Thursday 6 May 2021

MAKALAH DISTOSIA

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan. Setiap keadaan berikut dapat menyebabkan distosia :

1.      Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan/ power).

2.      Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/ passage).

3.      Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi maupun kelainan posisi, bayi besar dan jumlah bayi ( passanger ).

4.      Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.

5.      Respon psikologis ibu selama persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan, budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1   TujuanUmum

Untukmengetahuiasuhankebidananpadaibuhamildengandistosiakarenakelainanalatkandungan.

1.2.2   TujuanKhusus

a)      Dapat mendiagnosis ibu hamildengandistosiakarenakelainanalatkandungan.

b)      Dapatmengetahuipenyebabdistosiakarenakelainanalatkandungan.

c)      Dapatmengetahuitandadangejaladistosiakarenakelainanalatkandungan.

d)      Dapat memberikan penanganan awal pada ibu dengan distosia kelainan alat kandungan

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Distosia adalah suatu persalinan yang sulit, ditandai dengan kemajuan persalinan yang lambat. Untuk menentukan adanya distosia dapat menggunakan batasan waktu ataupun kelajuan proses. Distosia dapat terjadi pada kala I ataupun kala II persalinan. Distosia pada kala I aktif persalinan dapat dikelompokkan menjadi proses persalinan yang lambat (protraction disorder) ataupun tidak adanya kemajuan persalinan sama sekali (arrest disorder).

American college of Obstetricians dan Gynecologist (ACOG) memiliki definisi sendiri mengenai gangguan kemajuan persalinan yang diadaptasi dari definisi awal pada tahun 1983. Distosia pada kala II persalinan ditandai dengan:

1.      Pada nulipara tanpa anestesi regional kala II lebih dari 2 jam

2.      Pada nulipara dengan anestesi regional kala II lebih dari 3 jam

3.       Pada multipara tanpa anestesi regional kala II lebih dari 1 jam

4.      Pada multipara dengan anestesi regional kala II lebih dari 2 jam

2.2 Etiologi

Proses persalinan yang macet (distosia) dapat terjadi akibat adanya gangguan pada salah satu atau kombinasi dari empat komponen di bawah ini:

1.      Gangguan pada daya pendorong, termasuk di dalamnya adalah gangguan kontraksi uterus dan gangguan meneran.

2.      Gangguan presentasi, posisi, dan perkembangan.

3.       Gangguan pada tulang pelvis ibu.

4.      Gangguan pada jaringan lunak traktus reproduksi yang dapat menghalangi penurunan janin

Secara lebih sederhana penyebab distosia dapat dikategorikan menjadi tiga P:

1.      Gangguan pada powers (kontraksi uterus dan usaha mengedan ibu).

2.      Gangguan pada passenger (posisi janin, presentasi janin, dan ukuran janin).

3.      Gangguan pada passage rongga pelvis dan jaringan lunak pada jalan lahir.

 

 

2.3  Klasifikasi

2.3.1 Distosia Bahu

A.     Pengertian

Distosia bahu secara sederhana adalah kesulitan persalinan pada saat melahirkan bahu (Varney, 2004).Pada presentasi kepala bahu anterior terjepit di atas simpisis pubis sehingga bahu tidak dapat melewati panggul kecil atau bidang sempit panggul.Bahu posterior tertahan di atas promontorium bagian atas. Distosia bahu terjadi jika bahu masuk ke dalam panggul kecil dengan diameter biakromial pada posisi anteroposterior dari panggul sebagai pengganti diameter oblik panggul yang mana diameter oblik sebesar 12,75 cm lebih panjang dari diameter anteroposterior (11 cm). Waktu untuk menolong distosia bahu kurang lebih 5-10 menit.

B.     Predisposisi Distosia Bahu

a)      Ibu mengalami diabetes mellitus. Kemungkinan terjadi makrosomia pada janin. Makrosomia adalah berat badan janin lebih besar dari 4000 gram.

b)      Adanya janin gemuk pada riwayat persalinan terdahulu

c)      Riwayat kesehatan keluarga ibu kandung ada riwayat diabetes mellitus

d)       Ibu mengalami obesitas sehingga ruang gerak janin ketika melewati jalan lahir lebih sempit karena ada jaringan berlebih pada jalan lahir dibnding ibu yang tidak mengalami obesitas.

e)      Riwayat janin tumbuh terus dan bertambah besar setelah kelahiran.

f)       Hasil USG mengindikasikan adanya makrosomia/janin besar. Dengan ditemukannya diameter biakromial pada bahu lebih besar daripada diameter kepala.

g)      Adanya kesulitan pada riwayat persalinan yang terdahulu

h)      Terjadi Cephalo Pelvic Dispropotion (CPD) yaitu ketidaksesuaian antara kepala dan panggul yang diakibatkan karena :

·         Diameter anteroposterior panggul dibawah ukuran normal

·         Abnormalitas panggul sebagai akibat dari infeksi tulang panggul (rakhitis) dan kecelakaan.

i)        Fase aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang memanjang menandakan adanya CPD.

j)        Penurunan kepala sangat lambat atau sama sekali tidak terjadi penurunan kepala.

k)      Mekanisme persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam) sehingga memerlukan tindakan forcep atau vakum. Hal ini menunjukkan adanya CPD dan mengindikasikan pertimbangan dilaksanakan seksiosesarea.

C.     Komplikasi Distosia Bahu

a)      Bagi janin

·         Terjadi peningkatan insiden kesakitan dan kematian intrapartum. Pada saat persalinan melahirkan bahu beresiko anoksia sehingga dapat mengakibatkan kerusakan otak.

·         Kerusakan syaraf. Kerusakan atau kelumpuhan pleksus brakhialis dan keretakan bahkan sampai fraktur tulang klavikula.

b)      Bagi ibu

·         Laserasi daerah perineum dan vagina yang luas.

·         Gangguan psikologi sebagai dampak dari pengalamanpersalinan yang traumatic.

·         Depresi jika janin cacat atau meninggal.

 

D.     Penatalaksanaan Distosia Bahu

1.      Penatalaksanaan distosia (APN 2007) :

a)         Mengenakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.

b)        Melaksanakan episiotomi secukupnya dengan didahului dengan anastesi lokal.

c)         Mengatur posisi ibu Manuver Mc Robert.

·         Pada posisi ibu berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya sejauh mungkin kea rah dadanya dan diupayakan lurus. Minta suami/keluarga membantu.

·          Lakukan penekanan ke bawah dengan mantap diatas simpisis pubis untuk menggerakkan bahu anterior di atas simpisis pubis. Tidak diperbolehkan mendorong fundus uteri, beresiko menjadi ruptur uteri.

d)        Ganti posisi ibu dengan posisi merangkak dan kepala berada di atas.

·         Tekan ke atas untuk melahirkan bahu depan.

·         Tekan kepala janin mantap ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.

 

2.      Penatalaksanaan distosia bahu menurut Varney (2007) :

a)         Bersikap relaks. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi dalam menangani situasi gawat darurat secara efektif.

b)        Memanggil dokter. Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir sebelum dokter adatang, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.

c)          Siapkan peralatan tindakan resusitasi.

d)        Menyiapkan peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.

e)         Beritahu ibu prosedur yang akan dilakukan

f)          Atur posisi Mc Robert.

g)          Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi diameter oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima jari satu tangan diletakkan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan satunya pada punggung janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-hati karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis.

h)         Meminta pendamping persalinan untuk menekan daerah supra pubik untuk menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam melaksanakan tarikan ke bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf brakhialis. Cara menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling menumpuk diletakkan di atas simpisis. Selanjutnya ditekan ke arah luar bawah peru

i)         Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan, kosongkan kandung kemih karena dapat menganggu turunnya bahu, melakukan episiotomy, melakukan pemeriksaan dalam untuk mencari kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan diusahakan memeriksa kemungkinan :

·         Tali pusat pendek.

·         Bertambah besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena tumor.

·         Lingkaran bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptur uteri.

j)           Mencoba kembali melahirkan bahu. Bila distosia bahu ringan, janin akan dapat dilahirkan.

k)         Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk membuka botol (corkcrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip skrup wood. Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180. Lakukan gerakan pemutaran paling sedikit 4 kali, kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah luar belakang disertai dengan penekanan daerah suprapubik.

l)     Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah

m)    Bila tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan klavikula anterior kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior, dan badan janin.

n)      Melakukan maneuver Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala kembali ke dalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina, selanjutnya kepala janin di tahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.

 

 

2.3.2        Distosia Kelainan Vulva

A.     Pengertian

Distosia vulva adalah persalinan yang sulit disebabkan karena atresia vulvae (tertutupnya vulva), ada yang bawaan ada juga yang diperoleh misalnya karena radang atau trauma.

B.     Etiologi

Edema vulva dijumpai pada preklamsia dan gangguan gizi atau malnutrisi atau pada persalinan yang lama atau paersalinan terlantang. Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai vagina, vulva dan wasir serta menghilang setelah anak lahir. Hal ini karena reaksi sistem vena terutama dinding pembuluh darah seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat pengaruh hormon steroid.

Kelainan yang dapa tmenyebabkan distosia vulva :

Kelainan yang bisa menyebabkan distosia vulva ialah oedema vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata, fistula dan vulvitis diabetika.

a.       Edema Vulva

Edema (oedema) vulva adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga badan) pada vulva.

·      Penyebab

Edema bisa timbul pada waktu kehamilan. Biasanya sebgai gejala preklamsi akan tetapi dapat pula timbul karena sebab lain misalnya gangguan gizi atau pada persalinan yang lama.

b.      Kelainan Bawaan (Stenosis Vulva)

Stenosis vulva merupakan kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali,atau dapat pula terjadi hanya orifisium uretra eksternum saja yang nampak/ penyempitan vulva/vagina atau akibat perlengketan dan parut karena peradangan atau perlukaan pada persalinan yang lalu.

·      Penyebab

Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-ulkus yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkan kesulitan.

 

c.       Varises

Pelebaran pembuluh darah vena yang terjadi pada vulva.Selain kelihatan kurang baik pelebaran pembuluh darah ini dapat merupakan sumber perdarahan potensial pada waktu hamil maupun persalinan.Kejadian varises ini makin meningkat pada kehamilan makin tinggi dan segera akan menghilang atau berkurang setelah persalinan.

·      Penyebab

Hal ini karena reaksi system vena pembuluh darah, seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat hormone estrogen. Penyebab utama varises adalah lemah/rusaknya katup pembuluh vena.Pada pembuluh vena terdapat katup – katup yang berfungsi untuk menahan agar darah tidak turun/bergerak mundur. Dengan adanya katup pada pembuluh vena menyebabkan darah akan terus mengalir ke arah jantung. Katup yang rusak atau lemah akan membuat darah bergerak mundur yang mengakibatkan darah berkumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah yang disebut sebagai varises.

Karena factor heriditer bahaya dalam kehamilan dan persalinan adalah :

·      Bila pecah akan terjadi perdarahan sedikit/banyak.

·      Bila pecah dapat pula terjadi emboli udara dan bisa berakibat fatal.

 

d.      Hematoma

Pecahnya pembuluh darah vena yang menyebabkan perdarahan,yang dapat terjadi saat kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada persalinan.Hematoma vulva dan vagina dapat besar,disertai bekuan darah bahkan perdarahan yang masih aktif.

·      Penyebab

1.      Hematoma vulva disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama.

2.      Kumpulan darah diluar pembuluh darah terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana tidak pada tempatnya.Pembuluh darah yang pecah menyebabkan hematoma dijaringan ikat menjadi renggang, di sekitar vulva atau ligamentum latum.

3.      Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma(diluar persalinan) misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar.

e.       Kondiloma Akuminata

Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lendir yang menyerupai jengger ayam jago. Berlainan dengan kondiloma latum: permukaan kasar papiler, tonjolan lebih tinggi, warnaya lebih gelap. Kondiloma akuminata berbentuk seperti kembang kumis  atau cauliflower dengan ditengahnya jaringan ikat dan ditutup terutama bagian atas oleh epitel dengan hyperkeratosis. Penyakit terdapat dalam bentuk kecil dan besar, sendirian atau dalam suatu kelompok.Lokasinya ialah pada berbagai bagian vulva, pada perineum, pada daerah perianal, pada vagina dan serviks uteri.Dalam hal-hal yang terakhir ini terdapat leukorea.

·      Penyebab

Kondiloma Akuminata disebabkan oleh suatu jenis virus yang banyak persamaanya dengan penyebab veruka vulgaris. Adanya leukorea oleh sebab lain mempermudah tumbuhnya virus dan kondiloma akuminata. Kelainan ini juga lebih sering ditemukan pada kehamilan karena lebih banyak vaskularisasi dan cairan pada jaringan.

f.       Fistula

Kejadian fistula ini sudah jarang dijumpai karena persalinan kasep yang makin jarang terjadi.Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi pada waktu bersalin baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan.

·           Penyebab

Akibat tekanan langsung jaringan lunak antara kepala janin yang telah berada di dasar panggul dengan jalan lahir tulang.Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul,menyebabkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan local dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi inkotenensia alvi. Oleh karena itu,setelah melakukan pertolongan persalinan kasep perlu dilakukan eksplorasi untuk mencari kemungkinan robekan jalan lahir yang dapat menjadi fistula.

 

 

 

 

2.3.3 Distosia Kelainan Vagina

A.  Pengetian

Distosia vagina adalah atau kesuitan dalam jalanya persalinan yang dikarenakan adanya kelainan di vagina yang menghalangi lancarnya peralinan. Distosia dapat di sebabkan karena kelainan his (his hipotonik dan his hipertonik), karena kelainan besar anak, bentuk anak (hidrosefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak (letak langsung dan letak melintang), serta karena kelainan kalenjar rahim.

B.     Etiologi

Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi. Kelainan vagina yang cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan adalah septum vagina  terutama vertikal longitudinal.

C.     Pelatalaksanaan

Cara yang efektif untuk tindakan persalinan septun tersebut adalah denganrobekan spontan atau disayat dan diikat. Tindakan ini dilakukan pula bila ada dispareuni. Sikap bidan dalam menghadapi kelainan ini adalah menegakkan kemungkinan septum vagina. Vertikal atau longitudinal pada waktu melakukan pemeriksaan dalam dan selanjutnya merujuk enderita untuk mendapat pertolongan persalinan sebagaimana mestinya.

D.     Kelainan distosia vagina

a.         Kelainan Vagina (Aplasia vagina)

Pada aplasia vagina, diintroitus vagina terdapat cekungan yang agak dangkal atau yang agak dalam.

·           Penyebab

Kelainan congenitalatau pertumbuhan atau pembentukan organ janin yang tidak sempurna di dalam kandungan pada masa kehamilan

b.        Stenosis Vagina Kongenital

Jarang terdapat, lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri.Septum lengkap biasanya tidak menimbulkandistosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin.Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu.

 

 

 

·           Penyebab

Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan radang.Pada stenosis etap kaku dalam kehamilan dan merupakan halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan seksio ceaserea.

c.       Tumor Vagina

Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginaan, adanya tumor vagina bisa pula menyebabkan persalinan per vaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko.Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung secara per vaginam atau diselesaikan dengan seksio sesar.

d.      Kista Vagina

·           Penyebab

Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral dalam vagina bagian proximal, ditengah, distal di bawah orifisium urethra eksterna.Bisa berukuran kecil dan besar sehingga bukan saja mengganggu pertumbuhan namun dapat pula menyukarkan persalinan.

 

2.3.4 Distosi Kelainan Uterus/Serviks

A.    Pengertian

Distosia serviks/uteri adalah terhalangnya kemjuan persalinan disebabkan kelainan serviks uteri. Walaupun his norml dan baik, kadang-kadang pembukaan serviks jadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan serviks tidak membuka.

B.        Etiologi

Penyebab distosia serviks uteri adalah adanya kelainan pada letak rahim diantaranya: perut gantung (abdomen pendulum), hyperanteflexio, retroplexio uteri, prolapsus uteri, mioma uterus, kanker rahim.

C.     Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan  dengan beberapa kali moment opname pemeriksaan dalam yaitu his baik tetapi pembukaan serviks tidak bertambah dan pemeriksaan dilakukan 2-3 kali antara 1-2 jam.

 

D.      Penangananan

Pada kondisi serviks yang kaku setelah ditegakkan diagnose memang serviks kaku dan setelah pemberian obat-obatan seperti valium dan pethidin tidak merubah sifat kekakuan tindakan kita adalah melakukan Caesar. Jika adanya serviks gantung bila dalam observasi keadaan tetap begitu dan tidak ada kemajuan pembukaan ostium uteri internum, maka pertolongan yang tepat adalah Caesar.

E.    Kelainan yang dapat menyebabkan distosia uterus/serviks

a.      Retroflexio Uteri

Adalah uterus hamil yang semakin lama semakin besar terkurung dalam rongga panggul,tidak dapat keluar memasuki rongga perut.Kehamilan pada retrofleksi uteri tidak banyak dijumpai karena kemampuan mobilisasi uterus selama hamil dan melepaskan diri dari ruangan pelvis minor.Jarang sekali kehamilan pada uterus dalam retroflexio mencapai umur cukup.

·           Penyebab

Terkurung uterus,mungkin uterus retrofleksi,tertahan karena adanya perlekatan-perlekatan atau oleh sebab lain yang tidak diketahui (fiksata).Terdapat kemungkinan dari nasib kehamilannya :

1.      Koreksi spontan           : dimana pada kehamilan 3 bulan korpus dan fundus naik masuk kedalam rongga perut.

2.       Abortus                        : hasil konsepsi terhenti berkembang dan keluar,karena sirkulasi tertentu

3.       Koreksi tidak sempurna : dimana bagian yang melekat tetap tertinggal sedangkan bagian uterus yang hamil naik masuk ke dalam rongga perut disebut retrofleksia uteri gravidi partialis.Nasib kehamilan selanjutnya bisa abortus, partus prematurus,terjadi kesalahan letak dan bersalin biasa.

b.      Prolapsus Uteri

Prolapsus uteri atau turunnya uterus dapat dibagi menjadi 3 tingkat :

1.      Tingkat I: Uterus turun dengan serviks uteri sampai introitus vagina.

2.      Tingkat II           : Sebagian uterus keluar dari vagina.

3.      Tingkat III         : Uterus keluar seluruhnya dari vagina dengan inversion vagina.

Biasanya prolapsus uteri yang inkomplit berkurang karena setelah bulan ke IV uterus naik dan keluar dari rongga panggul kecil.Tetapi ada kalanya portio ini menjadi oedemateus.Kadang-kadang disertai pula dengan sistokel dan rektokel.

·           Penyebab

1.        Terjadi karena kelemahan ligament endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiopoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokele.Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang kerenggangannya

2.       Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.

3.       Persalinan lama dan sulit:

ü  Meneran sebelum pembukaan lengkap.

ü  Laserasi dinding vagina bawah pada kala 2

ü  Penatalaksaan pengeluaran plasenta.

ü  Reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik.

4.       Pada menopause

Karena hormon estrogen telah berkurang sehingga otot dasar panggul menjadi melemah.

·         Penatalaksaan

Indikasi melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa factor seperti umur penderita,keinginannya untuk mendapatkan anak atau untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.

c.       Kelainan Bawaan Uterus

Secara embriologis uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam pertumbuhan mudigah mengalami proses penyatuan.

·         Penyebab

Kelainan bawaan dapat terjadi akibat gangguan dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua saluran muller dan dalam kanalisasi. Uterus didelfis atau uterus duplek terjadi apabila kedua saluran muller berkembang sendiri-sendiri tanpa penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 serviks, dan 2 vagina. Uterus subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1 serviks, 1 vagina, cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara tidak lengkap.Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri.Kelainan ini paling ringan dan sering dijumpai.Uterus birkornis unilateral. Radi mentarius terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat handuk lain. Uterus unikornis terdiri atas 1 uterus, 1 serviks yang berkembang dari satu saluran kanan dan kiri.Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan ektopik dan kelainan letak janin.

 

No comments:

Post a Comment