Tuesday 1 December 2020

PERIKANAN TRADISIONAL DAN MODERN

 

PERIKANAN TRADISIONAL DAN MODERN

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

Indonesia memiliki kekayaan maritim dan potensi bahari yang luar biasa besar. Dengan luas laut dan perairan yang mencapai 2/3 wilayah Indonesia, yakni sebesar 5,8 juta km2 dan panjang pantai sekitar 97 ribu km, tentu hal ini menggambarkan potensi sektor kelautan yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Banyak bisnis-bisnis potensial yang berbasis pada sumberdaya (resources based industry) dapat menjadi peluang, seperti industri kelautan, perikanan, pariwisata, industri olahan, industri jasa kelautan dan industri lainnya yang ramah lingkungan. Namun, kekayaan maritim dan potensi bahari tersebut belum memberikan kontribusi yang nyata bagi perekonomian Indonesia, terutama sebagai sumber devisa negara.

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budidaya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan. Kehidupan nelayan sampai saat ini belum dapat dikatakan layak bahkan jauh dari kata sejahtera. Jumlah nelayan miskin di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari total penduduk miskin nasional yang mencapai 31,02 juta orang. Jumlah 7,87 juta orang tersebut berasal dari sekitar 10.600 desa nelayan miskin yang terdapat di kawasan pesisir di berbagai daerah di tanah air.

Banyak faktor yang menyebabkan nelayan masih dianggap sebagai golongan marginal. Beberapa penyebab nelayan di Indonesia masih dalam kondisi yang belum sejahtera dan dianggap golongan marginal seperti cara penangkapan yang masih tergolong tradisional, pendidikan, dan system rantai penjualan.

Pendidikan di kalangan nelayan sampai saat ini masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan berbagai faktor mulai dari infrastuktur, sumberdaya manusia dan kepedulian nelayan akan pentingnya pendidikan. Ketiga faktor itu sangat terkait, sehingga diperlukan penanganan yang intensif dan keberlanjutan. Sistem rantai penjualan hasil tangkapan nelayan sampai saat ini dirasa kurang berpihak pada nelayan. Panjangnya rantai penjualan hasil tangkapan menjadikan margin harga yang diterima nelayan dengan harga yang dibayarkan konsumen akhir cenderung jauh berbeda, dan yang diuntungkan selalulah para pedagang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1  Pengertian Modernsisasi

Modernisasi pada hakikatnya merupakan proses perubahan atau pembaharuan. Pembaharuan mencakup bidang-bidang yang sangat banyak. Bidang mana yang akan diutamakan oleh suatu masyarakat tergantung dari kebijaksanaan penguasa yang memimpin masyarakat tersebut (Soekanto, 1990 dalam Ilpizukdi, 2008).

Tujuan utama dari modernisasi adalah untuk membawa masyarakat menuju perubahan ke arah yang lebih maju. Pada intinya, modernisasi tergantung pada perubahan yang terjadi di masyarakat itu sendiri. Indikator keberhasilan suatu rencana program tertentu yang berkaitan dengan modernisasi yaitu terjadinya perubahan dalam masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun dalam bentuk pemikiran yang lebih dinamis dan terbuka.

2.2  Modernisasi Perikananan

Modernisasi perikanan atau revolusi biru (blue revolution) awalnya lahir dari adanya kesadaran akan pentingnya memanfaatkan potensi sumberdaya perikanan dan lautan yang amat sangat besar ini dengan kondisi termanfaatkan yang masih dibawah 50 persen.

Modernisasi perikanan yang dimulai sejak tahun 1970-an dipahami sebagai momentum perubahan sosial masyarakat nelayan, ketika itu pemerintah mengeluarkan paket kebijakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya perikanan laut yaitu: modernisasi melalui penggunaan motorisasi dan teknologi alat tangkap yang modern; kebijakan pemberian fasilitas kredit berupa kredit usaha, mesin-mesin, perahu dan peralatan penting kepada para nelayan; pembangunan fasilitas infrastruktur yang mendukung kegiatan perikanan laut agar menjamin efektivitas dan peningkatan produksi berupa pelabuhan perikanan, ruang pendingin, tempat pengeringan ikan dan pelelangan ikan (TPI).

Dengan mulai dikembangkannya perahu nelayan seperti minitrawl, jaring porsen,dan jenis alat tangkap modern lainnya akan dapat meningkatkan produktivitas perikanan. Berbeda ketika mereka masih menggunakan alat tradisional seperti penggunaan jaring payang dan  jaring Slerek .


BAB III

PEMBAHASAN

 

3.1  Pengaruh Modernisasi Perikanan terhadap Kehidupan Nelayan

Modernisasi perikanan melalui peningkatan kualitas alat tangkap pada umumnya didorong untuk meningkatkan produksi perikanan.

Secara umum ada beberapa pengaruh positif dari kelangsungan modernisasi perikanan tersebut, antara lain :

1.  Terjadinya peningkatan produksi perikanan

2.  Meningkatnya pendapatan nelayan karena produksinya meningkat

3.  Mendorong terciptanya lapangan kerja baru

Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa modernisasi perikanan juga seringkali menyebabkan berbagai permasalahan. Berbagai studi menunjukan bahwa modernisasi perikanan sering menyebabkan ketimpangan antarnelayan karena:

  1. Kesempatan untuk memperoleh bantuan teknologi dan modal sering didapatkan kepada segelintir nelayan
  2. Ketimpangan pendapatan antara nelayan buruh dengan pemilik kapal.

3.      Modernisasi perikanan juga tak jarang menyebabkan terjadinya konflik nelayan. 

  1. Adanya modernisasi perikanan terutama yang berhubungan langsung dengan alat tangkap, sering kali disalahgunakan oleh masyarakat. Hal ini dapat terlihat pada proses penangkapan yang biasanya melebihi kapasitas atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya laut yang ada.
  2. Hanya kalangan nelayan strata atas saja yang lebih siap untuk memasuki sistem kelembagaan baru karena adanya motorisasi alat tangkap yang menyebabkan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar antara nelayan dan juragan.

Berdasarkan hal di atas, dapat dilihat bahwa ternyata modernisasi memberikan dampak negatif yang cukup banyak di kalangan nelayan kecil. Hal ini dapat dikatakan bahwa modernisasi perikanan masih “salah sasaran” dalam proses pelaksanannya.

3.2  Dampak Modernisasi Perikanan

Modernisasi perikanan memberikan beberapa dampak negatif di antaranya

3.2.1 Segi Ekonomi

Dari segi ekonomi, modernisasi sendiri dapat dilihat dari berbagai hal, seperti modernisasi perikanan melalui penggunaan teknologi dengan harapan terjadinya perubahan dari tradisonal menjadi modern ternyata tidak bisa terwujud. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, satu di antaranya dikarenakanan tidak terjadinya proses kerjasama yang lebih rasional dan menguntungkan.

Selain itu, modernisasi perikanan yang berisikan kebijakan pemerintah dalam pembangunan sub-sektor perikanan memberikan tekanan struktural yang menyebabkan kepentingan-kepentingan nelayan tradisional terabaikan, seperti kebijakan pemerintah yang mengejar peningkatan produktivitas seringkali mengabaikan kepentingan nelayan kecil. Hal ini seperti akibat beroperasinya kapal-kapal penangkap ikan modern yang menyebabkan nelayan kecil mengalami penurunan hasil tangkapan sampai 58%, ada juga seperti pemicu konflik agraria seperti adanya ”penyerobotan” wilayah perikanan tradisional yang dilakukan oleh perusahaan perikanan modern yang sebenarnya wilayah tersebut merupakan daerah beroperasinya nelayan kecil sehingga nelayan kecil pun kehilangan sebagian besar tangkapannya.

Walaupun   alat tangkap perikanan yang modern diupayakan mampu meningkatkan jumlah produksi, namun faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan. Para nelayan besar yang mampu membeli akan semakin kaya dan jumlah produksinya besar dan para nelayan kecil dengan keterbatasan modal cenderung tetap menggunakan alat tangkap tradisional dengan hasil melaut yang semakin sedikit karena sudah terkuras oleh alat- alat modern yang umumnya menggunakan perahu- perahu besar. Sehingga yang terjadi adalah kemiskinan pada masyarakat nelayan yang semakin meningkatkan akibat dari modernisasi perikanan yang menghasilkan alat- alat modern yang mahal dan hanya mampu dibeli oleh nelayan yang memiliki uang yang cukup. 

Selanjutnya, penyebab kemiskinan rumah tangga nelayan kecil adalah program yang tidak memihak nelayan kecil. Berbagai program pembangunan perikanan selama ini dirasa tidak menguntungkan nelayan kecil serta mendorong ekploitasi berlebih atas sumberdaya perikanan yang ada. Program modernisasi perikanan dirasa lebih menguntungkan nelayan besar dan kurang memperhatikan/merugikan nelayan kecil. Modernisasi peralatan tangkap hanya bisa dinikmati oleh nelayan besar yang memiliki modal kuat dan akses ke pemegang kekuasaan sementara nelayan kecil semakin tertindas dengan keterbatasan modal dan keterbatasan penggunaan teknologi.

3.2.2 Segi Sosial

Modernisasi perikanan ini berdampak pada kehidupan sosial nelayan maupun komunitas nelayan. Penggunaan teknologi lama yang masih sederhana yaitu perahu dayung menjadi teknologi baru berupa perahu motor tempel (perahu katinting) yang cenderung lebih modern, efektif dan efisien.

Namun dengan adanya modernisasi perikanan yang tidak seimbang menimbulkan maslah- masalah yang besar seperti:

a.       Munculnya unit-unit sosial baru yang berdampak pada perubahan struktur sosial masyarakat nelayan.

Perubahan tersebut terjadi pada level nelayan maupun komunitas. Pada level nelayan, diferensiasi tersebut menimbulkan nelayan terstratifikasi dalam beberapa lapisan, misalnya nelayan pemilik kapal, nelayan pekerja pada pemilik kapan dan nelayan tangkap biasa yang bekerja secara individu.  Namun, yang justru berkembang adalah pemilik modal (pemilik kapal dan teknologi penangkapan) melalui mekanisme ketergantungan yakni hubungan antara patron (pemilik modal) dan client (nelayan) dengan sistem bagi hasil menikmati pendapatan yang lebih besar dan menguasai akses. Hal ini juga menyebabkan perubahan sumber penghasilan nelayan yang diusahakan sendiri menjadi upah yang diberikan ke petron. Kusnadi (2004) mengungkapkan kesimpulan substansinya bahwa akibat penetrasi kapitalisme dalam aktivitas nelayan di daerah ini menyebabkan kelompok nelayan dan buruh nelayan lebih cepat terseret dalam kemiskinan. Penggunaan teknologi penangkapan ikan yang diharapkan mengakibatkan terjadinya perubahan mode of production dari sistem tradisional menjadi modern ternyata jauh dari harapan. Hal ini dikarenakan proses yang terjadi tidak dibarengi oleh pergeseran hubungan kerja ke arah yang lebih rasional dan saling menguntungkan. Sehingga yang justru berkembang adalah pemilik modal (kapal dan teknologi penangkapan) melalui mekanisme ketergantungan yakni hubungan patron client dengan sistem bagi hasil menikmati pendapatan yang lebih besar dan menguasai akses pasar adalah orang yang berkuasa. Akibatnya, kemiskinan nelayan menjadi permanen.

 

b.      Selain itu masalah yang lain timbul terkait dengan pengadaan alat tangkap adalah konflik karena nelayan yang menggunakan alat modern akan menindas nelayan yang menggunakan alat tradisional, dan konflik lainnya yang berujung pada pembakaran kapal penangkap ikan modern. Seperti salah satu pemicu konflik agraria.

  1. Adanya perubahan dalam kelembagaan kerja usaha penangkapan.
  2. Perubahan sistem produksi yang dulunya subsisten menjadi tata produksi yang bersifat komersil maupun kapitalis, dan Masih bertahannya sebagian kecil nelayan tradisional dan post-tradisonal.

 

3.2.2        Segi Lingkungan

Adanya modernisasi perikanan akan memungkinkan adanya eksploitasi terhadap sumber daya laut. Karena naluri manusia adalah cenderung menginginkan hal yang lebih. Sifat yang eksploitatif akan merusak ekosistem laut namun itu semua tidak terjadi jika dilakukan secara tepat. Dampak negatif adanya modernisasi perikanan terutama yang berhubungan langsung dengan alat tangkap yang sering kali disalahgunakan oleh masyarakat. Hal ini dapat terlihat pada proses penangkapan yang biasanya melebihi kapasitas atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya laut yang ada.

3.3      Peran Pemerintah untuk Meningkatkan Kehidupan Masyarakat Nelayan Kecil

Dalam rangka meningkatkan kehidupan masyarakat nelayan kecil, pemerintah memiliki beberapa peran yang terlihat dalam strategi  perlindungan  prasarana dan sarana produksi kegiatan usaha nelayan. 

Prasarana para pembudidaya ikan, dan petambak garam dalam kegiatan usaha perikanan adalah segala sesuatu yang  merupakan  penunjang  utama  untuk memperoleh  sumber  daya  ikan,  antara  lain, berupa alat  tangkap  ikan,  kapal, dan/atau pelabuhan,  lahan dan  kolom  air,  serta  saluran  pengairan.  Untuk  nelayan  dan  pembudi  daya  ikan,  prasarana  yang  diperlukan  berbeda-beda.  Prasarana  lebih  berupa  infrastruktur  fisik.  Prasarana  yang  dibutuhkan  nelayan  antara  lain  stasiun  pengisian  bahan  bakar  yang  terletak  dekat  dengan  pelabuhan  perikanan,  pelabuhan  perikanan,  jalan  pelabuhan,  jaringan  listrik,  dan  tempat  penyimpangan  berpendingin.  Sedangkan  prasarana  yang  dibutuhkan  pembudi  daya  ikan  antara  lain  lahan  dan  kolom  air  (untuk  budi  daya  perikanan di perairan umum dan di  laut),  saluran pengairan,  jalan produksi,  jaringan listrik dan pasar, dan tempat penyimpangan berpendingin. 

Sarana  dalam  kegiatan  usaha  perikanan  adalah  segala  sesuatu  yang  dapat  dipakai  sebagai  alat  untuk  memperoleh/meningkatkan  sumber  daya  kan,  antara  lain,  berupa  bahan  bakar minyak,  air  bersih  dan  es,  bibit  dan benih.  Untuk  nelayan  dan  pembudi  daya  ikan,  sarana  yang  diperlukan berbeda-beda.  Sarana  yang  dibutuhkan  nelayan  antara  lain  kapal  dan  alat  tangkap,  bahan  bakar  minyak,  air  bersih  dan  es.  Sedangkan  sarana  yang  dibutuhkan pembudi daya ikan antara lain bibit dan benih, pakan, obat-obatan  dan air bersih.

Oleh karena itu pemerintah melakukan beberapa  kajian dalam  pengembangan  wilayah  yang  memiliki  potensi  perikanan dengan kebijakan meliputi:

1)      Penyediaan  sarana  pelabuhan,  TPI, PPI  dan  fasilitas  perikanan  lainnya  yang kondusif dan berperspektif mitigasi bencana 

2)      Pendidikan dan pelatihan bagi nelayan 

3)      Bantuan  modal  usaha  bagi  nelayan  serta  masyarakat  yang  ingin mengembangkan usaha perikanan

4)      Subsidi bahan bakar

Revitalisasi fungsi TPI (Tempat Pelelangan  Ikan) adalah sebentuk upaya menghubungkan nelayan dengan pasar. Dalam pandangan KIARA, revitalisasi fungsi TPI  yang  tersebar  di  kampung-kampung  nelayan  dimaksudkan untuk memenuhi standar minimum pelayanan bagi kepentingan nelayan tradisional. Fungsi-fungsi  TPI  yang  semestinya  dijalankan  adalah  sebagai  berikut: 

(1) Penyediaan  informasi  cuaca

(2)  Penyediaan  informasi  mengenai  potensi wilayah  penangkapan  ikan  dan 

harga  ikan  secara  berkelanjutan

(3)  Sistem pelelangan ikan yang berkeadilan

(4)  Penyediaan bbm, bibit dan pakan ikan yang  mudah  diakses,  serta 

(5)  Kelengkapan  penangkapan/budidaya  akan bersubsidi dan

(6)  Tersedianya fasilitas permodalan yang mudah diakses oleh nelayan.

 

3.4      Strategi Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Menuju Nelayan Kecil.

Beberapa pendekatan dan strategi yang dapat diterapkan pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat (Karsidi, 2001) menuju kemandirian petani dan nelayan kecil, dapat ditempuh dengan berbagai upaya sebagai berikut :

a.      Memulai dengan tindakan mikro dan lokal

 

Proses pembelajaran rakyat harus dimulai dengan tindakan mikro dan lokal, namun memiliki konteks makro dan global. Dialog mikro–makro harus terus menerus menjadi bagian pembelajaran masyarakat agar berbagai pengalaman mikro dapat menjadi policy input dan policy reform sehingga memiliki dampak yang lebih luas. Petugas pemberdayaan/pendamping masyarakat tani dan nelayan kecil seyogyanya diberikan kebebasan untuk mengembangkan pendekatan dan cara yang sesuai dengan rumusan tuntutan kebutuhan setempat/lokal di wilayah tugasnya masing-masing.

 

b.      Pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah)

 

Karena masing-masing daerah potensinya berbeda, maka kebijakan yang akan diberlakukan juga berbeda antar daerah. Pemberlakuan kebijakan secara seragam untuk semua daerah harus ditinggalkan.

 

c.       Mengganti pendekatan kewilayahan administratif dengan pendekatan kawasan

 

Pemberdayaan masyarakat tidak mungkin didasarkan atas kewilayahan administratif. Pendekatan kewilayahan administratif adalah pendekatan birokrasi/kekuasaan. Pendekatan kawasan berarti lebih menekankan pada kesamaan dan perbedaan potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan tertentu. Dengan pendekatan ini akan memungkinkan terjadinya pemberdayaan masyarakat dalam skala besar dan lebih lanjut akan memungkinkan terjadinya kerjasama antar kawasan yang lebih produktif.

 

d.      Membangun kembali kelembagaan masyarakat

 

Peranserta masyarakat menjadi keniscayaan bagi semua upaya pemberdayaan masyarakat, jika tidak dibarengi munculnya kelembagaan sosial, ekonomi dan budaya yang benar-benar diciptakan oleh masyarakat sendiri. Misalnya lumbung desa dan organisasi lokal lainnya dipersilahkan tetap hidup.

  1. Mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis

Perlu dipahami bersama bahwa desakan modernisasi telah menggusur ilmu pengetahuan dan teknologi lokal dan menciptakan ketergantungan masyarakat lokal pada input luar serta hilangnya kepercayaan diri yang sangat serius. Temuan-temuan lokal oleh petani dan nelayan setempat harus mendapatkan pengakuan sejajar dan dipersilahkan bebas berkompetisi dengan inovasi baru dari luar. Pola penyuluhan yang bersifat sentralistik, topdown dan linier (Sumardjo, 1998) perlu diubah menjadi pendekatan yang lebih dialogis dan hadap masalah.

  1. Pengembangan kesadaran pelaku ekonomi

Karena peristiwa ekonomi juga merupakan peristiwa politik atau lebih dikenal dengan politik ekonomi, maka tindakan yang hanya berorientasi memberikan bantuan teknis jelas tidak memadai. Pemberdayaan yang diperlukan adalah tindakan berbasis pada kesadaran masyarakat untuk membebaskan diri dari belenggu kekuatan ekonomi dan politik yang menghambat proses demokratisasi ekonomi. Komitmen para petugas pemberdayaan masyarakat dan lembaga-lembaga terkait pada pengembangan kemandirian petani dan nelayan kecil merupakan sesuatu yang sangat diperlukan.

  1. Membangun jaringan ekonomi strategis

Jaringan strategis akan berfungsi untuk mengembangkan kerjasama dalam mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki kelompok ekonomi satu dengan lainnya baik dalam bidang produksi, pemasaran, teknologi dan permodalan.

h.      Kontrol kebijakan

 

Agar kebijakan pemerintah benar-benar mendukung upaya pemberdayaan masyarakat, maka kekuasaan pemerintah harus dikontrol. Sebagai contoh adalah keikutsertaan organisasi petani dan nelayan dalam proses pengambilan keputusan tentang kebijakan pertanian dan perikanan

 


BAB IV

PENUTUP

 

4.1  Kesimpulan

Modernisasi perikanan melalui peningkatan kualitas alat tangkap pada umumnya didorong untuk meningkatkan produksi perikanan. Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa modernisasi perikanan juga seringkali menyebabkan berbagai permasalahan. Modernisasi memberikan dampak negatif yang cukup banyak di kalangan nelayan kecil. Hal ini dapat dikatakan bahwa modernisasi perikanan masih “salah sasaran” dalam proses pelaksanannya.

Beberapa strategi pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat menuju nelayan kecil yang dapat diterapkan pemerintah di antaranya memulai dengan tindakan mikro dan lokal, pengembangan sektor ekonomi strategis sesuai dengan kondisi lokal (daerah), mengganti pendekatan kewilayahan administratif dengan pendekatan kawasan, membangun kembali kelembagaan masyarakat, mengembangkan penguasaan pengetahuan teknis, pengembangan kesadaran pelaku ekonomi, membangun jaringan ekonomi strategis, dan kontrol kebijakan.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Karsidi, Ravik. 2001.Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam

   Pemberdayaan Masyarakat.

Dalam Pambudy dan A.K.Adhy (ed.): Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani, Bogor: Penerbit Pustaka Wirausaha Muda.
Korten, David C. 1984. Pembangunan yang Memihak Rakyat. Jakarta : Lembaga

           Studi Pembangunan.

Mahmudi, Ahmad. 1999. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat. TOT P2KP

             oleh LPPSLH, Ambarawa, 27 Nopember 1999.

http://kkp.go.id/index.php/pers/potensi-sektor-kelautan-indonesia-menjanjikan/

http://berdaya-maritim.blogspot.co.id/2014/01/strategi-meningkatkan-kesejahteraan.html

 

 

LAPORAN TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KURMA DI PERKEBUNAN KURMA BARBATE ACEH BESAR

 

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KURMA DI PERKEBUNAN KURMA BARBATE ACEH BESAR

KATA PENGANTAR

 

Bismillahhirrahmannirrahim

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah Subnanawata’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan laporan praktek lapang yang berjudul “Teknik budidaya tanaman kurma di perkebunan kurma Barbate Aceh BesarSalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad  ï·º sebagai pembawa  Risalah Islam dan ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan umat di dunia dan akhirat. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat kurikulum pada Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama, Aceh Besar.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan baik dari segi penyajian maupun materi pembahasan. Untuk itu penulis mangharapkan kritikan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi semua. Amin yarabbal’ alamin.

 

 

Aceh Besar, Januari 2020

 

Penulis

 

 

Fitriana

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR.. i

DAFTAR ISI. ii

 

BAB I. PENDAHULUAN.. 1

1.1   Latar Belakang. 1

1.2   Tujuan Praktek Lapang. 3

1.3   Manfaat Praktek Lapang. 3

 

BAB II     TINJAUAN KEPUSTAKAAN.. 4

2.1                                                                         Taksonomi Tanaman Kurma. 4

2.2                                                                         Klasifikasi Tanaman Kurma. 4

2.3                                                                          Morfologi Tanaman Kurma. 4

2.4                               Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma. 5

2.5                                                                  Syarat Tumbuh Tanaman Kurma. 6

2.6                                                                                            Manfaat Kurma. 8

 

BAB III.   METODE PELAKSANAAN.. 9

3.1                                                                                       Lokasi Perkebunan. 9

3.2                                                                                       Tempat dan Waktu. 9

3.3                                                                                            Bahan dan Alat 9

 

BAB IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN.. 10

4.1                                                                                           Persiapan Lahan. 10

4.2                                                                                                    Pembibitan. 10

4.3                                                                                                   Penanaman. 11

4.4                                                                     Pemeliharaan Tanaman Kurma. 11

4.5                                                                                                   Pemupukan. 12

4.6                                                                                                   Pembuahan. 13

4.7    Pemanenan........................................................................................... 13...........                        

 

BAB V.    KESIMPULAN DAN SARAN.. 14

5.1                                                                                                   Kesimpulan. 14

5.2                                                                                                             Saran. 14

 

DAFTAR PUSTAKA.. 15

LAMPIRAN.. 16

 


BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kurma merupakan salah satu pohon tertua di wilayah Arab dan secara ekstensif dibudidayakan sebagai buah yang memiliki rasa manis yang dapat dikonsumsi oleh semua orang. Karena sudah sejak lama dibudidayakan, distribusi asli kurma tidak diketahui secara pasti namun diduga berasal dari suatu daerah digurun Afrika Utara dan Asia Barat Daya (baloch 2014). Kurma telah menjadi makanan pokok bagi masyarakat di Timur tengah selama ribuan tahun lamanya, kurma dapat dikonsumsi oleh segala umur,baik anak anak, dewasa hingga lanjut usia. Dewasa ini kurma tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat di Timur tengah saja, namun juga oleh masyarakat di seluruh dunia, baik di benua Asia, Eropa, Australia, Afrika, hingga Amerika. Negara penghasil kurma terbesar di dunia adalah Mesir dan jumlah produksi kurma segar tahunan pada tahun 2017 mencapai 1.084.529 ton, kemudian diikuti oleh Iran dengan total produksi 947.809 ton dan Arab Saudi dengan total produksi 836.983 ton (wordatlas.com.2017) Manickavasagan (2012) menyebutkan bahwa tiga negara pengimpor kurma terbesar di dunia pada tahun 2017 adalah India, Maroko, dan prancis. Indonesia merupakan negara ketujuh yang mengimpor kurma paling banyak di dunia yaitu dengan total impor sebesar 12.005 ton atau 2,5% dari total impor dunia bertambah sebanyak 2.233 ton atau 40% dari rentang tahun 2000-2007.

Pemerintah Indonesia melakukan impor kurma dari berbagai negara di dunia untuk memenuhi permintaan kurma didalam negeri, sehingga harus didatangkan diluar negeri, sebagai negara yang agraris, Indonesia sebenarnya mampu untuk memproduksi kurma sebagaimana dijelaskan oleh pakar buah dari Bogor yaitu Dr.mohammad Reza tirtawisata ms dalam info agrobisnis.com. Indonesia sangat berpeluang untuk melakukan budidaya kurma tropis. Hal ini disebabkan karena kondisi dari agroklimat di Indonesia sangat mirip dengan Thailand yang sudah terlebih dahulu melakukan budidaya kurma.

Pada tahun 2015, Indonesia telah melakukan budidaya kurma di Aceh tepatnya di desa data makmur kecamatan Blang bintang kabupaten Aceh besar. Perkebunan kurma ini dinamai dengan kebun kurma Barbate.

Mahdi menjadi pelopor perkebunan kurma disana, mantan kepala Bank Indonesia. Sebelum mulai berkebun, Mahdi pernah menjelajahi perkebunan kurma di sejumlah negara seperti Thailand, Turki, Uni Emirat Arab dan lainnya. Usai pulang dari sana, tekad Mahdi untuk mengelola kebun kurma semakin besar. Selain itu kurma merupakan salah satu buah yang memiliki posisi yang sangat istimewa dalam Al-Quran sebagaimana terbukti dengan banyaknya ayat Alqur'an dan hadits yang membahas tentang kurma. Al-Quran menyebutkan mengenai anjuran bertanam dan mengkonsumsi kurma"Dan kami turunkan air dari langit dengan sesuatu ukuran, lalu kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti kami berkuasa melenyapkannya. Lalu dengan (air )itu kami tumbuhkan untukmu​ kebun-kebun kurma dan anggur, disana kamu memperoleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari (buah-buahan) itu kamu makan" (Qs Al mu'minun :18-19).

Muhammad bin Umar bin Al Hasan Ar Razi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa kurma salah satu buah yang harus ditanami dan di rawat. Ayat ini mengisyaratkan bahwa, buah yang  ditanami akan menjadi makanan pokok dan Allah menyebutkan kalimat kurma dalam ayat ini karena kurma bukan sekedar pelengkap makanan tapi juga makanan pokok bagi manusia (Ahmad, 2014).

Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan umatnya untuk berbudidaya kurma seperti yang disebutkan oleh salah satu hadist yang diriwayatkan dalam Musnad Ahmad "jika hari kiamat datang pada diri kalian sedangkan ditangan kalian ada bibit kurma, maka tanamlah! "

Al Qur'an dan hadist di atas secara tersirat menyebutkan bahwa islam memerintahkan umatnya untuk bertanam kurma. Perintah tersebut tidak ditujukan hanya pada bangsa Arab saja, namun pada hakikatnya juga diperuntukkan untuk seluruh umat Islam didunia. Hal ini dapat diartikan bahwa kurma juga bisa tumbuh ditempat-tempat lain seperti di Aceh sekarang ini.

 

1.2  Tujuan Praktek Lapang 

a.       Mengetahui teknik budidaya tanaman kurma.

b.      Dapat melakukan kegiatan budidaya kurma  secara langsung.

c.       Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mengenai teknik budidaya kurma.

 

1.3  Manfaat Praktek Lapang

a.       Bagi penulis, praktek lapang ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan  tentang teknik budidaya kurma.

b.      Bagi akademik, dapat menambah referensi mengenai teknik budidaya kurma.

 

 

 

 


BAB II.  TINJAUAN KEPUSTAKAAN

 

2.1  Taksonomi Tanaman Kurma

Kurma (Phoenix dactylifera) adalah sejenis tumbuhan palem yang buahnya dapat dimakan karena rasanya manis. Tanaman Kurma ditemukan oleh seorang ilmuwan palem yang bernama Erdowardo Bakari. Pohon kurma memiliki tinggi sekitar 15-25 m dan daun yang menyirip dengan panjang 3-5 meter (Satuhu, 2010)

 

2.2  Klasifikasi Tanaman Kurma

Kingdom         :    Plantae

Sub kingdom  : Tracheobionta

Super devisi    :    Spermatopyta

Divisi               :    Magnoliophyta

Kelas                :    Liliopsida

Subkelas          :    Arecidae

Ordo                :    Arecales

Famili              :    Arecaceae

Genus              :    Phoenix

Spesies            :    Phoenix dactylifera L.

Buah kurma memiliki karakteristik bervariasi, antara lain memiliki berat dua hingga enam puluh gram, panjang tiga sampai tujuh sentimeter, konsistensi lunak sampai kering, berbiji dan berwarna kuning kecoklatan, coklat gelap dan kuning kemerahan ( Sucipto, 2010)

 

2.3  Morfologi Tanaman Kurma

Morfologi tanaman kurma dapat dilihat berdasarkan ciri pohon kurma, umumnya adalah:

1.      Batang

Pohon kurma berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15-25 m, bentuk batang bulat, tidak merata dan memiliki diameter mencapai 30-45 cm bahkan lebih. Tumbuh secara tunggal atau membentuk rumpun pada sejumlah batang dari sebuah akar tunggal.

2.      Daun

Daun pohon kurma memiliki panjang 3-5 meter, dengan duri pada tangkai daun menyirip dan memiliki sekitar 150 pucuk daun muda yang berukuran dengan panjang 30 cm dan lebar 2 cm.

3.      Bunga

Bunga pohon kurma memiliki dua ruma dengan tinggi sekitar 16-20 cm dan tidak memiliki percabangan pada batangnya secara morfologis, bunga jantan dan betina sulit dibedakan. Rentangan penuh mahkotanya berkisar dari 6-10 m.

4.      Buah dan biji

Buah kurma berbentuk lonjong dengan ukuran 2-7,5 cm dengan warna yang bermacam-macam misalnya agak gelap, kemerahan, kuning muda dan berbiji. Biji buah kurma berbentuk memanjang, dengan panjang mencapai kurang lebih 1 cm, berwarna coklat muda (Rostita, 2009)

 

2.4  Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma

Seperti buah-buahan lainnya, kematangan buah kurma dapat dibagi menjadi 5 stadium pertumbuhan dan perkembangan buah kurma yaitu:

1.    Stadium hababouk

Hababouk adalah kondisi dimana kondisi buah kurma mulai membentuk, buah masih tertutup kelopak daun dan buah akan terus berkembang hingga warna hijau.

2.    Stadium kimri

Bentuk buah yang cenderung bulat berubah memanjang ( bentuk oval) namun warna buah masih didominasi warna hijau tua sedikit kekuningan.

3.    Stadium khalal

Bergantung pada varietasnya, buah kurma pada tahapan khalal akan mengalami perubahan warna dari hijau kekuningan menjadi kuning, orange, hingga merah tua dan daging buah masih cukup keras.

4.    Stadium rutab

Pada tahapan ini, daging buah tidak lagi keras dan warna buah cenderung lebih tua. Buah kurma dianggap matang sempurna pada tahap ini dengan bobot buah, kadar gula dan padatan yang maksimal.

5.    Stadium tamar

Terdapat penurunan kadar air yang cukup signifikan pada tahap ini sehingga kadar gula mencapai 50% atau lebih. Kurma benar-benar matang dan warnanya berubah menjadi cokelat atau hampir hitam (Rahmadi, 2010).

 

2.5  Syarat Tumbuh Tanaman Kurma

1.    Ketinggian tempat

Tanaman kurma memiliki daya adaptasi yang tinggi, tumbuh dari daratan tinggi hingga daratan rendah. Thailand membudidayakan kurma dengan ketinggian yang bervariasi mulai dari 50-700 m dpl, diantaranya terdapat di Suphanburi, Ayutthaya, Nakhon, dan chiagmai, dilokasi tersebut kurma berbuah dengan optimal yaitu mampu berproduksi sebanyak 250 kg per pohon pada umur tujuh tahun(Apriyanti et al,2015) . Kondisi yang sama juga terdapat di Aceh besar dimana Aceh besar memiliki ketinggian dari 0-800 m dpl, ketinggian di Aceh besar ini memenuhi syarat tumbuh dan produksi kurma.

2.    Kualitas tanah

Kurma dapat tumbuh dan berproduksi diberbagai jenis tanah baik tanah yang sangat berpasir maupun tanah liat. Kurma sangat tahan pada kondisi tanah yang marginal sebagaimana selama ini ditunjukkan dengan tumbuh tegar dipadang pasir.

3.    Suhu

Apriyanti et al(2015) menyebutkan bahwa kurma lazim dibudidayakan di tanah kering dan semi kering yang ditandai dengan musim panas yang panjang, tidak ada atau sangat sedikit hujan dan tingkat kelembaban yang relatif sangat rendah selama periode pematangan buah. Meskipun kurma adalah jenis tanaman yang tumbuh pada suhu 32-38°c, namun kurma toleran pada rentang suhu yang panjang.

4.    Curah hujan

Curah hujan merupakan salah satu faktor penting syarat tumbuh dan produksi kurma. Kurma lazim dibudidayakan di daerah yang memiliki rata rata curah hujan tahunan 50 mm, dengan kondisi lingkungan yang kering, petani dapat memanen buah kurma pada fase rutab dan fase tamar langsung dari pohon. Hujan berpengaruh pada periode pembentukan buah, fase rutab dan tamar merupakan tahap yang paling sensitif terhadap hujan karena dapat menyebabkan buah busuk dan rontok.

5.    Kelembaban udara

Kelembaban udara berhubungan erat dengan curah hujan. Biasanya setelah terjadinya hujan, kelembaban udara juga akan meningkat, kelembaban yang tinggi akan memicu perkembangan penyakit yang menggangu tanaman seperti penyakit bercak daun oleh cendawan Graphiola phoenicis, sementara pada kelembaban yang rendah akan munculnya​ hama dan tungau.

6.    Angin

Kecepatan angin berefek pada tanaman kurma muda dan efisien polinasi pada tanaman dewasa. Perakaran yang belum kuat membuat pohon kurma yang masih muda rentan terhadap angin kencang. Angin lembut berguna dan membantu proses penyerbukan, sementara angin berkecepatan tinggi akan meniup jauh serbuk sari terutama pohon yang berada dipinggir jalan.

7        Cahaya

Sama dengan tanaman buah yang lain, pohon kurma membutuhkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Kurma membutuhkan lama pencahayaan matahari yang panjang untuk bisa berbunga, agar tumbuh dengan baik diperlukan pencahayaan sekitar 16 jam sehari dengan intensitas 10.000-12000 footcandle, kondisi ini dapat tercapai pada saat cuaca cerah dengan awan sedikit atau cuaca tidak mendung.

 

2.6   Manfaat Kurma

Pilihan kurma sebagai makanan sehat di bulan puasa ternyata dapat dibuktikan secara ilmiah. Kalori tinggi dan kandungan gulanya yang dicerna membuat kurma dapat mengatasi kekurangan kalori akibat penggunaan energi saat beraktivitas di bulan puasa. Namun kurma masih memiliki banyak khasiat lain yang baik untuk kesehatan, diantaranya:

1.    Kurma mengandung asam salisilat yang bersifat mencegah pembekuan darah,dan menghilangkan rasa ngilu ataupun​ rasa nyeri.

2.    Kandungan kalium sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah karena berfungsi untuk menstabilkan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot jantung, sekaligus mengatur tekanan darah.

3.    Kurma mengandung banyak serat yang baik bagi usus sehingga mencegah sembelit dan melancarkan buang air besar.

4.    Serat juga dapat menurunkan kolesterol dalam darah.

5.    Kurma dapat membantu pertumbuhan tulang karena mengandung kalsium, fosfor, dan magnesium yang sangat diperlukan untuk memelihara kesehatan tulang dan gigi.

6.    Kurma juga mengandung vitamin yang dapat membantu menguatkan saraf, melancarkan peredaran darah, membersihkan usus, serta memelihara dari radang dan infeksi (Satuhu, 2010)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III. METODE PELAKSANAAN

 

3.1  Lokasi Perkebunan

Kebun kurma Barbate merupakan perkebunan kurma yang terletak di desa Data makmur kecamatan Blang bintang kabupaten Aceh besar. Perkebunan ini sudah ada sejak akhir tahun 2015, Mahdi kini tak sendiri membuka kebun kurma dibarbate. Mahdi dan 78  orang lainnya sudah membentuk koperasi petani kurma lembah  berbate . Mereka punya lahan dengan keseluruhan mencapai 320 hektar, namun sekarang baru lahan milik Mahdi dan Syukri Syafi'i  yang sudah ditanami kurma.

Pemilihan lokasi ini didasarkan pada keadaan infrastruktur yang baik seperti adanya jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat, lokasi dekat dengan kota yaitu sekitar 13 km dari Bandara internasional Iskandar muda, dan lahan yang dibeli petani yaitu sekitar Rp 50.000.000 hingga 100.000.000 per hektar, tergantung dari jarak lahan dengan jalan raya, semakin dekat dengan jalan raya semakin tinggi harga tanahnya.

 

3.2  Tempat dan Waktu

Praktik lapang ini dilakukan di Desa Data Makmur kecamatan Blang bintang kabupaten Aceh Besar, waktu praktek lapang ini mulai tanggal 10 Desember s/d 10 Januari 2020.

3.3    Bahan dan Alat

3.1.1        Bahan

1.      Bibit kurma

2.      Kotoran kambing atau domba

3.      Limbah ikan

4.      Bioaktivator kompos

5.      Kotoran sapi dan ayam

3.1.2        Alat

Alat yang digunakan dalam praktek lapang ini yaitu traktor, parang, cangkul,  alat angkut dan camera untuk dokumentasi.

 


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Perkebunan kurma Barbate ini merupakan milik seorang petani kurma yang bernama Mahdi Muhammad, SE,AK. Kurma dibudidayakan karena kurma merupakan buah yang paling banyak disebutkan dalam Al-Quran, yaitu sebanyak 21 kali diantaranya terdapat pada Qs yaasin(36):34, Qs Maryam (19):23,25, Qs Al Kahfi (18):32, dan Qs Al mu'minun(23):19.

 

4.1    Persiapan Lahan

Persiapan lahan kurma berupa pembersihan lahan budidaya tanaman kurma dari semak dan batu, pembuatan lubang tanam, dan membangun instalasi irigasi. Pembersihan lahan bertujuan agar tidak ada gangguan pada saat pengolahan tanah. Pohon-pohon liar, semak belukar, serta sampah yang ada dibersihkan pada lahan yang akan ditanami tanaman kurma. Hal ini karena tanaman kurma memerlukan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan produksinya​. Selain itu pembersihan lahan juga dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari zat yang terkandung dalam sampah kaleng maupun plastik.

 

4.2    Pembibitan

Bibit yang digunakan pada perkebunan kurma ini merupakan bibit kultur jaringan yang didapatkan langsung dari laboratorium tissue culture di Inggris, yaitu Date Palm Development (DPD). Date palm Development (DPD) merupakan salah satu laboratorium kultur jaringan kurma tertua di dunia dan merupakan pemasok bibit kurma yang dibudidayakan di Thailand yang terkenal dengan kurma tropisnya serta pemasok bibit kurma pada 30 negara di dunia termasuk negara negara di Timur tengah. Bibit kurma seharga 700.000 per batang.

Varietas bibit kurma yang dibudidayakan oleh kebun Kurma Barbate merupakan bibit varietas barhee, medjol, sukari, dan ajwa. Varietas yang digunakan di kebun kurma ini mayoritas barhee. Varietas barhee merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan oleh perkebunan kurma Barbate karena merupakan jenis kurma yang paling sesuai dengan iklim dan lahan di Indonesia. Varietas barhee yang berasal dari Irak ini memiliki bentuk bulat, berwarna kuning, berdaging buah tebal dan memiliki rasa yang manis. Barhe memiliki produktivitas yang tinggi yaitu mencapai 350 kg per pohon. Jenis kurma ini merupakan jenis yang paling populer dikonsumsi dalam bentuk segar atau dalam bentuk khalal.

 

4.3    Penanaman

Penanaman pohon kurma ini sebenarnya tidak sulit karena pohon kurma ini juga tahan kering dan dapat bertahan hingga 100 tahun. Pohon-pohon kurma ditanam dengan jarak antara 8 hingga 10 meter. Proses perawatannya​tidak jauh beda dengan tanaman lain yaitu menggunakan pupuk organik. untuk menghemat biaya pupuk, pemilik kebun kurma ini mengakalinya dengan memelihara puluhan domba yang dilepas dilokasi perkebunan setiap hari. Kurma tetap dapat berbuah dengan syarat bibitnya harus betina dan memiliki pohon kurma jantan sebagai penyerbuk. Yang berbuah itu bibit kurma betina.

 

4.4    Pemeliharaan Tanaman Kurma

4.4.1     Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada umur 1-6 bulan setelah penanaman dan dilakukan sekali dalam 2 hari, tanaman usia 7-12 bulan dilakukan penyiraman sekali dalam 4 hari, sedangkan untuk tanaman yang sudah dewasa dilakukan sekali dalam seminggu atau menurut kondisi tanah.

4.4.2        Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila pada tanaman terdapat gulma. Penyiangan dimaksudkan untuk menghindari kompetisi unsur hara antara tanaman kurma dan gulma .

4.4.3        Pengendalian Hama dan Penyakit

            Pengendalian hama dilakukan pada  saat terlihat aktivitas hama pada tanaman. Upaya pengendaliannya secara manual dengan cara mengambilnya dari tanaman atau menggunakan cangkul.

 

4.4.4        Penyulaman

Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau yang terkena penyakit dan dilakukan satu minggu setelah tanam mengganti dengan bibit umur yang sama dan bibit yang pertumbuhannya normal.

 

4.5    Pemupukan

Pupuk merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan oleh berbagai jenis tanaman, terutama untuk pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan buah . Pupuk yang digunakan pada perkebunan kurma ini ada dua fase

1.    Fase vegetatif         

Pemupukan pada fase ini berupa bahan organik yang terdiri dari kotoran ayam dan kotoran sapi yang difermentasikan dengan bioaktivator. Bioaktivator adalah bahan aktif biologi yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator bukanlah pupuk, melainkan bahan yang mengandung mikroorganisme efektif yang secara aktif dapat membantu : mendekomposisi dan memfermentasi limbah ternak, menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah, membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman, memperbaiki kualitas tanah, dan meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif tanaman.

Mikroorganisme yang terkandung dalam bioaktivator dapat mempercepat laju proses pengomposan bahan organik sehingga kandungan fosfat dapat dimanfaatkan langsung oleh tumbuhan (Sutoro, 2010).

2.    Fase generative

Pemupukan pada fase ini berupa kotoran kambing dan limbah ikan.

Kotoran kambing memiliki beberapa manfaat, diantaranya:

1.         Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman

2.         Meningkatkan produktivitas tanaman

3.         Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun

4.         Menggemburkan dan menyuburkan tanah

5.         Penyediaan unsur hara makro dan mikro

Limbah ikan mengandung berbagai nutrien yaitu : N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium) yang merupakan komponen penyusun pupuk organik.  Dengan proses hidrolisis, limbah ikan diolah menjadi pupuk organik dengan konsentrasi tinggi.

 

4.6    Pembuahan

Pohon kurma akan berbunga dan dari sini akan terlihat pohon kurma jantan dan betina dengan ciri-ciri bunga jantan berwarna keputih-putihan dan berukuran kecil dilapisi serbuk seperti tepung, sedangkan bunga betina berwarna kuning cerah seperti bunga kelapa. Bunga pohon kurma betina harus dibuahi bunga pohon jantan secara manual yaitu dengan memotong kulit mayang bagian ujung pohon kurma jantan, kemudian diselipkan diantara bunga betina dan diikat selama 1-2 hari. Untuk memaksimalkan buah kurma, perlu dilakukan penjarangan atau memotong buah kurma yang berukuran kecil dan lambat berkembang agar buah yang besar dapat berkembang secara maksimal dan lebih besar lagi. Buah kurma perlu dibungkus dengan wadah plastik atau kain untuk menghindari berbagai hama dan penyakit.

 

4.7    Pemanenan

Tanaman kurma mulai berbuah pada umur empat tahun. Pada umur empat tahun, tanaman kurma dapat dipanen namun produksinya belum optimal. Tanaman kurma akan berproduksi optimal pada tahun ke 7 hingga tahun ke 50. Setelah umur tanaman kurma lebih dari 50 tahun, kurma masih menghasilkan buah namun dalam jumlah yang lebih kecil serta biaya perawatan yang lebih besar. Pemanenan kurma dilakukan satu tahun sekali. Kurma dipanen dalam tiga fase, yaitu fase khalal (buah segar), fase rutab (matang panuh) dan fase tamar( semi kering atau kering).

Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tunas janjang buah dan bersihkan bekas potongan sampai pangkal pohon​, ini berguna untuk mempercepat persiapan pohon kurma untuk berbuah lagi.


BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

 

5.1    Kesimpulan

Dari hasil laporan praktek lapang ini, dapat disimpulkan bahwa teknik budidaya tanaman kurma ini tidaklah sulit  karena tanaman kurma ini tidak membutuhkan air yang banyak dan dapat bertahan hidup hingga 100 tahun. Tanaman kurma ini juga merupakan tanaman surga yang sering disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 21 kali  diantaranya terdapat pada Qs yaasin(36):34, Qs Maryam (19):23,25, Qs Al Kahfi (18):32, dan Qs Al mu'minun(23):19.Varietas bibit kurma yang dibudidayakan oleh kebun Kurma Barbate merupakan bibit varietas barhee, medjol, sukari, dan ajwa. Varietas yang digunakan di kebun kurma ini mayoritas barhee. Varietas barhee merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan oleh perkebunan kurma Barbate karena merupakan jenis kurma yang paling sesuai dengan iklim dan lahan di Indonesia​.

 

5.2    Saran

Diharapkan dapat dilakukan penelitian atau praktek lebih lanjut tentang teknik budidaya tanaman kurma di perkebunan kurma Barbate Aceh besar, dengan adanya praktek lapang ini diharapkan dapat memikat daya tarik petani lainnya untuk memanfaatkan lahan tandus.

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad, Ahmad syamil Bin. 2013. Keistimewaan kurma dalam Al-Quran ditinjau dari perspektif ilmu kesehatan. Skripsi pada universitas negeri Sultan Syarif kasim, Riau.

Apriyanti, dkk. 2016. Kurma dari gurun ke tropis. Depok: PT trubus swadaya.

Apriyanti et al, 2015. Buah sakit dari surga. Yogyakarta: Balqist.

Rahmadi, A (2010). Kurma.hal.http://www.academia.edu/8658088/kurma.

Http://1001budidaya.com/klasifikasi-morfologi-kurma.

Rostita (2009). khasiat dan keajaiban kurma. Bandung: PT Mizan pustaka. Halaman 24.

Satuhu,S.2010.kurma, khasiat dan olahannya. Jakarta: penebar swadaya. Hal 7-10.

Sucipto (2010). Klasifikasi tanaman kurma. Bandung: penebar swadaya. Hal 27

Sutoro,dkk.2010. kapang pereduksi fosfat dari berbagai bioaktivator (reducing phosphates mold from various bioaktivators). institut teknologi sepuluh November. Surabaya.

USDA.     Plant profil: Date palm ( Phoenix dactylifera). http:// plant. usda. Gov /java/ profil?symbol:phda4. Diakses pada tanggal 20 juni 2017.

Wahyono,s (2010) bioakti vator komposting. http: // sriwah yono. blogspot. com/2010/06/ bioak tivator- komposting- apakah -itu. html, diakses pada tanggal 17 April 2013.

                                                                              

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 





Gambar 1.  penyiangan tanaman kurma

 

 


Gambar 2. Pengamatan pertumbuhan tanaman kurma

 


Gambar 4. Tanaman kurma jantan

 

 


Gambar 3. Tanaman Kurma Betina