Thursday 25 November 2021

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SIFILIS DAN GONOREA

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.. 2

BAB I. 4

PENDAHULUAN.. 4

A... Latar Belakang. 4

B... Rumusan Masalah. 5

C... Tujuan. 5

BAB II. 6

LANDASAN TEORI. 6

A... SIFILIS. 6

1.... Definisi Sefilis. 6

2.... Etiologi 6

3.... Klasifikasi 6

4.... Gambaran klinis. 7

5.... Patofisiologi Sifilis. 10

6.... Pemeriksaan Penunjang. 10

7.... Penatalaksanaan. 11

8.... Komplikasi 12

B... GONOREA.. 14

1.... Definisi Gonorea. 14

2.... Etiologi 14

3.... Klasifikasi 14

4.... Gambaran Klinis. 15

5.... Patofisiologi Gonore. 15

6.... Pemeriksaan Penunjang. 16

7.... Komplikasi Pada Penyakit Gonore. 17

8.... Penatalaksanaan Gonore. 17

BAB III. 19

ASUHAN KEPERAWATAN SIFILIS DAN GONORE.. 19

A... Pengkajian. 19

B... Diagnosa Keperawatan Sifilis Dan Gonore. 21

C... Intervensi keperawatan. 22

BAB IV.. 25

PENUTUP.. 25

A... Kesimpulan. 25

B... Saran. 25

DAFTAR PUSTAKA.. 26

 

 


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Penderita penyakit menular seksual melonjak mencapi rekor tertinggi di AmerikaSerikat tahun lalu. Ada lebih dari dua juta kasus klamidia, gonore, dan sifilis yangterdata secara nasional. Demikian pernyataan pejabat terkait, seperti dilansir DailyMail.Berdasarkan laporan tahunan Sexually Transmitted Disease Surveillance yangdirilis Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, angka dua juta penderita itu merupakan rekor tertinggi. Sebagian besar merupakan kasus baru -1,6 juta pada tahun 2016, merupakan infeksi klamidia, -infeksi bakteri yangmempengaruhi pria dan wanita.Gonore juga meningkat di antara pria dan wanitatahun lalu, namun kenaikan paling drastis ada di antara kaum pria, sebanyak 22 persen. Secara nasional, kasus gonore mencapai 470.000, di mana sebagian besaradalah kasus baru, di antara pria yang berhubungan seks dengan pria.Sementara,kasus sifilis berjumlah 28.000. Angka itu meningkat hampir 18 persen dari tahun2015 sampai 2016. Sebagian besar kasus sifilis terjadi pada pria -terutama gay, biseksual dan pria lain yang berhubungan seks dengan pria. Namun demikian, jumlahwanita yang menderita sifilis pun mengalami kenaikan signifikan mencapai 36 persen.Ada lebih dari 600 kasus sifilis di antara bayi yang baru lahir -yang dikenal sebagaisifilis kongenital, atau meningkat 28 persen dalam satu tahun. (Kompas, Selasa (26/9/2017).

Untuk itu kami ingin lebih membahas tentang Penyakit Menular Seksual Sifilis danGonore. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memilikimasa laten, dapat menyerang hampir semua alat tubuh, menyerupai banyak penyakit,dan ditularkan dari ibu ke janin (Djuanda, 2015). Masa laten pada sifilis tidakmenunjukkan gejala klinis, namun pada pemeriksaan serologis menunjukkan hasil positif (Sanchez, 2008). Sifilis memiliki dampak besar bagi kesehatan seksual,kesehatan reproduksi, dan kehidupan sosial. Populasi berisiko tertular sifilismeningkat dengan adanya perkembangan dibidang sosial, demografik, sertameningkatnya migrasi penduduk (Kemenkes RI, 2011).

Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual yang umumdan disebabkan oleh bakteri bernama neisseria gonorrhoeae atau gonococcus. Bakterigonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina dari orang yangterinfeksi.Sifilis juga adalah salah satu infeksi menular seksual. Umumnya, infeksi inimenyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeks.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual Sifilis dan Gonore ?

2.      Apa yang membedakan Penyakit Menular Seksual Sifilis dan Gonore ?

3.      Bagimana asuhan keperawatan Penyakit Menular Seksual Sifilis dan Gonore ?

C.    Tujuan

1.      Tujuan Umum

Penulisan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait AsuhanKeperawatan Penyakit Menular Seksual : Sifilis dan Gonore.

2.      Tujuan khusus

a.       Dengan pembuatan makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu:a.

b.      Memahami tentang pengertian Sifilis dan Gonore

c.       Memahami tentang perbedaan penyakit sifilis dan gonore

d.      Memahami tentang asuhan keperawatan sifilis dan gonore


 

BAB II

LANDASAN TEORI

A.    SIFILIS

1.      Definisi Sefilis

Sifilis atau yang biasa disebut dengan penyakit raja singa adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum, masainkubasi 2-6 minggu, kadang-kadangtiga bulan sesudah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks. (Eni Kusmiran, 2013).

2.      Etiologi

Penyebab penyakit Sifilis adalah melalui hubungan seksual, namun juga dapat terjadi secara vertical dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan memalui alat kesehatan. Sifilis dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan saraf pusat dan juga dapat tanpa manifestasi lesi di tubuh. Faktor lain yang memyebabkan sifilis yaitu:

a.       Hubungan seksual yang Anogenital). bebas (Genitogenital, Orogenital maupun

b.      Sering berganti pasangan.

c.       Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.

d.      Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis dan gonore

e.       Kurangnya kebersihan pribadi.

f.       Virulensi kuman yang tinggi.

g.      Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.

3.      Klasifikasi

a.       Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus, antara lain:

1)      Sifilis Stadium I: Terjadi efek primer berupa papul, tidak nyeri (indolen). Sekitar 3 minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.Timbul lesi pada alat kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus, misalnya pada penularan ekstrakoital.

2)      Sifilis Stadium II: Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris, anoreksia, nyeri pada tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia. Kelainan selaput lendir, dan limfadenitis yang generalisata.

3)      Sifilis Stadium III: Terjadi guma setelah 3 - 7 tahun setelah infeksi. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, membentuknekrosis sentral juga ditemukan di organ dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit (dapat berskuma), tidak nyeri.

4)      Sifilis Kongenital:

a)      Sifilis Kongenital Dini: Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret hidung yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto rontge.

b)      Sifilis Kongenital Lanjut: Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7-9 tahun dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi Hutchinson, paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.

c)      Sifilis Stigmata: Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjolan tulang frontal kepala (frontal bossing).

4.      Gambaran klinis

a.       Tanda dan Gelaja pada penyakit Sifilis:

1)      Sifilis primer

Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah masuknya Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 - 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.

2)      Sifilis Sekunder

Terjadi sifilis sekunder, 2-10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu-abu putih sampai eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.

3)      Relapsing sifilis

Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder. Relapsing sifilis yang ada terdiri dari:

a)      Sifilis laten: Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.

b)      Sifilis tersier:

Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun-tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis. kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat (neurosifilis).

c)      Sifilis kongenital:

Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi - lesi mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang-tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel nose, saber shin (tulang kering terbentuk seperti pedang) dan terkadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan.

 

 

5.      Patofisiologi Sifilis

Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF). Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati, penyakit ini akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan neuro sifilis meningo vaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang mengalami kerusakan sehingga terjadi kondiri parenchy matous neuro sifilis. Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda-tanda endotelial arteritis. Endotelial arteritis disebabkan oleh pengikatan spirochaeta dengan sel endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.

6.      Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan T.Pallidum:

1)      Pemeriksaan serum dari lesi kulit kemudian dilihat bentuk dan pergerakannya dengan mikroskop lapangan gelap. Diperiksa 3 hari berturut-turut jika hasilnya hari I dan II negatif, kmd lesi dikompres dengan larutan garam faali kmd diperiksa hasilnya negatif bukan berarti hasilnya bukan sifilis, mungkin karena kumannya terlalu sedikit

2)      Treponema tampak putih pada latar belakang gelap. gerakannya berputar melawan porosnya, bergerak perlahan melintasi bidang pandang.

Tes Serologis Sifilis (TSS).

1.      Untuk mengetahui sensitifitas dan spesifisitas.

2.      Sensitifitas adalah kemampuan untuk bereaksi pada penyakit sifilius.

3.      Spesifisitas berarti kemampuan nonreaktif pada penyakit bukian sifilis.

4.      Pada SI hasilnya negative

5.      Pada S II dini reaksi menjadi positif agak kuat, akan menjadi sangat kuat pada S II lanjut.

6.      Pada S III reaksinya menurun lagi menjadi positif lemah atau negatif.

7.      Penatalaksanaan

a.       Penatalaksanaan Medis:

Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr. atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi SI & S II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%. Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4x500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk SI dan SII.

1)      Sifilis primer dan sekunder

·         Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2.4juta unit/kali) dan diberikan 1 x seminggu.

·         Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari.

·         Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.

2)      biarkan Sifilis

·         Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit

·         Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit.

·         Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu).

3)      Sifilis III

·         Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit

·         Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit).

·         Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu).

4)      Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan

·         Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.

·         Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.

5)      Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin. dapat diberikan:

·         Tetrasiklin 500mg/oral. 4x sehari selama 30 hari

·         Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari.

*kontra indikasi pada wanita hamil, menyusui, dan anak anak.

b.      Penatalaksanaan Keperawatan

Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1)      Bahaya PMS dan komplikain

2)      Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan

3)      Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.

4)      Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan lagi.

5)      Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin.

6)      Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

8.      Komplikasi

a.       Komplikasi pada penyakit Sifilis;

Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

1)      Benjolan kecil atau tumor: Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang.

2)      Masalah kardiovaskular: Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.

3)      Infeksi HIV

Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.

4)      Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir

Bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi.


 

B.     GONOREA

1.      Definisi Gonorea

Gonorea adalah suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonoree. Masa inkubasi (masa tunas) adalah 2 10 hari sesudah kuman masuk ke tubuh melalui hubungan seks. (Eni Kusmiran, 2013).

2.      Etiologi

Penyebab penyakit Gonore adalah Bakteri Neisseria gonorrhoeae dibawah mikroskop cahaya tampak sebagai diplokokus berbentuk biji kopi dengan lembar 0,8 dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat gram negative, tampak di luar dan di dalam leukosit polimorfonuklear, tidak dapat bertahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan pada suhu di atas 39°C, dan tidak tahan zat desinfektan.

Faktor lain yang memyebabkan gonorea yaitu:

a.       Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital. Orogenital maupun Anogenital).

b.      Sering berganti pasangan.

c.       Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.

d.      Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis dan gonore.

e.       Kurangnya kebersihan diri.

f.       Virulensi kuman yang tinggi.

g.      Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.

3.      Klasifikasi

a.       Gonore akut Dengan geja klinis: dysuria, urethritis, servisitis, dan kolpitis dengan keputihan banyak seperti nanah encer, berwarna kunng atau kuning kehijauan. Bila penyakit ini lebih meluas dapat menyebabkan vovokolpitis dan bartolinitis akut.

b.      Gonore kronis; Ini adalah penyakit kelamin yang telah menyebar: Endometritis, Endosalpingitis, dan Palveoperitonitis. Ketika kuman memasuki aliran darah, radang sendi dan endokarditis terjadi.

 

4.      Gambaran Klinis

Tanda dan Gejala pada penyakit Gonore:

a.       Pada pria:

1)      Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.

2)      Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih

3)      Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra.

4)      Retensi urin akibat inflamasi prostat

5)      Keluarnya nanah dari penis.

b.      Pada wanita:

1)      Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.

2)      Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis).

3)      Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih

4)      Nyeri ketika berkemih.

5)      Keluarnya cairan dari vagina

6)      Demam

7)      Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

5.      Patofisiologi Gonore

Bakteri Gonore menyerang epitel kolumner baik pada uretra, rectum, kunjungtiva pria maupun kanalis servikalis atau endoserviks pada wanita serta dapat pula mencapai tuba falopii, ovarium saat terjadi menstruasi. Selain itu dapat menyebar pada membran mukosa di luar vagina pada duktus atau glandula di sekitar vulva dengan jenis epitel yang sama yaitu epitel kolumner.

Bakteri Gonore mempunyai pili beberapa protein permukaan sehingga dapat melekat pada sel epitel kolumner dan menuju ruang subepitelial, serta dengan adanya lipooligosakarida yang terdapat pada gonokok akan menimbulkan invasi dan destruksi sel epitel mukosa secara progresif juga pada lapisan sub mukosa disertai dengan respons dari lekosit polimorfonuklear yang hebat Peradangan dan destruksi sel epitel tersebut menimbulkan duh tubuh mukopurulen.

6.      Pemeriksaan Penunjang

a.       Spesimen

Spesimen dapat diambil dari uretra, endoservik, vagina, rektum, orofaring, konjungtiva, cairan tubuh yang steril (cairan sinovial cairan pleura/peritoneum). Namun bergantung pada usia, dan jenis kelamin penderita gonore yang akan diambil untuk bahan pemeriksaan. Pada pria lokasi pengambilan spesimen di uretra, menggunakan swab yang dimasukan dan diputar selama 5 detik. Sedangkan pada wanita, swab pada endoservik dan diputar selama 10 detik. Pengambilan spesimen digunakan untuk pemeriksaan apusan dengan pewarnaan gram, kultur, dan uji sensitivitas antibiotik.

b.      Apusan

Kuman Neisseria gonorrhoeae diperiksa secara langsung dari eksudat uretra dan endoservik dengan pewarnaan Gram. Hasil dikatakan positif bila ditemukan adanya diplokokus gram negatif dengan bentuk seperti ginjal di dalam dan atau diluar sel lekosit PMN. Apusan dengan spesimen eksudat uretra memiliki spesifisitas (99%) dan sensitivitas (95%) lebih tinggi daripada eksudat endoservik dengan spesifisitas (95%) dan sensitivitas (50%).

c.       Kultur

Saat ini pemeriksaan mikrobiologi yang digunakan untuk diagnosis infeksi Neisseria gonorrhoeae adalah kultur dan apusan. Setelah pengambilan sampel, oleskan dengan segera sampel pada media untuk kultur kuman ini. Media yang digunakan adalah media selektif yang diperkaya salah satunya Thayer Martin Agar. Selanjumtnya harus di inkubasi pada suhu 35°-37°C. dengan atmosfer yang mengandung 5%-10% CO2 selama 18-24 jam. Dalam waktu tersebut akan tumbuh koloni kuman berbentuk cembung, permukaanya mengkilat, berdiameter 0,5-1,0 mm. Setelah inkubasi lebih dari 24 jam ukuran koloni akan bertambah lebar dengan permukaan yang lebih kasar dan mengkilat. Namun tidak diperbolehkan inkubasi lebih dari 48 jam dikarenakan koloni tidak dapat bertahan dan dapat terjadi autolysis.

7.      Komplikasi Pada Penyakit Gonore

a.       Komplikasi pada pria:

1)      Prostatitis

2)      Cowperitis

3)      vesikulitis seminalis

4)      Epididimitis

5)      Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior

b.      Komplikasi pada wanita:

1)      Komplikasi uretra

2)      Bartholinitus

3)      Endometritis dan metritis

4)      Salphingitis atau penyakit radang panggul (PRP). PRP yang simptomatik ataupun asimptomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik.

8.      Penatalaksanaan Gonore

a.       Penatalaksanaan Medik

Keparahan

Obat dan Dosis

Nonkomplikata

(Rawat jalan)

 

Ceftriaxone 250 mg IM sekali (dianjurkan)

Ceftizoxime 500 mg IM sekali

Cefotaxime, 1 g IM sekali

Ciprofloxacin 500 mg PO sekali

Norfloxacin 800 mg PO sekali

Cefuroxime Axetil 1 g PO secali

Probenesid 1 gram

Spectinomycin 2 g IM sekali

 

 

Komplikata

(rawat inap)

Diseminata

Endokarditis

atau

meningitis,

Salpingitis

 

Ceftriaxone 1 g IM atau IV setiap 24 jam

Ceftizocime 1 g IV setiap 8 jam

Cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam

Ceftriaxone, 1-2 g IV setiap 12 jam selama 2-4 minggu

Cefoxitin 2 g IV setiap 6 jam atau

Cefotetan 2 g IV setiap 12 jam ditamah Doxycycline 100 mg IV

atau PO setiap 12 jam atau

Clindamysin 900 mg IV setiap jam ditambah

Gentamicyn 2 mg/kg/IV sebagai dosis awal kemuudian 1,5 mg/kg/IV setiap jam

b.      Penatalaksanaan Keperawatan

Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1)      Bahaya PMS dan komplikain.

2)      Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan.

3)      Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.

4)      Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan lagi.

5)      Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin.

6)      Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.


 

BAB III

TINJAUAN KASUS

 

A.    Asuhan Keperawatan dengan Sifilis

Tuan S. berumur 37 tahun mengatakan nyeri pada daerah genitalia dari semenjak 2bulan terakhir. Rasa nyeri bertambah parah setelah beraktivitas dan pada saat malam hari.Tuan   S   jugamengeluhkan   gejala-gejala   flu,   seperti   demam   dan   pegal-pegal,   sertakemerahan pada kaki dan tangan

Tuan S. bekerja sebagai wiraswastawan dan sering bepergian ke luar kota dalamjangka   waktu   yang   lama,   berpisah   dengan   anak   dan   istrinya.   Tn.   S   kadang-kadangmemenuhi   kebutuhan   seksnya   dengan   pekerja   seks   komersial   dan   tidak   sukamenggunakan kondom karena tidak nyaman. Tn. S juga masih tetap melakukan hubunganseksual dengan istrinya apabila pulang.

Tn.   S   merasa   cemas   kalau   dirinya   mungkinmengidap   penyakit   sifilis   dansebelumnya juga pernah menderita infeksi pada genitalia. Tn. S mengakui tidak teraturminum obat karena lupa. Tn. S juga khawatir menularkan penyakitnya kepada istrinya,serta merasa sangat bersalah.Pemeriksaan tanda vital : TD = 120/90 mmHg, N = 88x/menit, RR = 22x/menit, suhu=   38oC.Pada   pemeriksaan   genitalia,   pada   daerah   genitalia   keadaannya   tidak   bersihterdapat luka kemerahan dan terdapat bintik bintik di daerah inguinal dan ditemukanadanya ulkus kemerahan pada penis.

a.      Pengkajian

Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut

a.      Anamnesa

1)     Tanyakan kepada klien sejak kapan mengeluh nyeri

2)     Bagaimana   dan   berupa   apa   saja   kelainan   pada   awalnya   dan   apakahmenyebar/menetap

3)     Apakah ada sensasi panas, gatal serta cairan yang menyertai

4)     Obat   apa   saja   yang   telah   dipakai   dan   bagaimana   pengaruh   obat   tersebutapakah membaik, memburuk, atau menetap

5)     Apakah   klien   mengeluh   adanya   nyeri   pada   tulang,   nyeri   pada   kepala,mengeluh kesemutan, mati rasa (sebagai tanda kerusakan neorologis)

6)     Tanyakan social ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga, gaya hidup danpenyakit keluarga/individu sekitarnya

7)     Bagaimana aktivitas seksual (pernah/sering melakukan seks beresiko missalberganti-ganti   pasangan,   oral/anal   seks,   homo   seksual,   melakukan   denganPSK)

8)     Apakah   ada   tanda-tanda   kelainan   pada   alat   kelamin   pasangan   sepertikemerahan, muncul benjolan, dan vesikel

9)     Bagaimana dengan urin klien apakah bercampur darah, urin tidak lancar, nyerisaat berkemih

10) Apa disertai dengan febris, anoreksia

11) Pada sifilis kongietal selain anamnesa diatas, perlu ditanya orang tua apakahpernah keluar secret bercampur darah dari hidung, perforasi palatum durum,gangguan   pengelihatan   dan   pendengaran,   gangguan   berjalan,   sertaketerlambatan tumbuh kembang

b.      Pemeriksaan Fisik

1)     Inspeksi

a)      Adanya eritema dan papula, macula, postula, vesikula dan ulkus

b)     Timbulnya lesi pada alat kelamin ekstra genital, bibir, lidah, tonsil, jari dananus

c)      Kelainan selaput lender dan limfa denitisd)Kelainan pada mata dan telingae)Kelainan pada tulang dan gaya berjalan

2)     Palpasi

Adanya pembesaran limfe, adanya nyeri tekan

3)     Auskultasi

Perubahan suara pada paru-paru, jantung dan system pencernaan

b.     Diagnosa Keperawatan

a.      Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya peningkatan suhu tubuh (lebih dari 37,2drajat celcius) kulit teraba hangat

b.      Nyeri   akut   b/d   agen   cedera   biologis   d/d   laporan   nyeri   secara   verbal,   sikapmelindungi area nyeri, wajah tampak meringis, klien tampak gelisah.

c.      Kerusaka integritas kulit b/d peradangan pada lapisan kulit d/d adanya tandaelfloresensi

d.     Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon non verbal terhadap perubahanactual pada tubuh ( bentuk/ struktur dan fungsi perasaan negative terhadap tubuh)

e.      Kurang pengetahuan b/d ketidakmampuan mengenal pemyakit d/d pengungkapansecara verbal ketidaktahuan penyakit permintaan informasi

f.       Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d respon nyeri

g.      Risiko tinggi cidera b/d disfungsi sensorikh.Risiko keterlambatan tumbuh kembang b/d infeksi kongietal

c.      Rencana Keperawatan

No

Tujuan dan kriiteria hasil

Intervensi

Rasional

1.

Setelah   dilakukan   asuhan   keperawatandiharapkan suhu tubuh dalam rentangnormal, dengan kriteria hasil:

·        Suhu tubuh normal (36,5-37,2drajat celcius)

·        Akral   teraba   hangat,   tidakkemerahan

·        Turgor kulit elastic

·        Mukosa bibir lembab

1.      Pantau   suhupasien

2.      Berikankompres hangat

3.      Anjurkanpasien   untuk   banyakminum

4.      Anjurkanpasienuntukmenggunakanpakaian   yang   tipisdan mudah menyerapkeringat

5.      Kolaborasi dalam pemberiancairan intravena6.Kolaborasi dengan   tim   medisdalam pemberianantipiretik

1.  Suhu   diatas   37,2drajat celcius menunjukkan proses infeksius

2.  Membantumengurangi demam

3.  Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang

4.  Memberikan     rasa nyaman   dan   pakaian tipismudah   menyerap   keringatdan     tidak     merangsang peningkatan suhu tubuh

5.  Pemberian     cairansangat   penting   bagi   pasien dengan   suhu   tubuh   yangtinggi

6.  Antipiretik     untuk menurunkan panas   tubuhpasien

2.

Setelah     dilakukan     asuhan keperawatan   diharapkan   nyeri berkurang/   hilang   dengan criteria hasil:

·        Pasien tidak mengeluh nyeri

·        Skala nyeri 0-4

·        Pasien tidak gelisah

1.  Kaji TTV

2.  Kaji   keluhan lokasi,     intensitas,frekuensi   dan   waktu terjadinya nyeri

3.  Dorong ekspresi,     perasaan tentang nyeri

4.  Ajarkan tehnik relaksasi

5.  Jelaskan   dan bantu   pasien   dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi   dan non infasif

6.  Kolaborasi dengan         dokter pemberian   analgesic sesuai indikas

1.  TTV dapat menunjukkan       tingkat perkembangan pasien

2.  Mengindikasikan kebutuhan  untuk intervensi dan tanda-tanda perkembangan atau resolusi komplikasi

3.  Pernyataan memungkinkan pengungkapan   emosi   dan meningkatkan   mekanisme koping

4.  Memfokuskan kembali perhatian,meningkatkan relaksasi dan meningkatkan   rasa   control yang   dapat   menurunkan ketergantungan farmakologis

5.  Pendekatan   dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi     lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri

6.  Analgetik   membloklintasan   nyeri   sehingga nyeri dapat berkurang

3.

Setelah   dilakukan   asuhan   keperawatan diharapkan integritas kulit membaik secara optimal, dengan criteria hasil:

·        Pertumbuhan         jaringanmeningkat

·        Keadaan luka membaik

·        Luka menutup

·        Mencapai penyembuhan lukatepat waktu

1.  Kaji kerusakan  kulit  yang terjadi pada klien

2.  Catat   ukuran atau warna,kedalaman   luka   dan kondisi sekitar luka

3.  Lakukan perawatan       luka dengan tehnik steril

4.  Bersihkan area   perianal   dengan membersihan   feses dengan air mengalir

5.  Kolaborasi dengan   tim   medis dalam     pemberian obat antibiotic atopikal

1.  Menjadi   data   dasar untuk memberikan informasi         intervensi perawatan   luka   apa   yang akan   dipakai   dan   jenis larutan apa yang dipakai

2.    Memberikan informasi   dasar   tentang kebutuhan   dan   petunjuk tentang sirkulasi

3.  Perawatan       luka dengan   tehnik   steril   dapat mengurangi     kontaminasi kuman masuk kearea luka

4.  Mencegah   meserasi dan menjaga perianal tetapkering, menjaga kebersihan kulit     serta     mencegah komplikasi

5.  Mengurangi tekanan pada area yang sama

4.

Setelah   dilakukan asuhan   keperawatan diharapkan terpenuhinya pengetahuan   pasien   tentang   kodisi penyakit, dengan criteria hasil:

·        Mengungkapkan pengertian     tentang proses       penyakit pencegahan, perawatan     tindakan yang       dibutuhkan dengan   kemungkinan komplikasi

·        Mengenal   perubahan gaya     hidup/tingkah laku   untuk   mencegah terjadinya komplikasi

1.  Kaji   tingkat pengetahuan pasien

2.  Lakukan komunikasi  dua  arah untuk       menggali informasi     tentang persepsi   diri   dan manajemen   koping pasien

3.  Lakukan simulasi     personal hygine dan perawatan luka   pada   area   yang terjadi       efloforasi terutama ulkus

4.  Beri informasi pasien/orang   terdekat tentang     perawatan pasien di rumah sakit dan dirumah  (hygine dan       pentingnya pengomsusian   obat sesuai   dosis)   serta komplikasi       jika pengobatan     tidak dilakukan.

5.  Beri informasi tentang       bahaya perilaku sex beresiko dan cara penanggulangan/ pencegahan     serta komplikasi

1.  Memberikan     data besar   untuk   mengetahui tingkat   pemahaman   pasien tentang penyakit.

2.  Peningkatan   koping positif     akibat     adanya gangguan citra tubuh, klien mau   menerima   kondisinya dan mau bersosialisasikan

3.  Memandirikan   klien dan  keluarga  untuk  hygine yang     terjaga     dapat meminimalkan       resiko infeksi   dapat   mempercepat proses penyembuhan

4.  Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan     perawatandiri,   untuk   menambah kejelasan         efektivitas pengobatan   dan   mencegah komplikasi

5.  Merubah   persepsidan   perilaku   sex   yang beresiko menularan penyakit

 

d.     Implementasi Keperawatan

No

Implementasi

1,

1.    Memantau suhu pasien

2.    Memberikan     kompres dingin

3.    Memberikan minum 1500-2000 cc

4.    Memberikan       cairan intravena

5.    Memberikan obat antipiretik.Paracetamol 500 mg

2.

1.      Mengkaji TTV

2.      Mengajarkan       tehnik relaksasi   dengan   mengajarkan tehnik nafas dalam

3.      Member   obat   analgesic asam mefenamat 500mg

3.

1.      Mengkaji kerusakan kuli

2.      .Melakukan       tindakan perawatan luka

3.      Memberikan obat antibiotic optikal       amoxcilin 200mg

4.

1.      Memberikan       Penkes tentang   penyakit   yang   dialami pasien

 

e.      Evaluasi Keperawatan

·      Dx.I suhu tubuh normal (36-37 drajat celcius), kulit tidak  panas, tidak kemerahan,turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab

·      Dx II, pasien tidak mengeluh nyeri, skala nyeri 0-1, pasien tidak gelisah

·      Dx   III   pertumbuhan   jaringan   meningkat,   keadaan   luka   membaik,   luka   menutup,pencapai penyembuhan luka tepat waktu

·      Dx IV mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, pencegahan, perawatantindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi. Mengenal perubahangaya hidup dari tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.

 

A.    Asuhan Keperawatan Dengan Gonore

a.      Pengkajian

1.      Identitas Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, Tgl MRS, dll

2.       Keluhan utama

Biasanya nyeri (saat kencing).

3.      Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan apakah px pernah menderita penyakit berat (sinovitis, artritis).

4.      Riwayat Penyakit Sekarang

P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi ?

Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.

R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar ?

S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan.

T = Kapan keluhan dirasakan ?

5.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Tanyakan pada keluarga pasien apakah ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama seperti yang diderita px sekarang.

6.      Pemeriksaan Fisik

a)      Tingkat Kesadaran

Ø  GCS ? 4. 5. 6

Ø  TTV ?

b)     Pengkajian Persistem

Ø  Sistem Integumen

Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes.

Ø  Sistem Kardiovaskuler

Kaji apakah bunyi jantung normal / mengalami gangguan.

Ø  Sistem Pernafasan

-      Amati pola pernafasan

-      Auskultasi patu-paru

-      Kaji faring, apakah ada peradangan/tidak.

Ø  Sistem pencernaan

-      Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil.

-      Apakah terdapat diare/tidak.

Ø  Sistem perkemihan

Biasanya pasien mengalami dysuria dan kadang-kadang ujung uretra disertai darah.

Ø  Sisten muskuluskeletal

Biasanya pasien tidak mengalami kesulitan bergerak

Ø  Anus

Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi.

7.      Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Ø  Kebutuhan nutrisi

Kaji intak dan out put nuttrisi dan cairan.

Ø  Kebutuhan eliminasi

Kaji frekuensi, warna, dan bau urin (isak).

Ø  Kebutuhan Alvi

Kaji warna, konsistensi, dan bau.

Ø  Kebutuhan Aktivitas

Klien dengan GO biasanya aktivitasnya tisak begitu terganggu.

Ø  Kebutuhan Kebersihan diri

-      Kaji berapa kali mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan memotong kuku.

-      Klien dengan GO harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan diri.

8.      Pengkajian Psikososial dan Spiritual

Ø Psikologis : Biasanya px merasa gelisah dan distress adanya ketakutan.

Ø Social : Biasanya px merasa kesepian dan takut di toluk dalam pergaulan.

Ø Spiritual : Bagaimana ibadah px selama sakit

b.     Diangnosa Keperawatan

1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.

2.    Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan sifat menular dari darah dan ekresi tubuh

3.    Isolasi social berhubungan dengan rasa takut penolakan actual diri orang lain.

c.      Intervensi dan Rasional

Dx 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.

Tanda-tanda:\

-      Merintih dan terenga-rengah

-      Gelisah dan memejamkan mata

-      Tidur satu arah dengan posisi tertentu

Kriteria hasil:

-      Setelah dilakukan asuhan keperawatan nyeri berkurang/hilang

Intervensi

1.      Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi intensitas (skala 1 10) frekuensi dan waktu.

Rasional :

Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan tanda-tanda perkembangan komplikasi.

2.      Dorong pengungkapan perasaan

Rasional :

Mengurangi rasa takut dan ansietas sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit.

3.      Berikan tindakan kenyamanan misal : perubahan posisi tubuh.

Rasional :

Meningkatkan relaksasi / menurunkan tegangan otot.

4.      Dorong penggunaan teknik relaksasi mis : bimbingn imajinasi, visualisasi latihan nafas dalam.

Rasional :

Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

5.      Kolaborasi dengan tenaga medis dan pemberian analgesik.

Rasional :

Mempercepat proses penyembuhan.

 

Dx 2. Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan sifat menular dari darah dan ekresi tubuh.

Intervensi :

1.      Ajarkan klien untuk menghindari kontak seksual dengan banyak pasangan. Rasional :

Gonorhoe dapat menular melalui kontak seksual dan kotak darah.

2.      Buang jarum dan benda tajam pada wadah tahan tembus yang di letakkan pada area penggunaan.

Rasional :

Mencegah tertusuk jarum secara tidak sengaja dengan peralatan yang terkontaminasi.

3.      Anjurkan menggunakan handuk sendiri-sendiri.

Rasional :

Handuk memberi barier dari kontak dengan sekresi dan ekskresi infeksius.

Dx. 3. Isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa takut akan penolakan diri. Tanda-Tanda :

-       Tampak depresi, cemas, atau marah.

-       Ketidak mampuan untuk konsentrasi dan membuat keputusan tak berguna.

Kriteria Hasil :

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dapat mengekspresikan kesedihannya.

Intervensi :

1.      Anjurkan px untuk ikut serta dalamaktivitas yang disukai.

Rasional :

Membantu Pasien menemukan kesenangan dan makna beraktivitas.

2.      Anjurkan pasien untuk kontak dengan orang yang tidak menolaknya.

Rasional :

Memberikan pasien kesempatan untuk membina hubungan saling percaya dan berbagi perasaan.

3.      Luangkan waktu bersama pasien saat hadirnya orang pendukung.

Rasional :

Kehadiran perawat dapat membantu memodalisasi nilai pasien dan memberi modal peran bagi orang lain bagaimana berinteraksi.

4.      Ajarkan pasien tentang transmisi bakteri.

Rasional:

Mengurangi rasa takut kontak umum dan kebutuhan isolasi.

 

d.      Implementasi Keperawatan

·         Bimbingan dan pengarahan (counseling dan leaching)

·         Memberikan dorongan sosial dan emotional.

·         Memberikan perawatan diri sendiri (self care). Meningkatkan sikap-sikap seksual yang sehat.

e.       Evaluasi

·         Menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan infeksi sekarang dengan STDS (Multi Partner Seksual ; tidak mempraktekkan safe sex).

·         Menjelaskan mengapa terapi harus dilakukan.

·         Menjelaskan mengapa pasien tidak boleh melakukan aktivitas seksual sementara terjadi infeksi-infeksi STDS.

·         Menjelaskan apa yang dimaksud Safe Sex

 

 

 

 

 

Ø    .   DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ø    1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.

Ø    2. Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan sifat

Ø    menular dari darah dan ekseri tubuh.

Ø    3. Isolasi sosial berhubungan rasa takut penolakan aktual diri orang lain.

Ø    .   DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ø    1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.

Ø    2. Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan sifat

Ø    menular dari darah dan ekseri tubuh.

Ø    3. Isolasi sosial berhubungan rasa takut penolakan aktual diri orang lain.

Ø    .   DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ø    1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.

Ø    2. Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan sifat

Ø    menular dari darah dan ekseri tubuh.

Ø    3. Isolasi sosial berhubungan rasa takut penolakan aktual diri orang lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sifilis dan gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang diakibatkan oleh bakteri. Dimana sifilis memiliki tanda gejala tidak nyeri dan ada lesi sekitar yang terkena pada area. Sedangkan gonore atau kencing nanah memiliki tanda dan gejala adanya nanah pada kelamin.

B.     Saran

Kita sebagai perawat perlu untuk memahami perbedaan penyakit sifilis dan gonore dan bagaimana cara pencegahanya. Dan kita perlu menerapkan perencanaan keperawatan yang sesuai dengan kasus yang didapatkan pada penderita sifilis maupun gonore.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

KEMENKES RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kementrian 

Kesehatan RI.

Sanchez, M.R. 2008. Syphillis dalam Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Edisi

Amerika Serikat: McGraw Hill.

https://123dok.com/document/qormvl0q-asuhan-keperawatan-pada-pasien-sipilis.html