelas karakter dan pengukuran kinerja antara pengembangan dan perbaikan.
  6. Meningkatkan kegiatan ekonomi di kawasan dan sekitarnya.
  7. Skala pengembangan usaha menjadi lebih luas.
  8. Sebagai entry point pelayanan inovasi, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pembiayaan.

Menurut Permentan No. 41 Tahun 2009, penetapan kawasan budidaya hortikultura dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

  1. Mempunyai kesesuaian lahan yang didukung dengan sarana dan prasarana budidaya, panen, dan pasca panen.
  2. Memiliki potensi untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis hortikultura.
  3. Mempunyai akses, prasarana transportasi jalan serta pengangkutan yang mudah dan dekat dengan pusat pemasaran dan pengumpulan produksi.

 

 

 

 

 

Strategi dasar pengembangan kawasan hortikultura di Kota Pontianak dapat diawali  dengan optimalisasi komoditas unggulan yang telah  berkembang seperti lidah buaya, pepaya, dan sayuran, yang secara terfokus dan terarah kemudian dikembangkan melalui pendekatan agribisnis dengan memperhatikan keterkaitan hulu-hilir secara berkesinambungan. Pengembangan kawasan hortikultura tidak berdiri sendiri, namun lebih merupakan keterpaduan dari beberapa program dan kegiatan pengembangan antar sektor/sub sektor, antar institusi dan antar pelaku yang telah ada, yang terfokus dikawasan.

Pada hakekatnya pengembangan kawasan hortikultura dibangun atas kerjasama diantara setiap pelaku usaha, dan kontribusi dari berbagai sektor terkait, antara lain pertanian, perindustrian, perdagangan, koperasi, UKM, Infrastruktur, pusat penelitian, perguruan tinggi, swasta, asosiasi, perbankan, dan lainnya.

Keberhasilan dalam pengembangan kawasan hortikultura dapat ditunjukkan oleh indikator-indikator sebagai berikut :

  1. Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk hortikultura, yang dicirikan dengan diterapkannya GAP dan SOP, serta teregistrasinya lahan usaha hortikultura.
  2. Tertatanya manajemen rantai pasokan, yang dicirikan dengan terdistribusikannya secara proporsional keuntungan dalam setiap mata rantai pasar.
  3. Terjalinnya kemitraan antara kelompok tani dengan pengusaha.
  4. Berkembangnya industri pengolahan hasil komoditas hortikultura unggulan yang merupakan usaha peningkatan nilai tambah produk segar.
  5. Meningkatnya penggunaan benih bermutu.
  6. Meningkatnya jumlah dan kualitas kelembagaan tani.
  7. Meningkatnya kualitas lingkungan, dengan diterapkannya aspek konservasi lahan, pola tanam dan penanganan PHT dalam pengelolaan OPT.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 

      Adapun kesimpulan kesimpulan dari makaka ini

1.      Perkembangan hortikultura di Indonesia memiliki prospek atau peluang yang baik dikarenakan tingkat konsumsi di masyarakat terkhusus masyarakat domestic yang semakin menigkat dan di Indonesia memiliki keadaan lingkungan yang bersahabat

2.      Peranan hortikultura fungsi penyediaan pangan,ekonomi,Kesehatan dan sosial budaya

3.      Tantangan atau permasalahan yang di hadapi untuk pengembangan hortikultura di Indonesia di karenakana pola usaha tani yang kecil, mutu bibit,yang rendah dan di tunjang oleh keragamanjenis/varietas tanaman, serta rendahanya penerapan teknologi budidaya.

3.2 saran

             Pengembangan hortikultura di Indonesia memilikin prospek yang sangat baik, oleh karena itu sebaiknya masyarakat perimtah, peneliti dan Lembaga Pendidikan terkhusus di bidang pertanian lebih giat dan berupaya dalam pengembangan horticultural agar dapat bersaing dengan produk luar dan dapat memenuhi kebutuhan masyrakat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Afzal, M., Khan, Q.M., and Sessitsch, A. 2014. Endophytic Bacteria: Prospects and Applications for The Phytoremediation of Organic Pollutants. Chemosphere Vol 117:232-242.

 

Ahmad, F., Ahmad, I., Khan, M.S. 2005. Indol Acetic Acid Production by The Indigineous Isolates of Azotobacter and Fluorescens Pseuodomonad in The Presence and Absence of Tryptophan. Turk. J. Biol. Vol 29:29-34.

 

Aldi, E.S., Wuryandari, Y., dan Radiyanto, I. 2016. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Akibat Pemberian Formula Berbahan Aktif Pseudomonad Fluorescens Isolat 122 dalam Berbagai Bentuk dan Dosis. Plumula Vol 5(2):2089-8010.

 

Andoko, A. 2004. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikular Organik. Penebar Swadaya. Jakarta hal. 85.

 

Aryantha, I.N.P., Lestari, D.P., Pangesti, N.P.D. 2004. Potensi Isolat Bakteri Penghasil IAA dalam Peningkatan Pertumbuhan Kecambah Kacang Tanah pada Kondisi Hidroponik. Bandung. Jurnal Mikrobiologi Indonesia Vol 9(2):43-46.

 

 Bacon, C.W. and Hilton, D.M. 2007. Bacterial Endophytes: The Endophytic Nische, its Occupants, and its Utillity. S.S. Gnanamanickam (ed.). Berlin: Plant-Associated Bacteria. Springer hal. 155-194.

 

Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. BPS : Jakarta.

 

Bakhtiar, B.S.P., Trikoesoemaningtyas, M.A.C., Dewi, L., Amir, M. 2007. Penapisan Galur Haploid Ganda Padi Gogo Hasil Kultur Antera Untuk Toleransi Terhadap Cekaman Aluminium. Bul Argon. Vol 35(1):8-14.

 

 Bakker, P.A.H.M., Pierterse, C.M.J., and Loon, L.C. 2007. .

 

 Balai Penelitian Tanah. 2012. Petunjuk Juknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Bandara, W.M., Seneviratne, G., and Kalasooriya, S.A. 2006. Interaction Among Endophytic Bacteria and Fungi: Effects and Potensials. Indian Academy and Sciences. J. Biosci Vol 31(5):645-650.

 

 Barka, E.A., Gognies, S., Nowak, J., Audran, J.C., and Belarbi, A. 2002. Inhibitory Effect of Endophyt Bacteria on Botrytis Cinerea and Its Influence to Promote The Grapevine Growth. Biol. Control Vol 24(2):135-142

No comments:

Post a Comment