Thursday 6 May 2021

ASKEP FRAKTUR PREMUR TERBUKA

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Di era globalisasi modern ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang banyak mengakibatkan teruma atau cedera (Fraktur). Fraktur adalah rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan cedera jaringan lunak, kerusakan otot repture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ tubuh. Biasanya terjadi karena disebabkan oleh pukulan langsung gayamajemuk, gerakan memutar mendadak dan bahkan kontraksi eksterm meskipun tulang patah jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah.

 

B.       Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Umum

Guna memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio dan kultural pada Tn. M melalui pendekatan proses keperawatan.

2.      Tujuan Khusus

a.       Mampu melakukan pengkajian pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur Femor Sinistra

b.      Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra

c.       Mampu melaksanakan tindakan pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra

d.      Mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

e.       Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra

f.       Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Terhadap Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra

g.      Mampu membahsa kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasusu beserta pemecahannya.

 

C.      Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan studi kasus ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1.      Wawancara

Dilakukan dengan penulis mengajukan pertanyaan baik kepada pasien maupun keluarga dan pihak-pihak terkait yang dinilai perlu untuk dimintakan kekurangan.

2.      Observasi

Penulis mengadakan pemantauan langsung yaitu dengan mengkaji pasien tersebut meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

3.      Dokumentasi

Yaitu penelusuran data klien di Ruang E yang terdapat dalam status keperawatan klien.

 

D.           Sistematika Penulisan

BAB I   :    Pendahuluan, berisi tentang, latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. 

BAB II       :    Tinjauan Teoritis, berisi tentang konsep dasar yang terdiri dari pengertian, anatomi, fisiologi, patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala, klasifikasi klinis, proses penyembuhan tulang, komplikasi, pemeriksaan, penatalaksanaan, juga berisi tentang asuhan keperawatan yang meliputi kajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi.

BABA III   :    Tinjauan Kasus dan Pembahasan, berisi tentang dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi

BAB IV      :    Penutup, yaitu berisi tentang kesimpulan dan saran, terhadap hasil penulisan laporan studi kasus ini


 

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 

A.           Konsep Dasar

1.      Pengertian

Fraktur adalah terputusanya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.(R. Sjamsuhidayat & Wim De Jong, 1997: 1138).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner dan Suddart, 2001 : 2357).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan cedera jaringan lunak, kerusakan otot rupture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka organ-organ tubuh (Sari Fatimah, 2003:73).

Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang fraktur diakibatkan oleh tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Barbara Engram, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Diagnosa dan Masalah Kolaboratid 346).

2.      Anatomi

Di bawah ini gambar anatomi system muskuloskeletal bagian cruis tibia dan fibura yang berhubungan dengan fraktur

Gambar 1: Anatomi tulang cruis tibia dan fibur

Sumber: Drs. Syaifudin, 1997:29

Sistem muskuloskeletal secara umum berfungsi untuk menegakkan postur dan untuk pergerakan yang terdiri dari komponen tulang, otot, cartilago, ligament, ktendon, fasia, burasa dan sendi.

Tulang adalah jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel yaitu Osteoblas, Osteosid dan Osteoklas.

1.      Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen dan proteoglikan sebagai matrikc tulang (Osteosid) melalui proses asifikasi.

2.      Osteosid adalah sel tulang dewasa yang berperan sebagai lintasan pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

3.      Osteoklas adalah sel-sel besar multinukleus yang memungkinkan mineral dan matrik tulang dapat diabsorpsi.

Tulang juga merupakan jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat pada tubuh setiap tulang memiliki karakteristik dan gambaran permukaan tertentu yang mengidentifikasi fungsinya dalam hubungannya terhadap tulang lain otot dan fraktur tubuh lainnya secara keseluruhan tulang dipersarafi oleh serabut saraf sympatik dan afferent.

Persendian merupakan suatu jaringan yang menghubungkan suatu tulang dengan tulang lainnya fungsi utamanya adalah suatu pergerakan dan fleksibilitas tubuh.Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan perut.

a.       Fungsi Tulang

1)      Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk pada kerangka tubuh.

2)      Melindungi organ-organ tubuh

3)      Untuk pergerakan

4)      Merupakan gudang penyimpanan mineral

5)      Hematopoesa (tempat pembentukan sel darah merah dalam sum-sum tulang).

 

 

 

b.      Bagian-bagian yang terdapat pada tulang terdiri atas:

1)      Foramen, yaitu suatu lubang tempat melaluinya pembuluh darah, saraf dan ligamentum, misalnya pada tulang kepala belakang yang disebut foramen oksipital.

2)      Fosa, yaitu suatu lekukan di dalam atau pada permukaan tulang, misalnya pada scapula yang disebut prosesus spinousus.

3)      Prosesus, yaitu suatu tonjolan misalnya terdapat pada ruas tulang belakang yang disebut prosesus.

4)      Kondilus, yaitu taju yang bentuknya bundar merupakan benjolan.

5)      Tuberkulum, yaitu tonjolan kecil.

6)      Tuberositas merupakan tonjolan besar.

7)      Trokanter, yaitu tonjolan besar pada umumnya tonjolan ini pada tulang paha (Femur).

8)      Krista pinggir atau tepi tulang misalnya terdapat tulang ilium yang disebut krista iliaka.

9)      Spina, yaitu tonjolan yang bentuknya agak runcing misalnya terdapat pada tulang iliaka yang disebut spina iliaka.

10)  Kaput, yaitu (kepala tulang/bagian ujung yang bentuknya bundar misalnya terdapat pada tulang paha yang disebut femoris.

 

3.      Etiologi

Fraktur bisa disebabkan oleh pukulan langsung gaya majemuk, gerakan memutar mendadak dan bahkan kontraksi otot eksterm, meskipun tulang patah. Jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Barbara Engram : 2357).

 

 

 

4.      Patofisiologi

Adanya trauma/Ruda paksa

Meningkatnya tekanan pada ekstremitas

Tahanan tulang lebih dan beban tekanan

Terputusnya kontinuitas tulang (fraktur)

Merusak jaringan lunak                                                

Tidak terjadi

kerusakan/luka pada

Luka pada kulit, mukosa                                              

kulit, mukosa

Patah tulang                                                                   

Fraktur terbuka                                                    

Fraktur tertutup

(Elizabeth, J. Corwin: 2000)

 

5.      Tanda dan Gejala

a.       Deformitas: Perubahan struktur dan bentuk.

b.      Pembengkakan atau penumpukan cairan atau darah karena kerusakan pembuluh darah.

c.       Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat oleh penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.

d.      Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar fraktur.

e.       Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal

f.       Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf di mana saraf ini dapat terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.

g.      Kretitasi yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakkan.

h.      Pergerakan abdnormal.

i.        Hasil foto rontgen yang abdnormal. (Burnner and Suddart 2001:2358)

 

 

6.             Klasifikasi

a.      Klasifikasi menurut bentuk patah tulang/fraktur

1.      Fraktur komplet, pemisahan komplet dari tulang menjadi dua fragment.

2.      Fraktur in komplet, patah sebagian dan tanpa pemisahan.

3.      Simple atau closed fraktur patah tulang tetapi kulit utuh.

4.      Fraktur complikata, tulang yang patah menusuk kulit tulang terlihat.

5.      Fraktur tanpa perubahan posisi tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal.

6.      Fraktur dengan perubahan posisi tulang yang patah berjauhan dari tempat patah.

7.      communited fraktur tulang patah menjadi beberapa fragmen.

8.      Imfacted telescoped frakture, salah satu ujung tulang yang patah menancap pada yang lain.

9.      Klasifikasi menurut garis patah tulang

10.  Green stick retak pada sebelah sisi dari tulang (sering terjadi pada anak dengan tulang lembek)

 

7.        Proses Penyembuhan Tulang

a.       Hematomo Formation (pembukaan hematom) karena pebuluh darah cidera, maka terjadi perdarahan pada daerah fraktur, darah menumpuk dan mengeratkan ujung-ujung tulang yang patah.

b.      Fibrin meskwork (pembentukan fibrin) hematoma, menjadi terorganisir karena fibrioblast masuk lokasi cedera membentuk fibrin merkwork (gumpalan fibrin) berdinding sel darah putih pada lokasi melokalisis radang

c.       Inflamasi OsteoblastOsteoblast masuk ke daerah fibrosis untuk mempertahankan penyambungan tulang pembuluh darah berkembang mengalirkan nutrisi untuk membentuk kolagen (collagen) untalan kolagen terus disatukan dengan kalsium.

d.      Callus Formation

1.      Osteoblast terus membuat jala untuk membangun tulan

2.      Osteoblast merusakan tulang mati dan membantu mensintesa tulang baru.

3.      Collagen menjadi kuat dan terus menyatu dengan deposit kalsium.

e.       Remodeling

Pada langkah terakhir ini callus yang berlebihan diabsorpsi dan tulang trabecular terbentuk pada garis cedera.

 

8.   Komplikasi

a.  Komplikasi dini

1.      Syok

2.      Symdrom kompartemen

3.      Sindrom embuli lemak

4.      Iskemik

5.      Komplikasi lanjutan

6.      Malunion

7.      Deloyed linion

8.      Non union

9.      Kekakuan sendi

9. Pemeriksaan Diagnostik

 

a.       Rontgen

b.      Scan tulang scan/MR I tomogram

c.       Arteriogram

d.      Hitung darah lengkap

e.       Kreatinin

f.       Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi atau cedera hati. (Marilyn Doengoes, 1999).

10.    Penatalaksanaan

a.       Rekognisi riwayat kecelakaan atau riwayat terjadinya fraktur harus diketahui dengan pasti, hal ini untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.

b.      Reduksi merupakan upaya memanifulasi fragmen tulang agar dapat kembali seperti semula seoptimal mungkin.

c.       Retensi memelihara reduksi sampai penyembuhan

d.      Rehabilitasi pencapaian kembali fungsi normalnya.

 

B.  Proses Pengkajian

1.  Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

a.       Pengumpulan data yang meluputi:

1.      Biodata klien dan penanggung jawab klien Terdiri dari nama, umum, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, tanggal masuk, rumah sakit, No. Mederc dan diagnosa medis.

2.      Keluhan Utama

Pada saat dikaji klien mengalami fraktur dan memobilisasikan alasannya yaitu mengeluh tidak dapat melakukan pergerakan nyeri: lemah dan tidak dapat melakukan sebagian aktivitas sehari-hari

3.      Riwayat Kesehatan Sekarang

Menceritakan kapan klien mengalami fraktur dimana dan bagaimana terjadinya sehingga mengalami fraktur, klien yang mengalami fraktur akan mengeluh nyeri pada daerah tulang yang luka sehingga dengan adanya nyeri klien tidak dapat menggerakan anggota badannya yang terkena fraktur nyeri dirasakan bisa pada saat bergerak saja atau terus menerus akibat tidak bisa bergerak yang disebabkan karena nyeri akan menyebabkan klien tidak dapat memenuhi ADL-nya secara maksimal.

4.      Riwayat Kesehatan Dahulu

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami sesuatu penyakit yang berat atau penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang.

5.      Riwayat Kesehatan Keluarga Perlu diketahui untuki menentukan apakah dalam keluarga terdapat penyakit keturunan/penyakit karena lingkungan yang kurangt sehat yang berdampak negatif pada seluruh anggota keluarga termasuk pada klien sehingga memungkinkan untuk memperbesar penyakitnya.

6.      Riwayat Psikososial

Pengkajian yang dilakukan pada klien imobilisasi pada dasarnya sama dengan pengkajian psikososial pada gangguan sistem lain yaitu mengenal konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri dan identitas diri) dan hubungan serta interaksi klien baik dengan anggota keluarga maupun dengan lingkungan di mana ia berada.

7.      Aktivitas Sehari – hari

Upaya mengetahui adanya perubahan pola yang berhubungan dengan penyimpangan/terganggunya sistem tubuh tertentu serta dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar pasien.

b.      Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan Umum

Pada klien imobilisasi biasanya mengalami, kelemahan kebersihan diri kurang bentuk tubuh kurus akibat penurunan berat badan kesadarannya kompementis.

2.      Sistem Pernapasan

Dikaji ada tidaknya sekret, gerak dada saat bernapas auskultasi bunyi napas, ada tidaknya nyeri tekan pada daerah dada serta frekuensi napas.

3 .Kajian Nyeri

- Klien mengeluh nyeri pada kaki kiri

- Mengeluh kaki kirinya tidak bisa digerakkan

- Saat dikaji skala nyeri 1 – 10 klien mengatakan nyerinya berada di no.

 

 

 

 

 

 

 

 

2.  Analisa Data

No

Data

Kemungkinan Penyebab

Masalah

1.

DS:

-      Klien mengeluh sakit pada bagian kaki kiri

DO:

-      Eskpresi wajah klien meringis kesakitan

-      Skala nyeri 8

Trauma

¯

Terputusnya kontinuitas jaringan

¯

Pengeluaran epineprin  dan non epineprin

¯

Dihantarkan ke Hipotalamus

¯

Nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri

2.

DS:

-      Klien mengeluh kaki kirinya tidak bisa digerakkan

DO:

-      Setiap tindakan dibantu oleh keluarga dan perawat

-      Klien tampak lemah

-      Kaki klien di pasang gips dan traxi

Adanya/timbul rasa nyeri yang bertambah bila digerakkan

¯

Klien membatasi gerak tubuhnya

¯

Aktivitas yang dilakukan terbatas/minimal

Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik

 

3.

DS:

-      Klien selalu menanyakan tentang keadaannya

DO:

-      Klien kelihatan bingung dan cemas

Kurangnya pengetahuan klien tentang keadaan dan prosedur yang dilakukan

¯

Stresor psikologi bagi klien

¯

cemas

Gangguan rasa aman cemas  

 

 

 

 

 

 

 

3.  Diagnosa Keperawatan

a.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

b.      Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

c.       Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

 

4.   Intervensi

No

DX. keperawatan

Intervensi

Rasional

1.

Gangguan rasa nyaman nyeri

-      Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring

 

 

-      Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena

 

 

-      Beri obat sebelum perawatan aktivitas

 

-      Lakukan dan awasi rentang gerak aktif/pasif

 

 

 

-      Lakukan kompres dingin/ es 24 – 48 jam pertama

 

-      Berikan obat sesuai indikasi

-      Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangnya jaringan yang cedera

-      Meningkatkan aliran balik vena menurunkan oedema dan menurunkan rasa nyeri

-      Meningkatkan relaksasi otot dan meringankan partisipasi

-      Mempertahankan kekuatan mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera.

-      Menurunkan oedema/ pembentukan hematoma menurunkan sensasi nyeri

-      Diberikan untuk menurunkan atau meng-hilangkan rasa nyeri atau dan spasme otot

2.

Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik

-      Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan dan perhatian persepsi pasien terhadap immo-bilisasi

 

-      Bantu/dorong perawatan diri atau kebersihan seperti mandi.

 

-      Awasi TD dengan memikirkan aktifitas atau kebersihan seperti mandi

 

 

-      Ubah posisi secara periode dan dorong untuk latihan bentuk napas dalam

-      Dorong peningkatan masukan cairan sampai 2000-3000 ml/hari termasuk air asam

-      Beri penjelasan pada keluraga tentang kondisi klien

-      Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri tentang keterbukaan fisik aktual memerlukan infor-masi/intervensi  untuk meningkatkan kemajuan kesehatan

-      Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kesehatan diri langsung

-      Hipotensi posteral atau masalah umum menyertai tirah baring yang lemah dan dapat memerlukan intervensi khusus.

-      Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/ pernapasan (dekutibus)

 

-      Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infeksi urinarius, pem-bentukan batu dan konstepasi.

3.

Gangguan rasa aman cemas

-      Kaji tingkat kecemasan keluarga klien

 

 

 

 

-      Beri penjelasan pada keluarga tentang kondisi klien

 

-      Ajarkan pada kleuarga untuk selalu beradoa dan mesnuport klien agar cepat sembuh

-      Beri reinforcement positif bila kelaura dapat menjelaskan kembali tentang kondisi klien

-      Menggali tingkat kecemasan keluarga klien dapat diketahui apakah keluarga berada dalam tahap cemas, ringan, sedang, dan berat.

-      Penjelasan dapat menambah pengetahuan keluarga tentang kondisi klien.

-      Dengan selalu berdoa akan mengurangi kecemasan bagi keluarga klien

 

-      Reinforcement positif dapat memberikan motivasi dan meningkatkan semangat keluarga sehingga dapat mengurangi cemas.

 

 


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

 

A.  Pengkajian

1.    Biodata

a.  Identitas Klien

Nama                           :  Tn. M

Jenis kelamin               :  Laki-laki

Umur                           :  43 tahun

Agama                         :  Islam

Pekerjaan                     :  Supir (Driver)

Pendidikan                  :  SMP

Suku/Bangsa               :  Jawa/Indonesia

Gol. Darah                  :  A

Alamat                        :  Jl. Jagapura (Gegesik)

Tgl. Masuk RS            :  18 Juli 2006

Tgl. Pengkajian           :  24 Juli 2006

Diagnosa Medis         :   Fraktur Fermor Sinistra

No. Medrek               :   1336763

 

b.   Identitas Penanggung jawab

Nama                           :  Ny. N

Jenis kelamin               :  Perempuan

Umur                           :  40 tahun

Agama                         :  Islam

Pekerjaan                     :  IRT

Alamat                        :  Jagapura (Gegesik)

Hub. Dengan Klien     :  Istri       

 

 

 

 

 

2.  Keluhan Utama

 Klien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri

3.    Riwayat Kesehatan

a.       Riwayat Kesehatan sekarang

Klien datang ke IGD di RSUD Arjawinangun pada tanggal 18 Juli 2006, jam 09.00 dengan kondisi yang parah akibat kecelakaan mobil. Saat dikaji klien mengeluh sakit di kaki kiri, klien mengatakan nyerinya seperti diremas-remas, klien mengeluh sakitnya saat beraktifitas, klien lebih banyak diam di tempat tidur, saat dikaju skala nyeri dari 1 – 10 klien mengatakan nyerinyta berada di No. 8

b.      Riwayat Kesehatan yang lalu

Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti ini yaitu patah tulang karena kecelakaan.

c.       Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti klien dan keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit menular  

 

4.   Keadaan Umum

a.  Tingkat kesadaran            :  

1. Eye movement             : 4

2. Motorik                        : 5

3. Verbval                        :    6    15 ® Composmentis

b.  Tanda-tanda vital

-   Suhu                             :  36,5oC

-   Nadi                             :  84 x/menit

-   Respirasi                      :  20 x/menit

-   Tekanan darah             :  120/80 mmHg

c.  Penampilan umum

Klien tampak lemah dan tidak bisa bergerak/tidak bisa beraktifitas

 

 

3. Pemeriksaan Fisik

a.    Rambut

Distribusi merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, rambut pendek, tidak ada ketombe, tidak rontok

b.    Kepala

Bentuk simetris, ada lesi akibat jahitan di bagian frontalis akibat benturan keras, tidak ada oedema.

c.    Mata

Bentuk simetris, alis dapat digerakkan, konjungtiva, anemis, sclera ikterik, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, fungsi penglihatan normal ditandai klien bisa mengenali perawat, orang-orang disekitar.

d.   Telinga

Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik ditandai dengan klien dapat menjawab pertanyaan perawat.

e.    Hidung

Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, warna coklat.

f.     Mulut

Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, lidah bersih.

g.    Leher

Tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

lesi refleks, menelan, simetris.

h.    Dada

Tidak ada lesi, pola napas 20 x/menit, tidak oedema

i.      Abdomen

Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan di perut, tidak ada lesi

j.  Ekstremitas

- Ekstremitas atas

Tangan kiri terpasang infus RC 20 tts/menit, kedua tangan dapat

digerakkan

- Ekstremitas bawah

Kaki kiri tidak bisa digerakkan, tapi kaki kanan dapat digerakkan.

 

6.  Aspek Psiko, Sosio, dan Spiritual

a. Aspek Psikologis

1. Konsep diri

. Body image

Klien tampak cemas dengan adanya fraktur di kaki kananya.

· Ideal diri

Harapan klien segera sembuh dan bisa bekerja lagi.

· Harga diri

Klien sangat diperhatikan oleh anggota keluarganya.

· Identitas diri

Klien mampu mengenali dirinya, keluarga dan orang di sekitarnya.

· Peran diri

Peran klien tergangu sebagai kepala rumah tangga karena dengan adanya

sakit itu klien tidak bisa menafkahi keluarganya.

d.      Aspek Sosial

1.      Hubungan sosial

·   Klien mengatakan bahwa orang yang terdekat dengan dirinya orang yang memperhatikan dirinya, yaitu istrinya.

·   Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti organisasi apapun

2.      Interaksi pada saat pengkajian

·   Klien sangat kooperatif pada saat di ajak kerjasama pada saat pengkajian observasi.

c.  Aspek Spiritual

1. Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya adalah sebuah ujian dan ia sabar menghadapi kondisinya.

2. Kegiatan ibadah

Klien selalu melaksanakan ibadah/solat 5 waktu setiap hari

 


7.      Aktivitas sehari-hari

No

Jenis Aktivitas

Saat sehat/di rumah

Saat sakit/di RS

1.

Nutrisi

-        Frekuensi

-        Jenis makanan

-        Pola makan

-        Porsi makan

-        Nafus makan

-        Pantangan

-        Alergi

-        Kesulitan/gangguan

 

3 x sehari

Nasi + lauk pauk

Tidak teratur

1 porsi

ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

 

3 x sehari

Nasi + lauk pauk

Tidak teratur

1/2 porsi

ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

2.

Minuman

-        Jenis air minum

-        Frekuensi

-        Jumlah

-        Kesulitan/gangguan

 

Air putih

2000 – 2500 cc

-

Tidak ada

 

Air putih

1500 – 2000 cc

-

Tidak ada

3.

Eliminasi

a.    Eliminasi fasal

-        Frekuensi

-        Warna

-        Konsistensi

-        Kesulitan/gangguan

b.    Eliminasi urine

-        Frekuensi

-        Apakah lampias

-        Warna, bau urine

-        Apakah terpasang kateter

-        Kesulitan gangguan

 

 

2 x sehari

Kuning

Lembek

Tidak ada

 

3 x sehari

Lampias

Transparan, khas

Tidak

Tidak

 

 

1 x sehari

Kuning

Lembek

Tidak ada

 

1 x sehari

Lampias

Transparan, khas

Tidak

Kesulitan

4.

Personal hygiene

-        Mandi

-        Oral hygiene

-        Cusi rambut

-        Potong kuku

-        Ganti baju

 

3 x sehari  

3 x sehari 

2 x seminggu

1 x seminggu 

3 x sehari 

 

1 x sehari 

1 x sehari 

-

-

2 x sehari 

5.

Penggunaan waktu senggang

-        Olah raga

-        Rekreasi

 

Kadang-kadang

Tidak pernah

 

-

Tidak pernah

6.

Istirahat

-        Waktu tidur

-        Durasi tidur

-        Bangun malam hari

-        Kualitas tidur

-        Gangguan dalam tidur

 

20.00 – 21.00

6 – 8 jam

-

nyenyak

-

 

19.00 – 20.00

7 – 9 jam

-

Tidak nyenyak

-

 

 

8.  Pemeriksaan Penunjang

a. Lab. Darah : Hari rabu 19 juli 2006

Hemotologi

Hemotologi umum                                            Normal

1. IDE                     : 50 mm/jam                        -15/-10 mm/jam

2. Gol. Darah          : A

Imunologi/Serologi

I HB5A9 ¾ negatife (-)                                     Negatif (-)

b.  Program therapi

         Infus RL

Th/ Ambasil           2 x 1

      Xevolac           2 x 1

  Novalgin

 

B.     Analisa Data

No

Data

Kemungkinan Penyebab/ Patofisiologi

Masalah

1.

DS:

-      Klien mengeluh sakit pada bagian kaki kiri

DO:

-      Ekspresi wajah klien meringis kesakitan

-      Skala nyeri 8

Trauma

¯

Terputusnya kontinuitas jaringan

¯

Pengeluaran epineprin  dan non epineprin

¯

Dihantarkan ke Hipotalamus

¯

Nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusanya kontinuitas jaringan

2.

DS:

-      Klien mengeluh tidak bisa beraktivitas sendiri

DO:

-      Setiap gerakan selalu dibantu

-      Adanya pemasangan traksi

Adanya Timbul rasa nyeri yang bertambah bila bergerak

¯

Klien membatasi gerak tubuhnya

¯

Aktivitas yang dilakukan terbatas/minimal

¯

Aktivitas terganggu

Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik b.d nyeri

3.

DS:

-      Klien selalu menanyakan tentang keadaannya

DO:

-      Klien keihatan bingung dan cemas

Kurang pengetahuan klien tentang keadaan dan prosedur yang dilakukan

¯

Stressor psikologi bagi klien

¯

Cemas

Gangguan rasa aman cemas b.d kurang pengetahuan 

 

C.      Diagnosa Keperawatan

1.         Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusanya kontinuitas jaringan

2.         Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik b.d nyeri

3.         Gangguan rasa aman cemas b.d kurang pengetahuan 

 

D.    Intervensi

No.

DX. keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

1.

Gangguan rasa  nyaman b.d terputusnya kontinuitas jaringan

DS:

-      Klien mengeluh sakit bagian kaki kiri

DO:

-      Skala nyeri 8

-      Ekspresi wajah klien meringis ke sakitan

Tupan:

Menyatakan nyeri hilang/ berkurang

Tupen:

Setelah dilakukan intervensi 2x24 nyeri berkurang dengan kriteria hasil

-      Ekspresi wajah pasien tidak meringis kesakitan

-       Skala nyeri berkurang menjadi 5

-      Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring

 

-      Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena

 

-      Beri obat sebelum perawatan aktivitas

-      Lakukan dan awasi rentang gerak aktif/pasif

 

 

 

-      Lakukan kompres dingin/les 24-48 jam pertama

 

-      Berikan obat sesuai indikasi

-      Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangnya jaringanyang cedera.

-      Meningkatkan aliran balik vena menurunkan oedema dan menurunkan rasa nyeri.

-      Meningkatkan relaksasi otot dan meringankan partisipasi

Mempertahankan kekuatan mobilitas otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan yang cedera

-      Menurunkan oedema/ pmbentukan hematomo menurunkan sensasi nyeri

-      Diberikan untuk menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri atau dan spasme otot.

2.

Kurangnya aktivitas mobilitas fisik b.d nyeri

DS:

-      Klien mengeluh tidak bisa beraktifitas

DO:

-      Klien tampak selalu dibantu jika beraktifitas

Tupan:

Aktivitas/mobilitas fisik terpenuhi 

Tupen:

Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam klien bisa gerak/kakinya dapat bergeser.

 

-      Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan oleh cedera/ pengobatan dan perhatian persespi pasien terhadap immobilisasi

 

 

 

-      Bantu/dorong perawatan diri atau kebersihan seperti mandi.

 

-      Awasi TD dengan memikirkan aktivitas perhatian keluhan pusing]

 

 

-      Ubah posisi secara periode dan dorong untuk latihan bentuk napas dalam

-      Dorong peningkatan masukan cairan sampai 2000-3000 ml/hari termasuk air asam/jus

-      Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri tentang keterbukaan fisik akutal memerlukan reinformasi memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.

-      Meningkatkan kekuatan  otak dan sirkulasi, meningkatkan kesehatan diri langsung

-      Hipotensi posteral adalah masalah umum menyertai tirang baring yang lemah dan dapat memerlukan intervensi khusus.  

-      Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernafasan (dekubitur).

-      Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi urinarius, pem-bentukan batu dan konstripasi.

3.

Gangguan rasa cemas b.d kurang pengetahuan

DS:

-  Klien selalu menanyakan tentang keduanya

DO:

-  Klien kelihatan bingung dan cemas

Tupan:

Gangguan rasa aman cemas teratasi

Tupen:

Kondisi klien berangsur baik setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam dengan kriteria:

-      Ekspresi wajah klien tampak tenang

-  Keluarga mengerti menegani kondisi klien

-   Kaji tingkat kecemasan keluarga klien

 

 

 

-  Beri penjelasan pada keluarga tentang kondisi klien

-      Ajarkan pada kleuarga untuk selalu beradoa dan mesnuport klien agar cepat sembuh

-   Beri reinforcement positif bila kelaura dapat menjelaskan kembali tentang kondisi klien

- Menggali tingkat kecemasan keluarga klien dapat diketahui apakah keluarga berada dalam tahap cemas, ringan, sedang, dan berat.

- Penjelasan dapat menambah pengetahuan keluarga tentang kondisi klien.

-  Dengan selalu berdoa akan mengurangi kecemasan bagi keluarga klien

 

- Reinforcement positif dapat memberikan motivasi dan meningkatkan semangat keluarga sehingga dapat mengurangi cemas.

 

 

E.     Pelaksanaan

No DX

Hari/Tgl

Jam

Tindakan keperawatan Respon/Hasil

Ttd & Nama perawat

1

 

 

 

 

 

 

 

 

Senin

24 juli 2006

 

 

 

 

 

 

 

Selasa

25 juli 2006

 

 

 

09.00

 

 

 

11.30

 

 

 

 

08.00

T:   Kaji skala nyeri  

R: Klien kooperatif pada saat pengkajian dan mengemukakan skala nyerinya berada di no.8

T:   Pemberian injeksi

      Ambasil 10 cc

      Xevolae 5 cc

      Nualgin

R:   Obat dapat masuk

T:   Observasi TTV

R:   T   : 120/80 mmHg           

      P   : 80 x/mnt

      R   : 20 x/mnt

      S   : 36,3o C

T:   Mengganti balutan di kepala

R:   Klien mau diajak kerjasama

2.        

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Senin

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selasa

 

 

 

 

 

 

 

08.20

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

10.00

 

 

 

 

 

 

 

T:   T: Observasi TTV

R:   T   : 120/80 mmHg           

      P   : 80 x/mnt

      R   : 20 x/mnt

      S   : 36,5o C

T:  Berikan dorongan pada klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan  

R:   Klien dapat mendengarkan perawat, dan ingin mencoba anjurkan perawat.

T:  Mengajarkan lab, aktif dan pasif

R:   Klien tampak berusaha

 

T:  Menganjurkan kepada klien/ keluarga untuk melakukan perawatan diri

R:  Klien mengatakan akan mencoba anjurkan perawat.

T: Menganjurkan kembali cat. Aktif dan pasif

R:   Kaki klien tampoak bergeser, klien tampak kesulitan  

3.        

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Senin

 

 

 

 

 

 

 

Selasa

08.00

 

 

 

 

08.30

 

 

11.00

T:   T:  T:  Observasi TTV

R:   T   : 120/80 mmHg           

      P   : 80 x/mnt

      R   : 20 x/mnt

      S   : 36,5o C

T:   Kaji kecemasan klien

R:   Klien kooperativ dan bercerita kenapa klien cemas.

T:   Memberikan support mental

R:   Klien mau mendengarkan perawat

T:   Tanyakan kembali tentang kecemasan klien 

R:   Klien tampak lebih tenang  

 

F.     Evaluasi

No DP

Hari/tgl

Jam

Evaluasi

Ttd & nama perawat

1.

Rabu

22 Juli 2006

09.00

S:   Klien mengatakan nyerinya berkurang

O: Klien tampak tenang

A:  Masalah teratasi sebagian

P:   Intervensi dilanjutkan

 

No DP

Hari/tgl

Jam

Evaluasi

Ttd & nama perawat

2.

Rabu

26 Juli 2006

09.00

S:  Klien mengatakan bisa menggerakkan sedikit kakinya

O: Klien tampak tenang

A:  Masalah belum teratasi

P:   Intervensi dilanjutkan 

3.

Rabu

26 Juli 2006

09.00

S:   Klien mengatakan tidak cemas

O: Klien tampak lebih tenang

A:  Masalah belum teratasi

P:   Intervensi dilanjutkan 

 

 


 

BAB IV

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Dari hasil laporan studi kasus, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1.      Yang melatarbelakangi penulisan dalam mengambil judul study kasus,

karena fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang fraktur diakibatkan oleh tekanan ekstrernal yang lebih besar dari yang dapat diserap tulang yang jika tidak segera ditangani oleh tenaga medis akan berakibat fatal.

2.      Fraktur adalah trauma karena deformitas, pembengkakan/penumpukan cairan

atau darah karena kerusakan pembuluh darah, nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat oleh penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur, spasme otot karena kontraksi involunter disekitarnya fraktur, hilangnya atau berkurangnya fungsi normal, kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syarat dimana syarat ini dapat terjadi atau terputus oleh fragmen tulang, kreatifusi yang dapat dirasakan/didengar bila fraktur digerakkan, pergerakan abnormal hasil foto rontgen yang abnormal.

3.      Diagnosa keperawatanyang menurut di kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri (tertasi sebagian) , kurangnya aktivitas fisik/gangguan mobilisasi fisik (teratasi sebagian), gangguan rasa aman cemas (teratasi).

 

B.  Saran

Untuk instansi RS

·  Medrek

Dalam menggali data yang akurat diharapkan medrek dapat menyediakan

data-data yang lebih rinci sehingga dapat mempermudah pengambilan data

untuk pembuatan laporan study kasus yang dibutuhkan oleh penulis

khususnya dan mahasiswa pada umumnya.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Doenges, Marilynn., et.all. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta

 

·         Engram Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 2, EGC Jakarta

 

·         Suddarth Brunner, 2001, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, EGC Jakarta

 

·         Wim de Jong, Sjamsuhidayat R 1997. Buku  Ajar Ilmu Bedah, Revisi, EGC, Jakarta  ASKEP FRAKTUR FEMUR

 

No comments:

Post a Comment