Friday 9 December 2022

Makalah HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA

 


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk mengemban tugas-tugas pengabdian kepada penciptanya. Paling tidak agar tugas-tugas dimaksud dapat dilaksanakan dengan baik maka sang pencipta telah menganugrahkan manusia seperangkat potensi yang dapat ditumbuhkembangkan. Potensi yang siap dipakai tersebut dianugrahkan dalam bentuk kemampuan dasar, yang hanya mungkin berkembang secara optimal melalui bimbingan dan arahan yang sejalan dengan petunjuk sang pencipta.

Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang meliputi : Arti dan wujud sifat hakikat manusia,Dimensi hakikat manusia serta potensi, keunikan, dan dinamikanya, pengembangan dimensi hakikat manusia dan sosok manusia seutuhnya.

 

B. Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Pengertian Sifat Hakiki Manusia?

2.      Apa saja Dimensi Hakikat Manusia?

3.      Bagaimanakah Pengembangan dimensi manusia?

4.      Bagaimanakah pengertian manusia indonesia seutuhnya?

 

1.3 Tujuan Penelitian 

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah

1.      Untuk mengetahui  Pengertian Sifat Hakiki Manusia?

2.      Untuk mengetahui  Dimensi Hakikat Manusia?

3.      Untuk mengetahui  Bagaimanakah Pengembangan dimensi manusia?

4.      Untuk mengetahui  Bagaimanakah pengertian manusia indonesia seutuhnya?

 

1.4 Manfaat Penelitian         

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah

1.      Mendeskripsikan Hakikat Manusia dan Pengembangannya.

2.      Mengerti Tentang Dimensi Hakikat Manusia Dalam Kehidupan Bangsa dan Negara

3.      Mengetahui Masalah-Masalah Dalam Hakikat Manusia dan Pengembangannya

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Sifat Hakiki Manusia

Sifat hakiki manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil (jadi bukanhanyagradual) membedakan manusia dari hewan.

Jika dilihat dari segi biologis manusia dengan hewan memiliki banyak kemiripan, Socrates menamakan manusia  itu zoon politicon (hewan yang bermasyarakat), Max  Scheller menggambarkan manusia sebagai das kranke tiier (hewan yang sakit) (Drijarkara,1962:138) yang selalu gelisah dan bermasalah.

Kenyataan ini menimbulkan kesan yang keliru. Mengira bahwa manusia dengan hewan hanya berbeda secara gradual (perbedaan dengan melalui rekayasa dapat dibuat sama keadaannya).

1.        Wujud Sifat Hakiki Manusia

Wujud sifat hakiki manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan paham eksistensialisme:

a.       Kemampuan Menyadari Diri

Adanya kemampuan menyadari diri yang dimilki manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Dan menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan yang lain (orang lain, lingkungan fisik) Lebih dari itu  manusia dapat membuat jarak (distansi) dengan lingkungannya, baik yang pribadi maupun non pribadi.

b.      Kemampuan Bereksistensi

Dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan objek, lalu melihat objek sebagai  sesuatu, berarti manusia itu dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. adanya kemampuan eksistensi  inilah pula yang membedakan manusia sebagai makhluk infra human, dimana hewan menajdi onderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manager lingkungannya.

 

c.       Kata Hati (Conscience Of man)

Kata hati sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, pelita hati, dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang mengikuti perbuatan”.

d.      Moral

Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud moral (yang sering disebut juga etika) adalah perbuatan itu sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi manusia sebagai manusia merupakan yang baik atau moral yang luhur.

e.       Tanggung Jawab

Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab.

1)      Wujud tanggung jawab:

2)      Tanggung jawab kepada diri sendiri (menanggung tuntutan kata hati)

3)      Bertanggung jawab kepada masyarakat (menanggung tuntutan norma norma sosial)

4)      Tanggung jawab kepada Tuhan (menanggung tuntutan norma-norma agama)

f.       Rasa Kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatun ). Tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.

g.      Kewajiban dan hak

hak dan kewajiban merupakan suatu rangkaian yang tidak bisa terlepas. Tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya. Usaha menumbuh kembangkan rasa wajib sehingga dihayati sebagai suatu keniscayaan dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin.

h.      Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

  Kebahagiaan merupakan suatu integrasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dengan yang pahit. Kebahagiaan tidak terletak pada keadaan secara factual ataupun pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati dengan keheningan jiwa dan menundukkan hal tersebut dalam ikatan tiga hal yaitu usaha, norna, dan takdir.

 

B. Dimensi Dalam Hakikat Manusia

1.      Dimensi Sosial

Kita dilahirkan Didunia tentu mempunyai Potensi sosial,Artinya yaitu kita dikaruniai benih untuk berinteraksi.Dengan adanya Dorongan interaksi ini,setiap orang ingin bertemu sesamanya,betapa kuatnya doroongan ersebut sehinggan penjara merupakan hukuman yang paling berat dirasakan oleh setiap manusia karena dengan diasingkan didalam penjara berarti diputuskannya dorongan tersebut

2.      Dimensi Kesusilaan

Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak cukup hanya dengan berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu terkandung kejahatan terselubung. Oleh karena itu, pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih.

Susila sebenarnya mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai yang dimaksud dapat berupa nilai otonom, nilai heteronom, nilai keagamaan.

Dalam kenyataan hidup, ada dua hal yang muncul dari persoalan nilai, yaitu kesadaran dan pemahaman terhadap nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai. Dalam pelaksanaannya, keduanya harus dulaksanakan secara sinkron.

3.      Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk beragama. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang dan memohon. Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa agama menjadi sandaran bagi manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.

4.      Dimensi Individu

Individu adalah unit terkecil pembentuk masyarakat dalam ilmu sosial,individu berarti juga bagian terkeci dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil.Setiap individu itu memiliki sifat yang unik,tidak ada bandingannya,dengan adnanya individualitas tersebut,maka setiap orang bebas untuk berperasaan,mengapai cita – cita,kecendrrungan,semangat dan daya tahan yang berbeda – beda.

 

C. Pengembangan Dimensi-Dimensi Tersebut Pada Manusia

Hakikat dan eksistensi manusia sebagaimana diuraikan pada butir b di atas, masing-masing dimensinya dapat dikembangkan sehingga dapat membentuk kepribadian manusia sebagai berikut :

  1. Pengembangan Manusia sebagai Mahluk Individu.

            Pendidikan harus mengembangkan anak didik mampu menolong dirinya sendiri. Pestalozzi mengungkapkan hal ini dengan istilah/ucapan:Hilfe zur selbathilfe,yang artinya memberi pertolongan agar anak mampu menolong dirinya sendiri.

            Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai pengalaman di dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif, kreativitas, kehendak,, emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dll. Dengan kata lain, anak didik harus mengalami perkembangan dalam kawasan kognitif, afektif dan psikomotor.

            Sebagai mahluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bias diperoleh melalui pendidikan dan proses belajar.

  1. Pengembangan manusia sebagai mahluk sosial

Disamping sebagai mahluk individu atau pribadi manusia juga sebagai mahluk social. Manusia adalah mahluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan secara seorang diri saja. Kehadiran manusia lain dihadapannya, bukan saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana untuk pengenbangan  kepribadiannya.

  1. Pengembangan manusia sebagai mahluk susila

Aspek yang ketiga dalam kehidupan manusia, sesudah aspek individual dan social, adalah aspek kehidupan susila. Hanya manusialah yang dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya sehingga manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan bersifat susila dan tingkah laku mana yang tidak baik dan bersifat tidak susila.

Penghayatan personifikasi atas norma, nilai, kaidah-kaidah social ini amat penting dalam mewujudkan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat. Sebenarnya aspek susila kehidupan manusia sangat berhubungan erat dengan aspek kehidupan social. Karena penghayatan atas norma, nilai dan kaidah social serta pelaksanaannya dalam tindakan  dan tingkah laku yang nyata dilakukan oleh individu dalam hubungannya dengan atau kehadirannya bersama orang lain. Aspek susila ini tidak saja memerlukan pengetahuan atas norma, nila, dan kaidah-kaidah yang terdapat dalam masyarakat, akan tetapi juga menuntut dilaksanakannya secara konkret apa yang telah diketahuinya tersebut dalam tingkah laku yang nyata dalam masyarakat.

  1. Pengembangan manusia sebagai mahluk religius

             Eksistensi menusia manusia yang keempat adalah keberadaanya dalam hubungannya  dengan Tuhan Yang  Maha Kuasa.sebagai anggota masyarakat dan bangsa yang memiliki filsafat Pancasila kita dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran pancasila sebaik-baiknya. Sebagai anggota masyarakat yang dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Pancasila, maka kepada masing-masing warga Negara dengan demikian juga dituntut untuk dapat melaksanakan hubungan dengan Tuhan sebaik-baiknya menurut keyakinan yang dianutnya masing-masing, serta untuk melaksanakan hubungan sebaik-baiknya dengan sesama manusia.

 

D. Pembentukan Manusia Indonesia Seutuhnya

Di Indonesia dikenal pengertian manusia seutuhnya. Menurut Pedoman dan Penghayatan Pancasila, setiap manusia memounyai keinginan untuk mempertahankan hidup, dan menjaga kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri manusia. Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan Negara memberikan pedoman bahwa kebahagiaan hidup manusia itu akan tercpai apabila kehidupan manusia itu diselaraskan dan keseimbangan, baik hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan manusia dengan bangsa, dan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rokhaniah.

Pancasila menempatkan manusia dakam keseluruhan harkat dan martabatnya mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang menjadi titik tolak dari usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya, dan manusia dengan segenap lingkungan hidupnya. Adapun manusia yang kita pahami bukanlah manusia yang luar biasa, melainkan manusia yang disamping memiliki kekuatan juga manusia yang dilekati dengan kelemahan-kelemahan, manusia yang disamping memiliki kemampuan-kemampuan juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, manusia yang disamping mempunyai sifat-sifat yang baik memounyai sifat-sifat yang kurang baik. Manusia yang hendak kita pahami bukanlah manusia yang kita tempatkan di luar batas kemampuan dan kelayakan manusia tadi.

            Manusia sebagai mahluk Tuhan adalah mahluk pribadi, sekaligus mahluk social. Sifat kodrati manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai mahluk social merupakan kesatuan bulat. Perlu dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi.

            Perlu disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain dalam masyarakat. Manusia hanya mempunyai arti dan dapat hidup secara layak diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lainnya atau tanpa hidup bermasyarakat , seseorang tidak dapat menyeenggararakan hidupnya dengan baik. Dalam mempertahankan hidup dan usaha mengejar kehidupan yang lebih baik, mustahil hal itu dikerjakan sendiri oleh seseoarang, tanpa bantuan dan kerjasama dengan orang lain dalam masyarakat.

             

 

 

           


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Kesimpulan Makalah ini yaitu .Manusia adalah hamba dan khalifah Allah di bumi, maka manusia merupakan: makhluk ciptaan Tuhan, makhluk yang terlahir dalam kondisi tidak berdaya (kertas bersih), membutuhkan bantuan dari orang lain, makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, makhluk yang memiliki akal budi, makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, makhluk yang mempunyai kemampuan berbahasa, makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan, makhluk sosial yang mampu bekerja sama yang mempunyai hakikatnya masing – masing baik dari individu maupun sosial.

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

DEPDIKBUB, PPIPT. 1982. Program Akta Mengajar V-Bisnis Komponen Dasar Kependidikan, Wawasan Kependidikan Guru. Jakarta : Depdikbud.

DEPDIKBUD. 1983. UUD 1945-P4-GBHN. Bahan Penataran Dan Referensi Penataran. Jakarta: Depdikbud

IKIP MALANG. TIM Dosen FIP. 1980. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya. Usaha Nasional.

Soejono, Agus. 1980. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: Transito

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2013. Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Mudyahardjo, Redja. 2006.

Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda Roesminingsih, MV dan Lamjian H.S.2016. Teori dan Praktek Pendidikan. Surabaya : Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP Unesa

 

No comments:

Post a Comment