Saturday 9 May 2020

MAKALAH FAMILY CENTERED CARE (FCC)


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Profesi keperawatan merupakan ladang amal, ilmu dan kemanusiaan. Hal ini dikarenakan bahwa perawat tidak hanya berfokus pada pelayanan yang diberikan kepada pasien atau sering disebut sebagai Patient Centered Care (PCC) tapi juga perawat memberikan pelayanan dengan melibatkan keluarga pasien atau sering disebut Family Centered Care (FCC). Dalam kaitannya dengan PCC, perawat selalu berada disisi pasien, menjaga pasien dan memberikan terapi atau tindakan keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi medis kepada pasien. Peran perawat juga sangat terlihat begitu berarti pada kondisi pasien kritis di tatanan ruang intensive care unit (pembahasan terkait ICU dan pasien kritis sudah ada di blog ini pada posting sebelumnya…silahkan bisa dibaca juga pada postingan sebelumnya). Di ICU perawat harus stanby memonitor kondisi pasien secara terus menerus dan tidak boleh lengah. Jika perawat lengah dalam memonitor kondisi pasien kritis, akan dapat berdampak sangat serius pada pasien tersebut. Misalnya dalam hal pemantauan kondisi pasien kritis dengan gangguang jantung, perawat harus benar-benar memonitor hemodinamik pasien tersebut. Hemodinamik yang tidak stabil, misalnya tekanan darah turun dan frekuensi heart rate juga turun bisa menyebabkan berkurangnya perfusi ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini dapat berakibat pada terjadinya MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome) yaitu kegagalan beberapa fungsi organ karena suplay oksigen ke organ-organ tersebut berkurang. Suplay oksigen yang turun akan menyebabkan jaringan tersebut tidak bisa melakukan metabolism aerob (metabolism dengan menggunakan oksigen supaya didapatkan energy dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh) melainkan metabolism anaerob (metabolism tanpa menggunakan oksigen). Metabolism anaerob ini jika berlanjut terus produk yang dihasilkan adalah asam laktat. Penumpukan asam laktat yang terlalu banyak ini sifatnya dapat merusak jaringan, sehingga jaringan mulai dari hipoksia bahkan sampai bisa nekrosis.
Keluarga berdasarkan teori keluarga itu dipandang sebagai suatu hubungan saling ketergantungan dan saling keterikatan. Antar anggota keluarga memiliki rasa kasih sayang yang kuat dan saling memiliki, bahkan ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain akan merasakan kesedihan dan selalu mendampingi supaya cepat sembuh (Gavaghan & Carroll, 2009). Beberapa penelitian atau studi banyak yang menjelaskan dampak anggota keluarga yang sakit terhadap unit keluarga. Dampak tersebut antara lain akan menimbulkan permasalahan psikologis pada anggota keluarga yang tidak sakit bahkan jika masalah psikologis tersebut tidak segera diatasi maka dapat memicu terjadinya permasalahan fisik seperti timbulnya kondisi fisik yang menurun sehingga mudah terkena penyakit. Pada unit ICU, perawat harus menyadari apa yang menjadi kebutuhan keluarga dengan anggota keluarga yang sedang dirawat karena kondisi yang kritis. Akan tetapi, menurut Cannon (2011) antara perawat dan keluarga mempunyai alokasi waktu yang tidak sama, sehingga jarang sekali bertemu saat conference, saat dilakukan prosedur tindakan dan saat visitasi pasien. Perawat cenderung mengesampingkan keluarga saat melakukan conference dan saat dilakukan prosedur tindakan, padahal ini sangan penting bagi keluarga pasien. Keluarga akan kebingungan jika mereka tidak memahami lingkungan ICU dan tidak tahu kondisi anggota keluarganya yang dirawat. Bahkan keluarga dapat memberikan kesimpulan atau persepsi yang salah terkait kondisi pasien atau pelayanan, jika mereka tidak lengkap dalam menerima informasi dan pengetahuan dari perawat di ruang ICU. Hal ini seuai dengan studi dari Morrison (1997) bahwa keluarga pasien terkejut atau kaget saat berada di dalam lingkungan ICU karena merasa tidak ada perbedaan antara siang dan malam, suara yang berisik karena banyaknya alarm alat monitoring pasien yang berbunyi, dan banyaknya selang dan kabel kabel yang ada di pasien.
Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang selama 24 jam mendampingi pasien harus memberikan kontribusi dalam perannya sebagai perawatan terutama membanu anak dan keluarga unuk meperoleh pengalaman positif selama hospitalisasi. Perawat anak harus memiliki pemahaman yang lebih dalam mengenal pertumbuhan dan perkembangan anakuntuk merencanakan asuhan keperawatan yang sesuai sehingga membantu anak dan keluarga untuk beradaptasi dengan kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik eksternal maupun internal (Potter & Perry, 2007).
Dalam praktik keperawatan anak, asuhan keperawatan yang diterapkan berdasarkan padafilosofi keperawatan anak. Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki oleh perawat untukmemberikan pelayanan kepada anak. Salah satunya adalah Family Center Care (perawatan yang berfokus pada keluarga). Family Center Care menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam memberikan perawatan pada anak di rumah sakit (Hidayat, 2008).
Family Center care (FCC) merupakan pendekatan yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan melibatkan orang tua. Family Center Care juga menekankan keterlibatan orang tua atau keluarga anak dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak di rumah sakit (hidayat, 2008). Keluarga didukung dalam peran pemberian asuhan keperawatan dan keputusan dengan melihat keluarga sumeber kekuatan dalam masalah keperawatan(Wong, 2008).
Penerapan Family Center Care bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama yang optimal pada keluarga dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari keluarga (Saleeba, 2008). Tujuan penerapan Family Center Care dalam perawatan anak, menurut Brunner & Sudard (1986dalam Fretes, 2012) adalah memberikan kesempatan bagi orang tua merawat anak mereka dalam proses hospitalisasi dengan pengawasan dari perawat dengan aturan yang berlaku.
Pelaksanaan Family Center Care pada rumah sakit anak di negara-negara maju sudah terstandar dengan baik, namun di Indonesia kemungkinan dapat diterapkan tetapi untuk mewujudkannya secara ideal tidak mudah, karena banyak petugas terutama perawat yang belum memahami family Center Care. Kondisi ini mengakibatkan asuhan keperawatan sering terjebak dalam kegiatan rutinitas di rumah sakit (Purmailani 2014).
Family Center Care merupakan suatu metode perawatan bagi anak dan keluarganya, tidak hanya ditujukan padaindividu tetapi semua anggota keluarga dianggap sebagai menerima perawatan. Konsep FCC didasrkan padasejumlah elemen pendukung yang diantaranya: adanya pengakuan bahwa keluarga merupakan konstanta dalamkehidupan anak, pengakuan terhadap kekuatan keluarga, serta fasilitas koaborasi antara keluarga pasien dengan tenaga professional kesehatan (Institute for patient and family centered care, 2011).
Patient and family Centered care setelah sekian lama dilupakan, kini concern dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dahulu, dokter adalah captain of ship yang menjadi center dalam segala hal yang terkait dengan pengambilan keputusan dan tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan kepada pasien.perubahan paradigm ini tidak lain bertujuan untuk mendapatkan outcomes pelayanan kesehatan yang lebih baik, pengalokasian sumber daya yang tepat, dan mencapai kepuasan pasien dan keluarga yang lebih besar.halini dimungkinkan karena patien and family centered care adalah pendekatan yang melibatkan pasien.keluarga pasien dan staf dalam pembuatan kebijakan,program kesehatan, fasilitas yang didapatkan, dan program perawatan dari hari ke hari. (Piper, 2009).
Perawat merupakan salah satu tenaga professional kesehatan yang berperan dalam upaya meningkatkan kesehatan pasien dan keluarga melalui kegiatan promosi kesehatan. Dalam penerapan di lapangan, perawat memegang peranan sebagai agen pembawa perubahan (change agent), sebagai fasilitator dalam pemberdayaan, dan sebagai praktisi pembuat strategi (Piper, 2009).
Oleh karena itu perawat harus memiliki pengetahuan dan kompetensi yang cukup dalam pelaksanaan Family Center Care sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Pengetahuan (knowledge) juga diartikan sebagai hasilpengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebaginya), dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmojo, 2007).

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui dengan jelas tentang Family Center Care.

C.    Tujuan penulisan
1)      Mendeskripsikan pengertian Family Center Care
2)      Mendeskripsikan Tujuan Family Center Care
3)      Mendeskripsikan Elemen Family Center care
4)      Mendeskripsikan Prinsip Family Center Care
5)      Kebijakan terkait Family Center Care
6)      Stategi dan evaluasi pelaksanaan Family Center Care pada anak prasekolah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Family Center Care (FCC)
Family Center Care (FCC) didefinisikan oleh Association for the Care ofChildren’s Health (ACCH) sebagi filosofi dimana pemberi perawatan mementingkan dan melibatkan peran penting dari keluarga, dukungan keluarga akan membangun kekuatan,mebantu untuk membuat suatu pilihan yang terbaik, dan meningkatkan pola normalyangada dalam kesehariannya selama anak sakit dan menjalani penyembuhan.
Family CenterCare didefinisikan menurut Hanson (dalam Dunst dan Trivette 2009) sebagai pendekatan inovatif dalam merencanakan, melakukan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan didasarkan pada manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua.
Stower (1992 dalam Fiane, 2012), family Center Care merupakan suatu pendekatan yang holistic. Pendekatan Family Center Care tidak hanya memfokuskan asuhan keperawatan kepada anak sebagi klien atau individu dengan kebutuhan biologis, psikologi, social, dan spiritual (biopsikospiritual) tetapi juga melibatkan keluarga sebagai bagian yang konstan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak.
Menurut Van dan Kautz (2007) menjelaskan bahwa selama pasien dirawat di rumah sakit terutama di ICU, perawat mempunyai peran dalam memberikan dukungan dalam keluarga, mempertahankan integritas keluarga, dan membantu anggota keluarga untuk mampu membantu merawat pasien. Perawat harus bisa menjadi sarana yang memberikan strategi untuk lebih mendekatkan keluarga dalam pelayanan pasien kritis di ICU, karena akan memberikan keuntungan secara psikis dan fisiologis bagi keluarga dan bagi pasien (Cannon, 2011). Pasien akan lebih merasa diperhatikan jika keluarga lebih dekat dengannya, sedangkan keluarga juga lebih tenang karena lebih dekat dengan pasien.

Beberapa tindakan yang dapat diterapkan sebagai bentuk aplikasi di tatanan klinik terkait penerapan Family Centered Care (FCC):
1.      Orientasi keluarga: Mengorentasikan keluarga di lingkungan tatanan klinis atau ICU baik lingkungannya, peralatan-peralatannya, dan tindakan medisnya.
2.      Terbentuknya Family Care Specialist (FCS): Perawat yang tergabung dalam FCS ini yang mengkoordinasi dan bertanggungjawab dalam menerapkan strategi supaya keluarga juga terlibat dalam perawatan pasien kritis
3.      Visitasi terbuka: visitasi dengan melibatkan keluarga didalamnya
4.      Mengijinkan keluarga untuk ada didekat pasien selama pasien dilakukan tindakan/prosedur
5.      Dibentuk dan dijalankannya family support group
6.      Mendorong keterlibatan keluarga dalam perawatan
Inti dari FCC adalah melibatkan keluarga dalam perawatan pasien di ICU. FCC tidak hanya meningkatkan kepuasan keluarga, tetapi juga bagi perawat supaya memandang bahwa pasien itu adalah bagian dari suatu sistem keluarga. Keluarga harus berpartisipasi secara tepat dalam keterlibatannya merawat anggota keluarganya yang sedang sakit. Keluarga tidak hanya terlibat tetapi juga membutuhkan informasi. Informasi yang disediakan oleh tim medis dan keperawatan akan mengurangi kecemasan yang dialami oleh keluarga. Perawat juga harus mampu memelihara keutuhan dan dukungan keluarga selama fase stress yang dialami oleh keluarga tersebut.
Gill (1993, dalam Fiane, 2012) yang menyebutkan bahwa Family Center Care merupakan kolaborasi bersama antara orang tua dan tenaga professional. Kolaborasi orang tua dan tenaga professional dalam membentukmendukung keluarga terutama dalam aturan perawatan yang mereka lakukan merupakan filosofi Family Center Care.kemudian, secara lebih spesifik dijelaskan bahwa filosofi Family Center Care yang dimaksudkan merupakan dasar pemikiran dalam keperawatan anak yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan kepadaanak dengan melibatkan keluarga sebagai focus utama perawatan. Kutipan definisi dari para ahli diatas memberikan bahwa dalam penerapan Family Center Care sebgai suatu pendekatan holistic dan filosofi dalam keperawatan anak. Perawat sebagai tenaga professional perlu melibatkan orang tuas dalam perawatan anak. Adapun peran perawat dalam menerapkan Family Center Care adalah sebagai mitra dan fasilitator dalam perawatan anak dirumah sakit.

B.     Tujuan Family Center Care
Tujuan penerapan konsep Family Center Care dalam perawatan anak, menurut Brunner and Suddarth (1986 dalam Fretes, 2012) adalah memberikan kesempatan bagi orang tua untuk merawat anak mereka selama proses hospitalisasi dengan pengawasan dari perawat sesuai dengan aturan yang berlaku.
Selain itu Family Center Care juga bertujuan untuk meminimalkan trauma selama perawatan anak dirumah sakit dan meningkatkan kemandirian sehingga peningkatan kulaitas hidup dapat tercapai.

C.    Element Family Center Care
Menurut Shelton (1987, dalam Fretes, 2012), terdapat beberapa elemen Family Center Care, yaitu:
1.         Perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan anak, sementara system layanan dan anggota dalam system tersebut berfluktuasi.
Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagian yang konstanmerupakan hal yang penting. Fungsi perawat sebagai motivator menghargai dan menghormati peran keluarga dalam merawat anak serta bertanggung jawab penuh dalam mengelola kesehatan anak. Selain itu, perawat mendukung perkembangan social dan emosional, serta memenuhi kebutuhan anak dalam keluarga.oleh karena itu, dalam menjalankan system perawatan kesehatan,keluarga dilibatkan dalam membuat keputusan, mengasuh,mendidik,dan melakukan pembelaan terhadap hak anak-anak mereka selama menjalani masa perawatan. Eputusan keluarga dalam perawatan anak merupakan pertimbangan yang utama karena keputusan ini didasarkan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang ada dalam keluarga. Dalam pembuatan keputusan, perawat memberikan saran yang sesuai namun keluarga tetap berhak memutuskan layanan yang ingin didapatkannya. Beberapa hal yang diterapkan untuk menghargai dan mendukung individualitas dan kekuatan yang dimiliki dalam satu keluarga seperti :
1)      Kunjungan yang dibuat dirumah keluarga atau ditempat lain dengan waktu dan lokasi yang disepakati bersama keluarga.
2)      Perawat mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga
3)      Orangtua adalah bagian dari keluarga yang menjadi focus utama dari perawatan yang diberikan mereka turut merencanakan perawatan dan peran mereka dalam perawatan anak.
4)      Perencanaan perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawatan memberikan semua perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada anak, dukungan kepada orang tua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan emosional (Shelton 1987 dalam Fretes, 2012).
2.         Memfasilitasi kerjasama antara keluarga dan perawat disemua tingkat pelayanan kesehatan, merawat anak secara individual, pengembangan program, pelaksanaan dan evaluasi serta pembentukan kebijakan. Halini ditujukan ketika :
a.       Kolaborasi untuk memberikan perawatan kepada anak peran kerjasama anatar orang tua dan tenaga professional sangat penting dan vital. Keluarga bukan sekedar sebagai pendamping, tetapi terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada anak mereka. Tenaga professional memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian dan ilmu yang mereka peroleh sedangkan orang tua berkontribusi dengan memberikan informasi tentang anak mereka. Dalam kerjasama antara orang tua dengan tenaga professional, orang tua bias memberikan masukan untuk perawatan anak mereka. Tapi, tidak semua tenaga professional dapat menerima masukan yang diberikan. Beberapa disebabkan karena kurangnya pengalaman tenaga professional dalam melakukan kerjasama dengan orang tua (Shelton 1987 dalam Fretes, 2012).
b.      Kerjasama dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit. Pada tahap ini anak-anak dengan kebutuhan khusus merasakan manfaat dari kemampuan orang tua dan perawat dalam mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi program. Hal yang harus diutamakan pada tahapini adalah kolaborasi dengan bidang yang lain untuk menunjang proses perawatan. Family Ceenter Care meberikan kesempatan kepada orang tua dengan professional untuk berkontribusi melalui pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki untuk mengembangkan perawatan terhadap anak di rumah sakit. Pengalaman merawat anak membuat orang tua dapat memberikan perspektif yang penting, berkaitan dengan perawatan anak serta cara perawat untuk menerima dan mendukung keluarga (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012).
c.       Kolaborasi dalam tahap kebijakan Familiy Center Care dapat tercapai melalui kolaborasi orang tua dan tenaga professional dalam tahap kebijakan.
Kolaborasi ini untuk memberikan manfaat kepada orang tua, anak dan tenaga professional. Orang tua bias menghargai kemampuan yang mereka miliki dengan memberikan pengetahuan mereka tentang system pelayanan kesehatan serta kompetensi mereka. Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan menambah kulaitas pelayanan kesehatan.
3.         Menghormati keanekaragaman ras, etnis budaya dan social ekonomi dalam keluarga.
Tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan perawatan anak mereka dirumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak diagnosamedis.halini akan menjadi sulit apabila program perawatan diterapkan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
4.         Mengakui kekuatan keluarga dan individualitas serta memperhatikan perbedaan mekanisme koping dalam keluarga. Elemen ini mewujudkan dua konsep yang seimbang pertama, Family Center Care harus menggambarkan keseimbangan anak dan keluarga.
Hal ini berarti dalam menemukan masalah pada anak, maka kelebihan dari anak dan keluarga harus dipertimbangkan dengan baik. Kedua, menghargai dan menghormati mekanisme koping dan individualitas yang dimiliki oleh anak maupun keluarga dalam kehidupan mereka.
5.         Memberikan informasi yang lengkap dan jelas kepada orang tua dan secara berkelanjutan  dengan dukungan penuh.
Memberikan informasi kepada orang tua bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan orang tua terhadap perawat anak mereka. Selain itu,dengan demikian informasi orang tua akan merasa menjadi bagian yang penting dalamperawatan anak. Ketersediaan informasi tidak hanya memiliki pengaruh emosional, melainkan hal ini merupakan factor kritikal dalam melibatkan partisipasi orang tua secara penuh dalam proses membuat keputusan terutama untuk setiap tindakan medis dalam perawatan anak mereka (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
6.         Mendorong dan memfasilitasi keluarga untuk saling mendukung
Pada bagian ini, Shelton menjelaskan bahwa dukungan yang lain yang dapat diberikan kepada keluarga adalah dukungan antar keluarga. Elemen ini awalnya diterapkan pada perawatan anak-anak dengan kebutuhan khusus misalnya down syndrome atau autism. Perawat ataupun tenaga professional yang lain memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan dari keluarga lain yang juga memiliki masalah yang sama mengenai anak mereka. Dukungan antara keluarga ini berfungsi untuk: 1) Saling memberikan dukungan dan menjalin hubungan persahabatan dan 2) bertukar informasi mengenai kondisi dan perawatan anak 3) memanfaatkan dan meningkatkan system pelayanan yang ada untuk kebutuhan perawatan anak mereka.
7.         Memahami dan menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi, anak-anak, remaja dan keluarga mereka kedalam system perawatan kesehatan
Pemahaman dan penerapan setiap kebutuhan dalam perkembangan anak mendukung perawat untuk menerapkan pendekatan yang komprehensif terhadap anak dan keluarga agar mampu dalam melewati setiap tahap perkembangan dengan baik (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
8.         Menerapkan kebijakan yang komprehensif dan program yang memberikan dukungan emosional dan keuangan untk memenuhi kebutuhan keluarga.
Dukungan kepadakeluarga bervariasi dan berubah setiap waktu sesuai dengan kebutuhan keluarga tersebut. Jenis dukungan yang diberikan misalnya mendukung keluarga untuk memenuhi waktu istirahat mereka, pelayanan home care,pelayanan konseling,promosi kesehatan, program bermain, serta koordinasi layanan kesehatan yangada untuk membantu keluarga memanfaatkan layanan kesehatan yang ada untuk menunjang kebutuhan layanan kesehatan secara finansial. Dukungan yang baik dapat membantu menurunkan stress yang dialami oleh keluarga karena ketidakseimbangan tuntutan keadaan kondisi dengan ketersediaan tenaga yang dimiliki oleh keluarga saat mendampingi  anak selama dirawat dirumah sakit. Oleh karena itu perawat harus kritis dalam mengkaji kebutuhan keluarga sehingga dukungan dapat diberikan dengan tepat termasuk mempertimbangkan kebijakan yang berlaku baik dirumah sakit maupun untuk menunjang dukungan yang akan diberikan kepada keluarga. (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
9.         Merancang system perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau dengan mudah dan responsive terhadap kebutuhan keluarga teridentifikasi
Sistem pelayanan kesehatan yang fleksibel didasarkan pada pemahaman bahwa setiapanak memiliki kebutuhan terhadap layanan kesehatan yang berbeda maka layanan kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak dan keluarga.oleh karena itu, tidak hanya satu intervensi kesehatan untuk semua anak tetapi lebih dari satu intervensi yang berbeda untuk setiap anak.
Selain layanan yang fleksibel, dalam Family Center Care juga mendukung agar layanan kesehatan mudah diakses oleh anak dan keluarga misalnya system pembayaran layanan kesehatan yang dipakai selama anak menjalani perawatan di rumah sakit baik menggunakan asuransi atau jaminan kesehaatan pemerintah dan swasta, konsultasi kesehatan, prosedur pemeriksaan dan pembedahan, layanan selama anak menjalani rawat inap dirumah sakitdan sebagainya. Oleh karena itu perawat harus mengkaji kebutuhan anak atau keluarga terhdap akses layanan kesehatan yang dibutuhkan lalu melakukan intervensi sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga. Apabila layanan kesehatan yang direncanakan fleksibel dan dapat diakses oleh anak dan keluarga maka layanan kesehatan tersebut akan lebih responsive karena memprioritaskan kebutuhan anak dan keluarga (Shelton,1987 dalam Fretes, 2012).

D.    Prinsip FCC menurut Potter & Perry (2007)
1.         Martabat dan kehormatan
Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan,nilai, kepercayaan, dan latar belakang budaya pasien dan keluarga bergabung dalam rencana dan intervensi keperawatan.
2.         Berbagi informasi
Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberikan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan.
3.         Partisipasi
Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka buat.


4.         Kolaborasi
Pasien dan keluarga juga termasuk kedalam komponen dasar kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi, desain fasilitas kesehatan dan pendidikan professional terutama dalam pemberian perawatan (Potter & Oerry 2007).

E.     Kebijakan terkait Family Center Care (Harson 1997 dalam Fiane, 2012) adalah :
1.         Pengaturan jadwalkegiatan untuk anak-anak
Mengatur jadwal aktivitas anak pada saat dirawat dengan melibatkan anak dan orang tua. Pengaturan jadwal dengan berdasarkan aktivitas yang dilakukan dirumah seperti jam mandi, makan, nonton televisi, bermain.pengaturan jadwal ini akan membantu anak beradaptasi,meningkatkan control diri terhadap aktivitas selama dirawat dan meminimalkan kejaadian anak kekurangan istirahat seperti : anak sedang istirahat kemudian ada suster yang memberikan tindakan pada anak, sehingga waktu istirahat anaak berkurang.
2.         Fasilitas kemandirian anak
Anak dilibatkan dalam proses keperawatan dengan melibatkan kemandirian melalui self care seperti: mengatur jadwal kegiatan,memilih makanan,mengenakan baju, mengatur waktu tidur. Prinsip tindakan ini adalah perawat respek terhadap individualitas pasien dan keputusan yang diambil.
3.         Berikan pemahaman atau informasi
Anak pra sekolah memiliki kemampuan kognitif berfikir magis yang mengakibatkan kesalahan interpretasi terhadap sakit sebagai hukuman.petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas tentang prosedur yang akan dilakukan, berikan kesempatan anak memegang alat yang akan dilakukan, misalnya stetoskop atau kompetensi anak selama dan menggunakan sebagai dasar pengalaman untuk dimasa mendatang.

4.         Mempertahankan sosialisasi
Memfasilitasi terbentuknya support group diantara orang tua dan anak, sehingga orang tua dan anak mendapatkan dukungan dari lingkungan. Misalnya grup orang tua dengan talasemia, grup anak dengan penyakit asma. Perawat dapat memfasilitasi grup untuk tukar menukar pengalaman selama merawat anak baik melalui kegiatan informal atau formal seperti seminar.
5.         Fasilitas
Ruangan pengkajian khusus untuk anak.pengadaan ruangan khusu yang menjamin privacy orang tua untuk menjelaskan riwayat kesehatan anak akan memberikan dampak orang tua tidak ragu-ragu, tidak khawatir informasi dipertahankan oleh tenaga kesehatan.setelah data tentang anak didapatkan petugas kesehatan dapat melibatkan orang tua dalam perencanaan asuhan keperawatan anak yang merupakan salah satu prinsip Family Center Care. Selain itu terkait dengan konsep autraumatik care dan hospitalisasi, maka ruang rawat anak perlu didekorasi (Room’s setting, colour, pictures) untuk meningkatkan rasa nyaman toddler dan ruang tindakan harus dapat menurunkan kecemasan toddler. Diperlukan juga adanya ruangan bermain dan berbagai macam permainan (Toys in pediatric room) untuk menunjang dan menstimulasi tumbuh kembang, menurunkan stranger ansietas, takut dalam pain, dan hospitalization.
6.         Menyediakan ruangan bermain
Pengadaan ruang bermain akan membantu anak beradaptasi selama perawata dirumah sakit. Kegiatan bermain akan memberikan stimulasi perkembangan motoric halus, kasar, personal social dan bahasa pada anak.kegiatan bermain akan menimbulkan perasaan relaks pada anak dan meminimalkan kebosanan selama perawatan. Anak dengan bermain diharapkan dapat mengekspresikan kekreatifan dan perasaan (Dennis, 2012).


F.     Stategi dan evaluasi pelaksanaan Family Center Care pada anak prasekolah
1.         Sosialisasi kepada pihak yang terlibat, terutama pembuat kebijakan
2.         Aplikasi pilot projek pada area yang kecil dan evaluasi keberhasilan
Evaluasi pelaksanaan Faily Center Care akan nampak pada Syandar Operasional Prosedur (SOP) dalam penerapan FCC misalnya adanya SOP komunikasi yang baik, inform consent, discharge planning dsb.
3.         Pengembangan Family Center Care pada unit yang lebih besar (Wong, 2008).



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tumbuh kembang anak sangat berpengaruh pada kreatifitas anak yang terus berjalan sesuai tingkat usianya, hal ini harus diperhatikan oleh perawat khususnya bagi anak-anak yang dirawat inap. Menjadi perhatian perawat karena takutnya anak yang mengalami rawat inap akan menjadi bosan dan tidak mau dirawat. Oleh karena itu Family Center care sangat baik jika dapat diaplikasikan di Indonesia dan distandarkan seperti Negara-negara lainnya.

B.     Saran
Bagi perawat dan para mahasiswa keperawatan agar lebih berkreatifitas dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak-anak agar lebih bersabar dan perhatian kepada anak-anak sehingga anak-anak tidak bosan selama rawat di rumah sakit.



DAFTAR PUSTAKA:

Cannon, S. 2011. Family Centered Care in the Critical Care Setting. Dimens Crit Care Nurs. 30(5):241/245

Gavaghan SR & Carroll DL. 2009. Families of Critically Ill Patients and the Effect of Nursing Interventions. Dimens Crit Care Nurs. 29(3):28-33.

Morrison M. 1997. Body-Guarded: The Social Aesthetics of Critical Care. In: deRase M, Grace VM, eds. Bodily Boundaries, Sexualized Genders and Medical Discourse. Palmerston North, New Zealand: The Dunmore Press Ltd.

Van Horn E, Kautz D. 2007. Promotion of Family Integrity in the Acute Care Setting. Dimens Crit Care Nurs. 26(3):101-107.


No comments:

Post a Comment