Friday 28 January 2022

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I USIA 14 TAHUN DENGAN CKD STAGE V

 

A.      Pengertian CKD

Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronis (PGK) adalah suatu proses patofisiologis yang didasari oleh etiologi yang beragam, yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel yang mencapai pada derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal tetap, yaitu dapat berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Kerusakan ginjal mengacu pada berbagai macam kelainan yang ditemukan selama pemeriksaan, yang bisa saja bersifat non-spesifik terhadap penyakit penyebabnya tetapi dapat mengarah pada penurunan fungsi ginjal. Fungsi ekskresi, endokrin, dan metabolik menurun secara bersamaan pada hampir semua kasus CKD. Kriteria CKD menurut KDIGO 2012 adalah kerusakan ginjal ≥ 3 bulan, baik berupa kelainan struktural atau fungional yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium (proteinuria; Albumin-Creatinine-Ratio > 30 mg/g; total protein-creatinine-ratio > 200 mg/g), abnormalitas sedimen urin, gangguan elektrolit atau yang lain oleh karena gangguan pada tubulus, kelainan pada pemeriksaan histologi, kelainan struktural yang terdeteksi melalui pemeriksaan radiologi, atau riwayat transplantasi ginjal serta penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG < 60 ml/menit/1,73 m2) dalam waktu lebih dari 3 bulan, dengan atau tanpa kelainan struktural ginjal.

 

B.     Klasifikasi

Klasifikasi CKD (Prabowo,Eko.2014) Perlu diketahui klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis untuk mengetahui tingkat prognosanya. 

 

Stage

Deskripsi

GFR

(ml/menit/1,73m2)

1

Kidney damage with normal or increase of GFR

≥ 90

2

Kidney damage with mild decrease GFR

60-89

3

Moderate decrease of GFR

30-59

4

Severe decrease of GFR

15-29

5

Kidney Failure

<15 ( or dialysis)

 

C.    Etiologi

Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illnes). Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu ada penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis diantaranya:

a.    Penyakit dari ginjal :

a.    Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis.

b.    Infeksi kronis : pyelonefritis, ureteritis.

c.    Batu ginjal : nefrolitiasis.

d.    Kista di ginjal : polcystis kidney.

e.    Trauma langsung pada ginjal.

f.     Keganasan pada ginjal.

g.    Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur

b.      Penyakit umum di luar ginjal:

a.    Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi

b.    Dyslipidemia

c.    SLE (Systemic Lupus Erythematosus)

d.   Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis

e.    Preeklampsia

f.     Obat-obatan

g.    Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar) 

 

D.      Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karenajumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin  clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.

1.    Gangguan klirens ginjal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC) dan medikasi seperti steroid.

2.    Retensi cairan dan ureum  Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.

3.    Asidosis Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.

4.    Anemia Anemia timbul sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.

5.    Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun

6.    Penyakit tulang uremik Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon.

Pathway CKD

 

E.       Manifestasi klinis

Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis berkembang seiring waktu jika kerusakan ginjal berlangsung lambat. Tanda dan gejala penyakit ginjal mungkin termasuk :

1.         Mual

2.         Muntah 

3.         Kehilangan nafsu makan 

4.         Kelelahan dan kelemahan 

5.         Masalah tidur 

6.         Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil 

7.         Otot berkedut dan kram 

8.         Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki 

9.         Gatal terus menerus 

10.     Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung

11.     Sesak napas jika cairan menumpuk di paru-paru

12.     Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan  

 

F.       Pemeriksaan Penunjang

1.        Urin 

a.         Volume : biasanya kurang dari 400cc/24 jam atau tak ada (anuria)

b.         Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin

c.         Berat jenis; kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat

d.        Osmoalitas; kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1 

e.         Klirens kreatinin; menurun 

f.          Natrium; lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium 

g.         Protein; derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada   

2.      Darah

a.         BUN/kreatinine meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir 

b.         Hb menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/db

c.         SDM; menurun, defisiensi eritropoitin 

d.        GDA; asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2 

e.         Natrium serum; rendah

f.          Kalium; meningkat

g.         Magnesium; meningkat 

h.         Kalsium; menurun

i.           Protein (albumin); menurun 

3.      Osmolalitas serum; lebih dari 285 mOsm/kg 

4.      Pelogram retrograd; abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

5.      Ultrasono ginjal; menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran  perkemihan bagian atas

6.      Endoskopi ginjal, nefroskopi; untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif 

7.      Arteriogram ginjal; mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa 

8.      EKG; ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

9.      Foto polos abdomen; menunjukkan ukuran ginjal/ureter /kandung kemih dan adanya obstruksi (batu).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault :      

 

 

G.      Komplikasi

Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah:

1.    Penyakit Tulang. Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.

2.    Penyakit Kardiovaskuler. Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik berupa hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).

3.    Anemia. Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami defiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.

4.    Disfungsi seksual. Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami penurunan dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita dapat terjadi hiperprolaktinemia. 

 

 


ASUHAN KEPERAWATAN

 

A.      Pengkajian Keperawatan

a.    Identitas

Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun lakilaki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut.

b.    Keluhan utama

Sangat bervariasi, keluhan berupa urine output menurun (oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan zat sisa metabolisme/toksik dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.

c.    Riwayat penyakit sekarang

Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunanurine output, penurunan kesadaran, penurunan pola nafas karena komplikasi dari gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu, karena berdampak pada metabolisme, maka akan terjadi anoreksia, nausea, dan vomit sehingga beresiko untuk terjadi gangguan nutrisi.

d.   Riwayat penyakit dahulu

Informasi penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis, infeksi kuman; pyelonefritis, ureteritis, nefrolitiasis, kista di ginjal: polcystis kidney, trauma langsung pada ginjal, keganasan pada ginjal, batu, tumor, penyempitan/striktur, diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis, preeklamsi. 

5.    Riwayat Kesehatan keluarga.

Gagal  ginjal kronis bukan penyakit menular atau menurun, sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun  pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap penyakit gagal ginjal kronik, karena penyakit tersebut bersifat herediter. 

6.    Fokus Pengkajian

a.    Aktifitas /istirahat Gejala : Kelelahan ekstrem; kelemahan malaise; Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)  Tanda; kelemahan otot; kehilangan tonus; penurunan rentang gerak 

b.    Sirkulasi Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat; Palpitasi, nyeri dada (angina) Tanda : Hipertensi; nadi kuat; edema jaringan umum dan piting pada  kaki dan telapak tangan; Disritmia jantung; Nadi lemah halus; hipotensi ortostatik; Friction rub perikardial; Pucat pada kulit; Kecenderungan perdarahan 

c.       Integritas ego Gejala : Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain; Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian

d.      Eliminasi Gejala : Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut); Abdomen kembung, diare, atau konstipasi Tanda : Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat berawan; Oliguria, dapat menjadi anuria

e.       Makanan/cairan Gejala : Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi); Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan amonia) Tanda : Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir); Perubahan turgor kuit/kelembaban; Edema (umum, tergantung); Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah; Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga 

f.       Neurosensori  Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur; Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki; Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitas bawah (neuropati perifer). Tanda : Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma.; Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang; Rambut tipis, uku rapuh dan tipis. 7. Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyei panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

g.      Pernapasan  Gejala : Napas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa Sputum  Tanda : Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul; Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru) 

h.      Keamanan Gejala : Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi  Tanda : Pruritus; Demam (sepsis, dehidrasi) 

i.        Seksualitas Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas 

j.        Interaksi sosial  Gejala : Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga.

k.      Penyuluhan : Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria; Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan; Penggunaan antibiotik retroteksik saat ini berulang.  

 

B.       Diagnosa Keperawatan

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

1

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Dalam waktu 3x24 jam selama perawatan pasien akan menunjukkan; NOC : Nutritional status :  

a.       Nutritional status : food and fluid intake

b.      Self care: eating

c.       weight mass; Kriteria hasil :

1)      Intake makanan per oral (spontan/naso feeding) adekuat

2)      Intake cairan (per oral/parenteral) adekuat

3)      Nutrisi parenteral adekuat

4)      Menyatakan nafsu makan baik

5)      Menyiapkan makanan dengan baik

6)      Menyantap makanan dengan maksimal dan meng dengan baik

7)      Menghabiskan porsi makanan tanpa adanya gangguan

8)      Tidak ada gangguan selama proses makan (mual/muntah)

9)      Berat badan ideal

10)  Masa otot triceps, biceps dan subskapularis memadai

11)  Lemak di leher (pria) memadai

NIC

1.    Sajikan makanan dengan menarik dan suhu hangat;

2.    Kolaborasi dengan tim medis untuk mengatasi gejala mual dan muntah;

3.    Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet pasien CKD;

4.    Anjurkan klien/keluarga untuk membantu klien melakukan perawatan rongga mulut (sikat gigi) sebelum makan untuk meningkatkan kenyamanan. 

2

Intoleransi aktifitas

Dalam waktu 3x24 jam pasien akan mengalami NOC label

1.      Toleransi terhadap aktifitas;

2.      Saturasi oksigen ketika beraktifitas;

3.      Frekuensi nadi ketika beraktifitas;

4.      Frekuensi pernapasan ketika beraktifitas;

5.      Kemudahan bernapas ketika beraktifitas. 

 

1.      Ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan;

2.      Bantu dengan aktifitas fisik secara teratur (Misalnya, ambulansi transfer/berpindah, berputar dan kebersihan diri) sesuai dengan kebutuhan;

3.      Dorong aktifitas yang kreatif sesuai kemampuan

4.      Berikan kesempatan keluarga untuk terlibat, dalam aktifitas dengan cara yang tepat.

3

Kelebihan volume cairan

Hasil yang diharapkan adalah  : Masukan dan keluaran seimbang; Berat badan stabil; Bunyi napas dan jantung normal.

1.      Pantau balance cairan/24 jam; Timbang BB harian;

2.      Pantau peningkatan tekanan darah

3.      Monitor elektrolit darah;

4.      Kaji edema perifer dan distensi vena leher;

5.      Batasi masukan cairan.

 

C.      Implementasi Keperawatan

1.         Kelebihan volume cairan implementasi yang dilakukan seperti:

a.       Memantau balance cairan/24 jam;

b.      menimbang BB harian;

c.       memantau peningkatan tekanan darah;

d.      memonitor elektrolit darah;

e.       mengkaji edema perifer dan distensi vena leher;

f.       membatasi masukan cairan.

2.    Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh implementasi yang dilakukan seperti: (1100) Nutrition Management, Aktifitas Keperawatan :

a.         mengkaji status nutrisi klien dan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi klien;

b.         mengidentifikasi klien tentang riwayat alergi makanan dan kaji makanan kesukaan klien;

c.         menginstruksikan kepada klien tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal (misalnya dengan pelaksanaan diet sesuai anjuran);

d.        menghitung kebutuhan kalori klien setiap hari dan sediakan aneka ragam makanan sesuai keinginan klien;

e.         menciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendukung nafsu makan klien; Anjurkan klien/keluarga untuk membantu klien melakukan perawatan rongga mulut (sikat gigi) sebelum makan untuk meningkatkan kenyamanan;

f.          merencanakan pemberian obat untuk mengatasi gejala yang mengganggu nafsu makan (nyeri, mual muntah);

g.         menyajikan makanan dengan menarik dan suhu hangat;

h.         mengatur diet makanan klien sesuai kondisi penyakit indikasi dan kontraindikasi);

i.           memberikan nutrisi tinggi serat untuk memperlancar proses pencernaan;

j.           memonitoring asupan nutrisi dan kalori tiap hari;

k.         memonitoring trend peningkatan/penurunan berat badan tiap hari. (1120) Nutrition Therapy Aktifitas Keperawatan :

1)      mengkaji status nutrisi klien;

2)      memonitoringasupan cairan dan makanan serta hitung indeks kalori per hari;

3)      melakukan kolaborasi dengan ahli gizi tentukan jumlah kalori  klien per hari;

4)      tentukan jenis asupan makanan yang akan di berikan dengan mempertimbangkan aspek budaya dan agama klien;

5)      berikan nutrisi tambahan (suplemen);

6)      menganjurkan klien untuk makan makanan meminimalisir kerja saliva dan rongga mulut;

7)      mendorong asupan makanan tinggi kalsium dan kalium sesuai anjuran/diet);

8)      menganjurkan klien mengkonsumsi serat tinggi untuk memperlancar proses pencernaan;

9)      menciptakan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan nafsu makan klien;

10)  membantu klien dalam mereposisi tubuh yang nyaman saat akan makan. (1803) Self-Care Assistance : Feeding Aktifitas Keperawatan :

a)      mengkaji kemampuan klien untuk menelan untuk menentukan tipe diet;

b)      mnyiapkan makanan di meja saji yang mudah dijangkau klien;

c)      membantu klien untuk mengambil makanan, jika perlu suapi klien;

d)      membersihkan rongga mulut klien (oral hygiene) sebelum klien makan dan untuk meningkatkan kenyamanan;

e)      mengatur posisi klien senyaman mungkin untuk makan;

f)       menyediakan makanan dan minuman klien dengan suhu hangat;

g)      memonitoring kontinyu berat badan dan status hidrasi klien;

h)      membatasi interaksi sosial ketika klien dalam kondisi makan. Untuk diagnosa

3.      Intoleransi Aktifitas, implementasi yang dilakukan seperti : Terapi aktifitas:

a.       mempertimbangkan kempuan klien dalam berpastisipasi melalui aktifitas spesifik;

b.      mendorong aktifitas yang kreatif yang tepat;

c.       membantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasikan kelemahan dalam level aktivitas tertentu;

d.      membantu dengan aktifitas fisik secara teratur (Misalnya, ambualansi transfer/berpindah, berputar dan kbersihan diri) sesuai dengan kebutuhan;

e.        menciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot untuk secara berskala sesuai dengan indikasi;

f.       memberikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam akifitas, dengan cara yang tepat. Untuk diagnosa

 

D.      Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan setelah melakukan implementasi dengan tujuan untuk melihat hasil dari tindakan keperawatan yang sudah diberikan kepada pasien. Hasil yang di dapatkan untuk ke empat diagnosa di atas yaitu :

1.    Diagnosa kelebihan volume cairan, diharapkan masukan dan haluaran seimbang, BB stabil, bunyi jantung dan napas normal, elektrolit dalam batas normal;

2.    Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diharapkan napsu makan meningkat, tidak terjadi penurunan BB, masukan nutrisi adekuat, menghabiskan porsi makan;

3.    Diagnosa Intoleran aktivitas diharapkan mampu mendemonstrasikan peningkatkan aktivitas yang dibuktikan dengan pengungkapan berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat secara cukup dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari


DAFTAR PUSTAKA

 

1.        Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.

2.        Eknoyan G, Lameire N, Kasiske BL, dkk. Official Journal of The international Society Of Nephrology. KDIGO 2012 clinical practice guideline for evaluation and management of CKD. 2013;3(1).

3.        Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta : Naha Medika