Saturday 9 May 2020

MAKALAH TEKNIK SIPIL PONDASI DANGKAL



MAKALAH
PONDASI DANGKAL



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, menara, dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya. Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk mendefenisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan di atasnya (upper structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu, pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban–beban yang bekerja, gaya – gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain – lain. Sehingga pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
1.       Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan timbulnya patah geser yang disebabkan muatan tegak ke bawah.
2.       Dapat menyesuaikan terhadap kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan
tanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak
stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.
3.       Menahan gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organik
maupun anorganik.
4.       Dapat menahan tekanan air yang mungkin terjadi. Suatu konstruksi pondasi yang tidak cukup kuat dan kurang memenuhi persyaratan tersebut diatas, dapat menimbulkan kerusakan pada bangunannya. Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini, memerlukan perbaikan dari bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh bangunan menjadi rusak dan harus dibongkar. Di samping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang diijinkan.
Macam-Macam Kemungkinan Pondasi
1.      Keadaan Tanah yang Kering (tidak dapat diperngaruhi air hujan dan sebagainya dengan air di dalam tanah sedikit atau dalam sekali, gunung). Jika daya dukung bagus pake pondasi lajur atau umpak. Kalau tidak, bias pake plat beton.
2.      Keadaan Tanah yang Basah (mungkin terjadi longsor akibat terkena air hujan atau air di bawah permukaan) biasanya digunakan dinding bendungan. Paku bumi dari kayu hanya boleh digunakan di bawah permukaan air tanah permukaan terendah karena bahaya pembusukan.
3.      Pondasi di Dalam Air pada prinsipnya dapat digunakan cara seperti pada pondasi pada tanah basah yaitu menggunakan dinding bendungan dan pondasi paku bumi kayu atau beton bertulang. Kemudian juga dengan menimbun batu kali selebar mungkin dengan ketinggian di atas permukaan air.
Sebelum memulai pengerjaan pondasi, terlebih dahulu harus memenuhi syarat-syarat secara :
a.       Fungsional : mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik beban-beban diatasnya
b.      Struktural : tidak ambles dan tidak berubah bentuk
Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation), tergantung dari letak tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama dengan lebar pondasi (D≤B) dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya berada dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari permukaan tanah atau memenuhi syarat kedalamannya lebih besar dengan lebar pondasi (D>B). Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dapat diketahui tentang macam-macam pondasi, namun pada pembuatan makalah ini, penulis hanya memfokuskan pembahasan seputar Pondasi Dangkal.

B.       Rumusan Masalah
  1. Pengertian Pondasi Dangkal
  2. Jenis Dan Fungsi Pondasi Dangkal
  3. Daya Dukung Pondasi Dangkal

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pondasi Dangkal
Pondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah. Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban dari semua unsur bangunan yang dipikulkan kepadanya ke tanah. Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa agar dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap :
A.    Beban bangunan
B.     Berat sendiri
C.     Beban berguna
D.    Gaya-gaya luar :
·         Angin
·         Gempa bumi
·         Beban termis
·         Beban dinamis
·         Penurunan pondasi
Pondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi bangunan. Fungsi pondasi adalah meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah pondasi dan tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan terjadi, kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakkan konstruksi yang berada di atas pondasi. 

B.       Jenis Dan Fungsi Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal digunakan apabila lapisan tanah keras yang mampu mendukung beban bangunan di atasnya, terletak dekat dengan permukaan, sedangkan pondasi dalam dipakai pada kondisi yang sebaliknya. Suatu pondasi akan aman apabila :
1.      Penurunan (settlement) tanah yang disebabkan oleh beban masih dalam batas yang diperbolehkan.
2.      Keruntuhan geser dari tanah di mana pondasi berada tidak terjadi.
Secara umum, yang dinamakan pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi sekitar kurang dari 4 (Df/B < 4) seperti pada Gambar 1.1, dan bentuk pondasi biasanya dipilih sesuai dengan jenis bangunan dan jenis tanahnya dan secara umum pondasi dangkal dapat berbentuk:
-        Pondasi telapak (square foudations)
-        Pondasi menerus (continus foudations)
-        Pondasi lingkaran (circle foudations)
-        Pondasi rakit (raft foudations)
 





Gambar 1.1 Syarat perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi
Bangunan lainnya yang dikategorikan sebagai konstruksi yang erat hubungannya dengan pondasi dangkal, seperti :
-        Dinding penahan tanah atau turap
-        Bendung elak sementara (penurapan pada pembuatan pilar jembatan di dasar sungai
-          Bentuk segi-empat


-          Bentuk Trapesium



-          Bentuk T                          - Bentuk pondasi gabungan



Gambar 1.2 Bentuk pondasi dangkal
C.       Syarat-syarat Perencanaan Pondasi Dangkal.
Di dalam merencanakan suatu pondasi harus memperhatikan beberapa persayaratan di bawah ini :
1.    Syarat yang berhubungan dengan konstruksi dan beban yang diterima oleh pondasi, adalah :

-        Beban maksimum yang diterima.

-        Muatan sedapat mungkin merata.
-        Tanah dasar pondasi terlindung dari penggerusan air.
2.    Syarat yang berhubungan dengan perencanaan dan perluasan pondasi, adalah :

-        Galian tanah sekecil-kecilnya.

-        Lubang pondasi harus dapat dikeringkan.
-        Menghindari kemungkinan terjadinya kebocoran dari air tanah.
-        Pondasi yang terbuat dari kayu harus terletak pada muka air tanah terendah.
3. Syarat yang berhubungan dengan stabilitas dan deformasi, adalah :
-        Kedalaman pondasi harus cukup untuk menghindari kerusakan tanah dalam arah lateral di bawah pondasi.
-        Kedalaman pondasi harus di bawah daerah yang mempunyai sifat kompresibilitas yang tinggi.
-        Konstruksi harus aman terhadap guling, geser, rotasi dan keruntuhan geser tanah.
-        Konstruksi harus aman terhadap korosi atau kegagalan akibat bahan-bahan kimia yang ada di dalam tanah.
-        Konstruksi diharapkan mudah untuk dimodifikasi jika terdapat perubahan geometri konstruksi.
-        Pondasi harus dapat memberikan toleransi terhadap pergerakan diferensial akibat pergerakan tanah.
-        Pondasi harus memenuhi persyaratan standar.
-        Pondasi harus ekonomis dalam pelaksanaan.


D.      Macam-macam Pondasi Menurut Fungsi dan Perletakannya
Terdapat dua klasifikasi pondasi, ada pondasi dangkal, ada pondasi dalam. Pondasi dangkal adalah pondasi yang tidak membutuhkan galian tanah terlalu dalam karena lapisan tanah dangkal sudah cukup keras, apalagi bangunan yang akan dibangun hanya rumah sederhana. Sedangkan pondasi dalam adalah pondasi yang membutuhkan pengeboran dalam karena lapisan tanah yang baik ada di kedalaman, biasanya digunakan oleh bangunan besar, jembatan, struktur lepas pantai, dsb.
Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi ini berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima oleh tanah. Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan ke tanah tidak terlalu besar. Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua lantai, bangunan ATM, pos satpam, dan sebagainya.
Ø  Pondasi Menerus/Memanjang

Pondasi menerus biasa digunakan untuk pondasi dinding, terutama digunakan pada bangunan rumah tinggal tidak bertingkat, seluruh beban atap/ beban bangunan umumnya dipikul oleh dinding dan diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding bangunan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah baik, pondasi menerus dapat dibuat dari pasangan batu bata dengan lebar 2-3 kali tebal pasangan bata dan pondasi dinding setengah bata cukup diletakan pada kedalaman 60 - 80 cm. Selain itu bahan pondasi yang mendukung beban bangunan yang lebih besar dan banyak yang dipakai adalah pasangan batu kali. Lebar dasar pondasi umumnya tidak kurang dari dua setengah kali tebal
            Diatas pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang memikul beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil digunakan pondasi jalur pelat beton. Untuk menambah ketahanan bangunan terhadap gempa , pondasi sebaiknya dibuat menerus pada sekeliling bangunan tanpa terputus.
Batu kali ini diikat menjadi satu kesatuan yang erat dan kuat dengan adukan perekat dari campuran 1 kp : 1 pc : 5 ps. Sebelum pasangan batu kali dibuat bangunan bawahnya diberi pasir urug setebal 20 cm dan batu kosong satu lapis. Kemudian setelah pasangan batu kali selesai dikerjakan, lubang sisa di kanan kiri diurug dengan pasir

Ø  Pondasi Setempat/bidang         
            Kadang – kadang sering dijumpai pada lapisan tanah keras. Letaknya pada kedalaman lebih dari 1.50 m dari permukaan tanah setempat. Bila digunakan pondasi menerus akan sangat mahal dan tidak efisien. Untuk mengatsinya dapat digunakan pondasi yang dibuat dibawah kolom – kolom pendukung bangunan disebut pondasi setempat. Jadi yang merupakan pondasi utma pendukung bangunan adalah pondasi setempat. Semua beban bangunan yang diterima kolom – kolom pendukung langsung dilimpahkan padanya. Pondasi setempat dapat dibuat bentuk :
·         Pondasi pilar dibuat dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung
·         Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu – batu besar
·         Pondasi telapak, dibuat dari konstruksi beton bertulang berbentuk plat persegi atau di sebut voetplat





Ø  Pondasi Titik
·                                             Beban total dialihkan ke kolom
·                                             Syarat – syarat penggunaan :
1.      Beban cukup ringan dan masih dapat dipikul oleh tanah sesuai dengan kemampuan daya dukungnya
2.      Biasanya pada bangunan sementara atau bangunan permanent hingga bertingkat satu atau bangunan yang didirikan didaerah berair / rawa – rawa dan berkondisi daya dukung yang tidak merata
·                       Bahan :
1.                     Batu kali
2.                     Beton
3.                     Pondasi sumur
4.                     Paku bumi

E.       Macam-macam Pondasi Menurut Bahan yang Digunakan
1.      Pondasi Pasangan Batu Kali, adalah pondasi yang dibuat dari pasangan batu kali dengan menggunakan perekat aau spesie berupa campuran antara bahan pasir, semen/ PC, dan kapur. Pondasi batu kali ini mempunyai sifat kekuatan terhadap gaya tekan tetapi tidak mampu menahan beban tarikan, sehingga pondasi dari pasangan batu kali tidak kuat menahan momen. Pondasi ini hanya sesuai untuk lokasi dengan kondisi tanah cukup baik. Tanah dapat dikatakan mempunyai kondisi cukup baik apabila mempunyai daya dukung lebih dari 1kg/cm2.
2.      Pondasi Beton Bertulang, merupakan pondasi yang dibuat dari bahan beton bertulang. Pondasi ini mempunyai kekuatan atau tahanan terhadap gaya tekan dan tarik. Dengan demikian, maka pondasi ini mampu menahan mohen hingga batas tertentu. Pondasi ini dapat dipasang di semua keadaan tanah, dengan catatan perlu dihitung luas tampangnya.
3.      Pondasi dengan bahan baja, merupakan pondasi yang dibuat khusus untuk tiang pancang. Jenis pondasi ini tidak dapat berdiri sendiri, maka harus dikombinasikan dengan pondasi lain yang mempunyai permukaan cukup lebar.

F.       Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman Pondasi
  1. Pondasi Dangkal ( Shallow Foundation )
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
  1. Pondasi Setempat ( Single Footing )
  2. Pondasi Menerus ( Continuous Footing )
  3. Pondasi Pelat ( Plate Foundation )
  4. Pondasi Cakar Ayam
  5. Pondasi Sarang Laba-laba
  6. Pondasi Grid
  7. Pondasi Gasing
  8. Pondasi Hypar
1. a Pondasi Setempat (Single Footing)
Pondasi setempat; dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom pendukung/kolom struktur, tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang diratakan.
Adapun ciri-ciri pondasi setempat adalah :
1. Jika tanahnya keras, mempunyai kedalaman > 1,5 meter
2. Pondasi dibuat hanya di bawah kolom
3. Masih menggunakan pondasi menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak digunakan untuk mendukung beban. Adapun bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:
1. Pondasi pilar, dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung.
2. Pondasi sumuran, dari galian tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu-batu besar.
3. Pondasi umpak, dipakai untuk bangunan sederhana. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang penyangga. Antara tiang dihubungkan dengan balok kayu di bagian bawah tiang, di bagian atas tiang menyatu dengan atapnya.Pondasi kayu dibuat keluar permukaan tanah sampai ketinggian ± 1 meter.
Pondasi umpak dapat dibuat dari bahan-bahan sebagai berikut:
1. Pasangan bata yg disusun bertangga
2. Pasangan batu kali
3. Cor beton tidak bertulang;
4. Batu alam yang dibentuk menjadi lunak
Description: http://htmlimg1.scribdassets.com/7rnq6lz28u5t3l/images/4-287bd31327.jpg
Gambar I.1 Pondasi Setempat

1.b Pondasi Menerus (Continuous Footing)
Pondasi menerus (Pondasi Langsung) dapat digunakan pada tanah yang seragam.
Ciri-ciri Pondasi menerus adalah :
• Ukuran sama besar dan terletak pada kedalaman yang sama;
• Dipasang di bawah seluruh dinding penyekat dan kolom;
• Biasanya digunakan sebagai pondasi bangunan tidak bertingkat;
• Untuk tanah lembek, dibuat dari sloof memanjang bagian bawah diperlebar menjadi pelat.



Description: http://htmlimg1.scribdassets.com/7rnq6lz28u5t3l/images/5-26e4ab07b1.jpg  

Gambar I.2 Pondasi Menerus

1.c Pondasi Pelat (Plate Foundation)
Pondasi pelat biasanya seluas ukuran gedung. Pondasi ini membagi beban secara merata ke tanah bangunan.
Pondasi pelat ini biasa digunakan dalam hal:
• Daya dukung tanah jelek atau beban bangunan yang tinggi;
• Raster atau jarak-jarak tiang/dinding kurang dari 8 meter;
• Beban bangunan yang tinggi sudah dibagi merata oleh konstruksi atas;
• Pada daerah rawan banjir, pondasi ini akan mencegah meresapnya air dari bawah (tanah).









Description: http://htmlimg4.scribdassets.com/7rnq6lz28u5t3l/images/6-0be19c47f7.jpg    Description: http://htmlimg4.scribdassets.com/7rnq6lz28u5t3l/images/6-0be19c47f7.jpg

Gambar I.2 Pondasi Pelat

1.d Pondasi Cakar Ayam
Merupakan salah satu rekayasa keteknikan di bidang pondasi, hasil temuan Prof. Dr. Ir. Sedijatmo. Kostruksi ini terdiri dari plat beton bertulang dengan tebal 10 - 12 cm dan bagian bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang yang menempel kuat pada plat tersebut. Mirip seperti akar serabut pada tanaman kelapa yang dapat tumbuh tinggi menjulang di pantai berpasir yang daya ikatnya rendah, pile atau pipa-pipa beton mencengkeram ke dalam tanah dan plat betonnya mengikat pile-pile tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang monolit.
Dasar pemikiran Iahirnya pondasi cakar ayam ialah memanfaatkan tekanan tanah pasif, yang pada sistem pondasi lain tak pernah dihiraukan. Plat beton yang tipis itu akan mengambang di permukaan tanah, sedangkan kekakuan plat ini dipertahankan oleh pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif. Dengan demikian maka plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok.
Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainasi dan sambungan kembang susut.
Description: http://a7.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/156375_117487444983985_105644252834971_91348_2420019_n.jpg
Gambar I.3 Pondasi Cakar Ayam

1.e Pondasi Sarang Laba-laba
Pondasi ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi konvensional yang lain diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik dengan penggunaan bahan bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (full plate) lainnya, mampu memperkecil penurunan bangunan karena dapat membagi rata kekuatan pada seluruh pondasi dan mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi, berpotensi digunakan sebagai pondasi untuk tanah lunak dengan mempertimbangkan penurunan yang mungkin terjadi dan tanah dengan sifat kembang susut yang tinggi, menggunakan lebih sedikit alat-alat berat dan bersifat padat karya, waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan dapat dilaksanakan secara industri (pracetak), lebih ekonomis karena terdiri dari 80% tanah dan 20% beton bertulang dan yang paling penting adalah ramah lingkungan karena dalam pelaksanaan hanya menggunakan sedikit menggunakan kayu dan tidak menimbulkan kerusakan bangunan serta tidak menimbulkan kebisingan disekitarnya.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmaotdiTy1gC869xvBXUZNwN-jUy9Vkk__3wcNe7ODy8MumHwKuxD-fckcnGKq8RJgqSUzSPbQMn6bwIJRYUE-v_p3YwJmqZdCYwxbbJniJ54WTu0scVC5dZ3nGuaG0AM7S0PKY5FaiMlM/s320/11.JPG   Description: http://www.sipil-usu.co.cc/wp-content/uploads/2012/05/Pondasi-Sarang-Laba-Laba-1.jpg
Gambar I.4 Pondasi Sarang Laba – Laba
G.      Daya Dukung Pondasi Dangkal
Pemilihan pondasi perlu mempertimbangkan faktor tanah,diantaranya adalah struktur tanah (macam tanah), kekuatan tanah (σt), kedalaman ( t ) yang dipilih, letak permukaan air tanah. Tidak lupa pula harus mempertimbangkan faktor beban diantaranya adalah jumlah lantai, tinggi bangunan dan besarnya/panjang bentang. Penentuan macam pondasi dan model pondasi terutama didasarkan pada kemudahan pengerjaan dan efisiensi, letak daya dukung tanah merupakan faktor utama untuk menentukan macam dan model.
Disebut Pondasi dangkal jika Df ≤B

Keruntuhan ini terjadi jika pondasi berada pada pasir padat dan lempung kaku.
Pasir padat jika :
1. 120 < qc 30 è SPT
2. Dr > 0,60 è Kepadatan relative
Lempung Kaku jika :
1. Dari data sondir diperoleh qc > 60 kg/cm2
2. Cu > 10 t/m2 è qu/2=Cu
3. NSPT > 8
b. Lokal shear Failure



Keruntuhan ini terjadi jika pondasi berada pada pasir agak padat dan lempung agak kaku.
Pasir agak padat jika :
1. 40 < qc < 120
2. 10 < NSPT < 30
3. 0,4 < Dr qc > 60
4. 5< Cu < 10 t/m2
5. 4 < NSPT < 8
c. Punching shear Failure
Keruntuhan ini terjadi jika pondasi berada pada lempung lunak dan pasir gembur. Untuk kasus ini persamaan perhitungan pondasi dangkal tidak berlaku.




H.      Beberapa Faktor Yang Dipertimbangkan Terhadap Perencanaan dan Pelaksanaan Pondasi Dangkal
·                     Air Tanah (m.a.t)
Berdampak terhadap kapasitas dukung, stabilitas keseluruhan, ganguan dewatering (mengeringkan sumur tetangga), dan teknik pelaksanaan (lempung becek diinjak-injak pekerja secara berlebihan dapat merusak kap dukung tanah).
·                     Pondasi Baru Dekat dengan Pondasi Lama
Pondasi lama akan terbawa turun juga akibat beban pondasi baru. Solusinya dengan pengaturan jarak yang cukup (sebaran beban 1:1) atau gunakan sheet pile.

Suku ke-2 kapasitas dukung tanah akan hilang, sehingga kapasitas dukung menjadi berkurang. Solusi dengan pengaturan jarak yang cukup (sebaran 1:1) atau gunakan sheet pile/buis beton.
·                     Pondasi di atas tanah pasir yang   tidak padat
Masalah yang timbul adalah setlement, erosi air baik dipermukaan maupun didalam tanah. Untuk mencegah dampak erosi permukaan diperlukan kedalaman pondasi yang cukup, namun untuk erosi yang ada dalam tanah diusahakan jangan ada pemompaan atau aliran air.

·                     Pondasi di atas tanah ekspansif
Sifat tanah ekspansif : pada saat basah mengembang dan pada saat kering tanah menyusut baik ke arah vertikal (dominan) maupun horisontal
Solusi : Mengganti tanah dengan tanah yang baik, perbaikan tanah dengan bahan kimia (semen/kapur), pengontrolan kadar air agar tidak terjadi penyusutan dan pengembangan.
Untuk pondasi dapat dipasang rongga pengatur kembang susut.

·                     Pondasi di atas tanah lempung non-ekspansif
Laminating Clays (lempung keras tapi berlapis dan bercelah) akan menyebabkan bidang licin jika ada air hujan sehingga qu tidak bisa ditetapkan besarnya. Disarankan menggunakan residual strength-nya. Lempung lunak akan menimbulkan masalah setlement dan kapasitas dukung yang rendah dan jenis tanah ini dapat mengalir dan menggeser tiang pancang.
                                                                            
·                     Pondasi di atas timbunan yang tidak direncanakan
Jika akan mendesain pondasi di atas timbunan yang tidak direncanakan perlu diyakinkan dahulu materialnya apa, dan keseragaman/kepadatannya bagaimana. Apakah materialnya berupa sampah, puing bangunan, tanah bekas tanaman atau kayu. Masalah yang timbul adalah perbadaan setlement akibat kepadatan dan keseragaman yang berbeda-beda.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
  1. Pondasi Setempat ( Single Footing )
  2. Pondasi Menerus ( Continuous Footing )
  3. Pondasi Pelat ( Plate Foundation )
  4. Pondasi Cakar Ayam
  5. Pondasi Sarang Laba-laba
  6. Pondasi Grid
  7. Pondasi Gasing
  8. Pondasi Hypar
Semua jenis pondasi diatas digunakan sesuai dengan kebutuhan, tergantung pada struktur tanah, kekuatan tanah, kedalaman yang dipilih, dan lain-lain

DAFTAR PUSTAKA

Ariestadi, Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 258 – 266.
Ir.Respati.sri,1995.”PONDASI”,Penerbit Pusat Pengembangan Program Studi Teknik Sipil, Bandung.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat  Allah SWT atas segala rahmat serta kasih sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan-Nya, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PONDASI DANGKAL.
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Saya sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.



Lampoh Keude,    08 April  2019

                                                                                                             




DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian Pondasi Dangkal.................................................................... 3
B. Jenis Dan Fungsi Pondasi Dangkal......................................................... 3
C. Syarat-syarat Perencanaan Pondasi Dangkal.......................................... 5
D. Macam-macam Pondasi Menurut Fungsi dan Perletakannya.................. 6
E. Macam-macam Pondasi Menurut Bahan yang Digunakan ..................... 8
F.  Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman Pondasi........................................ 10
G. Daya Dukung Pondasi Dangkal............................................................ 15

BAB III PENUTUP............................................................................................. 20
A Kesimpulan............................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21


No comments:

Post a Comment