Sunday 6 November 2022

MAKALAH BIOETIKA DAN PENERAPANNYA DALAM ILMU BIOLOGI AQIDAH DAN ETIKA BIOLOGI

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................... 3

BAB I Pendahuluan...................................................................................... 4

A.  Latar Belakang............................................................................................ 4

B.  Rumus Masalah.......................................................................................... 4

                       

BAB II Pembahasan........................................................................................ 5

2.1  Reduksionisme Dalam Perkembangan Biologi Modern........................... 5

2.2  Bioetika Dan Keputusan Etik................................................................... 6

2.3  Teori Etika Dalam Pengambilan Keputusan Etik Terhadap Dilema

 Bioetika.......................................................................................................... 7

2.4  Model Pengambilan Keputusan Etik Dilema Bioetika Dalam Perspektif Islam    8

 

BAB III PENUTUP............................................................................................... 11

A.  Kesimpulan............................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

Pendahuluan

  1. Latar belakang

Sejak akhir abad ke-20, biologi telah mengalami perkembangan yang pesat. Fokus kajian biologi telah mengalami perubahan yang signifikan, bukan  hanya terbatas pada tingkat organisme atau sel, melainkan lebih dalam lagi ke tingkat molekuler, sehingga dikenal dengan biologi molekuler. Perkembangan biologi molekuler diawali dengan penemuan struktur kimia DNA oleh Watson dan Crick pada tahun 1953. Produk-produk perkembangan biologi molekuler ini selanjutnya merupakan basis untuk perkembangan biologi modern.

Perkembangan biologi modern yang pesat, sejak lama telah diprediksi akan menimbulkan problem-problem baru. Selain hal ini sering dipandang sebagai suatu prestasi, tidak jarang juga memunculkan masalah baru yakni masalah yang berkaitan dengan etika . Kloning, rekombinasi DNA, transfer embrio (ET) dan fertilisasi in vitro (IVF) selain memungkinkan “mengontrol” proses kehidupan, juga membawa pertanggungjawaban baru terhadap masyarakat, sehingga perlu kehati-hatian dalam mengaplikasikannya.

 

  1. Rumus masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan dalam makalah ini adalah:

1. Apa pengertian  reduksionisme dalam perkembangan Biologi Modern?

2. Apa itu bioetika dan keputusan etik?

3. Bagaimana teori etika dalam pengambilan keputusan etik terhadap dilema bioetika?

4. Apa model pengambilan keputusan etik dilema bioetika dalam pandangan Islam?

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

Pembahasan

 

2.1  Reduksionisme dalam Perkembangan Biologi Modern

Problem-problem yang muncul terkait dengan bidang etika setelah perkembangan IPTEK dibidang biologi modern, juga diakibatkan oleh cara pandang yang dikenal dengan reduksionisme. Reduksionisme merupakan cara pandang yang melandasi pemikiran bahwa segala sesuatu tentang sistem kehidupan hanya dapat dipahami apabila dipelajari bagian demi bagian pada skala yang semakin kecil (dari aspek ukuran volume dan massa). Selain itu, reduksionisme juga memiliki pengertian sebagai penyederhanaan sistem kehidupan dengan menganggapnya tidak berbeda dengan reaksi-reaksi kimia dan fisika pada benda mati. Pandangan seperti ini penting untuk mendapat perhatian, sebab dengan reduksionisme cenderung muncul afeksi atau sikap yang bertentangan dengan nilai etika, yang diakibatkan kebiasaan penyederhanaan objek kajian yang sesungguhnya terlalu kompleks untuk disederhanakan .

Sehubungan dengan cara pandang reduksionisme tersebut, perlunya kehati-hatian dalam pengembangan teknologi dengan basis lingkup kajian biologi modern . Kehati-hatian yang dimaksud perlu diwujudkan antara lain dalam bentuk kajian aspek etika pada saat penerapan teknologi. Sejalan dengan hal ini, hasil penelitian yang tidak mempertimbangkan aspek moral, etika, sosial, dan budaya, akan menimbulkan banyak permasalahan di masyarakat. Demikian pula suatu dialog antara etika dan ilmu pengetahuan untuk sarana pertimbangan etik yakni apakah ilmu pengetahuan tersebut baik bagi manusia menurut totalitasnya sebagai manusia dan tidak hanya menurut kebutuhan tertentu saja. Oleh karena itu, aspek etika yang berkaitan dengan aplikasi biologi modern perlu mendapatkan perhatian yang serius. Perkembangan biologi modern yang pesat bukan berarti harus dihambat, namun yang benar adalah “dikawal” agar tetap berjalan pada koridor kemaslahatan umat dan alam semesta. Hal ini sesuai dengan tugas manusia sebagai khalifah di bumi, sebagaimana dikemukakan dalam al Quran surat Yunus ayat 14: “Kemudian kami jadikan kamu sekalian khalifah-khalifah di muka bumi sesudah mereka, supaya kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat".

Tugas khalifah adalah sebagai pengelola yang berarti bertanggungjawab terhadap kemaslahatan. Dengan demikian ilmuwan biologi, tidak sepatutnya mengabaikan tanggung jawab terhadap kemanusiaan dan alam semesta ini. Oleh karena itu, diperlukan suatu rambu-rambu untuk mengontrol riset biologi modern yang dinamakan bioetika.

 

 

2.2. Bioetika dan Keputusan Etik

Etika yang berkaitan dengan masalah biologi dikenal dengan nama bioetika. Bioetika atau bioethics atau etika biologi didefinisikan oleh Samuel Gorovitz sebagai “penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan ilmu-ilmu biologis”. Jadi bioetika menyelidiki dimensi etik dari masalah-masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi yang terkait dengan penerapannya dalam kehidupan. Selain itu, bioetika juga berperan antara lain sebagai pengaman bagi riset bioteknologi. Bioetika tidak untuk mencegah perkembangan ilmu pngeetahuan dan teknologi, tetapi menyadarkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai batas-batas dan tanggung jawab terhadap manusia dan kemanusiaa.

Bioetika secara umum mengenal tiga prinsip utama yakni:

(1) respek terhadap hidup dan kehidupan

(2) perlunya keseimbangan antara resiko dan manfaat

(3) adanya suatu kesepakatan bahwa etik tidak sesederhana alamiah.

Ketiga prinsip ini penting untuk diajarkan, sebab memotivasi peserta didik tidak hanya terbatas pada belajar tentang konsep dalam biologi saja, namun juga dapat belajar tentang konsekuensi sosial suatu hasil penelitian ilmiah.

Bioetika dalam arti akademis di Indonesia belum mendapat banyak perhatian. Di sisi lain, perkembangan penelitian biologi modern seperti genom manusia, teknologi reproduksi, kloning, transgenik, dan lainnya akan memerlukan kebijaksanaan sosial dan sikap individu. Hal ini menyebabkan perlunya membelajarkan bioetika, sebab dengan cara demikian akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan etika dan moral.

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam menetapkan suatu keputusan yang sesuai dengan etika dan moral. Oleh karena itu, lembaga pendidikan mempunyai beban dan tanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran yang terkait dengan etika (bioetika) serta membantu siswa mengembangkan cara-cara dalam membuat keputusan etik.

Perwujudan tanggung jawab ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap manusia dan alam semesta dapat dilakukan antara lain melalui pengembangan pembelajaran biologi modern yang terintegrasi dengan isu-isu yang berkaitan dengan etika. Melalui integrasi sains dengan etika diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemampuan peserta didik dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan problem etik. Kemampuan dalam pengambilan keputusan etik sekaligus juga dapat mengintegrasikan antara sains dan agama.

2.3 Teori Etika dalam Pengambilan Keputusan Etik Terhadap Dilema Bioetika

Perkembangan ilmu pengetahuan antara lain biologi, telah menimbulkan dilema-dilema serius dan mendalam, yang menantang sistem nilai kita maupun kebudayaan yang di dasarkan atas nilai-nilai tersebut . Di dalam pengambilan pengambilan keputusan etik yang sering harus dilakukan dalam kaitannya dengan bioetika, ada 2 teori dasar atau teori etika atau metode yaitu Konsekuensialisme, dan Deontologi. Pada konsekuensialisme, baik buruknya suatu perbuatan tidak ditetapkan atas dasar prinsip-prinsip, tetapi dengan menyelidiki konsekuensi perbuatan. Oleh karena memiliki nama “konsekuen-sialisme”. Metode ini mencoba untuk meramalkan apa yang akan terjadi, jika kita berkelakuan dengan berbagai cara yang berbeda, dan membandingkan hasilnya satu dengan yang lain. Apa yang bersifat moral atau moralitas suatu perbuatan ditentukan melalui suatu proses evaluatif. Dengan konsekuensialisme, seseorang tidak cukup melakukan yang baik, melainkan mestinya tahu perbuatan paling baik di antara semua perbuatan baik yang mungkin atau menyediakan kebaikan yang terbesar untuk sebanyak-banyaknya orang.

Etika deontologis adalah metode pengambilan keputusan yang mulai dengan bertanya “Apa yang harus saya lakukan?” atau “Apa yang menjadi kewajiban saya?” Menurut pandangan ini, jalan etik yang harus ditempuh seseorang adalah mengikuti prinsip-prinsipnya entah ke manapun ia terbawa. Dalam hal ini mereka tidak peduli akan konsekuensi-konsekuensinya. Begitu keharusan atau kewajiban ditetapkan, maka jelaslah sudah perbuatan apa yang harus dilakukan. Begitu mengenal aturan dan mengetahui kewajiban, sudah menjadi jelas apa yang etik dan apa yang tidak etik. Problem terbesar adalah deontologi tidak peka terhadap konsekuensi-konsekuensi perbuatan.

Islam sangat menekankan pada kemampuan berpikir, keputusan etik dilakukan melalui pertimbangan yang sangat cermat antara kemaslahatan dan kemudharatan sesuatu hal. Konsekuensialisme lebih sesuai dalam Islam untuk mencari solusi dalam menghadapi kasus dilema bioetika. Pembelajaran bioetika dapat dilakukan dalam bentuk menentukan keputusan etik melalui kajian antara resiko dan manfaat (kemudharatan dan kemaslahatan), keputusan yang mendatangkan kemaslahatan paling banyak dengan paling sedikit kemudharatannya.

Rasulullah SAW telah mengajarkan tentang pengembangan pola pikir yakni “Agama itu adalah penggunaan akal, tiada agama bagi orang yang tidak berakal”. Berdasarkan hal ini, maka yang harus mendapat perhatian dalam pembelajaran bioetika dalam bentuk pengambilan keputusan etik adalah tidak mengajarkan atau memberi contoh keputusan etik apa yang harus diambil, melainkan menekankan pada bagaimana cara atau proses untuk pengambilan keputusan etik.

 

2.4 Model Pengambilan Keputusan Etik Dilema Bioetika dalam Perspektif Islam

Pada umumnya mahasiswa sering mengalami kesulitan bagaimana cara memulai menganalisis suatu konflik etika atau dilema bioetika. Mereka tidak mengetahui pertanyaan apa yang harus dikemukakan dan bagaimana proses untuk sampai pada suatu keputusan. Oleh karena itu, di dalam kelas dapat dikenalkan suatu masalah ilmiah teknis dan meminta mahasiswa berdiskusi untuk mengemukakan sebanyak mungkin pandangan etik yang mereka ketahui. Sebagai contoh, mahasiswa dapat diminta untuk mempertimbangkan xenotransplantasi (transplantasi menggunakan organ hewan). Diskusi akan dapat membimbing mahasiswa untuk sampai kepada solusi suatu konflik atau dilema bioetika. Dalam hal ini dosen diharapkan membawa mahasiswa kepada fakta, bahwa pandangan terhadap suatu konflik adalah sangat beragam, semakin banyak ragam pandangan yang diketahui, semakin baik bagi pengembangan wawasan atau kemampuan berpikir mahasiswa. Dalam proses pengambilan keputusan etik terhadap dilema bioetika, mahasiswa harus memahami 6 prinsip bioetika yaitu:

1. Prinsip I: Keadaan Darurat

Keputusan etik yang mengandung unsur haram menggunakan pedoman bahwa dalam kondisi normal diharamkan, namun menjadi diperbolehkan ketika darurat, yakni tidak ada pilihan lain dan semata-mata hanya untuk menjaga dan melestarikan kehidupan.

 

2. Prinsip II: Menjaga dan Melestarikan Kehidupan

Keputusan etik yang diambil harus berdasakan tujuan utama untuk semata-mata menjaga dan melestarikan kehidupan, bukan untuk maksud yang lain.

 

3. Prinsip III: Untuk Kepentingan yang Lebih Besar

Keputusan etik yang diambil, harus terkandung maksud untuk kepentingan yang lebih besar.

 

4. Prinsip IV: Peluang Keberhasilan

Keputusan etik yang diambil, harus sudah memperhitungkan kemungkinan atau peluang keberhasilannya.

 

5. Prinsip V: Manfaat dan Mudharat

Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan keuntungan dan kerugian, kemaslahatan dan kemudharatannya.

6. Prinsip VI: Tidak Ada Pilihan Lain

Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan tidak adanya pilihan lain, sehingga keputusan tersebut harus diambil.

Mekanisme dalam pengambilan keputusan etik antara lain terhadap xenotransplantasi dapat mengikuti alur sebagai berikut:

1. Paparan Isu Bioetika: Pembelajaran tentang xenotransplantasi yang merupakan isu bioetika,  mulai pembahasan dari aspek konsep sampai teknis pelaksanaannya .

2. Analisis Masalah Bioetika: Mengidentifikasi masalah apa saja yang mungkin akan muncul dengan xenotransplantasi tersebut, mulai proses sampai hasil atau produknya.

3. Argumentasi: Penyampaian pendapat perseorangan (opini) terkait masalah yang muncul dalam penerapan xenotransplantasi.

4. Analisis Isu Bioetika Melalui Analisis 6 Prinsip: Menganalisis penerapan xenotransplantasi dan konsekuensinya menggunakan 6 prinsip bioetika (Islam).

5.Keputusan/Kesimpulan: Pengambilan keputusan/kesimpulan terhadap masalah xenotransplantasi, setelah melakukan analisis 6 prinsip.

6. Evaluasi: Melakukan evaluasi ulang terhadap keputusan yang diambil, dan dikaitkan kembali dengan seluruh prinsip (Prinsip I sampai dengan VI). Apabila ada prinsip yang dilanggar atau tidak dapat dipenuhi, maka harus dilakukan revisi keputusan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

Bioetika sangat diperlukan sebagai pengawal riset biologi modern. Pembelajaran bioetika tidak dilakukan dengan mendoktrin suatu keputusan etik apa yang harus diambil oleh peserta didik. Islam mengajarkan pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui analisis maslahat-mudharat dalam pengambilan keputusan etik menghadapi munculnya dilema bioetika sebagai akibat perkembangan biologi modern. Bioetika harus dibelajarkan melalui berpikir dan memprediksi konsekuensi dari tindakan yang dilakukan, dalam hal ini juga memprediksi kemaslahatan dan kemudharatan yang akan muncul.

Mendiskusikan keputusan melalui berbagai pendapat baik yang pro maupun kontra adalah hal yang sangat berharga untuk mengembangkan wawasan dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Proses memperoleh keputusan etik dari suatu fenomena biologi modern perlu dibelajarkan kepada mahasiswa dengan berlandaskan filosofi konstruktivistik (bahwa pengetahuan harus dikonstruksi oleh mahasiswa dan bukan didoktrinkan), agar mahasiswa sebagai ilmuwan biologi dapat mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan sebagaimana pengembangan pola berpikir yang dikemukakan Rasulullah SAW.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bertens, K. dkk. 1990. Bioetika Refleksi atas Masalah Etika Biomedis.

Jakarta: Gramedia.

Bertens, K. 2005. Bioetika dan Globalisasinya. (http://www.kompas.co.id/

               kompacetak/0504/06/Bentara/1661650.htm diakses 28 November 2005

Jenie, U.A. 1997. Perkembangan Bioteknologi dan Masalah-Masalah

Bioetika yang Muncul. Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment