Wednesday 2 February 2022

PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM INTENSIF DI TAMBAK USAHA MANDIRI FARM FORLIFE VANNAMEI

 

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................  iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ vi

 

I. PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang. 1

1.2       Tujuan dan Manfaat KKB.. 2

1.2.1    Tujuan KKB.. 2

1.2.2    Manfaat KKB.. 2

II. GAMBARAN UMUM

2.1       Sejarah dan perkembangan Berdirinya Instansi 3

2.2       Visi dan Misi Instansi 3

2.2.1    Visi 3

2.2.2    Misi 3

2.2.3    Bidang Kegiatan Instansi 4

III. METODE PELAKSANAAN        

3.1       Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 5

3.2       Alat dan Bahan. 5

3.3       Prosedur Kegiatan KKB.. 7

3.3.1  Persiapan Tambak. 8

3.3.2  Persiapan media. 8

3.3.3  Penebaran Benur 9

3.3.4  Manajemen Pemberian Pakan. 9

3.3.5  Pengelolaan kualitas air 11

3.3.6  Pengukuran Kualitas Air 12

3.3.7  Pengendalian Hama Dan Penyakit 13

3.3.8  Pemanenan. 13

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1      Persiapan Tambak. 14

4.2        Persiapan Media. 16

4.3        Penebaran Benur 18

4.4        Manajemen Pemberian Pakan. 19

4.5        Pengelolaan kualitas air 21

4.6        Pengukuran Kuliatas Air 25

4.7        Pengendalian Hama Dan Penyakit 27

4.8        Pemanenan. 28

V. PENUTUP

5.1        Kesimpulan. 30

5.2        Saran. 30

DAFTAR PUSTAKA.. 31

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

 

Gambar 1. Bidang kegiatan instalasi……………………………………………..4

Gambar 2. Diagram Alur  Kerja………………………………………………….7

Gambar 3. Proses Pengeringan…………………………………………………..14

Gambar 4. Pemasangan KIncir…………………………………………………..15

Gambar 5. Tata Letak Kincir…………………………………………………….15

Gambar 6. Proses Pemasukan air ke petakan Tambak ………………………...16

Gambar 7. Penebaran Benur …………………………………………………….24

Gambar 8. Proses Pengadukan pakan …………………………………………...20

Gambar 9. Proses pemberian pakan……………………...………………………21

Gambar 10. Pembuangan Kelekap……………………………………………….22

Gambar 11. Pengapuran………………………………………………………….23

Gambar 12. Pengontrolan pakan Ancho.....................…………………………..24

Gambar 13. Proses Sampling…………………………………………………….25

Gambar 14. Pagar biosecuriti.......................……………………………………27

Gambar 15. Panen.................................................................................................29


 

DAFTAR TABEL

 

1. Alat yang digunakan saat Praktikum.................................................................5

2. Bahan yang digunakan saat Praktikum..............................................................6

3. Dosis dan jumlah probiotik...............................................................................17

4. Jumlah dan padat tebar benur...........................................................................18

5. Jadwal pemberian pakan...................................................................................19

6. Bahan dan dosis campuran pakan.....................................................................20

7. Alat yang digunakan saat panen.......................................................................29

DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran 1. Foto saat pelaksanaan KKB.. 35

 

 

 

 

 


1           I. PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Salah satu tujuan akhir dari pendidikan sarjana (S1) adalah terampil dalam dunia kerja, khususnya di bidang sesuai dengan apa yang dipelajari mahasiswa selama proses perkuliahan. Tetapi dalam proses perkuliahan, materi-materi yang dipelajari kebanyakan masih bersifat teori dan praktek laboratorium. Sehingga mahasiswa belum mempunyai keterampilan yang sinkronis di dunia kerja. Oleh karena itu, mahasiswa diwajibkan untuk magang. Magang inilah yang nanti bertujuan untuk melatih mahasiswa agar terampil di dalam dunia kerja yang nyata.

Klinik Kompetisi Bidang (KKB) adalah penerapan seseorang mahasiswa/ mahasiswi pada dunia kerja nyata yang sesungguhnya, yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan dan etika serta untuk mendapatkan kesempatan dalam menerapkan ilmu yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan. Pengertian praktik kerja lapangan atau magang adalah salah satu program yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman kerja dalam suatu perusahaan atau intansi pemerintah  maupun milik pribadi dapat mengimplementasikan teori yang didapat dalam perkuliahan dan mempraktekan ilmu tersebut dalam dunia nyata.

Di Indonesia udang vanamei dibudidayakan mulai tahun 2000 setelah menurunnya produksi udang windu (Panaeus monodon) karena adanya berbagai masalah yang dihadapi dalam proses produksi, baik secara teknis maupun non teknis. Beberapa tahun terakhir pelaku usaha budidaya udang windu beralih membudidayakan udang vaname dikarenakan udang vanamei lebih tahan terhadap serangan penyakit dan perubahan iklim.  (Choeronawati et al., 2019).

Beberapa keunggulan udang vaname diantaranya adalah memiliki tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yang lebih tinggi daripada udang jenis lainnya, memiliki produktivitas yang tinggi, dapat dilakukan penebaran dengan densitas yang tinggi (100-300 ekor/m2) (Purnamasari et al., 2017).

Selain itu udang vaname lebih tahan terhadap penyakit, memiliki pertumbuhan yang cepat,  lebih responsif terhadap pemberian pakan dan waktu peme pemeliharaan yang relatif singkat yakni sekitar 90-100 hari (Novika, 2019).

            Dengan keunggulan yang di miliki udang vannamei, Perkembangan budidaya udang vanamei di Aceh beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup baik. Produktivitas ekspor udang di Aceh pada tahun 2016 mencapai 102.425 ton, tahun 2017 mencapai 176.361 ton. Menurut data BPS tahun 2018 ekspor udang mencapai 1.476.132 ton naik 546,12 persen dibanding tahun sebelumnya (Suhana, 2018). Pembudidaya di aceh beberapa tahun terakhir pembudidaya udang windhu beralih membudidayakan udang vannamei. Perubahan budidaya dilakukan untuk tetap dapat mempertahankan produksi udang di Aceh dan membuat Aceh tetap menjadi salah satu produsen udang di Indonesia, tidak hanya pada pemasaran dalam negeri tapi juga pemasaran pasar internasional (Murni, 2019).

1.2         Tujuan dan Manfaat KKB

1.2.1        Tujuan KKB

            Adapaun  Tujuan yang ingin dicapai dari klinik kompetisi bidang (KKB), adalah untuk mengetahui cara budidaya tentang pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem intensif  di usaha mandiri Farm Forlife Vannamei, sesuai dengan  prosedur  yang ada.

1.2.2        Manfaat KKB

Hasil dari klinik kompetisi bidang ini adalah :

1. Praktik ini diharapkan dapat menambah ilmu serta menambahkan wawasan di lapangan yang nyata.

2. Praktik ini diharapkan dapat menjadi sebagai acuan dan sumber informasi kepada masyarakat mengenai cara pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) sistem intensif.

3. Serta dapat menjalin  hubungan kerja sama dengan instalasi pemerintah yang ada Aceh.


2           II. GAMBARAN UMUM

2.1         Sejarah dan perkembangan Berdirinya Instansi

Usaha Mandiri Farm Forlife Vannamei berdiri pada tanggal 17 Juli 2017 berbatasan langsung dengan garis tepi pantai dan tidak ada hutan mangrove ( jalur hijau). Jarak pantai dengan petakan sekitar 100 m sehingga memudahkan dalam proses mensuplai air laut ke bak penampungan dengan memanfaatkan pasang surut dan kemudian air di sedot mengunakan pompa merek Subo. Sependapat dengan (Putri et al., 2020). yang menyatakan bahwa lokasi budidaya yang berada dekat dengan pesisir pantai  berpotensi tinggi  untuk dikembangkan budidaya udang vannamei.

Akses transportasi menuju (Farm Forlife Vannamei)  sangat mudah karena lokasi tambak dekat dengan pemukiman penduduk dan pasar, sehingga transportasi  menuju tambak lancar. Hal ini berpengaruh positif terhadap distribusi sarana dan barang ke perusahaan tanpa ada hambatan. Pemasaran hasil produksi juga mudah karena akses jalan dapat dilalui kendaraan roda empat untuk mengangkut hasil panen seperti mobil barang.  

Dimana nama lain Farm Forlife Vananmei adalah Farm Mahyudin Dikarenakan masyarakt tau bawah tambak budidaya udang vanamei tersebut. milik bapak Mahyuddin dan rekan bisnis nya, supaya mudah diketahui oleh banyak orang nama tempat usaha budidaya udang disebut dengan tambak Farm mahyuddin

2.2         Visi dan Misi Instansi

2.2.1        Visi

(Farm Forlife Vannamei) Deah Raya adalah sebagai berikut yaitu untuk tempat pengembangan dan pendampingan teknologi air payau dalam menunjang pembangunan perikanan budidaya ramah lingkungan, berdaya saing, dan berkelanjutan.

2.2.2        Misi

1.      Menerapkan teknologi budidaya air payau yang sederhana efesien.

2.      Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia

3.      Meningkat  pengembangan produksi pemasaran yang memadai

4.      Mendorong berkembangnya usaha perikanan budidaya air payau yang berwawasan lingkungan dan berkelajutan.

2.2.3        Bidang Kegiatan Instansi

Bidang kegiatan di (Farm Forlife Vannamei) Syiah kuala berdasarkan, tentang stuktur organisasi dan tata kerja Farm Forlife Va terdiri dari Pemilik tambak, tekniksi, Asisten, dan pekerja.




Gambar 1. Bidang kegiatan Instalasi

 


3           






III. METODE PELAKSANAAN

3.1         Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Klinik Kompetisi Bidang (KKB) Tentang pembesaran udang yang di laksanakan pada tanggal 28 Juni 2021 – 31 Juli 2021 yang bertempat di Lokasi  (Farm Forlife Vannamei) Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.

3.2         Alat dan Bahan

A.    Alat

Peralatan yang akan digunakan pada saat Praktek seperti pada dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Alat yang akan digunakan selama praktek

No.

Alat

Kegunaan

1.

Peti panen

penyimpan udang hasil panen

2.

Ember Plastik

Mempermudah kegiatan harian tambak pada saat memberi pakan/tritmen

3.

Genset

Sumber listrik utama

4.

Gunting

Membuka sak pakan

5.

Pompa air

Untuk mengedar atau mengalirkan air

6.

Serok Waring

Membersikan kotoran dan mengambil kotoran (kelekap)

7.

Timbangan

Untuk menimbang pakan

8.

Timbangan digital

Untuk menghitung sampling pertumbuhan

9.

Keranjang

Untuk menampung udang yang sedang dipanen

10.

Jala

Untuk Sampling

11.

Thermometer

Untuk mengukur temperatur

12.

Refraktometer

Untuk mengukur salinitas

13.

pH meter

Untuk mengukur pH dan suhu air

14.

Water level

Untuk mengukur tinggi air

15.

Serchi disk

Untuk mengukur kecerahan

16.

Gayung

Untuk memberi pakan udang

17.

Kereta Sorong

Memudahkan saat membawa keranjang berisi udang ke penyortiran

18.

Kincir

Penyuplai oksigen

19.

Anco

Untuk pengoptimalan dalam pemberian pakan

 

  Bahan

Bahan yang digunakan selama Praktek dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Bahan yang akan digunakan selama Praktek

No.

Bahan

Kegunaan

1.

Udang vanamei

Biota yang dibudidayakan

2.

Air laut

Air media

3.

Air Tawar

Untuk mencuci peralatan kerja, untuk dicampur kedalam adukan  pakan

4.

Kapur

Menaikan pH air

5.

Saponin

Membunuh hewan berdarah dingin.

6.

Probiotik

Meningkatkan fungsi pencernaan dan kekebalan tubuh

7.

Kaporit

Mensterilkan wadah dan media

8.

Air laut

Air media

9.

Pakan

Nutrisi

 

 

 

3.3         Prosedur Kegiatan KKB

Alur Diagram Prosedur Kerja

Persipan Tambak

                                                                 

a.       Pengeringan b.  Pemasangan kincir c.  Tata letak kincir

Persipan Media

1.      Pengisian Air    2. Sterilisasi  3. Pembentukan Air

Penebaran Benur

Manajemen Pemberian Pakaan

 

 


a.       Dosis pakan  b. Campuran Pakan c. Cara Pemberian

Pengelelolaan Kualitas Air

 

a.    Pergantian Air  b. Penyiponan b. Pembuangan Kelekap (ganggang) c. Pengapuran

d. Aplikasi Probiotik e. Kontrol Pakan Ancho f. Sampling

Pengukuran Kualitas Air

 


a.      Suhu b. Nilai pH c. Kecerahan d. Salinitas e.Alkalinitas

 

Pengendalihan hama dan Penyakit   a. hama b. Penyakit  >  Panen

Gambar 2. Diagram alur prosedur kerja

3.3.1        Persiapan Tambak

a.      Pengeringan

Tambak yang digunakan berbentuk persegi panjang. Sebelum digunakan tambak di keringkan dengan cara mengeluarkan semua air melalui pintu pengeluaran (outlet) yang teletak ditengah dasar tambak sampai keadaan tambak  busmetik benar-benar kering,setelah itu tanah dasar tambak di jemur selama 3-7 hari sampai keadaan tambak kering,hal ini bertujuan agar tambak bebas dari hama pengganggu dan pemangsa.

b.      Pemasangan kincir

Pemasangan kincir berfungsi untuk penyuplai oksigen ke dalam air dan penguapan gas beracun seperti amoniak, asam sulfat dan mengumpulkan sisa makanan serta kotoran pada sutu titik.

c.       Tata Letak Kincir

Tata letak kincir sangat mempengaruhi dalam proses budidaya. Selain sebagai sumber utama penyuplai oksigen pada kolam, kincir juga berfungsi bahwa kincir berfungsi untuk menyuplasi oksigen dan mengurangi stratifikasi suhu sedangkan m membuat arus agar memusat ke central drain sehingga memudahkan pembuangan bahan organik.  Kincir yang digunakan dengan daya 1 HP. Yang mana kapasitas kincir 1 HP dapat mencover 500 kg biomassa udang (Syah et al., 2017).

3.3.2        Persiapan media

            Persiapan media adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan udang vaname untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi udang yang dimulai dari pengisian air, sterilisasi air kolam, pembentukan air.

1.      Pengisian Air

             Sumber air yang digunakan pada proses pengisian air kolam pemeliharaan pada A1 –A4 berasal dari sumber air laut yang di pompa menuju tandon dan diendapkan terlebih dahulu, yang kemudian dialirkan melalui inlet. Mengunakan pipa 4 inchi.

  2.      Sterilisasi

            Setelah pengisian air, dilakukan sterilisasi dengan penebaran klorin 60% dengan dosis 30 mg/l Sterilisasi adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua jenis organisme hidup seperti protozoa, bakteri dan virus yang berupa inang maupun carier dan predator agar tidak menggangu saat budidaya.

3.      Pembentukan Air

            Proses pembentukan air dilakukan dengan cara aplikasi probitik kultur selama 24 jam. Pemberian probiotik kultur  ini dimulai dari hari ke 3 setelah sterilisasi air. Menurut (Pahlawi, 2019). penerapan bakteri probiotik sangat bermanfaat sebagai komponen pakan, menekan populasi potogen, sebagai respon kekebalan, pertumbuhan udang dan juga sebagai pengendalian penyakit dan memperlancar proses pencernaan udang.

            Pemberian probiotik kultur  dilakukan setiap hari  sampai plankton benar-benar tumbuh yang dapat diindikasi secara visual dengan melihat perubahan warna air, kecerahan dan hasil analisa plankton pada kolam sampai target tercapai. Sesuai dengan (Hadi, 2018),

3.3.3        Penebaran Benur

            Penebaran benur udang vannamei dilakukan setelah plankton tumbuh baik. Benur vannamei yang digunakan adalah Pl 9. Kriteria benur udang vannamei yang baik adalah mencapai ukuran Pl 8 keatas karena sudah memiliki organ tubuh yang lengkap, ukuran relatif seragam, gerakan lincah, warna tubuh benih dan usus terlihat jelas.

3.3.4        Manajemen Pemberian Pakan

Pakan yang umum diberikan berupa pakan buatan dengan jenis fine-crumble sampai dengan jenis pelet. Pemberian pakan dimulai sejak udang ditebar ketambak hingga pemanenan hasil. Pengaturan dan pemberian pakan disesuaikan jumlah aktual benur berdasarkan hasil pengamatan dan sampling dilapangan. Adapun program umum standar pemberian pakan buatan (ukuran fine-crumble,crumble dan pelet) yang sering diberikan pada kegiatan budidaya udang di tambak.

 

a)      Dosis pakan

            Dosis pakan adalah faktor yang diperhitungkan dalam pengelolaan pakan karena memiliki peranan penting dalam efektifitas penggunaan pakan (Sari & Ikbal, 2020), Teknik penentuan dosis pakan dibagi menjadi dua metode, yaitu blind feeding dan sampling. Blind feeding.

b)     Campuran Pakan

            Campuran pakan yang digunakan  pada awal pemeliharaan sampai panen dengan jenis yang berbeda seperti Vitamin c, Omega, Mikro mineral, dan Bikli.

c)      Cara pemberian pakan

            Pada saat usia awal pemberian pakan disesuaiakan dengan nomor pakan sesuai DOC dan MBW pakan sebelum ditebar harus dibahasi air agar pemberian pakan merata, cepat tenggelam, dan tidak berhaburan karena angin. Setelah pakan dibasahi secukupnya. Pakan ditebar mengelilingi area feeding tambak 1-2 m dari kaki tanggul  tambak  agar pakan mudah dimakan oleh udang.

d)     Kontrol Pakan di (Ancho)

            Ancho adalah alat komunikasi harian antara teknisi dengan udang dalam hal jumlah pakan, nafsu makan, ukuran udang, jumlah udang, kesehatan udang,  sehingga ancho harus bagus dan tempatnya yang datar.

e)      Sampling

Sampling udang merupakan kegiatan yang mutlak diperlukan dalam suatu kegiatan usaha budidaya di tambak. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat bahwa salah satu karakteristik usaha budidaya udang adalah bersifat ‘Unvisible object’, yang berarti segala tingkah laku, kondisi dan pertumbuhan udang di dalam petakan tambak tidak dapat diamati secara langsung karena terhalang oleh perairan yang menjadi habitatnya.Berdasarkan karakteristik seperti inilah salah satu alternatif kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengestimasi profil udang di dalam tambak adalah dengan melalui kegiatan sampling digunakan menggunakan jala.

 

3.3.5         Pengelolaan kualitas air

a)      Pergantian Air

            Pergantian air doc awal dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali dengan jumlah 10 – 20% dari total volume air media. setelah umur udang 30 hari setiap 6 hari sekali sebanyak 30%. Farchan (2006), bahwa pergantian air yang baik sebanyak 10 % untuk memperbaiki kualitas air tambak dan sesuai dengan pendapat (Adipu, 2019), bahwa pergantian air dilakukan karena plankton mulai mati dan mengumpul pada pojok tambak.

b)     Penyiponan

            Penyiponan  awal dilakukan pada umur udang 10 hari. Penyiponan dilakukan  1x sehari agar sisa- sisa pakan dan lumpur tidak menumpuk di dasar tambak dan menjadi ammonia, sesuai dengan (Saniswan, 2019) bahwa penyiponan bertujuan untuk membuang endapan bahan organik di dasar tambak dan menhindari udang terkena penyakit selama proses pemeliharaan. setelah udang berumur 33 hari penyiponan dilakukan 2x sehari pagi dan sore hari.  Pendapat (Ghufron et al., 2018) bahwa penyiponan dilakukan 3 kali sehari. Jika kurangnya pergantian air dan penyiponan menyebabkan terjadinya penumpukan sisa pakan dan feses di dasar perairan sehingga menyebabkan tingginya kadar ammonia.

c)      Pembuangan Kelekap (ganggang)

            Pembuangan klekap dilakukan setiap hari dimulai dari DOC 20 hari. Pembuangan kelekap bertujuan untuk menghindari kotoran seperti plankton mati dan Bakteri yang mati mengumpul pada pojok tambak supaya tidak kembali mengendap ke dasar kolam yang akan terakumulasi menjadi ammonia dan racun yang akan menurunkan kualitas perairan (Andayani, 2012).

d)     Aplikasi probiotik

            Pengaplikasian probiotik bertujuan untuk memperbaiki kualitas perairan pada petak pemeliharaan., memperkuat daya tahan tubuh udang dan atau perbaikan kualitas lingkungan. Pengaplikasian probotik dilakukan dengan melihat kondisi perairan pemeliharaan.

 

 

e)      Pengapuran

            Pengapuran dilakukan 2 kali seminggu  dan pada saat setelah hujan sejak DOC >30 hari. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur dolomit dan kapur pertanian (kaptan) dengan dosis  10 mg/l. Kapur digunakan untuk meningkatkan kapasitas penyangga air.

3.3.6        Pengukuran Kualitas Air

a)      Suhu

            Suhu air memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur aktivitas hewan yang dibudidayakan., Suhu sangat berpengaruh dalam proses budidaya udang karena suhu yang tinggi ikut mempengaruhi nafsu makan udang.

b)     Nilai pH (Derajat Keasaman)

            Pengukuran pH air pada kolam yaitu untuk mengetahui nilai pH air dan mengetahui kondisi phytoplankton melalui aktivitas fotosintesis yang terjadi.

c)      Kecerahan

            Kecerahan merupakan ukuran transparansi air. Selain itu, kecerahan juga menjadi indikator jumlah plankton yang tumbuh pada air media pemeliharaan karena tingkat kecerahan dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan plankton dan suspensi pada badan air.

d)       Salinitas

            Salinitas pada air kolam dapat dipengaruhi oleh keadaan air sumber yang digunakan dan juga dapat dipengaruhi oleh evaporasi air laut yang dapat membuat salinitas air media pemeliharaan meningkat dan volume air berkurang. Salinitas berperan dalam proses osmoregulasi udang dan juga proses molting.

e)      Alklinitas

            Alkalinitas berfungsi sebagai penyangga (buffer) suatu perairan untuk menetralisir asam dengan menggunakan ion–ion karbonat dan bikarbonat. Alkalinitas menjadi kunci penting dalam air karena kemampuannya untuk mempertahankan tingkat pH dan alkalinitas air yang rendah menjadi penyangga yang buruk terhadap perubahan pH.

 

3.3.7        Pengendalian Hama Dan Penyakit

a)      Hama

Menurut Kordi, M.G.H ( 2007), hama adalah segala hewan (organisme) yang ada di dalam tambak selain yang dibudidayakan dan dianggap merugikan. Hama dalam budidaya udang digolongkan menjadi 4 yaitu :

Ø  Predator          : ikan, ular air, burung, kepiting 

Ø  Kompetitor      : cacing, siput, serangga, udang-udangan 

Ø  Perusak sarana : kepiting  

Ø  Pencuri             : manusia

b)     Penyakit

            Menurut haliman R.W dan Adijaya D.S, (2005), penyakit dapat muncul dan menyerang udang vannamei. Beberapa penyakit yang menyerang disebabkan oleh predator, parasit, bakteri, jamur dan virus.

3.3.8        Pemanenan

            Pemanenan udang vanname di lokasi praktek  dilakukan secara parsial dan panen total. Panen parsial dilakukan mulai DOC 60  dan Panen total udang dilakukan setelah kegiatan pemeliharaan selama 120 hari sesuai target pemilik. 

Selama pengangkutan udang di masukkan ke dalam blong yang berisi es.

 

 

4           IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1         Persiapan Tambak

a.      Pengeringan

Tambak yang digunakan berbentuk persegi panjang. Sebelum digunakan tambak di keringkan dengan cara mengeluarkan semua air melalui pintu pengeluaran (outlet) yang teletak ditengah dasar tambak sampai keadaan tambak  busmetik benar-benar kering,setelah itu tanah dasar tambak di jemur selama 3-7 hari sampai keadaan tambak kering,hal ini bertujuan agar tambak bebas dari hama pengganggu dan pemangsa. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini



Gambar 3. Proses Pengeringan

b.      Pemasangan kincir

Pemasangan kincir berfungsi untuk penyuplai oksigen ke dalam air dan penguapan gas beracun seperti amoniak, asam sulfat dan mengumpulkan sisa makanan serta kotoran pada sutu titik.Pemasangan kincir di lakukan setelah pemasukan air. Jumlah kincir yang di pasang dalam setiap tambak ada 4 unit, arah  kincir yang harus di pasang  searah, Hal tersebut untuk mengupayakan arus air bisa mengelilingi tambak dan kotoran akan berkumpul ketengah yang terdapat saluran pembuangan (sentral drain). Jenis kincir yang di gunakan yaitu Futsu dan adapun metode pemasangan kincir yaitu :

Ø  Pemasangan sexi dan pelampung contohnya pematokan

Ø  Pemasangan gearbox

Ø  Pemasangan dynamo

Ø  Pemasangan as dan kipas kincir

Ø  Pemasangan kabel dari dinamo ke kontrektor yang dialiri arus listrik.



Gambar 4. Pemasangan kincir

c.       Tata Letak Kincir

Tata letak kincir sangat mempengaruhi dalam proses budidaya. Selain sebagai sumber utama penyuplai oksigen pada kolam, kincir juga berfungsi bahwa kincir berfungsi untuk menyuplasi oksigen dan mengurangi stratifikasi suhu sedangkan membuat arus agar memusat ke central drain sehingga memudahkan pembuangan bahan organik.  Kincir yang digunakan dengan daya 1 HP. Yang mana kapasitas kincir 1 HP dapat mencover 500 kg biomassa udang (Syah et al., 2017).

Tata letak kincir yang disetting pada A1, A2, A3 dan A4 yakni dengan luas masing masing kolam 1200 m2 adalah 4 unit yang sesuai dengan acuan jumlah tebar. Setting tata letak kincir dilakukan sebelum proses budidaya dengan pengaturan posisi yang dapat membuat lumpur mengumpul pada central kolam. Untuk lebih jelasnya, posisi kincir disajikan pada gambar dibawah ini



 

 

 


Gambar 5. Tata Letak Kincir

 

4.2         Persiapan media

            Persiapan media adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan udang vaname untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi udang yang dimulai dari pengisian air, sterilisasi air kolam, pembentukan air.

1. Pengisian Air

             Sumber air yang digunakan pada proses pengisian air kolam pemeliharaan pada A1 –A4 berasal dari sumber air laut yang di pompa menuju tandon dan diendapkan terlebih dahulu, yang kemudian dialirkan melalui inlet. Mengunakan pipa 4 inchi. Pengisian air dilakukan 10 hari sebelum penebaran benur. hal ini menyatakan bahwa air yang digunakan untuk budidaya tidak boleh langsung digunakan  terlebih dahulu yang bertujuan untuk penumbuhan pakan alami. Pengisian air pada kolam pemeliharaan sampai dengan ketinggian 100-120 cm. Pengisisan air dapat dilihat pada gambar dibawah ini


Gambar 6. Proses pemasukan air ke petakan pemeliharaan

2. Sterilisasi

            Setelah pengisian air, dilakukan sterilisasi dengan penebaran klorin 60% dengan dosis 30 mg/l Sterilisasi adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua jenis organisme hidup seperti protozoa, bakteri dan virus yang berupa inang maupun carier dan predator agar tidak menggangu saat budidaya. Didukung oleh  ( Rahayu, 2010). menyatakan  sterilisasi bertujuan untuk membunuh segala jenis organisme yang bersifat hama atau patogen yang dapat mengganggu dalam kegiatan budidaya. Setelah dilakukan penebaran klorin lalu di diamkan semala 2 hari dan selanjutnya dilakukan penyipoanan. Farchan (2006), menambahkan bahwa proses netralisasi klorin selama 2 hari.

 

 

3. Pembentukan Air

            Proses pembentukan air dilakukan dengan cara aplikasi probitik kultur selama 24 jam. Pemberian probiotik kultur  ini dimulai dari hari ke 3 setelah sterilisasi air. Menurut (Pahlawi, 2019). penerapan bakteri probiotik sangat bermanfaat sebagai komponen pakan, menekan populasi potogen, sebagai respon kekebalan, pertumbuhan udang dan juga sebagai pengendalian penyakit dan memperlancar proses pencernaan udang. Menurut  (Amin & Mansyur, 2017) Probiotik adalah bakteri menguntungkan yang sengaja diaplikasikan ke dalam tambak . Pemberian probiotik di awal pemeliharaan bertujuan untuk menyiapkan bakteri pengurai bahan-bahan organik, sehingga ketika proses budidaya berlangsung ketersediaan bakteri di tambak telah mencukupi (Rahayu, 2010)

            Pemberian probiotik kultur  dilakukan setiap hari  sampai plankton benar-benar tumbuh yang dapat diindikasi secara visual dengan melihat perubahan warna air, kecerahan dan hasil analisa plankton pada kolam sampai target tercapai. Sesuai dengan (Hadi, 2018), perlu dilakukan pengkayaan pakan alami untuk meningkatkan pertumbuhan udang, memperbaiki kualitas air dan lingkungan. Menurut  (Ihwan, 2019) yang terkandung dalam probiotik kultur ini yaitu baccilus sp, Pseudomonas sp, Nitrosomonas sp, Nicrobacter sp dan Thiobacillus sp  berfungsi untuk memperbaiki pH air, mengurangi NH3 dan NO2 di air dan dasar kolam, mengurangi lumpur organik secara biologis, meningkatkan dominasi populasi bakteri dan plankton yang menguntungkan serta bakteri bacillus sp untuk menekan perkembangan bakteri Vibrio. bahwa probiotik membantu sistem pencernaan, memperbaiki kualitas air peningkatan resisten terhadap penyakit dan meningkatkan populasi bakteri menguntungkan (Novitasari et al., 2017).

Tabel 3. Dosis dan jumlah probiotik

No

Nama Bahan

Dosis

Jumlah Pemberian

1

Super NB

0.11 ml/m3

125 ml

2

Npk

0.11 gr/m3

125 gram

3

Susu

0.06 gr/m3

75 gram

3

Molase

0.11 ml/m3

125 ml

3

Air

12.3 ml/m3

13.000 ml

6

Soda

0.02 gr/m3

25 gram

 

4.3         Penebaran Benur

            Penebaran benur udang vannamei dilakukan setelah plankton tumbuh baik. Benur vannamei yang digunakan adalah Pl 9. Kriteria benur udang vannamei yang baik adalah mecapai ukuran Pl 8 keatas karena sudah memiliki organ tubuh yang lengkap, ukuran relatif seragam, gerakan lincah, warna tubuh benih  dan usus terlihat jelas.

            Sebelum benur ditebar, terlebih dahulu dilakukan perhitungan sampel minimal 2 kantong untuk mengetahui berapa jumlah benur yang ada dalam sattu kantong. Kemudian proses aklimatisasi  terhadap suhu dengan cara mengapung kan kantong plastik  yang berisi benur ditambak perlahan-lahan. aklimatisasi terhadap salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi air secukupnya lalu kantong plastik di tutup dan bolak balikan kantong plastik lalu keluarkan isi plastik dengan menarik kantong plastik. waktu penebaran pada saat suhu rendah seperti pada pagi hari dan malam hari penebaran yang dilakukan di tambak Farm Madyuddin Deah Raya ini yaitu pada malam hari jam 20..00 WIB.

  Tabel 4. Jumlah/Padat tebar benur

Tanggal Tebar

Petak

Luas kolam (M2)

∑ Tebar (Ekor)

Asal Benur

Lama Aklimatisasi

 

24 maret 2021

A1

1200 m2

200.000

 

PT.Surya windu pertiwi

 

 

 

30-60 menit.

A2

1200 m2

200.000

A3

1200 m2

200.000

A4

1200 m2

200.000

 



Gambar 7. Penebaran Benur

4.4         Manajemen Pemberian Pakan

Pakan yang umum diberikan berupa pakan buatan dengan jenis fine-crumble sampai dengan jenis pelet. Pemberian pakan dimulai sejak udang ditebar ketambak hingga pemanenan hasil. Pengaturan dan pemberian pakan disesuaikan jumlah aktual benur berdasarkan hasil pengamatan dan sampling dilapangan. Adapun program umum standar pemberian pakan buatan (ukuran fine-crumble,crumble dan pelet) yang sering diberikan pada kegiatan budidaya udang di tambak.

         Tabel 5. Jadwal pemberian pakan

No

Waktu

Pukul

1

Pagi

08.00

2

Siang

12.00

3

Sore

16.00

4

Malam

20.00

5

Malam

23.00

 

a.      Dosis pakan

            Dosis pakan adalah faktor yang diperhitungkan dalam pengelolaan pakan karena memiliki peranan penting dalam efektifitas penggunaan pakan (Sari & Ikbal, 2020), Teknik penentuan dosis pakan dibagi menjadi dua metode, yaitu blind feeding dan sampling. Blind feeding adalah metode menentukan dosis pakan udang dengan memperkirakan dosis tanpa melakukan sampling berat udang yang akan menjadi acuan total pakan selama 1 bulan (Rahayu, 2010). Sedangkan sampling dilakukan untuk mengetahui biomassa, ABW,ADG udang yang dilakukan pada DOC 30 hari (Syaifullah, 2018) dengan frekuensi 7 hari sekali (Hakim et al., 2018) Sampling dilakukan Untuk mementukan dosis pakan selanjutnya.



Gambar 8. Proses Pengadukan Pakan

b.      Campuran Pakan

            Campuran pakan yang digunakan  pada awal pemeliharaan berupa campuran minyak esesnsial alami ( pond guard) yang terdiri dari minyak lavender, minyak kayu putih dan minyak pinus. Pondguard sebagai immune modulator yang berfungsi menjaga sistem imun udang agar tetap berfungsi normal. pengunaan pondguard salah satu cara untuk menanggulangi dampak AHPND pada budidaya udang.  Pondguard dicampurkan pada pakan dari doc 1 sampai doc  9 dengan dosis 100 ml/kg pakan. Campuran pakan selanjutnya diganti menjadi beberapa macam jenis, campuran pakan disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Bahan dan dosis campuran pakan

No

Nama Bahan

Dosis

Waktu Pemberian

1

Vitamin c

5 ml / kg pakan

Pagi hari

2

Omega

5 ml / kg pakan

Pagi, siang,sore

3

Mikro mineral

7.5 gr / kg pakan

Siang

4

Biklin

7.5 gr/ kg pakan

Sore

 

 

 

 

c.       Cara pemberian pakan

            Pada saat usia awal pemberian pakan disesuaiakan dengan nomor pakan sesuai DOC dan MBW pakan sebelum ditebar harus dibahasi air agar pemberian pakan merata, cepat tenggelam, dan tidak berhaburan karena angin. Setelah pakan dibasahi secukupnya. Pakan ditebar mengelilingi area feeding tambak 1-2 m dari kaki tanggul  tambak  agar pakan mudah dimakan oleh udang.



Gambar 9. Proses Pemberian Pakan

4.5         Pengelolaan kualitas air

a.      Pergantian Air

            Pergantian air doc awal dilakukan setiap 2 – 3 hari sekali dengan jumlah 10 – 20% dari total volume air media. setelah umur udang 30 hari setiap 6 hari sekali sebanyak 30%. Farchan (2006), bahwa pergantian air yang baik sebanyak 10 % untuk memperbaiki kualitas air tambak dan sesuai dengan pendapat (Adipu, 2019), bahwa pergantian air dilakukan karena plankton mulai mati dan mengumpul pada pojok tambak.

b.      Penyiponan

            Penyiponan  awal dilakukan pada umur udang 10 hari. Penyiponan dilakukan  1x sehari agar sisa- sisa pakan dan lumpur tidak menumpuk di dasar tambak dan menjadi ammonia, sesuai dengan (Saniswan, 2019) bahwa penyiponan bertujuan untuk membuang endapan bahan organik di dasar tambak dan menhindari udang terkena penyakit selama proses pemeliharaan. setelah udang berumur 33 hari penyiponan dilakukan 2x sehari pagi dan sore hari.  Pendapat (Ghufron et al., 2018) bahwa penyiponan dilakukan 3 kali sehari. Jika kurangnya pergantian air dan penyiponan menyebabkan terjadinya penumpukan sisa pakan dan feses di dasar perairan sehingga menyebabkan tingginya kadar ammonia.

c.       Pembuangan Kelekap (ganggang)

            Pembuangan klekap dilakukan setiap hari dimulai dari DOC 20 hari. Pembuangan kelekap bertujuan untuk menghindari kotoran seperti plankton mati, Bakteri yang mati, dan sisa kotoran mengumpul pada pojok tambak supaya tidak kembali mengendap ke dasar kolam yang akan terakumulasi menjadi ammonia dan racun yang akan menurunkan kualitas perairan (Andayani, 2012).


       Gambar 10. Pembuangan kelekap

d.      Aplikasi probiotik

            Pengaplikasian probiotik bertujuan untuk memperbaiki kualitas perairan pada petak pemeliharaan., memperkuat daya tahan tubuh udang dan atau perbaikan kualitas lingkungan. Pengaplikasian probotik dilakukan dengan melihat kondisi perairan pemeliharaan.

            Probiotik yang digunakan selama proses budidaya  adalah probiotik kultur yang setiap hari diberikan, pemberian NPk dengan dosis 0.25 gr/m³ per petak dan Super NB dengan dosis 0.16 ml/m³ perpetak 2 hari sekali  yang diberikan secara bergantian.

            Menurut (Mustafa et al., 2016) NPK mengandung 2 jenis unsur hara makro yang tinngi yang berupa phosphate 52% dan kalium 35%. Pengunaaan npk juga dapat meningkatkan pertumbuhan plankton yang berjenis zooplankton pada kolam budidaya (Khalifa et al., 2017). Yang mana zooplnkton merupakan pakan alami bagi udang  terutama pada fase awal kehidupan (Amin & Mansyur, 2017).

e.       Pengapuran

            Pengapuran dilakukan 2 kali seminggu  dan pada saat setelah hujan sejak DOC >30 hari. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur dolomit dan kapur pertanian (kaptan) dengan dosis 10 mg/l. Kapur digunakan untuk meningkatkan kapasitas penyangga air (Utojo et al., 2014) dan menaikkan pH (Paena et al., 2016) Pemberian kapur bisa secara bertahap, yaitu bila pH tanah kurang dari 7,5 atau terjadi fluktuasi lebih dari 0,5 selama 24 jam yang cenderung disebabkan oleh pengurangan alkalinitas (Mustafa et al., 2016), yang mana pemberian dolomid atau  kapur CaMg (CO3)2 berperan dalam mengaktifkan berbagai jenis enzim, membantu kebutuhan kalsium (Ca), kabohidrat dan berbagai nutrisi lainnya dan berperan pada saat udang moulting. (Yunus et al., 2020). Semakin singkat durasi molting, maka semakin sering udang mengalami molting. Semakin sering udang mengalami moulting, semakin sering udang berganti kulit, maka semakin besar pertambahan panjang tubuh udang (Lisnawati & Ridwan, 2019).



Gambar 11. Pengapuran

f.       Kontrol Pakan di Ancho

            Ancho adalah alat komunikasi harian antara teknisi dengan udang dalam hal jumlah pakan, nafsu makan, ukuran udang,jumlah udang,kesehatan udang,  sehingga ancho harus bagus dan tempatnya yang datar. Pada umur 30 hari pakan di ancho diberikan 0,6 %  pada  4 ancho dan dikontrol 2,5 jam setelah pemberian. Jika 4 acho habis  maka pakan besok dinaikkan 1% - 2% dari pakan hari ini. dan jika 3 ancho yang habis maka pakan tetap, jika 2 ancho tidak habis maka dipotong 20-25%. Jika 3-4 ancho tidak habis maka dipotong 40-50%.


Gambar 12. Pengontrolan pakan di anco

g.      Sampling

            Sampling udang merupakan kegiatan yang mutlak diperlukan dalam suatu kegiatan usaha budidaya di tambak. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat bahwa salah satu karakteristik usaha budidaya udang adalah bersifat ‘Unvisible object’, yang berarti segala tingkah laku, kondisi dan pertumbuhan udang di dalam petakan tambak tidak dapat diamati secara langsung karena terhalang oleh perairan yang menjadi habitatnya.Berdasarkan karakteristik seperti inilah salah satu alternatif kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengestimasi profil udang di dalam tambak adalah dengan melalui kegiatan sampling.

            Menurut Farchan (2006), sampling atau monitoring pertumbuhan adalah pengamatan terhadap udang untuk mengetahui pertumbuhannya dalam petakan tambak secara individu, populasi dan biomass yang dilakukan secara periodik. Pengamatan dilakukan dengan pengambilan contoh (sample), pemeriksaan udang di ancho (feeding try) dan sampling dengan menggunakan jala. Kegiatan sampling di Farm Mahyuddin Deah Raya dilakukan pada saat udang DOC 35 hari sehingga dapat terjerat dalam mata jala yang digunakan karena kegiatan sampling ini menggunakan jala.

            Proses kegiatan sampling jala sebaiknya dilakukan sekitar 2,5 – 3 jam setelah pemberian pakan sehingga pengambilan sampel udang akan lebih efektif karena udang masih menyebar di sekitar daerah pakan sehingga masih dalam jangkauan jala sampling. Kegiatan sampling ini dilaksanakan guna mengetahui populasi, survival rate (tingkat kehidupan) serta biomassa (jumlah berat total) udang.          Cara perhitungan sampling kita harus mengetahui luas tambak, jumlah tebar, luas jala, rata-rata bukaan jala, rata-rata udang di tiap titik samping, berat rata-rata, dosis pakan. Perhitungan populasi, survival rate serta biomassa dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Populasi           = Rata-rata per meter x luas tambak

Survival Rate   =  Populasi/ jumlah tebar x 100 %

Biomassa          =  Rata-rata berat udang x Populasi sekarang



Gambar 13. Proses sampling

4.6         Pengukuran Kuliatas Air

            Parameter kualitas air yang diamati dan dikontrol di Farm Forlife Vannamei berupa Suhu, pH,  Kecerahan, Salinitas, Alkalinitas. Pengukuran dilakukan setiap pagi hari (Pukul 06.30 WIB) dan sore hari ( Pukul 18.00). menurut (Ty & Utomo, 2019) parameter yang paling penting yang menyebabkan kematian udang adalah salinitas, pH dan suhu oleh sebab itu harus dipantau setiap hari.

a.      Suhu

            Suhu sangat berpengaruh dalam proses budidaya udang karena suhu yang tinggi ikut mempengaruhi nafsu makan udang.

            Nilai suhu pada saat proses pemeliharaan masih dalam kisaran optimanal Kisaran suhu pagi 26-27ºC dan sore 29ºC  . menyatakan bahwa suhu yang optimal berkisar 24-34 ºC. Dikarnakan suhu air yang tinggi menyebabkan oksigen dalam air menguap (Andi Sahrijana & Early Septiningsih, 2017), akibatnya larva udang akan kekurangan oksigen (Adipu, 2019). Dan  suhu air rendah akan menyebabkan nafsu makan udang berkurang, hal ini yang menyatakan jika suhu air kurang dari 24ºC sebaiknya dilakukan pengecekan nafsu makan dengan menggunakan kontrol anco.

b.      Nilai pH (Derajat Keasaman)

            Pengukuran pH air pada kolam yaitu untuk mengetahui nilai pH air dan mengetahui kondisi phytoplankton melalui aktivitas fotosintesis yang terjadi.

            Nilai pH selama proses pemeliharan masih optimal pagi 7.7dan sore 8.0-8.1. Menurut (Multazam & Hasanuddin, 2017) Besarnya  pH  air  yang  optimal  untuk  kehidupan  udang adalah 7,5- 8,5 (netral). pH air yang rendah akan berakibat pada kematian udang sedangkan pH air yang terlalu basa dapat menyebabkan laju pertumbuhan udang terhambat (Salam et al., 2019).

c.       Kecerahan

            Kecerahan merupakan ukuran transparansi air. Selain itu, kecerahan juga menjadi indikator jumlah plankton yang tumbuh pada air media pemeliharaan karena tingkat kecerahan dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan plankton dan suspensi pada badan air

            Nilai kecerahan pada proses pemelirahaan  pagi berkisar 30 cm dan sore 40 cm. menambahkan bahwa kecerahan <20 cm mengindikasikan kepadatan fitoplankton sudah mencapai tingkatan yang berbahaya bagi biota budidaya dan Kecerahan rendah dapat menyebabkan penurunan kelarutan oksigen di dalam tambak.

d.      Salinitas

            Salinitas pada air kolam dapat dipengaruhi oleh keadaan air sumber yang digunakan dan juga dapat dipengaruhi oleh evaporasi air laut yang dapat membuat salinitas air media pemeliharaan meningkat dan volume air berkurang. Salinitas berperan dalam proses osmoregulasi udang dan juga proses molting.  Pengukuran salinitas dilakukan seminggu sekali. Nilai salinitas selama proses pemeliharaan berkisar 30-36 ppt. (Amrillah et al., 2015), kisaran optimalnya yaitu 15-25 ppt atau 30-45 ppt

e.       Alklinitas

            Alkalinitas berfungsi sebagai penyangga (buffer) suatu perairan untuk menetralisir asam dengan menggunakan ion–ion karbonat dan bikarbonat. Alkalinitas menjadi kunci penting dalam air karena kemampuannya untuk mempertahankan tingkat pH dan alkalinitas air yang rendah menjadi penyangga yang buruk terhadap perubahan pH.

            Nilai alkalinitas selama proses pemeliharan  masih optimal berkisar 92-120 Hari. Didukung oleh (Ariadi & Wafi, 2020), Nilai optimal untuk alkalinitas adalah 90-150 mg/L atau 80-120 mg/L. Alkalinitas berperan dalam meningkatkan produktivitas fitoplankton, Semakin tinggi kandungan alkalinitas semakin tinggi pula produktivitas fitoplankton (Supono, 2015).

4.7         Pengendalian Hama Dan Penyakit

a.      Hama

Menurut Kordi, M.G.H ( 2007), hama adalah segala hewan (organisme) yang ada di dalam tambak selain yang dibudidayakan dan dianggap merugikan. Hama dalam budidaya udang digolongkan menjadi 4 yaitu :

Ø  Predator          : ikan, ular air, burung, kepiting 

Ø  Kompetitor      : cacing, siput, serangga, udang-udangan 

Ø  Perusak sarana : kepiting  

Ø  Pencuri             : manusia

            Hama adalah hewan yang dapat mengganggu budidaya air payau atau pun air tawar. Hama yang terdapat ditambak Farm Mahyuddin berupa trisipan,dan lumut. Cara penanggulannya dilakukan saponin.



Gambar 14. Pagar Biosecurity

 

 

 

b.      Penyakit

            Menurut haliman R.W dan Adijaya D.S, (2005), penyakit dapat muncul dan menyerang udang vannamei. Beberapa penyakit yang menyerang disebabkan oleh predator, parasit, bakteri, jamur dan virus.

            Penyakit udang merupakan faktor utama yang menggagalkan hasil budidaya. Salah satu penyebab gagalnya budidaya udang dunia adalah wabah penyakit. Penyakit mudah timbul karena ketidak seimbangan antara udang, lingkungan dan patogen. Banyak sumber penyakit dan penyebaran cepat (mobilitas udang tinggi) diagnosis serta pengendalian kurang cepat dan tepat. Salah satu virus spesifik yang menyerang udang adalah Taura SyndromVirus (TSV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), Infectionus Hypodermal Haematopoetic Necrosis Virus (IHHNV).

4.8         Pemanenan

            Pemanenan udang vanname di lokasi praktek  dilakukan secara parsial dan panen total. Panen parsial dilakukan mulai DOC 60  dan Panen total udang dilakukan setelah kegiatan pemeliharaan selama 120 hari sesuai target pemilik. 

Selama pengangkutan udang di masukkan ke dalam blong yang berisi es. Penanganan udang pasca panen dilakukan dengan cara mencuci udang dengan air tawar terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran atau lumpur yang menempel pada udang. Kemudian dilakukan penyotiran dan udang yang sudah sesuai kriteria langsung ditimbang dan dicuci kembali dengan air tawar dingin. Setelah dilakukan panen selanjutnya dilakukan penanganan pasca panen yang meliputi menimbang dan mengangkut. Selanjutnya udang dimasukan ke dalam cool box yang diletakkan pada mobil truk pengangkutan. Untuk menjaga udang agar tetap dalam kondisi segar, maka pada cool box udang diberi es secara berlapis. udang tidak mengalami rigor mortis, mencegah penurunan kualitas udang dan untuk menjaga kesegaran udang.

 



Gambar 15. Panen

Adapun alat-alat yang di gunakan pada saat panen yaitu sebagai berikut:

Table 7 Alat yang digunakan saat Panen

ALAT

KEGUNAAN

Jaring pukat

Untuk menangkap udang pada saat panen

Keranjang

Untuk menampung udang yang sedang dipanen

Jaring/Cro

Untuk menghubungkan pipa panen dengan keranjang

Kereta Sorong

Untuk membawa keranjang yang berisi udang ke tempat penyortiran

Meja sortir

Untuk menyortir udang yang akan diambil sesuai ukuran

Timbangan

Menimbang berat udang yang telah disortir

Fiber

Menampung udang yang telah selesai ditimbang

 


5           V. PENUTUP

5.1         Kesimpulan

1.      Persiapan lahan sangat penting dan harus diperhatikan, karena berhasilnya budidaya yang kita lakukan tergantung pada persiapan lahan yang kita lakukan.

2.      Pada masa pemeliharaan pakan yang diberikan di campur dengan beberapa bahan probiotik seperti Super Ps, Super Nb, biklin, latibon dan vitamin c. manfaat dari pemberian probiotik ini yaitu salah satunya adalah menambah nafsu makan dan penambah daya tahan tubuhbpada udang, dan untuk mengurangi bahan organik.

3.      Masih banyak terdapat hama pengganggu seperti, trisipan dan lumut.

4.      Biosecurity pada masa pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap berjalannya proses budidaya udang.

5.2         Saran

1.      Sebaiknya biosecurity perlu diperhatikan dengan baik sebagai upaya untuk mencegah masuknya hama dan penyakit.

2.      Kegiatan KKB ini sebaiknya dilaksanakan lebih kuran 1 siklus agar mendapat atau menguasai semua langkah-langkah pada budidaya udang vaname di tambak Farm Forlife Vaname.

 

 

 


6           DAFTAR PUSTAKA

 

Adipu, Y. (2019). Profil Kualitas Air Pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Sistem Bioflok Dengan Sumber Karbohidrat Gula Aren Jurnal MIPA, 8(3), 122–125.

Amin, M., & Mansyur, A. (2017). Pertumbuhan Plankton Pada Aplikasi Probiotik Dalam Pemeliharaan Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Di Bak Terkontrol. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 0(0), 261–268.

Amrillah, A. M., Widyarti, S., & Kilawati, Y. (2015). Dampak stres salinitas terhadap prevalensi White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan survival rate udang vannamei (Litopenaeus vannamei) pada kondisi terkontrol.

Andayani, S. (2012). Pengaruh Kelimpahan Klekap di Tambak Tradisional terhadap Pertumbuhan Ikan Bandeng dan Udang Windu. Berkala Penelitian Hayati, 17(2), 159–163.

Ariadi, H., & Wafi, A. (2020). Water Quality Relationship with FCR Value in Intensive Shrimp Culture of Vannamei (Litopenaeus vannamei). Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 11(1), 44–50.

Choeronawati, A. I., Prayitno, S. B., & Haeruddin, (2019b). Studi Kelayakan Budidaya Tambak Di Lahan Pesisir Kabupaten Purworejo. Jurnal Ilmu   Dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 191.

Choeronawati, A. I., Prayitno, S. B., & Haeruddin. (2019a). Studi Kelayakan Budidaya Tambak Di Lahan Pesisir Kabupaten Purworejo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 191–204.

Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang Vaname. BAPPL Sekolah Tinggi Perikanan, Serang

Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W., & Suprapto, H. (2018). Teknik pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada tambak pendampingan pt central proteina prima tbk di desa randutatah, kecamatan paiton, probolinggo, jawa timur. Journal of Aquaculture and Fish Health, 7(2), 70–77.

Hakim, L., Supono, S., Adiputra, Y. T., & Waluyo, S. (2018). Performa Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Semi Intensif di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Rekayasa Teknologi Dan Budidaya Perairan, 6(2), 691–698.

Haliman. R. W, Adijaya S. D, 2005. Udang Vannamei. Penebar Swadaya: Depok

Ihwan, I. (2019). Studi Tentang Aplikasi Beberapa Kombinasi Jenis Bakteri Probiotik Pada Tambak Pembesaran Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) DI BRPBAP, MAROS. Agrominansia, 4(1), 25–32.

Ihwani, M. (2017). Pengaruh Frekuensi Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tokolan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di Keramba Jaring Apung (KJA) [PhD Thesis]. Universitas Brawijaya.

Kalifa, M. A., Silvia, H., & Dindin, U. (2017). Zooplankton Abundance with NPK Fertilization. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 7(2), 191–198.

Khatimah, K. (2019). Analisis Kelayakan Finansial Budidaya Udang Vannamei di Desa Parangtritis, DIY. Jurnal Ekonomi Pertanian Dan Agribisnis, 3(1), 21–32.

Lisnawati, L., & Ridwan, A. (2019). Potensi Ekstrak Bayam Merah (Amaranthus tricolor) Dalam Mempersingkat Durasi Molting Udang Vannamei (Litopenaeus van-namei) Dengan metode Dipping. Bachelor Thesis. Institut Teknologi Bandung.

Makmur, Suwoyo, H. S., Fahrur, M., & Syah, R. (2018). Pengaruh Jumlah Titik Aerasi Pada Budidaya Udang Vaname, Litopenaeus vannamei. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(3), 727–738.

Multazam, A. E., & Hasanuddin, Z. B. (2017). Sistem Monitoring Kualitas Air Tambak Udang Vaname. Jurnal It, 8(2), 118–125.

MURNI, P. A. (2019). Kajian Perubahan Pola Budidaya Dan Manajemen Tambak Di Aceh. Etd Unsyiah.

NOVIKA, V. (2019). Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) [Sarjana, Universitas Siliwangi].

Novitasari, A., Iskandar, R., Elvazia, H., Harpeni, E., Tarsim, T., & Wardiyanto, W. (2017). Efektivitas Pemberian Bacillus sp. D2. 2 pada Media Teknis Molase terhadap Kualitas Air dan Performa Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Biospecies, 10(2), 50–59.

Paena, M., Sapo, I., Mustafa, A., & Rachmansyah, R. (2016). Hubungan Beberapa Faktor Teknis Dengan Produktivitas Tambak Intensif Di Lampung Selatan. Jurnal Riset Akuakultur, 4(2), 267–275.

 

Purnamasari, I., Purnama, D., & Utami, M. A. F. (2017). Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Intensif. Jurnal Enggano, 2(1), 58–67.

Putri, D. S., Affandi, M. I., & Sayekti, W. D. (2020). Analisis Kinerja Usaha dan Risiko Petambak Udang Vaname Pada Sistem Tradisional dan Sistem Semi Intensif di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. JIIA (Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis), 8(4), 625–632.

Rahayu, S. A. (2010). Pengaruh penggunaan tepung limbah udang dalam ransum terhadap performan produksi itik petelur.

Salam, N. L., Bangsawang, H., Zulita, D., & Anwar, A. (2019). Evaluasi Kualitas Air, Sintasan Dan Pertumbuhan Udang Vannamei Litopenaeus Vannamei Dengan Aplikasi Tepung Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen. Jurnal Ilmiah Ecosystem, 19(2), 168–176.

Saniswan, Y. (2019). Pengaruh Penggunaan Sistem Bioremediasi Dengan Penambahan Probiotik Pada Media Pemeliharaan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Mas (Cyprinus Carpio) [Phd Thesis]. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.

Sari, N. I., & Ikbal, M. (2020). Frekuensi Pemberian Pakan Alami Jenis Chaetoceros Sp yang dipupuk Cairan Rumen Terhadap Perkembangan Sintasan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Stadia Zoea Sampai Mysis. OCTOPUS: Jurnal Ilmu Perikanan, 9(1), 1–9.

Supono, S. (2015). Studi Keragaan Udang Windu (Penaeusmonodon) Dan Udang Putih (Litopenaeusvannamei) Yang Dipelihara Pada Tambak Semi Plastik.

Syah, R., Makmur, M., & Fahrur, M. (2017). Budidaya Udang Vaname Dengan Padat Penebaran Tinggi. Media Akuakultur, 12(1), 19–26.

SYAIFULLAH, M. I. (2018). Manajemen Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Pada Kolam Beton Di Tambak Udang Intensif PT. Surya Windu Kartika, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Ty, A. G., & Utomo, P. (2019). Pengembangan Prototype Sistem Kendali Kualitas Air Tambak Udang. Elinvo (Electronics, Informatics, and Vocational Education), 4(1), 75–82.

Utojo, U., Tompo, A., & Suhaimi, R. A. (2014). Kesesuaian Lahan dan Revitalisasi Tambak Budidaya Udang Di Kawasan Industrialisasi Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Jurnal Riset Akuakultur, 9(3), 501–513.

Yunus, R., Haris, A., & Hamsah, H. (2020). Pengaruh Penambahan Kapur Dolomite Dan Kapur Tohor Dalam Media Pemeliharaan Terhadap Moulting, Pertumbuhan Dan Sintasan Udang Vaname. Octopus: Jurnal Ilmu Perikanan, 9(1), 39–47.