Sunday 6 November 2022

Makalah Komunikasi Kesehatan BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah aspek yang penting dalam kehidupan. Tanpa komunikasi, tidak akan ada transfer informasi dan pengetahuan antarmanusia. Namun, penyampaian komunikasi masih merupakan suatu hambatan bagi banyak kalangan, terutama kalangan medis. Menurut survey yang dilakukan oleh  American Society of  Clinical Oncology pada tahun 1998, 6,5% tenaga medis masih merasa kurang kompeten dalam penyampaian berita buruk. Hal paling sulit yang tenaga medis hadapi adalah menginformasikan hal yang jujur tanpa menghilangkan harapan pasien untuk kembali sembuh.

Teori-teori mengenai komunikasi ini mungkin tidak akan begitu lama untuk dipahami, tetapi untuk pengaplikasiannya dibutuhkan waktu bertahun-tahun dan pengalaman yang cukup.

 

B. Tujuan

Untuk mengetahui macam cara berkomunikasi, terutama komunikasi kesehatan, sehingga terjadi proses penyampaian yang efektif dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.


BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Definisi Komunikasi

Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society, menyimpulkan bahwa proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk (endcode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.

 

B. Tingkatan Komunikasi

Secara umum, hubungan komunikasi dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

1.      Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communiction) atau komunikasi yang terjadi dalam diri sesorang melalui panca indra dan sistem saraf manusia

2.      Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) atau komunikasi yang dilakukan dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih

3.      Komunikasi kelompok (group communication) atau komunikasi antara beberapa orang dalam suatu kelompok seperti dalam rapat atau pertemuan

4.      Komunikasi organisasi (organization communication) atau pengiriman dan penerimaan pesan organisasi didalam kelompok formal maupun informal

5.      Komunikasi massa (Mass communication) dimana komunikasi ditujukan kepada sejumlah audiens, heterogen, dan anonim melalui media massa

 

C. Model Komunikasi

Dalam perkembangannya, komunikasi dikonsepkan menjadi beberapa model, diantaranya adalah model komunikasi linear (linear communication model), model interaksional, dan model transaksional.

Linear communication model dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical of Communication. Model linear menyatakan bahwa seseorang hanyalah pengerim atau penerima. Pendekatan model ini terdiri dari beberapa elemen, diantaranya sumber (source), pesan (massage), dan penerima (receiver). Komunikasi model linear mendeskripsikan proses komunikasi dua orang dengan satu arah (one way traffic communication). Oleh karena itu, dalam model komunikasi ini yang aktif hanyalah komunikatornya, sementara komunikan cenderung pasif.

Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954, yang menggambarkan komuniksi dua arah, dimana komunikator dan komunikannya aktif dalam memberi dan menerima respon. Elemen terpenting dari model komunikasi ini adalah umpan balik (feedback) terharadap suatu pesan, baik dengan verbal maupun nonverbal, dan sengaja maupun tidak sengaja. Model transaksional menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan secara terus menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi transaksional bersifat kooperatif, yang artinya pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab terhadap dampak komunikasi yang terjadi.

 

D. Pentingnya Persepsi dalam Komunikasi Kesehatan

Komunikasi kesehatan adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan penduduk yang besar jumlahnya dengan menggunakan beberapa metode. Tujuan dari komunikasi kesehatan adalah tercapainya perubahan perilaku kesehatan pada sasaran ke arah yang lebih kondusif. (Potter & Perry).

Salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi kesehatan adalah persepsi. Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. (Robert A. Baron & Paul B. Paulus)

Definisi lain dari persepsi adalah sebagai pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Harapan dan pengalaman adalah salah satu faktor terbentuknya persepsi. Maka dari itu, setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda dalam melihat atau menganalisis suatu masalah. Persepsi dalam komunikasi kesehatan sangat penting karena perbedaan persepsi dapat menimbulkan hambatan dalam komunikasi.

Dalam komunikasi kesehatan diperlukan pandangan yang sama agar dapat memahami dan menjalani konsep-konsep kesehatan yang akan dilakukan dengan baik. Ada dua perspektif utama yang diambil ketika mempertimbangkan komunikasi.

Komunikasi kesehatan juga dapat mencerminkan bagaimana persoalan kesehatan dapat diterima oleh masyarakat. Diperlukan strategi dan komunikasi untuk menyapaikan informasi dan mempengaruhi keputusan individu dan masyarakat dalam ikut meningkatkan kesehatan masyarakat itu sendiri. Perbedaan-perbedaan persepsi dalam komunikasi kesehatan juga diperbaiki dan dilaksanakan dengan kebersamaan agar tidak terjadi kesalah pahaman dintara warga rumpun kesehatan.

Jadi, komunikasi kesehatan diperlukan di bidang kesehatan karena komunikasi dalam kesehatan merupakan kunci pencapaian, peningkatan taraf atau tingkat kesehatan masyarakat. Dengan adanya komunikasi kesehatan diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan merubah sikap untuk kesejahteraannya dalam konteks kesehatan.

 

E. Bentuk Komunikasi Kesehatan

Manusia dapat berkomunikasi dengan berbagai cara seperti bicara, bahasa tubuh, bahasa isyarat, dan lain-lain. Akan tetapi, bahasa verbal terutama bahasa lisan, merupakan bentuk komunikasi yang dianggap paling utama. Komunikasi verbal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa lisan yaitu sebuah proses yang spontan sementara bahasa tulis merupakan proses yang memerlukan pertimbangan lebih. Maka dari itu, bahasa lisan sering dianggap kurang formal dan kurang memiliki struktur yang jelas jika dibandingkan dengan bahasa tertulis. Bahasa lisan juga terjadi secara real time sedangkan menulis memerlukan waktu yang lebih lama dan bisa ditinjau ulang. Berbicara juga terkait dengan fonem yaitu satuan unit bunyi sementara menulis berkaitan dengan satuan yang lebih diskrit yaitu huruf.  Sampai pada abad ke-20, hanya sebagian kecil populasi manusia yang bisa membaca dan menulis. Sekarang diperkirakan lebih dari setengah populasi manusia dapat membaca dan menulis paling sedikit satu bahasa. Fakta ini menunjukan orang-orang kurang berkenan untuk mengganti bentuk dari bahasa tertulis. Jadi, ketika bahasa lisan semakin berkembang dan berevolusi, banyak dari perubahan ini tidak diimplementasikan dalam pada sistem bahasa tertulis.

Bentuk komunikasi selanjutnya adalah komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal memiliki beberapa fungsi dalam interaksi sosial. Pertama, menggantikan komunikasi verbal apabila tidak memungkinkan atau tidak pantas untuk berbicara. Kedua, mendukung bahasa verbal dengan cara gestur dan ekspresi wajah. Ketiga, mengkomunikasikan atau mengekspresikan emosi dan perasaan seperti marah, sedih, senang, dll. Keempat, untuk mengontrol jalannya komunikasi. Selanjutnya, menegosiasi hubungan dalam beberapa factor seperti dominasi dan control. Terakhir, memperbaiki penampilan diri dan self-presentation.

Komunikasi nonverbal dibagai menjadi enam elemen yaitu kinesics atau body languages, paralinguistik, proxemics, kontak fisik seperti sentuhan, karakteristik lingkungan, serta karakteristik pribadi dan penampilan.

Kinesics mencakup postur dan gerakan tubuh seperti tangan, kaki, kepala dan mata yang berperan dalaam gestur dan ekspresi wajah. Ekman dan Friesen (1969) mengidentifikasi ada enam tipe gesture yaitu emblem, ilustratror, regulator, affect display, adaptor, dan head nods.

Paralinguistik mencakup semua pola suara yang mengacu kepada suara vokal yang dihasilkan dari kata-kata kita. Paralinguistic juga mencakup cara suatu kata diucapkan dalam hal intensitas dan nada suara. Setiap orang memiliki suara yang unik dan aspek paralinguistik ini sangat tergantung dari pesan yang sedang disampaikan. Knapp dan Hall (1997) meninjau bbuktu yang menunjukan bahwa penggunaan paralinguistic mempengaruhi penilaian si pembicara seperti kepribadian, presentasi dari pesan yang disampaikan dalam hal kompetensi, da bagaimana pesan seharusnya diterima.

Proxemics mengacu kepada ruang pribadi dan jarak antarorang serta bagaimana cara kita menggunakannya. Hall (1996) mengidentifikasi empat zona jarak yaitu intim, personal, sosial, dan publik. Jarak-jarak dari zona ini bervariasi pada setiap budaya. Apabila seseorang melanggar atau “menginvasi” zona tersebut, masalah bisa saja timbul sepeti harga diri. Seorang tenaga kerja medis harus berhati-hati dan mempethatikan kebutuhan yang bersifat pivasi si pasien.

Kontak fisik memiliki cara yang bermacam-macam dan arti yang berbeda tergantung dari konteks dan hubungan antarmanusia yang terlibat. Jones dan Yarbrough (1985) mengidentifikasi lima tipe sentuhan yaitu positive affect seperti menunjukan apresiasi, playful seperti humor, control seperti menarik perhatian, ritualistic seperti mengucapkan salam, dan task related seperti mengukur tensi pasien.

Kontak fisik sangat penting dalam dunia kesehatan, tetapi tenaga kerja kesehatan harus tetap berhati-hati ketikan melakukan kontak fisik dengan pasien. Dalam situasi tertentu, lebih baik meminta izin terlebih dahulu sebelum menyentuh pasien. Perhatikan juga respons dari pasien tersebut.

Environmental characteristic atau karakteristik lingkungan adalah kondisi lingkungan saat interaksi sosial sedang berlangsung seperti cuaca dan dekorasi dalam ruangan. Kondisi lingkungan tertentu cocok dengan interaksi sosial tertentu. Suatu ruanagan harus dikondisikan dengan baik agar komunikasi berjalan dengan efektif dan tidak terhambat.

Elemen yang terakhir yaitu karakteristik pribadi dan penampilan. Menurut smith dan Mackie (2000), penampilan sangat mempengaruhi penilaian terhadap tingkat intelijensi, keramahan, kebaikan, dan kepercayaan sosial. sudah jelas bahwa ha lini sangat penting bagi tenaga medis untuk menggunakan pakaian yang pantas sesuai dengan situasinya.

 

F. Faktor atau Variabel dalam Komunikasi

1.        Faktor dalam Komunikasi

Faktor yang berperan dalam komunikasi merupakan faktor yang harus ada dalam sebuah komunikasi. Faktor-faktor ini juga sering disebut sebagai unsur-unsur di dalam komunikasi. Terdapat beberapa pendapat dari para ahli mengenai faktor-faktor yang berperan dalam komunikasi. Salah satunya Wilbur Scramm (1965), seorang ahli dari Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa komunikasi membutuhkan sedikitnya tiga unsur, yaitu sumber (source), berita atau pesan (message), dan sasaran (destination). Pendapat lain berasal dari Harold Lasswell yang dalam paradigmanya dapat disimpulkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Ada pula pendapat lain yang menyebutkan bahwa terdapat minimal enam unsur yang harus dipenuhi demi lancarnya komunikasi, yaitu sumber, pesan, media, sasaran, umpan balik, dan akibat. Pendapat-pendapat yang ada dapat menjadi pelengkap satu sama lainnya.

Berikut adalah penjelasan dari masing-masing faktor yang berperan dalam proses komunikasi:

a.       Sumber atau pengirim pesan (komunikator)

b.      Pesan

c.       Media

d.      Sasaran atau penerima (komunikan)

e.       Umpan balik (feedback)

f.       Akibat (Impact)

g.      Akibat atau impact ini merupakan hasil akhir komunikasi yang bisa berupa perubahan pada diri komunikan. Perubahan ini bisa berupa perubahan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku.

2.      Variabel dalam Komunikasi

Terdapat beberapa variabel dalam komunikasi, yaitu empati, kontrol, trust, self disclosure dan confirmation.

Empati adalah suatu proses melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Empati bisa dibilang sebagai variabel terpenting dalam komunikasi karena melalui empati kita bisa mengetahui apa yang lawan bicara kita rasakan. Dalam hubungannya dengan komunikasi kesehatan, empati diperlukan agar lawan bicara atau pasien kita merasa dimengerti dan tidak ragu untuk menjelaskan kondisinya. Empati juga memperkecil kemungkinan adanya salah pengertian atau miskomunikasi antara kita dan pasien dan mengefektifkan komunikasi antara kita dan pasien.

Variabel yang kedua adalah kontrol. Ada dua macam kontrol yaitu kontrol personal dan relasional. Individu yang merasa bisa mempengaruhi keadaan hidup mereka adalah orang yang memiliki kontrol personal. Pada kasus kesehatan, pasien merasa tidak memiliki kontrol akan diri mereka dan merasa sangat membutuhkan kontrol tersebut. Kontrol relasional berbeda dengan kontrol personal. Kontrol

Variabel yang ketiga adalah trust atau rasa percaya. Rasa percaya termasuk salahs atu variabel yang paling penting selain empati. Rasa percaya muncul jika seorang individu merasa bisa bergantung kepada individu lainnya.

Yang keempat adalah self-disclosure. Self-disclosure adalah suatu proses dimana seorang individu mengatakan informasi pribadi, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Jika ada dalam jumlah yang tepat, self-disclosure memiliki banyak manfaat bagi kita dan pasien.

Yang terakhir adalah confirmation,yang artinya sebuah komunikasi dimana kita bisa menghargai orang lain sebagai seorang manusia. Dengan berkomunikasi dengan cara ini, kita bisa membantu pasien menghadapi perasaan ditolak dan diasingkan.

 

3.        Hambatan dalam Komunikasi

Komunikasi kesehatan berupaya untuk membuat sasaran dari komunikasi ini berkeinginan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Berlangsungnya komunikasi kesehatan tidak selalu berjalan semulus sesuai dengan harapan. Terdapat hambatan-hambatan yang membuat komunikasi kesehatan ini tidak tercapai tujuannya. Berikut adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi kesehatan:

a.       Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang kesehatan ataupun bahasa kesehatan. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang kurang paham akan informasi kesehatan yang disampaikan dalam bentuk tulisan

b.      Akses internet yang terbatas. Internet adalah salah satu tempat yang digunakan untuk mempromosikan segala informasi tentang kesehatan ke seluruh dunia. Namun tidak semua orang bisa menjangkaunya karena biaya yang dikeluarkan untuk internet tidak murah dan belum sampainya sinyal internet ke pelosok-pelosok desa.

c.       Aktivitas penelitian yang kurang, khususnya di negara berkembang. Biasanya penelitian dilakukan di negara maju saja karena fasilitasnya yang lebih memadai. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan di negara berkembang sering terlupakan.

d.      Informasi kesehatan yang tidak cukup bagus di internet. Tidak sedikit situs-situs tentang kesehatan yang tidak jelas kebenarannya di internet. Padahal tidak sedikit orang yang sering mengakses internet untuk mencari informasi tentang kesehatan & obat-obatan dan menjaga catatan kesehatan di situs internet. Namun mereka diresahkan dengan adanya situs-situs yang tidak jelas kebenarannya.

e.       Pekerja kesehatan yang kemampuan berkomunikasi dengan pasiennya kurang baik. Sumber daya manusia dari pekerja kesehatan di negara berkembangyang belum cukup juga menjadi permasalahan. Kemudian terdapat hambatan komunikasi seperti bahasa dan budaya.

f.       Perbedaan pandangan atau persepsi tentang fakta ilmiah kesehatan dari masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa terjadi karena adanya missunderstanding antara komunikator dan sasaran komunikasinya.

g.      Perbedaan latar belakang budaya. Dari setiap budaya yang ada di dunia memiliki kepercayaan, cara berperilaku, cara berpikir, norma, dan aturan yang berbeda. Hal ini dapat membuat penyampaian dalam informasi kesehatan bisa terhambat karena berbedaan yang menghalangi komunikasi. Kemudian setiap budaya memiliki bahasanya masing-masing. Perbedaan bahasa membuat terjadinya komunikasi lewat bahasa internasional atau bahkan bahasa isyarat. Hal ini menghambat proses komunikasi karena terjadi ketidakpahaman arti bahasa atau kata itu sendiri.

h.      Agama juga memberi pengaruh yang besar dalam persepsi setiap umat beragama tentang apa itu penyakit dan pengobatannya. Hal ini mempengaruhi kepedulian tentang kesehatan dan kominukasi kesehatan dalam cara yang berbeda.


BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Sebagai tenaga medis yang profesional, kita harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Kemampuan ini dapat membantu banyak pihak untuk memahami informasi yang hendak disampaikan, juga memudahkan kita untuk menjalankan prosedur kesehatan. Oleh sebab itu, tenaga medis diharapkan mempelajari tahapan dan strategi dalam berkomunikasi.


DAFTAR PUSTAKA

 

1.      West, Richard and Turner, Lynn. 2009. Understanding Interpersonal Communication. Boston: Wadsworth Cengage Learning.

2.      Putri, Trikaloka and Fanani, Achmad. 2013. Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press.

3.      Baile WF, Lenzi R, Kudelka AP et al. SPIKES—A Six-Step Protocol for Delivering Bad News: Application to the Patient with Cancer. n.a: The Oncologist Alphamed Press; 2000. Available at: http://theoncologist.alphamedpress.org/content/5/4/302.full.pdf

4.       Emanuel LL, von Gunten CF, Ferris FD. EPEC Participant’s Handbook: Communicating Bad News. Princeton: The Robert Wood Johnson Foundation; 1999. Available at: http://www.ama-assn.org/ethic/epec/download/module_2.pdf

5.      Buckman, R. How to Break Bad News: A Guide for Health Care. Baltimore, MD: The John Hopkins University Press; 1992:65-97.

6.      Lichstein PR. The Medical Interview. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990. Chapter 3. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK349/

7.      Berry, D. (2007). Health Communication Theory and Practice. New York: Open University Press.

8.      O’Brien Ann, Haswell Joanne,Hill Kate, Kwong Qiang,Kwong Tsong Yun.(2009).Medical Communication Skills and Law Made Easy: The Patient Centred Approach.Sydney Toronto: Churchill Livingstone.

9.      Perry Anne Griffin , Potter Patricia Ann , Ostendorf Wendy.(2014). Clinical Nursing Skills and Techniques Ed.8: Clinical Nursing Skills and Techniques. Elsevier Mosby.

No comments:

Post a Comment